Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan Islam


Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu budhdhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal sebagai alat
batin untuk menimbang baik-buruk, benar-tidak, dan sebagainya; tabiat, watak,
akhlak, dan perangai. Secara istilah kebudayaan berarti semua hasil dari cipta,
rasa, dan karsa manusia di masyarakat. Suatu kebudayaan tidak akan pernah
terlepas dari yang namanya peradaban, karena peradaban merupakan bagian
dari kebudayaan. Peradaban dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas lahir
yang biasanya dipakai untuk menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari
kebudayaan yang halus, maju, dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetaahuan,
adat, sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, dan organisasi kenegaraan.
(Karim, 2009:34).
Walaupun kebudayaan dan peradaban sangat erat kaitannya, namun
sejatinya keduanya adalah sesuatu yang berbeda. Seseorang yang beradab
belum tentu berbudaya. Kebudayaan banyak diwujudkan dalam bidang seni,
sastra, religi, dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang
politik, ekonomi, dan teknologi. Maka dari itu, yang dimaksud dengan
kebudayaan Islam ialah kebudayaan yang benar-benar disepakati dan tidak
diragukan oleh para ahli sebagai kebudayaan yang datang dari Islam, baik yang
dihasilkan oleh umat, pemerintahan, maupun sebagai manifestasi dari nilai-
nilai ajaran Islam (Karim, 2009:34).

B. Unsur Pembentuk Kebudayaan Islam


Suatu kebudayaan tidak dapat berdiri sendiri, karena kebudayaan
terbentuk dari keterpaduan unsur-unsur yang sangat banyak, diantaranya:
1. Sistem Politik
Dalam sejarah Islam, negara dan pemerintahan yang dibangun adalah
bercorak teokrasi. Rasululah saw. Di samping menjadi pemimpin agama,

3
4

juga mengepalai pemerintahan, meskipun demikian, kedaulatan tetap ada di


tangan Allah SWT. Allah SWT. Berfirman dalam Q.S. Al Hajj :64-65






Artinya : Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang
ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
lagi Maha Terpuji.(Q.S. Al Hajj :64)









Artinya : Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan
bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di
lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda)
langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada Manusia. (Q.S. Al Hajj :65)

Dalam Q.S. Al-Hajj :64-65 tersebut, telah dijelaskan bahwa Allahlah


yang memiliki segala kekuasaan di langit, bumi, dan seluruh alam semesta.
Kekuasaan yang dimiliki manusia hanyalah amanah yang diberikan oleh
Allah. SWT., yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban. Pada saat
memimpin Negara Islam, Rasulullah Saw. Memberi kemerdekaan individu,
kebebasan beragama, hak sebagai warga sosial, dan negara, juga kedaulatan
di tangan Allah SWT. Dan diakui Nabi berkuasa penuh sebagai kepala
negara. Hal ini biasa disebut para ahli sebagai Islamic State. (Karim, 2009:
74)
Untuk mengendalikan pemerintahan Nabi di Madinah, sudah ada
sebuah sekretariat negara. Negara terbagi menjadi sembilan provinsi yang
5

dikepalai seorang wali (gubernur) dan sebanyak dua puluh satu yang
dikepalai oleh seorang amil yang tugas utamanya sebagai tax collector.
Sumber pendapatan negara berasal dari ghanimah, zakat, jizyah, kharaj, dan
al-fay. Selain itu, ada juga Departemen Kehakiman yang dikepalai oleh
Nabi, serta pertahanan, dan bidang keagamaan.
Dalam sistem politik Islam juga dikenal adanya konstitusi
kekhalifahan yang terbentuk pasca Rasulullah Saw. wafat. Masa
kekhalifahan ini dipimpin oleh khalifah terpilih sebagai pengganti Nabi,
diantaranya Abu Bakar Shiddiq, dilanjutkan oleh Umar ibn Khattab,
kemudian Usman ibn Affan, dan terakhir Ali ibn Abi Thalib. Keempat
khalifah itu biasa disebut sebagai al-khulafa al-rasyidun.

