Anda di halaman 1dari 5

http://yahyadt.blogspot.com/2012/10/makalah-tentang-problematika-kebudayaan.

html
Problematika Kebudayaan Indonesia

Menelusuri pergulatan kebudayaan di Indonesia, akan ditemukan sebuah fenomena yang
lazim dihidupi yaitu, ke-rendah-diri-an masyarakat Indonesia terhadap kebudayaannya
sendiri. Ke-rendah-diri-an ini muncul dari hubungan antara kebudayaan Barat dengan
kebudayaan daerah di Indonesia, Barat yang sering diposisikan sebagai pihak superior dan
kebudayaan daerah di Indonesia sebagai pihak inferior.Rendah diri ini disebabkan oleh
penjajahan, kerusakan perilaku masyarakat Indonesia, dan pencitraan yang kuat dari media
tentang keunggulan kebudayaan Barat. Namun, dari beberapa sebab tersebut, yang terus
terjadi hingga saat ini dan yang paling mendasar adalah pencitraan. Dikatakan mendasar
karena pada saat penjajahan pun sudah terjadi pencitraan tersebut.

Ungkapan khusus seperti, ilmiah, keren, funky, dan gaul adalah ungkapan yang menujukkan
kondisi rendah diri. Ungkapan-ungkapan tersebut seringkali dilekatkan kepada kebudayaan
Barat, sedangkan kebudayaan daerah di Indonesia, sepertinya jauh dari ungkapanungkapan
tersebut. Hal ini memang tidak sepenuhnya bermasalah, karena Barat memang memiliki
keunggulan dalam bidang-bidang tertentu, seperti sains. Namun, penilaian kebudayaan Barat
lebih superior dan kemudian fenomena masyarakat Indonesia meninggalkan kebudayaan
yang sudah lama dihidupi, tentu menjadi suatu masalah. Kebudayaan daerah di Indonesia
ditingglakan hanya karena dicitrakan tidak ilmiah, keren dan sebagainya. Padahal, mulai
disadari bahwa kebudayaan daerah di Indonesia memiliki keunggulanmulai dari pandangan
tentang alam hingga pranata sosial. Dan juga masyarakat Barat mulai menyadari kekurangan
kebudayaan mereka sendiri-yang terlihat lewat gairah dan ketertarikan kebudayaan Timur
sebagai penawar kegelisahan mereka.
Secara singkat, dapat dikatakan permasalahan ini muncul karena pencitraan dan harus juga
diselesaikan dengan pencitraan. Sudah saatnya kita melihat bahwa kebudayaan Indonesia
memiliki kesejajaran dengan kebudayaan Barat, hanya saja kebudayaan Indonesia kurang
dicitrakan dan kurang dikenali oleh sebagian masyarakat Indonesia yang hidup mulai masa
70-an. Tentu, usaha untuk mengenali kebudayaan Indonesia adalah tugas yang diemban oleh
setiap warga negara Indonesia.Pengenalan ini merupakan salah satu modal untuk memiliki
dan mengembangkan kebudayaan Indonesia. Minimnya pengenalan ini, merupakan salah satu
faktor yang membuat rendahnya rasa kepemilikan dan keinginan untuk mengembangkan
kebudayaan. Mengembangkan kebudayaan, adalah hal yang harus dilakukan oleh masyarakat
Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaannya menunggu untuk
dikenali, dikembangkan, hingga akhirnya dapat hidup mencapai kebesarannya, yang dulu
pernah dimiliki.

