Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN:

PT TELKOMUNIKASI INDONESIA DAN ENTITAS ANAKNYA

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Akuntansi Keuangan Menengah 1

Dosen Pengampu : Dra. Y Anni Aryani, M.Prof.Acc.,Ph.D.,Ak

Disusun oleh :
Listiana Pangestuti F0316057

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
Hasil Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan menggunakan acuan PSAK tahun 2017;

Penyusunan laporan keuangan konsolidasian Perusahaan Perseroan PT Telekomunikasi


Indonesia terdiri dari laporan Perusahaan dan entitas anak dimana Perusahaan memiliki kendali.
Pengendalian tersebut timbul ketika perusahaan memiliki hak untuk mempengaruhi imbal hasil
tersebut melalui kekuasaannya. Entitas anak dikonsolidasikan sejak tanggal efektif akuisisi,
yaitu tanggal dimana suatu entitas efektif memperoleh pengendalian atas bisnis yang diakuisisi
sampai tanggal pengendalian itu berakhir. Penyusunan laporan keuangan konsolidasian diatur
dalam PSAK Nomor 65 paragraf 32.
Amandemen PSAK 65 paragraf PP85E mengklarifikasi bahwa jika entitas anak
merupakan entitas investasi, terlepas apakah entitas anak tersebut memberikan jasa terkait
investasi kepada entitas induk ataupun pihak lain, maka entitas investasi entitas induk mengukur
investasinya pada entitas anak tersebut pada nilai wajar melalui laba rugi. Yang dimakhsud
entitas investasi adalah entitas yang dapat menyediakan jasa investasi baik langsung maupun
melalui entitas anak. Diatur dalam PSAK Nomor 65 paragraf 86 mengenai prosedur
penyusunan laporan keuangan konsolidasi yaitu :
a. Menggabungkan dan mengeliminasi asset, liabilities, ekuitas, penghasilan, beban, dan arus
kas sejenis dari entitas induk dengan entitas anak selama periode berjalan
b. Melakukan penyesuaian apabila terjadi perbedaan kebijakan akuntansi dalam penyusunan
laporan.
Penyajian laporan keuangan menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang
fungsional perusahaan dengan tujuan memudahkan user untuk memahami laporan tersebut
dengan satuan miliaran rupiah yang dibulatkan. Berkenaan dengan hal tersebut diatur dalam
PSAK Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan ayat 53, dimana diperbolehkan bagi
perusahaan untuk melakukan penyajian menggunakan satuan mata uang dengan pembulatan,
dengan syarat tidak menghilangkan informasi material lainya.
Selain itu perusahaan ini menyajikan informasi komparatif dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasi yang diungkapkan bersamaan dengan periode terdekat sebelumnya yakni
tahun 2015. Hal itu bertujuan agar user memperoleh manfaat dari pengungkapan informasi
periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian risiko. Hal ini diatur juga di PSAK Nomor 1
paragraf 38 yang menyatakan, “ entitas menyajikan informasi komparatif terkait dengan
periode terdekat sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan
periode berjalan, kecuali diizinkan atau disyaratkan lain oleh SAK.
Laporan keuangan tersebut disusun dengan dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Laporan keuangan konsolidasian juga disusun dengan dasar harga perolehan, kecuali beberapa
akun tertentu yang didasarkan pengukuran lain sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan
akuntansi masing-masing biaya tersebut.
Hal tersebut diatur dalam PSAK Nomor 1 ayat 27 yang menyatakan Entitas menyusun laporan
keuangan atas dasar akrual kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi akrual digunakan, maka
perusahaan mengakui pos-pos sebagai asset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-
unsur laporan keuangan). Dimana ketika unsur-unsur tersebut memenuhi definisi dan kriteria
pengakuan untuk unsur-unsur tersebut dalam Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan.
Dicantumkan dalam PSAK Nomor 1 telah disebutkan penyusunan laporan keuangan
dengan dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Perusahaan PT Telkom Indonesia dan entitas
anak perusahaannya menyusun laporan konsolidasian arus kas disusun dengan metode
langsung dan menyajikan perubahan kas setara kas dari kegiatan operasi, investasi, dan
pendanaan. Dimana hal tersebut sesuai dengan PSAK Nomor 2 ayat 10 mengenai penyajian
arus kas dan PSAK Nomor 2 ayat 18 tentang Pelaporan Arus Kas yang terdiri dari dua metode,
yakni metode langsung dimana perusahaan mencatat penerimaan kas bruto dan pembayaran
kas bruto dan metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh transaksi yang bersifat non kas, pengangguhan atau akrual dari
penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu atau masa depan, dan pada pos
penghasilan atau beban yang berhubungan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Dalam konteks ini penulis akan menentukan 3 pokok pembahasan yang terdapat dalam
laporan posisi keuangan konsolidasian, yakni kas dan setara kas, piutang, dan persediaan.
Selanjutnya akan saya jabarkan satu per satu.
1. Analisis Kas dan Setara Kas
 Berdasarkan Catatan Laporan Keuangan Nomor 2 point c dan Nomor 31
mengenai pengungkapan pihak berelasi. Pihak-pihak yang berelasi adalah orang
atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangannya. Entitas
yang berelasi dengan pemerintah adalah entitas yang dikendalikan, dikendalikan
bersama, atau dipengaruhi secara signifikan oleh pemerintah. Pemerintah dalam hal ini
adalah Menteri Keuangan atau Pemerintah Daerah yang merupakan pemegang saham
dari entitas. Tujuan pengungkapan pihak berelasi ini adalah untuk mengidentifikasi
hubungan dan transaksi dengan pihak yang berelasi, karena pihak-pihak tersebut dapat
berpengaruh pada laba rugi dan posisi keuangan entitas. Sebelumnya mengenai
pengungkapannya mengenai definisi pihak berelasi yang digunakan diatur dalam
PSAK Nomor 7 paragraf 9 tentang Pengungkapan Pihak-pihak berelasi. Personil
Manajemen Kunci adalah orang-orang mempunyai kewenangan dan tanggungjawab
untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan aktivitas entitas, secara langsung
atau tidak langsung, termasuk direktur dan komisaris (eksekutif dan bukan eksekutif)
dari entitas.
 Berdasarkan Catatan Laporan Keuangan Nomor 2d
Disebutkan bahwa kas dan setara kas terdiri dari kas dan bank, dan semua deposito
berjangka yang tidak dibatasi penggunaannya. Sesuai PSAK Nomor 2 tentang
Penyajian Laporan Arus Kas paragraf 6 pengertian kas terdiri atas saldo kas (cash
on hand) dan rekening giro (demand deposits). Sedangkan Setara Kas (cash equivalent)
adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek, yang dengan cepat
dapat segera dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan
memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan”. Pada suatu investasi umumnya
memenuhi kualifikasi sebagai setara kas, kecuali substansi investasi dalam ekuitas,
misalnya saham preferen yang diperoleh dari suatu periode singkat dari jatuh temponya
dan tanggal penebusan yang telah ditentukan.
Pinjaman bank umumnya dipertimbangkan dalam aktivitas pendanan. Akan tetapi,
dibeberapa negara, cerukan bank overdraft yang dibayarkan lagi berdasarkan
permintaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan entitas dan
termasuk komponen kas dan setara kas.
 Berdasarkan Catatan Laporan Keuangan Nomor 2u
Dimana perusahaan mengklasifikasikan instrument keuangan dalam bentuk asset
keuangan dan liabilitas keuangan. Asset dan liabilitas keuanga diakui pertama kali pada
nilai wajar termasuk biaya transaksi. Asset dan liabilitas keuangan ini selanjutnya
diukur pada nilai wajar atau biaya diamortisasi menggunakan metode bunga efektif hal
tersebut sesuai dengan PSAK Nomor 55 tentang Instrumen Keuangan paragraf 9
yang menyatakan penggunaan metode suku bunga efektif untuk menghitung biaya
perolehan dari asset keuangan atau liablitas keuangan dan metode pengalokasian
pendapatan bunga atau beban bunga selama periode relevan.
 Berdasarkan Catatan Laporan Keuangan Nomor 37
Membahas mengenai penurunan nilai asset keuangan yang dapat dideteksi apabila
terdapat bukti objektif adanya peristiwa merugikan yang menimbulkan pengaruh
negative terhadap arus kas masa depan dari suatu asset keuangan. Seperti yang
dijelaskan dalam PSAK Nomor 55 tentang Instrumen Keuangan, paragraf 19
membahas mengenai kerugian penurunan nilai asset keuangan yang diperkirakan akan
timbul akibat dari peristiwa masa depan tidak boleh diakui, terlepas hal tersebut sangat
mungkin terjadi. Penurunan nilai asset keuangan yang diukur pada biaya amortisasi
diukur dari perbedaan antara tercatat asset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus
kas masa depan.

2. Analisis Piutang
2.1 Piutang usaha dan piutang lain-lain setelah dikurangi provisi penurunan nilai
piutang
 Berdasarkan Catatan Laporan Keuangan Nomor 2g membahas mengenai
piutang usaha dan piutang lain-lain
Piutang usaha dan piutang lain-lain pada awalnya diakui sebesar nilai wajar dan
selanjutnya diukur biaya perolehan diamortisasi, setelah dikurangi provisi atas
penurunan nilai. Provisi penurunan nilai piutang dibentuk berdasarkan evaluasi
manajemen terhadap tingkat ketertagihan saldo. Piutang dihapuskan dalam
periode ketika piutang tersebut dipastikan tidak dapat ditagih. Pengakuan dan
Pengukuran Piutang diatur dalam PSAK Nomor 55 Paragraf 9
 Berdasarkan Catatan Nomor 2u mengenai instrumen keuangan yang
diatur dalam PSAK Nomor 55
Yang pertama perusahaan mengukur asset keuangan pada biaya amortisasi melalui
metode suku bunga efektif diatur dalam PSAK Nomor 55 Paragraf 5 dan 6.
Dimana ketentuan menggunakan suku bunga efektif maka perusahaan umunya
mengamortisasi setiap pembiayaan dalam perkiraan umur. Namun umumnya
pembiyaan tersebut terjadi dalam perode singkat maka perlu adanya penyesuaian
terhadap suku bunga pasar sebelum perkiraan jatuh tempo.
Perusahaan mengklasifikasikan instrumen menjadi:
a. Pengukuran nilai wajar instrument keuangan
Perusahaan mengukur nilai wajar instrument keuangan dengan pasar aktif
dimana Teknik penilaian yang digunakan didasarkan nilai pasar wajar terkini.
Sesuai PSAK Nomor 55 Paragraf 15 menambahkan yang dimaksud nilai
wajar terkini instrument keuangan yang secara substansi adalah serupa an
analisis arus kan doskonto atau model penilaian laiinya. Dimana pengakuan
penghentian instrument keuangan terjadi jika saat kontak atas arus kas
keuangan tersebut berakhir. Diatur dalam PSAK Nomor 55 paragraf 8 dimana
dihentikan jika kontrak berakhir, dibatalkan, dilepaskan dan atau saat seluruh
risiko dan manfaat aset keuangan dialihkan pada pihak lain.
b. Asset dan Liabilitas Keuangan
aset keuangan yang diukur pada nilai wajar adalah aset keuangan yang
diperdagangkan. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai
wajar disajikan sebagai penghasilan atau beban. Aset keuangan berdasar nilai
wajar melalui laporan labarugi terdiri dari aset derivative opsi jual yang dicatat
dalam “Aset Keuangan Lancar Lainnya” dalam laporan posisi keuangan.
Kebijakan yang digunakan perusahaan mengenai pengukuran pada nilai wajar
sesuai PSAK Nomor 55 Paragraf 5 dan 6; keuntungan dan kerugian atas
pelepasan aset diakui sebagai beban atau penghasilan sesuai dengan PSAK
Nomor 50 tentang Instrumen Keuangan paragraf 34 yang menjelaskan
bahwa jika aset diakui pada nilai wajar mempengaruhi laba/rugi pada periode
berjalan diakui dalam laporan labarugi,dan imbalan yang diterima atas
pelepasan diakui dalam laporan ekuitas; instrument keuangan detivatif
menimbulkan hak dan kewajiban antar pihak yang terkait dalam instrument
keungan dalam hal ini
c. Penurunan aset keuangan
Untuk asset dan liablitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan
diamortisasi, perusahaan terlebih dulu mengukur apakah penurunan nilai terjadi
secara individual untuk asset keuangan yang secara individu memang
signifikan. Jika perusahaan tidak menemukan bukti yang objektif atas
penurunan niai asset keuangan yang dinilai secara individu, terlepas apakah
signifikan ataupun tidak, maka asset keuangan tersebut dimasukkan dalam
kelompok asset keuangan dengan karakteristik risiko kredit serupa dan menilai
penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Diukur dengan mencari
perbedaan antara bilai catat aset keuangan dengan nilai saat ini dari estimasi
arus kas masa depan (diluar rugi kredit future). Arus kas masa depan
didiskontokan pada suku bunga efektif awal dari aset keuangan dan nilai yang
tercatat berkurang.
Sedangkan jika penurunan aset karena dampak dari penjuala maka diakui dalam
pendapatan komprehensif jika terdapat bukti objektif terjadi penurunan. Jumlah
kerugian kumulatif dihitung dari selisih biaya perolehan dengan nilai wajar saat
ni dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan sebelumnya yang telah
diakui. Yang termasuk kategori liabilitas dalam masalah ini, yaitu utang usaha,
utang lain-lain, obligasi dan wesel bayar, utang bank jangka panjang, piutang,
utang sewa pembiyaan. Sedangkan pinjaman yang diberikan perusahaan
meliputi Piutang Usaha, piutang lain-lain, dan aset tidak lancer lainnya (piutang
jangka panjang dank as yang dibatasi penggunaannya) Pernyataan diatas sesuai
PSAK Nomor 55 paragraf 6, 19, dan 20.
d. Saling hapus instrument keuangan
Aset dan liabilitas keuangan disalinghapuskan dan jumlah netonya dilaporkan
pada laporan posisi keuangan konsolidasian ketika terdapat hak yang
berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah
diakui dan adanya niat untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liablitas
secara berkala. Sesauai dengan PSAK Nomor 55 Paragraf 14 disebutkan
kegiatan salinghapus aset dan laiblitas ekuangan harus dapat dipaksakan secara
hukum karena keadaan situasi bisnis yang normal; peristiwa kegagalan;
peristiwa kepailitan perusahaan.
 Berdasarkan Catatan Laporan Keuagan Nomor 2ab
Perusahaan melakukan estimasi dan asumsi mengenai masa depan secara
signifikan yang akan berpengaruh pada penyesuaian material nilai asset dan
liabilitas pada laporan keuangan setiap tahunnya, maka dipaparkan sebagai
berikut:
 Imbalan pasca kerja
Nilai kini kewajiban imbalan pasca kerja tergantung pada beberapa faktor yang
ditentukan dengan dasar aktuarial berdasarkan beberapa asumsi. Asumsi yang
digunakan untuk menentukan biaya (penghasilan) pensiun neto mencakup
tingkat diskonto (tingkat suku bunga). Dalam PSAK Nomor 18 tentang
Akuntansi dan Pelaoran Progam Manfaat Purnakarya paragraf 26
imbalan pasca kerja dibedakan menjadi 2 macam imbalan pasca kerja pasti dan
iuran pasti. Iuran pasti biasanya kepada personil majemen kunci PSAK Nomor
18 Paragraf 54; iuran pasti dihitung dengan dasar actuarial untuk mengukur
kewajiban dan beban dengan terdiskonto karena kemungkinan kewajiban
tersebut baru terselesaikan beberapa tahun setelah pekerja memberikan jasanya
disebutkan dalam PSAK Nomor 18 paragraf 55.
Grup mempertimbangkan tingkat suku bunga obligasi pemerintah yang
didenominasikan dalam mata uang imbalan yang akan dibayar dan memiliki
jangka waktu yang serupa dengan jangka waktu liabilitas yang terkait. Jika
terdapat peningkatan peringkat seperti pada obligasi pemerintah atau penurunan
tingkat bunga sebagai hasil dari peningkatan kondisi ekonomi, maka akan
terdapat dampak material terhadap tingkat diskonto yang digunakan dalam
menentukan kewajiban pasca kerja. Asumsi kunci kewajiban imbalan pasca
kerja lainnya sebagian ditentukan berdasarkan kondisi pasar saat ini. Diatur
dalam PSAK Nomor 18 paragraf 32
 Umur manfaat aset
Perusahaan mengestimasi umur manfaat aset tetap berdasarkan ekspektasi
penggunaan aset oleh perusahaan dengan mempertimbangkan rencana strategi
usaha kebijakan tersebut sesuai dengan PSAK Nomor 16 tentang aset tetap
paragraf 56 dan 57.paragraf 56 membahas manfaat ekonomi masa depan aset
diakui pada saat pemakaian awal. Akan tetapi dipengaruhi oleh keusangan
teknis, komersial, dan perkiraan keausan fisik dalam memperoleh aset tersebut;
paragraf 57 yang memaparkan umur manfaat aset ditentukan berdasarkan
kegunaan yang diperkirakan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset dari
entitas mencakup pelepasan aset atau setelah pemakaian. Begitu pula pada
PSAK Nomor 16 paragraf 48 yang menyatakan beban penyusutan untuk
setiap periode diakui dalam labarugi dimana penyusutan itu timbul sejak aset
digunakan. Metode penyusutan diatur dalam PSAK Nomor 16 paragraf 62,
diantaranya metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit
produksi.
 Provisi penurunan piutang
Perusahaan mengakui adanya provisi penurunan piutang karena adanya bukti
objektif adanya penurunan pada tiap akhir periode. Sesuai dengan PSAK
Nomor 55 paragraf…
Kemudian dalam PSAK Nomor 57 paragraf 63 bahwa provisi tidak boleh
diakui untuk keugian operasi masa depan.
 Pajak penghasilan
Pertimbangan signifikan dalam menentukan provisi pajak penghasilan.
Terdapat banyak transaksi dan penghitungan pajak yang tidak pasti. Perusahaan
mengakui liabilitas untuk area pemeriksaan pajak yang diantisipasi berdasarkan
estimasi apakah tambahan pajak akan terutang. Hal tersebut sesuai PSAK
Nomor 46 tentang Pajak penghasilan paragraf 25 pengakuan liabilitas
mengandung makna jumlah tercatat liabilitas akan diselesaikan di periode masa
depan dengan aliran keluar sumberdaya yang mengandung manfaat ekonomis.
Perbedaan temporer adalah selisih timbul aset pajak tanggungan berupa pajak
penghasilan yang dapat dipulihkan periode masa depan, yaitu saat bagian dari
liablilitas tersebut dapat dikurangkan dalam perhitungan laba kena pajak. Jika
jumlah tercatat aset lebih rendah dari pada dasar pengenaan pajak maka
selisihnya merupakan aset pajak tangguhan berupa pajak penghasilan yang
dapat dipulihkan diperiode masa depan.
 Pengukuran Manajemen risiko instrument keuangan berdasarkan CALK nomor
37, meliputi:
Berdasarkan PSAK Nomor 60 tentang pengungkapan instrument keuangan
paragraf 132 terdapat 3 macam risiko pasar yang timbul dari pengungkapan
instrument keuangan,sebagai
 Risiko nilai tukar mata uang
Berkaitan dengan nilai kurs mata uang yangberdampak pada pajak dan
penghasilan komrehensif pada variable tetap menyinggung PSAK Nomor 60
Paragraf 136, sebagai tambahan PSAK Nomor 55 Paragraf 23 yang
menjelaskan timbulnya risiko ini karena perusahaan didominasi valuta asing
yaitu selain mata uang fungsional kebalikannya risiko mata uang tidak akan
imbul apabila terjadi transaksi non moneter yang didominasi mata uang
fungsional.
 Risiko tingkat suku bunga
Suku bunga pasar akan berdampak pada penghasilan dan beban perusahaan
dimana akan berpengaruh pada laba dan rugi, tentunya akan berdampak pula
paa ekuitas apabila diterapkan. PSAK Nomor 60 paragraf 134; PSAK
Nomor 55 Paragraf 23 risiko tingkat suku bunga yang diakui dalam laporan
posisi keuangan ( contoh: pinjaman yang diberikan dan piutang dan
instrument utang yang diterbitkan) dan risiko tingkat suku bunga yang tidak
diakui dalam laporan posisi keuangan( contoh: beberapa komitmen pinjaman
yang diberikan)
 Risiko harga lain
PSAK Nomor 60 Paragraf 137 dijelaskan syarat pengungkapan risiko
tambhan jika tidak terlihatnya dampak dari analisis sensitivitas, aset keuangan
tidak liquid, entitas memiliki aset keuangan dalam jumlah yang besar jika
terjual secara premium atau diskon terhadap kuotasi pasar untuk kepemilikan
yang lebih kecil; PSAK Nomor 55 paragraf 25 risiko ini muncul karena
adanya perubahan harga komoditas atau harga ekuitas. Contoh instrument
keuangan yang menimbulkan risiko harga ekuiditas adalah kepemilikan oleh
entitas lain yang memiliki pengaruh signifikan.
 Risiko kredit
Perusahaan meminimalisir risiko angka kegagalan dalam pembayaran dengan
menempatkan kas dan setara kasnya di bank milik pemerintah. Jadi pihak bank
yang bertugas menagih kredit. Pada PSAK Nomor 60 paragraf 36b yakni
peningkatan kualitas kredit dengan dijaminkan pada pihak lain.
3. Analisis Persediaan
Persediaan terdiri dari komponen yang kemudian dibebankan saat pemakaian. Komponen
persediaan perusahaan meliputi, terminal telepon, kabel dan suku cadang lainnya.
Persediaan termasuk kartu SIM, pesawat telepon, set top box, modem wireless broadband,
dan voucher prabayar yang dibebankan pada saat dijual.
 Berdasarkan catatan laporan keuangan nomor 2 poin h
Biaya persediaan terdiri dari harga pembelian, bea masuk, pajak lainnya, transportasi,
penanganan, dan biaya lainnya yang langsung melekat pada akuisisinya. Persediaan
diakui sebesar nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih.
Nilai realisasi bersih adalah perkiraan harga jual yang dikurangi biaya untuk menjual.
Berdasarkan PSAK Nomor 14 paragraf 9. PSAK Nomor 14 paragraf 10 dijelaskan
mengenai biaya persediaan yang meliputi, biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya
lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Harga perolehan ditentukan dengan menggunkan metode rata-rata tertimbang, sesuai
dengan PSAK Nomor 14 paragraf 25; paragraf 27 memaparkan rumus metode rata-
rata tertimbang mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau
digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah
yang dibeli atau diproduksi kemudian. Biaya perunit didapat dari biaya rata-rata
tertimbang dari unit yang serupa pada awal perioded dan biaya unit yang serupa dibeli
dan diproduksi selama satu periode.
Jumlah penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi
bersih dan seluruh kerugian persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya
penurunan atau kerugian tersebut. Pernyataan sesuai PSAK Nomor 14 tetang
persediaan paragraf 34 yang menyatakan setiap pemuihan kembali penurunan nilai
persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih, diakui sebagai
pengurangan terhadap jumlah beban umum dan administrasi pada periode terjadinya
pemulihan tersebut. Serta pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi neto, diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah
beban persediaan pada periode pemulihan tersebut.
Provisi persediaan usang ditentukan berdasarkan estimasi penggunaan setiap jenis
persediaan pada masa depan. Berdasar PSAK Nomor 14 paragraf 28

Anda mungkin juga menyukai