2. Sistem Ekonomi
Dua bidang utama yang menjadi landasan sistem ekonomi sebagai
salah satu pilar pembentuk kebudayaan Islam ialah pertanian dan
perdagangan. Kedua bidang ini telah dikenal jauh sebelum Islam datang
oleh masyarakat Arab pra-Islam, yang juga telah mengenal alat pertanian
semimodern, seperti alat bajak, cangkul, garu, dan tongkat kayu untuk
menanam. Mereka juga telah mengenal penggunaan hewan ternak seperti
unta, keledai, dan sapi jantan sebagai penarik bajak dan garu, mereka
mengenal sistem irigsi dan pemkaian pupuk untuk menyuburkan tanah, serta
teknik penyilangan pohon tertentu untuk mendapat bibit unggul.
Dalam pengelolaan ladang atau sawah, ada tiga sistem yang dikenal,
yaitu:
a) Sistem sewa-menyewa dengan emas atau logam mulia lain, gandum,
atau produk pertanian sebagai alat pembayarannya.
b) Sistem hasil produk, misalnya separuh untuk pemilik dan separuh
untuk penggarap dengan bibit dan ongkos penggarapan dari pemilik
sawah atau ladang.
c) Sistem pandego, yaitu seluruh modal datang dari pemilik, sedangkan
pengairan, pemupukan, dan perawatannya dikerjakan oleh penggarap.
6

Dalam bidang perdagangan, masyarakat Arab pra-Islam telah


mencapai kemajuan pesat, terbukti dari dijadikannya Mekah sebagai pusat
perdagangan Internasional. Meskipun perdagangannya telah maju, namun
nilai keadilan belum ditegakkan dengan baik, Sebagai contoh, para
pedagang meminjam modal kepada para konglomerat, tetapi harus
membayar utang tersebut dengan bayaran yang jauh lebih tinggi. Sejak
Islam datang, nilai-nilai keadilan dan persamaaan mulai dimasukkan dalam
perekonomian masyarakat Arab. Islam mengajarkan dengan semangat
keadilan, kejujuran, dan kesamaan. Kalangan kaya tidak diperbolehkan
memonopoli perekonomian dan memperbudak kaum miskin. Rasulullah
Saw. mencontohkan bagaimana golongan kaya membantu dan membina
golongan miskin sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi. (Karim,
2009: 58).

3. Sistem kemasyarakatan
Masyarakat Islam merupakan masyarakat yang berbeda dengan
masyarakat manapun. Masyarakat Islam merupakan masyarakat yang
rabbani, insani, akhlaqi, serta seimbang (tawazun), sehingga mereka bisa
memperkuat agama mereka, membentuk kepribadian mereka, dan bisa
hidup di bawah naungan-Nya dengan kehidupan Islami yang sempurna.
Masyarakat Islam bukanlah masyarakat yang hanya menerapkan syariat
Islam pada bidang hukum. Dalam catatan sejarah, Rasulullah Saw. telah
memberikan contoh bagaimana masyarakat Islam dibangun di Madinah.
Ketika itu masyarakat Madinah terdiri dari 12 kelompok, mereka
mengadakan perjanjian yang diwakili oleh tiga kelompok besar, yakni kaum
muslim, orang Arab yang belum masuk Islam, dan kaum Yahudi dari Bani
Nadir dan Bani Quraizah. Perjanjian tersebut kemudian dikenal sebagai
piagam Madinah yang menyepakati lima perjanjian berikut:
a) Tiap kelompok dijamin kebebasannya dalam beragama.
b) Tiap kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang
bersalah.
7

c) Tiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahnkan Madinah,


baik yang muslim maupun yang nonmuslim.
d) Penduduk Madinah semuanya sepakat mengangkat Muhammad sebagai
pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala perkara yang
dihadapkan kepadanya.
e) Meletakkan landasan berpolitik, ekonomi, dan kemasyarakatan bagi
negeri Madinah yang baru terbentuk.

Contoh lain sistem kemasyarakatan Islam adalah dihapuskannya


tradisi budak secara revolusioner, karena Al-Quran juga telah
menganjurkan agar budak diajarkan dengan ajaran Islam dan dinyatakan
sebagai warga muslim yang bebas atau warga yang sedang dalam
perlindungan.

4. Ilmu Pengetahuan
Islam selalu mnuntun pemeluknya untuk selalu mengadakan
penelitian dan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang belum pernah
diketahui sebelumnya sehingga sebagai suatu penemuan bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia. Dalam sejarahnya, sejak era kekhalifahan al-khulafa
al-rasyidun, kekhalifahan Bani Ummayah, kekhlifahan Bani Abbasiyah,
hingga kekhalifahan setelah mereka merupakan era baru dan identik dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Dari segi pendidikan, ilmu pengetahuan
termasuk science, kemajuan peradaban, dan kultur pada zaman ini bukan
hanya identik sebagai masa keemasan Islam, tetapi mengukur dengan
gemilang dalam kemajuan peradaban dunia. (Karim, 2009: 172).

C. Sejarah Kebudayaan Islam


Tidak dipungkiri bahwa Islam berhadapan dengan agama dan peradaban
lain. Islam menerima dan mengintegrasikan segala sesuatu dan situasi yang
sejalan dengan prinsip agama Islam dan menolak yang tidak sejalan.
Perkembangan ilmu dan kebudayaan yang masuk ke dunia Islam, pada
dasarnya dipengaruhi oleh tiga negara yaitu Yunani, India, dan Iran. Yunani
8

berpengaruh penting dalam perkembangan ilmu logika di Islam, yang mana


mayoritas agama di Yunani adalah gereja ortodoks dan kristen, kemudian India
juga berpengaruh dalam kemajuan berbagai ilmu seperti ilmu kedokteran, ilmu
perbintangan dan ilmu pengetahuan lainnya. Sama seperti Yunani, India juga
mayoritas agamanya non Islam. Sedangkan Iran mayoritas agama sudah Islam.
Artinya perkembangan kebudayaan Islam tidak hanya didukung oleh
kaum muslim, tetapi juga oleh orang non muslim, seperti Hunain Ibn Ishaq,
dokter yang beragama kristen, kemudian ada Al Majusi, yang merupakan
ilmuwan dan penemu yang dulunya penganut Zoo raster atau penyembah api,
dan lain-lain yang berada dan bekerja di wilayah kekuasaan pemerintah Islam.
Hasil kebudayaan Islam tidak hanya ditulis dalam bahasa Arab, tetapi juga
dalam bahasa lain, seperti bahasa Persia, Turki, Urdu, Bangla, Melayu dan
sebagainya (Karim, 2009: 32).
Jadi, kebudayaan Islam tidak muncul secara murni dari kalangan
muslim saja, tetapi juga mendapat pengaruh kebudayaan dari bangsa-bangsa
lain. Pengaruh kebudayaan tersebut terwujud dalam berbagai bentuk, baik
dalam bentuk bahasa, ide gagasan, artefak, maupun dalam aspek aktivitas.
Dalam sejarahnya, perkembangan kebudayaan islam dipengaruhi oleh beberapa
kebudayaan non-Islam, di antaranya sebagai berikut:

1. Kebudayaan Saba
Saba adalah sebuah kerajaan di abad klasik yang berdiri sejak 1300
SM, terletak di wilayah Yaman saat ini. Saba terletak di arab bagian selatan,
yang mana Arab bagian Selatan lebih maju dibandingkan Arab bagian
Utara. Masyarakat Arab bagian Selatan adalah masyarakat yang dinamis dan
memiliki peradaban, mereka telah mengenal kontak dengan dunia
internasional karena pelabuhan mereka terbuka bagi pedagang-pedagang
asing yang hendak berniaga ke sana.
Kerajaan Saba membangun bendungan Maarib, sebuah bendungan
raksasa yang menjadi sumber air untuk seluruh wilayah kerajaan. Namun
9

pada tahun 532-543 ditemukan sebuah tulisan Abrahah tentang hancurnya


bendungan Maarib tersebut. Hal ini yang menjadi awal munculnya
pengaruh kebudayaan Saba dalam perkembangan kebudayaan Islam.
Banyak kata atau istilah dari tulisan Abrahah tersebut yang digunakan di
Islam. Dalam tulisan abrahah tersebut terdapat kata-kata dengan kekuatan,
kemuliaan, dan kasih sayang Yang Maha Pemurah (Rahman) dan
Pemyelamat serta Roh Kudus. Kata rahman sangat penting karena
memiliki padanan pada bahasa Arab Utara, al-Rahman yang kemudian
menjadi sifat utama Allah Swt. Dan salah satu nama surat dalam Al-Quran,
yaitu surat ke 19 didominasi kata al-rahman Meskipun digunakan dalam
berbagai tulisan untuk merujuk pada Tuhan orang-orang Kristen, kata itu
jelas-jelas dipinjam dari nama salah satu dewa tertua di Arab Selatan.
Kata lainnya yang digunakan dalam Islam adalah kata Al-Rahim
(Maha Penyayang) yang muncul sebagai nama dewa (RHM) dalam tulisan-
tulisan pra-Islam dan tulisan orang-orang Saba. Orang-orang Saba percaya
dan menyembah matahari dan bintang. Tulisan Arab selatan lainnya
menggunakan kata syirk yang diasosiasikan dengan politeisme, jenis syirk
yang sangat ditentang keras dalam dakwah nabi Muhammad SAW.
Monoteisme Muhammad memerintah dan menekan umatnya untuk
menyembah satu-satunya wujud yang tertinggi dan menafikan seluruh
wujud sembahan lain selain Dia meskipun dewa-dewa kecil. Pada tulisan-
tulisan yang sama juga dijumpai istilah teknis yang berarti tidak beriman,
KFR, seperti yang digunakan dalam bahasa Arab Utara (Hitti, 2006 : 132).

2. Kebudayaan Abissinia
Abyssinia adalah nama terdahulu dari daerah yang sekarang kita kenal
sebagai Etiopia, salah satu negara tertua di benua Afrika. Kebudayaan
Abissinia cukup berpengaruh terhadap kehidupan Hijaz, yaitu kehidupan
masyarakat yang tinggal diebuah wilayah di sebelah barat laut Arab Saudi.
Orang-orang Abissinia membentuk suatu bagian penting dalam aktivitas
perdagangan internasional, yang ketika itu dimonopoli oleh orang-orang
10

Saba-Himyar, khususnya dalam komoditas rempah-rempah, yang jalur


utamanya melintasi Hijaz. Selama sekitar 50 tahun sebelum kelahiran Nabi,
orang-orang Abissinia telah membangun kekuasaannya di Yaman, dan pada
tahun kelahiran Nabi, mereka telah berada di gerbang kota Mekah dan
mengancam hendak menghancurkan bangunan suci Kabah. Bilal adalah
seorang kulit hitam dari Abissinia. Selain itu terdapat hubungan transportasi
laut yang aktif antara Hijaz dan Abissinia. Ketika masyarakat Islam yang
baru lahir mendapat tekanan keras dari orang-orang Quraisy, Abissinia
menjadi tempat perlindungan mereka.
Kosa-kata bahasa Arab yang berasal dari bahasa Ethiopia adalah
burhan (bukti), hawariyyn (murid-muris Isa), jahannam (neraka, berasal
dari bahasa Ibrani), malak (malaikat, berasal dari bahasa Ibrani), mihrab
(ruang kosong), minbar (mimbar), mush-haf (kitab suci), dan syaithan
(setan). Hal ini memperlihatkan bahwa adanya pengaruh bahasa orang
Abissinia Kristen terhadap orang Hijaz Muslim.

3. Kebudayaan Persia
Persia adalah nama kuno dari negara Iran. Kebudayaan Persia turut
mewarnai keadaan penduduk Hijaz dan perkembangannya pada masa-masa
berikutnya. Budaya ini mulai memasuki tanah Arab pada abad menjelang
kemunculan agama Islam. Persia yang menganut agama zoroaster, bersaing
dengan Abissinia untuk memperoleh supremasi di Yaman. Pengetahuan seni
militer Persia diwariskan kepada orang-orang Arab dari sebelah selatan dan
utara melalui orang Arab Persia, yang beribu kota di Hirah. Sebuah riwayat
menyebutkan bahwa Salman dari Persia adalah orang yang mengusulkan
pembuatan parit kepada Nabi sebagai strategi pertahanan kota madinah
sewaktu perang parit. Pada masa pra-Islam, Hirah merupakan jalur utama
penyebaran pengaruh budaya Persia dan Nestor Aramaik ke dunia Arab.
Kelak orang-orang Nestor menjadi penghubung utama antara budaya
Yunani dan Islam, saat itu mereka menjadi media utama penyebaran
11

gagasan-gagasan budaya utara, yaitu Aramaik, Persia, Hellenik, ke tengah-


tengah masyarakat pagan Arab.

4. Kebudayaan Gassan.
Orang-orang kristen Nestor dari Hirah telah mempengaruhi orang-
orang Arab di perbatasan Persia, para penganut gereja Monofisit dari
Gassan mulai menyebarkan pengaruh mereka pada orang-orang Hijaz.
Gassan adalah suatu daerah yang berada di jazirah arab bagian selatan.
Selama empat abad sebelum Islam, keturunan Arab yang telah menjadi
orang Suriah ini memungkinkan terjadinya persentuhan antara dunia Arab,
tidak hanya dengan Suriah, tetapi juga dengan Byzantium. Sehingga nama-
nama seperti Dawud, Sulaiman, dan Isa telah dikenal baik oleh orang-orang
Arab pra-Islam.
Beberapa kosakata Aramaik diadopsi menjadi kosakata Arab Kuno,
seperti kata kanisah dan biah (gereja), dumyah dan shurah (kesan dan
gambar), qissis (biarawan), shadaqah (santunan), nathur (pengawas), nir
(kendali), faddan (tanah, hektar), qindil (lampu, berasal dari bahasa latin,
candela) ( Hitti,2006:134-135).

D. Karakteristik dan Bentuk-Bentuk Kebudayaan Islam

Kebudayaan Islam dapat dibagi menjadi dua aspek. Aspek pertama


didasarkan pada metode-metode ilmiah dan kemampuan rasio, dan aspek
kedua, didasarkan pada ajaran Islam yang normatif, pemahaman subyektif, dan
pemikiran metafisik.
Dalam perspektif Islam, kebudayaan dikembangkan dalam dunia
manusia, berkaitan pula dengan kenyataan penciptaan oleh Allah. Proses ini
tidak sekali jadi, melainkan melalui proses penciptaan (khalq), penyempurnaan
(taswiyyah) dengan cara memberikan ukuran dan hukum tertentu (taqdir), dan
juga diberikan petunjuk (hidayah).
Islam sebagai agama haq disusun atas dasar tiga komponen, yaitu:
komponen batiniyah yang merupakan esensi ajaran tauhid; komponen
12

simbolik yang merupakan bentuk ibadah yang bersifat internal, dan


komponen muamalah yang merupakan ekspresi dari din al-Islam.
Beberapa landasan yang menjadi ciri atau karakteristik yang terdapat
dalam kebudayaan islam sebagai berikut.

1. Kesatuan
Tak ada peradaban tanpa kesatuan. Jika unsur-unsur peradaban tidak
bersatu, berjalin , dan selaras satu dengan lainnya, maka unsur-unsur itu
bukan membentuk peradaban, melainkan himpunan campur-aduk. Prinsip
menyatukan berbagai unsur dan memasukkan unsur-unsur itu di dalam
kerangkanya sangat penting. Prinsip seperti ini akan mengubah campuran
hubungan unsur-unsur satu dengan lainnya menjadi bangunan rapi dimana
tingkat prioritas atau derajat kepentingan dapat dirasakan. Peradaban Islam
menempatkan unsur-unsur dalam bangunan rapi dan mengatur eksistensi
serta hubungannya berdasarkan pola yang seragam. Unsur-unsur itu
sendiri ada yangasli dan ada yang berasal dari luar. Tidak ada peradaban
yang tidak mengambil unsur dari luar. Yang penting adalah bahwa
peradaban mencerna unsur itu, yaitu mempola kembali bentuk dan
hubungannya sehingga menyatu ke dalam sistemnya sendiri.
Membentuk unsur itu dengan bentuknya sendiri sebenarnya
mengubahnya menjadi realitas baru sehingga unsur itu tak lagi eksis
sebagai unsur itu sendiri, namun sebagai komponen integral peradaban
baru. Ini bukanlah argumen menentang peradaban bila peradaban itu
semata-mata hanya menambah unsur-unsur asing. Atau bila peradaban
melakukannya dengan cara terpotong-potong, tanpa pembentukan ulang,
penambahan, atau integrasi. Persisny, unsur-unsur ini semata-mata ada
bersama (co-exist) dengan peradaban. Secara organis, unsur-unsur itu
bukan bagian dari peradaban itu. Namun jika peradaban ini telah berhasil
mengubah mereka dan mengintegrasikannya ke dalam sistemnya, maka
proses integrasi menjadi indeks vitalitas, dinamisme dan kreativitasnya.
Dalam setiap peradaban integral, dan tentu saja dalam Islam, unsur-unsur
13

pembentuknya, baik unsur material, struktural atau relasional, semuanya


diikat oleh satu prinsip utama. Dalam peradaban Islam, prinsip utama ini
adalah tauhid. Inilah tongkat pengukur utama orang Islam, pembimbing
dan pencarinya dalam berhadapan dengan agama dan peradaban lain,
dengan fakta atau situasi baru. Yang sejalan dengan prinsip ini diterima
dan diintegrasikan. Yang tidak sejalan ditolak atau dikutuk.
Tauhid atau doktrin keesaan, transenden, dan doktrin keutamaan
Tuhan, mengandung arti bahwa hanya Dia yang patut disembah dan
dilayani. Orang yang taat akan hidup berdasarkan prinsip ini. Dia akan
berupaya menyelaraskan perbuatannya dengan pola ini, melaksanakan
maksud Ilahiah. Karena itu, kehidupannya harus menunjukkan kesatuan
pikiran dan kehendaknya, tujuan utama pengabdiannya. Kehidupannya tak
akan merupakan serangkaian peristiwa yang disatukan dengan kacau
balau. Tetapi, kehidupannya akan dihubungkan dengan satu prinsip utama,
diikat oleh kerangka tunggal yang menyatukan mereka menjadi kesatuan
tunggal. Dengan demikian, kehidupannya memiliki gaya tunggal, bentuk
yang integral singkatnya Islam.
2. Rasionalisme
Sebagai prinsip metodologis, rasionalisme membentuk intisari
peradaban Islam. Rasionalisme terdiri atas tiga aturan atau hukum :
pertama, menolak semua yang tidak berkaitan dengan realitas; kedua,
menafikan hal-hal yang sangat bertentangan; ketiga, terbuka terhadap
bukti baru dan/ atau berlawanan. Hukum pertama melindungi seorang
muslim dari membuat pernyataan yang tidak terujji, tidak jelas terhadap
ilmu pengetahuan.Pernyataan yang kabur, menurut Al-Quran, merupakan
contoh zhann (pengetahuan yang menipu) dan dilarang oleh Tuhan,
sekalipun tujuannya dapat diabaikan. Seorang muslim dapat didefinisikan
sebagai orang yang pernyataannya hanyalah kebenaran. Hukum kedua
melindunginya dari kontradiksi di satu pihak, dan paradoks di pihak lain.
Rasionalisme bukan berarti pengutamaan akal atas wahyu tetapi
penolakan terhadap kontradiksi puncak antara keduanya.
14

Rasionalisme mempelajari tesis-tesis yang bertentangan berulang-


ulang, dengan anggapan bahwa pasti ada segi pemikiran yang terlewat
yang jika dipertimbangkan akan mengungkapkan hubungan yang
bertentangan. Rasionalisme juga menggiring pembaca wahyu- bukan
wahyu itu sendiri kepada bacaan lain. Bila dia menangkap makna yang
tak jelas yang kemudian dipikirkannya kembali, maka akan menghapus
kontradiksi yang tampak. Perujukan pada akal atau pemahaman demikian
akan memiliki pengaruh penyelarasan bukan wahyu itu sendiri wahyu
tak dapat dimanipulasi manusia tetapi penafsiran atau pemahamann
insani seorang muslim akan wahyu. Ini menjadikan pemahamannya akan
wahyu sejalan dengan bukti kumulatif yang disingkapkan akal.
Penerimaan terhadap sesuatu yang bertentangan atau paradoks sebagai
suatu kebenaran hanya menarik orang-orang berpandangan picik. Muslim
yang cerdas adalah seorang rasionalis karena dia menegaskan kesatuan dua
sumber kebenaran yaitu wahyu dan akal.
Hukum ketiga, keterbukaan terhadap bukti baru atau yang
bertentangan, melindungi seorang muslim dari literalisme, fanatisme, dan
konservatisme yang menyebabkan stagnasi. Hukum ketiga ini
mencontohkan dia kepada kerendahan hati intelektual. Memaksanya
menambahkan pada penegasan dan penyangkalannya ungkapan Allahu
alam (Allah yang lebih tahu). Karena dia yakin bahwa kebenaran lebih
besar daripada yang dapat dikuasainya.
Sebagai penegasan akan keesaan mutlak Tuhan, tauhid merupakan
penegasan keesaan kebenaran. Karena Tuhan, dalam Islam adalah
kebenaran. Keesaan-Nya merupakan keesaan sumber-sumber kebenaran.
Tuhan adalah Pencipta alam dari mana manusia mendapat
pengetahuannya. Tujuan pengetahuan adalah pola-pola alam yang
merupakan karya Tuhan. Jelas Tuhan mengetahui semuanya karena Dialah
penciptanya; dan Dialah sumber wahyu. Dia memberi manusia
pengetahuan-Nya; dan pengetahuan-Nya mutlak dan universal. Tuhan
tidak menipu, tidak dengki, tidak menyesatkan. Dia juga tidak mengubah
15

keputusan-Nya seperti yang dilakukan manusia ketika membetulkan


pengetahuan-Nya, kehendaknya, atau keputusannya. Tuhan adalah
sempurna dan maha tahu. Dia tak pernah salah. Kalau pernah, Dia tidak
akan menjadi Tuhan trasenden agama Islam.
3. Toleransi
Sebagai prinsip metodologis, toleransi adalah penerimaan terhadap
yang tampak sampai kepalsuannya tersingkap. Dengan demikian toleransi
relevan dengan epistemologi. Ia juga relevan dengan etika sebagai prinsip
menerima apa yang dikehendaki sampai ketaklayakannya tersingkap.
Yang pertama disebut saah; yang kedua yusr. Keduanya melindungi
seorang muslim dari menutup diri terhadap dunia dari konservatisme.
Keduanya mendesaknya untuk menegaskan dan mengatakannya terhadap
kehidupan, terhadap pengalaman baru. Keduanya mendorongnya untuk
menyampaikan data baru dengan pikirannya yang tajam, usaha
konstruktifnya. Dan dengan demikian memperkaya pengalaman dan
kehidupannya, dan selalau memajukan budaya dan peradabannya.
Sebagai prinsip metodologis di dalam intisari peradaban Islam,
toleransi adalah keyakinan bahwa Tuhan tidak membiarkan umat-Nya
tanpa mengutus rasul dari mereka sendiri. Rasul yang akan mengajarkan
bahwa tak ada Tuhan kecuali Allah, dan bahwa mereka patut menyembah
dan mengabdi kepada-Nya, untuk memperingatkan mereka bahaya
kejahatan dan penyebabnya. Dalam hubungan ini, toleransi adalah
kepastian bahwa semua manusia dikaruniai sensus communis, yang
membuat manusia dapat mengetahui agama yang benar, mengetahui
kehendak dan perintah Tuhannya. Toleransi adalah keyakinan bahwa
keanekaragaman agama terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang
mempengaruhinya, kondisi ruang dan waktunya yang berbeda, prasangka,
keinginan, dan kepentingannya. Di balik keanekaragaman agama berdiri
al-din al-hanif, agama fitrah Allah, yang mana manusia lahir bersamanya
sebelum akulturasi membuat manusia menganut agama ini atau itu.
Toleransi menuntut seorang Muslim untuk mempelajari sejarah agama-
16

agama. Tujuannya untuk menemukan di dalam setiap agama karunia awal


Tuhan, yang diajarkan oleh rasul-rasul yang diutus-Nya di segenap tempat
dan waktu.
Dalam agama-dan hampir tak ada yang lebih penting dalam
hubungan manusia-toleransi mengubah konfrontasi dan saling kutuk antar
agama menjadi kerjasama penelitian ilmiah tentang asal-usul dan
perkembangan agama. Tujuannya memisahkan penambahan historis dari
wahyu awal yang diterima. Dalam etika, semua bidang penting berikutnya,
yusr; mengebalkan seorang Muslim dari kecenderungan menolak
kehidupan. Yusr membuatnya memiliki optimisme yang diperlukan untuk
menjaga kesehatan, keseimbangan, dan kebersamaan, meski kehidupan
manusia ditimpa berbagai tragedy dan penderitaan. Tuhan menjamin
makhluk-Nya bahwa dengan kesulitan, Kami menetapkan kemudahan
[yusr]. Dan karena Dia memerintahkan mereka untuk menguji setiap
pernyataan dan memastikannya sebelum menilai, maka kaum ushuli (ahli
fiqih) melakukan eksperimentasi sebelum menilai kebaikan atau
keburukannya, yang tidak bertentangan dengan perintah Ilahiah yang pasti.
Saah dan yusr langsung berasal dari tauhid sebagai prinsip
metafisika etika. Tuhan, yang menciptakan manusia agar manusia dapat
membuktikan dirinya berguna, telah membuatnya bebas dan mampu
bertindak positif di dunia. Menurut Islam, melaksanakan hal itu adalah
maksud eksistensi manusia di bumi.

Bentuk bentuk kebudayaan Islam antara lain:


1. Bentuk ideal ( gagasan )
Bentuk kebudayaan ideal merupakan bentuk kebudayaan yang abstrak
bentuk ini hanya dituangkan kedalam bentuk pemikiran-pemikiran,
nilai, norma, dan peraturantetapi beberapa hhal dinyatakan dalamm
bentuk tulisan
Contoh :
17

a. Penyemurnaan penulisan Al-Quran dengan memberi tanda titik


dan harakat
b. Penulisan hadis Rosulullah dalm bentuk kitab kitab hadis
c. Pemikiran dalam bidang hukum islam seperti ilmu fikih
2. Bentuk aktivitas
Kebudayaan yang berwujud aktivitas sering disebut dengan sistem
sosialsistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi bergaul dengan manusia lainnya,
Contoh :
a. Larangan untuk membunuh
b. Larangan berduaan denga lawan jenis yang bukan mahramnya
c. Hukum potong tangan untuk pencuri
d. Hukum rajam bagi para pezina
3. Bentuk artefak
Artefak merupakan hasil wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat
Contoh :
a. Masjid
b. Kaligrafi

E. Kebudayaan Islam di Indonesia

Ada tiga teori besar yang menjelaskan mengenai masuknya Islam di


Indonesia. Teori pertama disebut dengan teori Gujarat. Yang mengatakan
bahwa islam dating dari wilayah Gujarat melalui peran para pedagang india
pada 13 M. Teori kedua yaitu teori Makkah yang mengatakan bahwa islam
masuk di Indonesia melalui peran para pedagang arab muslim pada 7 M. teori
ketiga yaitu teori Persia yang mengatakan bahwa isam masuk di Indonesia
melalui peran para pedagang yang singgah di Gujarat sebelum ke Indonesia.
Namun menurut sejarah yang berkembang Agama islam dipercaya masuk ke
Indonesia pada abad ke-7 M dan mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Berkembangnya islam di Indonesia melalui beberapa saluran, antara lain :
18

1. Saluran perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan.
Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M membuat
pedagangan-pedangan muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian
dalam perdangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua
asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan
karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan,
bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
2. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial
yang lebih baik dari pada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumu
terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saodagar-
saodagar itu. Sebelum kawin, mereka di Islamkan lebih dahulu. Setelah
mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya,
timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, adapula wanita muslim yang dikawini
oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk Islam
terlebih dahulu.
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar Tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah di kenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Diantara ahli-ahli Tasawuf yang memberikan ajaran mengandung
persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah
Fansuruh di Aceh, Syaik Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
Ajaran mistik seperti ini berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20
M ini.

4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun
pondok yang di selenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-
ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai
19

mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang


ke kampung masing-masing kemudian berdakwa ke tempat tertentu
mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat
di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri.

Berkembangnya agama islam di Indonesia, menghasilkan beberapa unsur


budaya yang bercorak islam yang sangat beranekaragam. Dan beberapa unsur
budaya yang berkembangpesat sejak terjadinya proses islamisasi yang muncul
di Indonesia antara lain sebagai berikut :

1. Dalam perkembangan bahasa yaitu masa peralihan dari bahasa Jawa (kuno)
ke bahasa Jawa baru islam memberikan kontribusi yaitu ditandai dengan
munculnya sastra kidung dan macapat yang meluas di kalangan masyarakat
dan meluas dikalangan masyarakat dan digunakan sebagai media dakwah
para wali. Selain itu, terdapat juga karya-karya yang berkembang pesat pada
masa itu. Seperti Het Boek Van Bonang, Suluk Wujil, Suluk Sukarsa,
Sithin, Serat Pararaton, Dan sebagainya.
2. Munculnya hagiografi yaitu penulisan tentang sejarah orang-orang saleh
atau suci yang di kenal sebagai wali, khususnya wali sanga.
3. Makam. Contohnya cungkup makam sunan drajat masih tersimpan patung
singa dari batu, masjid situs Sendang Duwur yang memiliki gapura
bersayap masih menyimpan patung garuda dari kayu dan sisa-sisa patung
Siwa.
4. Angka- angka tarikh atau kalender saka yang masih digunakan sampai tahun
1633.

Anda mungkin juga menyukai