A. KASUS
http://gilangsukarno.blogspot.com/2013/04/keanekaragaman-indonesia-dan-
contoh.html
Kesalahan budaya sering terjadi di Indonesia masa kini karena banyak Pimpinan Indonesia
menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah di wilayah
budaya lain. Kesalahpahaman atau konflik yang timbul akibat adanya keanekaragaman
budaya Indonesia antara lain konflik Ambon, Poso, Timor-timor dan konflik Sambas.
Masyarakat Ambon misalnya, umumnya mereka adalah kelompok masyarakat yang statis.
mereka lebih suka menjadi pegawai negeri, menguasai lahan tempat kelahirannya, juga
memiliki ladang dan pengolahan sagu. Berbeda dengan masyarakat Bugis. Sebagai kaum
pendatang yang tidak memiliki lahan, mereka sangat dinamis dan mampu menangkap
peluang dengan cepat. Pada umumnya mereka adalah pedagang. keadaan ini menyebabkan
masyarakat Bugis banyak menguasai bidang ekonomi di Ambon, lama kelamaan kemampuan
finansial mereka lebih besar yaitu lebih kaya. Sedangkan warga local (Ambon) hanya bisa
menyaksikan tanpa mampu berbuat banyak. Akibatnya, kesenjangan ini kian hari kian
bertambah dan menjadi bom waktu yang siap meledak, bahkan sudah meledak. Sepertinya
konflik Poso pun berlatar belakang hampir sama dengan konflik Ambon. Hal sama juga
terjadi di timor-timor. Ketika tim-tim masih di kuasai Indonesia, masyarakat Tim-Tim yang
statis tidak berkembang. Sedangkan warga pendatang, yang umumnya bersuku Batak,
Minang, Jawa, penguasa di berbagai bidang ekonomi, sehingga terjadi kecemburuan social.
Kondisi serupa terjadi di Sambas. Konflik yang terjadi karena suku Madura yang menguasai
sebagian besar kehidupan ekonomi setempat.
BAB XI CONTOH KASUS
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kebudayaan antar daerah hingga antar negara telah
terjadi pencampuran atau yang biasa disebut dengan alkulturasi. Hal ini mendorong kita
sebagi makhluk sosial agar dapat saling menghargai kebudayaan satu sama lain agar tidak
terjadi masalah dalam hidup berdampingan. Tidak dapatnya menerima akulturasi dengan
baik, terkadang akan menimbulkan masalah dalam kehidupan sosial.
Selain penerimaan alkultuasi kebudayaan, salah satu masalah sosial yang sedang dihadapi
saat ini adalah angka kelahiran individu yang cepat dan pesat yang menyebabkan
pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Padahal saat ini sudah ada alternatif untuk
menekan pertumbuhan penduduk, seperti adanya program Keluarga Berencara (KB). Tetapi
di Indonesia ini masih banyak masyarakat yang belum menerapkan program tersebut. Hal ini
disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat Indonesia yang belum mengenyam pendidikan
di tingkat tinggi, paradigma yang belum berkembang, dan sosialisasi program tersebut
mungkin belum menjamah beberapa daerah di Indonesia.
Dengan adanya perkembangan individu tersebut berarti akan membentuk keluarga dan
masyarakat baru juga. Individu, keluarga, dan masyarakat ini memiliki fungsinya masing-
masing untuk menjalankan perannya, tetapi ketiga komponen tersebut memiliki hubungan
yang cukup erat dalam kehidupan sosial. Seperti hubungan individu dengan keluarga.
Masing-masing individu dalam keluarga memiliki hak dan kewajiban dalam berperan dalam
suatu keluarga. Dan pada hubungan individu dengan masyarakat, sebagai makhluk sosial, ada
baiknya hak masyarakat didahulukan daripada hak individu. Contohnya, jika ada kegiatan
kerja bakti di lingkungan, ada baiknya kita ikut berpartisipasi dibandingkan harus
mendahulukan acara pribadi kita seperti akan mengadakan rekreasi.
Di kehidupan bermasyarakat, pemuda lah yang memilliki peran sosial yang cukup
penting. Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda harus terus turut serta berperan aktif
dalam pembangunan bangsa. Dalam usia yang produktif, pemuda dapat menciptakan dan
mengembangkan aktivitas dan kreativitas di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, para
pemuda harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal
maupun non formal. Dengan begitu, generasi muda diharapkan dapat turut aktif dalam
mengisi kemerdekaan.
Dapat dilihat pada saat ini, banyak pemuda yang seharusnya sebagai harapan bangsa
malahan terlibat ke dalam kasus hukum, seperti yang sedang marak yaitu kasus narkoba dan
tindak asusila. Kurangnya pendidikan mengenai hukum baik hukum kebiasaan mengenai
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat ataupun hukum perundang-
undangan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran seperti yang disebutkan
tadi. Pembelajaran mengenai kewarganegaraan harus sudah diberikan dan diaplikasikan sejak
bangku Sekolah Dasar agar ke depannya masyarakat terbiasa menjalankan hukum yang ada.
Selain di bangku sekolah formal, pengetahuan mengenai hukum yang berlaku juga bisa
diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Tetapi banyak anak-anak dan pemuda saat ini yang tidak mengenyam bangku pendidikan.
Meskipun hal mengenai kesamaan derajat dan persamaan hak sudah diatur di dalam UUD
1945, tetapi saat ini belum terlihat begitu jelas pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-
hari di kalangan masyarakat Indonesia. Masih banyak fasilitas-fasilitas umum seperti
sekolahan yang mementingkan golongannya sendiri (golongan elite terutama). Saat ini masih
terdapat sekolah yang dapat dikatakan lebih mementingkan material. Pada saat pendaftaran
mereka masih memungut biaya dan jika kita tidak mampu membayar biaya-biaya tersebut
maka kita dapat diterima untuk menggunakan pelayanan dari fasilitas pendidikan tersebut.
Sangat terlihat sekali kesenjangan sosial di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Sehingga
banyak juga pemuda yang tidak dapat meneruskan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain dari faktor persamaan derajat, faktor akan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan juga dapat dikatakan masih kurang, terutama pada masyarakat pedesaan. Terlihat
beberapa perbedaan antara masyarakat kota dan masyarakat pedesaan. Hal ini dapat
disebabkan dari pola pikir dan lingkungan tempat mereka tinggal. Tingkat tekanan harus
memiliki pendidikan tinggi untuk tetap dapat hidup di kota yang sekarang dapat dikatakan
cukup sulit seperti mendapatkan pekerjaan yang layak untuk mencukupi kehidupan sehari-
hari, membuat masyarakat kota sadar akan pendidikan yang tinggi sangat dibutuhkan untuk
masa depan.
Meskipun masyarakat kota dan desa berbeda tetapi mereka masih dalam ruang lingkup
negara Indonesia yang pada dasarnya memiliki kemajemukan baik Suku Bangsa dan
Kebudayaan, Agama, Bahasa, dan Nasional Indonesia. Kemajemukan ini harus dipersatukan
atau diintegrasikan agar tidak terjadi perpecahan antar golongan-golongan tersebut. Tetapi
pada saat ini terdapat beberapa masalah dalam mengintergrasikannya. Salah satu masalahnya
adalah adanya tuntutan pengakuan atas wilayah-wilayah tertentu yang dianggap sebagai
miliknya. Selain itu perbedaan agama, kebudayaan, dan suku juga menjadi pemicu sulitnya
pengintegrasian.
Adanya latar belakang sosial yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat
akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda juga. Karena adanya perbedaan ini, konflik antar
agama menjadi mudah terjadi. Dari perbedaan ini timbul beberapa penyebab lain terjadinya
konflik agama. Salah satunya adalah kurangnya dialog antar agama. Kurangnya dialog agama
ini dapat menimbulkan rasa keyakinan hanya ada satu intepretasi dan kebenaran yang
absolute dan adanya konflik yang berkepanjangan.
Konflik-konflik tersebut dapat mengakibatkan ekonomi di Indonesia tidak stabil.
Perkembangan ekonomi yang tidak stabil ini mengakibatkan angka kemiskinan di Indonesia
masih cukup tinggi. Karena masih tingginya angka kemiskinan, berarti masih banyak pula
masyarakat yang belum dapat merasakan efek perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada pada saat ini. Angka ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan kurangnya modal untuk usaha seseorang di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa masalah budaya Indonesia:

1. KURANGNYA REGENERASI
Jarang sekali generasi muda yang mau "nguri-uri" budaya sehingga dikhawatirkan bila tidak
diadakan regenerasi maka kedepannya generasi muda tidak mengenal lagi kebudayaan
bangsa sendiri

2. KURANGNYA RASA MEMILIKI
Masih ingat peristiwa Malaysia yang ingin mematenkan reog, tari tor - tor, batik, dll?
Bagaimana reaksi kita saat itu? marah, emosi, geram? mengapa perasaan seperti itu baru
muncul setelah negara tetangga tersebut ingin mengklaim budaya yang selama ini menjadi
milik kita? Karena kurangnya rasa memiliki sehingga kita cenderung menyepelekan budaya
yang telah kita miliki


3. KURANGNYA PENGHARGAAN DARI PEMERINTAH
Harus diakui bahwa pemerintah kita kurang memperhatikan budaya Indonesia. Para pelaku
serta pemerhati dunia budaya masih kurang mendapatkan apresiasi dari pemerintah sehingga
bisa dikatakan bahwa budaya masih menjadi prioritas kesekian dari jumlah daftar prioritas
bagi pemerintah. Ini terlihat dari minimnya anggaran yang disediakan pemerintah untuk
program - program budaya Indonesia

4. KONSEP PELESTARIAN BUDAYA YANG KURANG TEPAT
Melestarikan budaya tidak berarti hanya melakukan sesuatu demi tetap adanya sebuah
budaya tersebut, tetapi lebih dari itu. Pelestarian budaya sangat berhubungan dengan
regenerasi dan sikap memiliki. Karena tanpa kedua hal tersebut, mustahil pelestarian budaya
bisa dilakukan dengan maksimal

5. MASYARAKAT YANG TERLALU MUDAH MENYERAP BUDAYA LUAR
Bisa dibilang generasi muda sekarang lebih menyukai film box office bila dibanding dengan
menonton wayang semalam suntuk. Remaja sekarang lebih senang mengenakan baju model
Korea bila dibanding mengenakan batik ataupun kebaya. Ini terjadi karena masih adanya
anggapan bahwa keren = luar negeri sehingga budaya - budaya dari luar negeri lebih mudah
diserap oleh masyarakat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai