Disusun Oleh :
Ani Suarni (0106.2001.037)
Nadia Pratanti Sunardi (0106.2001.026)
Neneng Laila Alfiyani (0106.2001.027)
Nining (0106.2001.028)
Nisa Nurhalimah (0106.2001.030)
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas membuat makalah yang berjudul “Diksi, Pidato, dan
Ceramah (Retorika)” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai
kewajiban untuk memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, penulis menghanturkan terima kasih yang dalam kepada
semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk
mewujudkan kesempurnaan tugas makalah ini penulis sangat menghargai.
Penulis berharap bahwa ini bisa bermanfaat, dan masih jauh dari kata sempurna
ataupun berkualitas yang begitu sempurna nya, dengan adanya makalah ataupun tugas
ini mendorong kami agar menjadi lebih bertekad dan kuat dalam menanamkan iman
yang kokoh. Demikian yang dapat kami sampaikan, dan mengucapkan segala hormat
kepada pihak dosen mata kuliah ini, dan juga rekan rekan sekalian yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu. Berbicara adalah satu kemampuan khusus pada manusia.
Oleh karena itu, berbicara itu seusia umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan
itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan menyampaikan pikirannya kepada
manusia lain. Bicara tutur kata memegang peranan pokok dalam kehidupan
manusia, terutama dalam berkomunikasi antar sesama. Panduan yang membimbing
bicara tutur kata yang sistematik, untuk melahirkan pendapat atau gagasan yang
meyakinkan sesama satu-satunya adalah retorika.
Dalam dunia komunikasi cara berbicara disebut retorika yaitu ilmu yang
mengajarkan cara berbicara yang baik, dengan menggunakan berbagai macam
disiplin ilmu pendukung. Seringkali retorika disamakan dengan public speaking,
yaitu suatu bentuk komunikasi lisan yang disampaikan kelompok orang banyak.
Tetapi sebenarnya retorika itu bukan sekedar berbicara dihadapan umum, melainkan
suatu gabungan antara seni berbicara dan pengetahuan atau masalah tertentu untuk
meyakinkan pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif. Dikatakan seni
karena retorika menuntut keterampilan dalam penguasaan atas bahasa dan dikatakan
pengetahuan disebabkan adanya materi atau masalah tertentu yang harus
disampaikan kepada pihak orang lain. 1
Seringkali kita mendengar seseorang yang berpidato panjang lebar tanpa
memperoleh apa-apa darinya selain kelelahan dan kebosanan. Ini biasanya
disebabkan pembicara mempunyai bahan yang banyak namun tidak bisa
mengorganisasikan pesannya dengan baik. Oleh karenanya, dalam penyusunan
pidato haruslah memperhatikan prinsip komposisi pidato, teknik penyusunan pesan
dan tehknik membuat garis besar yang akan dibahas dalam makalah ini.
1
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, cet,ke-2. Hlm 52
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, fungsi, jenis-jenis, gaya dan strategi dari retorika?
2. Apa pengertian dari pidato?
3. Bagaimana cara menyusun pidato yang baik dan benar?
4. Apa pengertian dari ceramah?
5. Bagaiman cara menyusun ceramah yang baik dan benar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, fungsi, jenis-jenis, gaya dan strategi dari retorika.
2. Untuk mengetahui pengertian dari pidato.
3. Untuk mengetahui cara menyusun pidato yang baik dan benar.
4. Untuk mengetahui pengertian dari ceramah.
5. Untuk mengetahui cara menyusun ceramah yang baik dan benar.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
2. Bagi penulis diharapkan dapat mendatangkan manfaat dan menambah wawasan
serta pengetahuan yang lebih luas.
3. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat sebagai
tambahan informasi serta reverensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Onong Uchjana Effendi.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 53
3
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1987) cet pertama, hlm. 136
3
Oleh karena itu paling tidak menurut Toto Tasmara; beberapa hal yang
paling dominan dalam retorika adalah hal-hal yang menyangkut kemampuan
berbahasa, pengetahuan atas bahasa (massege, kelincahan berlogika,
penguasaan psikologi massa dan pengetahuan atas sistem sosial budaya
masyarakat yang dihadapi. 4
2. Fungsi Retorika
Menurut Roudhonah, Fungsi Retorika diantaranya yaitu: 5
a. Mass Information, yaitu untuk memberi dan menerima informasi kepada
khalayak yang dapat dilakukam oleh setiap orang dengan pengetahua
yang dimiliki. Tanpa komunikasi, informasi tidak dapat disampaikan dan
diterima.
b. Mass education, yaitu memberikan pendidikan. Fungsi ini dilakukan
oleh guru pada murid untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa
saja yang memiliki keinginan untuk memberikan pendidikan.
c. Mass persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal tersebut bias
dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang memberi dukungan dan
ini biasa digunakan oleh orang bisnis, dengan mempengaruhi iklan yang
dibuat.
d. Mass intertainement, yaitu untuk menghibur. Hal tersebut biasa
dilakukan oleh radio, televise atau orang yang memiliki professional
menghibur.
Adapun fungsi retorika lainnya, yaitu:
a. Membimbing penutur mengambil keputusan yang tepat.
b. Membimbing penutur secara lebih baik memahami masalah kejiwaan
manusia pada umumnya dan kejiwaan penanggap tutur yang akan dan
sedang dihadapi.
c. Membimbing penutur menemukan ulasan yang baik.
4
Toto Tasmara (1987).Op. Cit. Hlm 137
5
Raudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Hlm 52
4
d. Membimbing penutur mempertahankan diri serta mempertahankan
kebenaran dengan alasan yang masuk akal.
3. Jenis-Jenis Retorika
Menurut Hedrikus, retorika diklasifikasikan menjadi tiga jenis diantaranya
yaitu:6
a. Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog,
dimana hanya ada sesorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang
tergolong dalam monologika yaitu pidato, kata sambutan ,ceramah dan
deklamasi.
b. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana
dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam suatu
proses pembicaraan. Bentuk dialogika diantaranya yaitu: diskusi, Tanya
jawab, perundingan, percakapan dan debat.
c. Pembinaan Teknik Bicara
Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika. Untuk itu,
pembinaan teknik berbicara merupakan bagian yang penting dalam
retorika. Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan
teknik bernapas, teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara dan
bercerita.
6
Hedrikus, P. Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi dan Bernegosiasi.
Yogyakarta: Kanisius. Hlm 16
5
seseorang, sehingga seorang penceramah harus memilih gaya bahasa yang
tepat agar dapat dengan mudah menarik perhatian dari komunikan.
Dalam menggunakan bahasa yang baik, maka harus memiliki atau
mengantung tiga unsur , yaitu kesopanan, kejujuran dan menarik. Gaya
bahasa mempunyai beberapa jenis diantaranya: 7
1) Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
Dalam bahasa baku dapat dibedakan menjadi tiga antara lain:
gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi dan gaya bahasa
percakapan.
a) Gaya bahasa resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya yang bentuknya lengkap,
menggunakan bahasa baku, menggunakan EYD lengkap serta
nada bicara yang cenderung datar. Biasanya bahasa ini
digunakan dalam berbagai kesempatan-kesempatan yang
bersifat resmi. Seperti dalam acara kepresidenan, khutbah,
pidato-pidato penting dan juga dijadikan sebagai bahasa
tulisan seperti artikel atau esai yang bersifat serius.
b) Gaya bahasa tidak resmi
Gaya bahasa tidak resmi adalah gaya bahasa yang
digunakan dalam bahasa standar. Biasanya bahasa ini
dipergunakan pada acara-acara tidak formal, sehingga bersifat
konservatif. Gaya ini biasanya dipergunakan dalam karya-
karya tulis, buku-buku pegangan, dan juga dalam artikel-
artikel mingguan atau bulanan. Indikatornya gaya bahasa
tidak resmi yaitu menggunakan bahasa tidak baku, tidak
menggunakan EYD dengan lengkap, kalimat cenderung
singkat dan tidak menggunakan kalimat penghubung. Gaya
bahasa ini bersifat umum.
7
Dhanik Sulistyarini, S.Sos. DKK. Buku Ajar Retorika cet pertama: CV. AA. Rizky. Serang- Banten. 2020. Hlm 72-
73
6
c) Gaya bahasa percakapan
Sejalan dengan kata percakapan terdapat juga gaya bahasa
percakapan, namun dalam gaya bahasa ini lebih bersifat
popular dan menggunakan bahasa percakapan. Gaya bahasa
ini memiliki indikator antara lain: menggunakan bahasa tidak
baku, banyak menggunakan istilah asing, bahasanya
cenderung singkat, banyak menggunakan tanda seru, dan
menggunakan kalimat langsung.
2) Gaya Bahasa Berdasarkan Nada
Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang
diungkapkan dengan menggunakan kata-kata yang terdapat dalam
sebuah wacana. Dibagi menjadi tiga yaitu: 8
a) Gaya sederhana
Gaya sederhana ini biasanya sangat cocok dan efektif
digunakan dalam memberikan intruksi, perintah, pelajaran,
perkuliahan dan sejenisnya. Sebab untuk dapat menggunakan
bahasa ini dengan efektif, maka seorang penulis harus
memiliki kepandaian dan pengetahuan yang cukup. Oleh
karena itu gaya ini sangat cocok untuk digunakan sebagai
pembuktian atau untuk mengungkapkan fakta suatu hal.
b) Gaya mulia dan bertenaga
Sesuai namanya, gaya ini dipenuhi dengan vitalitas dan
energi. Menggerakkan sesuatu tidak saja dengan
mempergunakan tenaga dan vitalitas pembicara, namun juga
dapat menggunakan nada keagungan dan kemuliaan. Nada ini
biasa digunakan intuk menyampaikan khotbah, pidato,
keagamaan, kesusilaan dan ketuhanan. Gaya bahasa ini
merupakan gaya bahaa yang mempunyai tenaga penggerak
yang luar biasa, sehingga mampu menggerakkan emosi para
pendengar atau pembaca.
8
Dhanik Sulistyarini, S.Sos. DKK. Op. Cit. Hlm 74
7
c) Gaya menengah
Gaya menengah adalah gaya yang bertujuan untuk
menimbulkan suasana senang dan damai. Menggunakan nada
yang bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang, dan juga
mengandung humor yang sehat. Gaya ini biasanya digunakan
pada acara pesta, pertemuan dan rekreasi, karena dalam
kondisi tersebut seseorang akan lebih menginginkan
ketenangan dan kedamaian.
3) Gaya Bahasa Bersadarkan Struktur Kalimat
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah sebagai
berikut:9
a) Gaya bahasa klimaks
Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali
semakin meningkat kepentingannya dari gagasan
sebelumnya.
b) Antiklimaks
Gaya bahasa antiklimaks merupakan suatu acuan
yang gagasannya diurutkan dari gagasan terpenting ke
gagasan yang kurang penting, namun gagasan ini dirasa
kurang efektif karena gagasan terpenting berada pada
awal kalimat.
c) Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha untuk
mencapai keseimbangan kata-kata atau frasa yang
menduduki fungsi yang sama dalam bentuk grametikal
yang sama. Kesamaan tersebut dapat berbentuk anak
kalimat yang bergantung pada induk kalimat.
9
Dhanik Sulistyarini, S.Sos. DKK. Op. Cit. Hlm 75-77
8
d) Antitesis
Antithesis adalah gaya bahasa yang mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan. Menggunakan kata
atau kalimat yang berlawanan, gaya ini timbul dari
kalimat berimbang.
e) Repetisi
Repitisi adalah perulangan bunyi, suku kata, atau
kalimat yang dianggap penting untuk memberikan
tekanan pada sebuah konteks yang sesuai.
b. Gaya Suara
Gaya ini merupakan seni dalam berkomunikasi untuk memikat perhatian
audiens. Hal ini dapat dilakukan dengan berbicara menggunakan irama yang
berubah-ubah sambil memberikan penekanan tertentu pada kata yang
memerlukan perhatian khusus. T.A Lathif Rousydy mengatakan bahwa
audiens umumnya tertarik kepada pidato atau ceramah seseorang jika
pembicara mempunyai suara yang empuk, enak didengar dan yang sesuai
dengan keinginan jiwa pendengar. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
gaya suara:10
1) Pitch
Pitch adalah tinggi rendahnya suara seseorang pembicara. Dalam
ilmu musik, pitch disebut dengan tangga nada. Biasanya ada suara
pembicara yang terlalu tinggi dan ada juga yang terlalu rendah
ataupun bervariasi (rendah, sedang dan tinggi), sesuai dengan
penghayatan terhadap materi pembicaraan. Dalam berbicara pitch
suara tidak boleh terlalu tinggi mupun terlalu rendah.
2) Loudnes
Lodness merupakan nada suara yang menyangkut keras atau
tidaknya suara. Dalam berpidato hal ini perlu menjadi perhatian. Kita
harus mampu mengatur dan melunakkan suara yang kita keluarkan,
namun hal tersebut tergantung pada situasi dan kondisi yang kita
10
Dhanik Sulistyarini, S.Sos. DKK. Op. Cit. Hlm 78-80
9
hadapi. Tingkat kerasnya suara memiliki satu fungsi mendasar dan
vital dalam berkomunikasi.
3) Rate dan Rhythm
Rate dan rhythm adalah kecepatan yang mengukur cepat lambatnya
irama suara. Hal tersebut selalu berkaitan dengan Rhyhm dan irama.
Seorang pembicara harus memperhatikan masalah ini dengan baik.
Mereka harus mengatur kecepatan dan menyelaraskan suara dengan
irama. Suara yang disampaikan terlalu cepat atau terlalu lambat akan
menyulitkan pendengar dalam menangkap isi pesan.
4) Jeda atau pause
Jeda dapat di golongkan sebagai bagian dari rate atau kecepatan,
yang berfungsi sebagai pengtuasi lisan. Jeda yang singkat berguna
untuk titik pemisah dari satu kesatuan pikiran, atau memodifikasi ide
seperti koma dalam sebuah tulisan.11
c. Gaya Gerak Tubuh
Gaya fisik ini juga dapat menimbulkan respon pada audien, karena pada
dasarnya pendengar lebih tertarik pada hal-hal yang sifatnya bergerak. Jadi
dalam melakukan pidato ataupun ceramah, gerak gerik seorang pembicara
akan melibatkan audiens untuk bergerak. Mereka juga akan merasakan apa
yang komunikator rasakan. Berikut adalah macam-macam gerak tubuh
seseorang dalam berkomunikasi antara lain:
a) Sikap badan
Sikap badan selama berbicara (terutama pada awal pembicaraan)
baik dalam keadaan duduk ataupun berdiri sangat menentukan
berhasil atau tidaknya penampilan saat kita sedang menjadi seorang
komunikator. Sikap badan (cara berdiri) dapat menimbulkan berbagai
penafsiran dari pendengar untuk menggambarkan gejala-gejala
penampilan kita.
11
Dhanik Sulistyarini, S.Sos. DKK. Op. Cit. Hlm 80
10
b) Penampilan dan pakaian12
Pentingnya beberapa gerak penyerta (body action). Penyerta
adalah suatu keadaan yang mengikuti atau terjadi pada waktu kita
mengumpulkan sesuatu. Biasanya gerak penyerta ini bukan sesuatu
yang dibuat-buat. Melainkan dengan secara spontan dan yang terjadi
sesuai dengan keadaan hati dan emosi. Disamping itu, masalah
pakaian juga menjadi perhatian. Pakaian merupakan bagian dari kita.
Sebagian dari kita ada yang berpendapat bahwa pakaian akan
menampah kewibawaan, namun sangat disayangkan banyak sekali
para penda‟i di Indonesia ini yang kurang memperhatikan pentingnya
gaya berpakaian.
c) Air Muka dan Gerak Tangan
Ekspresi wajah merupakan salah satu alat penting yang
digunakan pembicara dalam berkomunikasi non verbal dengan
menggunakan alis, mata, dan mulut untuk berekspresi. Demikian
pula dengan gerakan tangan. Dalam berceramah atau pidato,
penggunaan gerakan tangan menjadi faktor pendukung dalam
menyampaikan pesan materi. Hal tersebut dapat membuat gambar
abstrak dari materi yang disampaikan. Walaupun begitu, pembicara
tidak boleh salah dalam menggunakan gerakan tangan karena bila
salah akan akan menjadi tawaan bagi para pendengar.
d) Pandangan Mata
Pandangan mata merupakan gaya yang digunakan untuk menarik
perhatian peserta. Selain itu, kotak mata juga menunjukkan pada
orang lain bagaimana perasaan kita terhadap orang lain. Tanpa
kontak mata, pendengar tidak akan dapat membaca apa-apa.
Beberapa hal yang menggambarkan bahwa menjaga kontak mata itu
sangatlah penting antara lain. Membantu audien konsentrasi,
menambah keyakinan audien pada pembicara, dan membantu
menambah wawasan respon audien terhadap pembicara.
12
Dhanik Sulistyarini, S.Sos. DKK. Op. Cit. Hlm 82-83
11
5. Strategi Penyusunan Retorika
Menurut Aristoteles, ada 5 (lima) strategi penyusunan retorika yang
dikenal dengan istilah “The Five Canons of Rhetoric”, diantaranya yaitu:13
1) Invention (Penemuan Bahan)
Invention adalah konstruksi atau pengembangan dari sebuah argumen
yang relevan dengan sebuah tujuan dari pidato. Langkah ini mencakup
kemampuan untuk menemukan, mengumpulkan, menganalisis, dan
memilih materi yang cocok untuk pidato.
2) Dispositio/Arrangement (Penyusunan Bahan/Materi)
Disposisi adalah penataan ide. Penataan ide ini akan membantu
pendengar memahami hubungan antar ide dan juga menghindari
kebingungan. Penataan ide yang efektif juga akan membuat pesan lebih
persuasif dengan membiarkan setiap ide membangun di atas apa yang
telah dipresentasikan lebih dahulu dan membuat argumen lebih kuat.
3) Style/Elocutio (Gaya/Pemilihan Bahasa Yang Indah)
Style adalah cara penggunaan bahasa dalam mengekspresikan ide.
Penggunaan style yang efektif akan membuat pesan lebih jelas, menarik
dan powerful. Sebagai persuader yang efektif, diharapkan dapat
menggunakan bahasa yang secara efektif menyuarakan argumen.
Penggunaan bahasa harus sungguh-sungguh diperhatikan sehingga tidak
menimbulkan pemahaman yang salah.
4) Memory (Mengingat Materi)
Memory berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat
mengenai apa yang akan dikatakan. Pada zaman dahulu, hal ini berarti
mempelajari cara untuk mengingat ide dalam urutan untuk
mempresentasikan mereka dengan bahasa yang direncanakan. Pada masa
kini, hal ini lebih pada bagaimana menggunakan catatan atau manuskrip
dari pada menghafal secara keseluruhan.
13
Dhanik Sulistyarini, S.Sos. DKK. Op. Cit. Hlm 83-85
12
5) Pronountiatio/Delivery (Penyampaian)
Delivery adalah bagian terakhir dari retorika. Delivery melibatkan
secara vokal dan fisik dalam mempresentasikan speech. Delivery sangat
penting karena orang lebih memperhatikan ide yang dipresentasikan
secara menarik dan powerful. Delivery seharusnya mempresentasikan ide
sesuai bobotnya dan tidak untuk membuat ide lemah tampil lebih kuat.
2. Jenis-jenis Pidato
a. Jenis pidato berdasarkan tujuan
1) Pidato informatif
Ada 3 macam pidato informatif yaitu :
a) Oral reports ( laporan lisan ) yang meliputi laporan ilmiah,
laporan panitian, laporan tahuna, laporan proyek, dan sebagainya
14
( Arifin, E. Zaenal dan S.Imran Tasai.Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo. 2009.hlm 228
15
Kamus Lengkap Bahasa Imdonesia. 2005. Hlm 455
13
b) Oral instruction ( pengajaran ) misalnya guru yang menjelaskan
pelajaran, atasan yang menerangkan pekerjaan, atau pemimpin
yang membagi tugas kepada bawahanya dll
c) Informatif lectures ( kuliah ), seperti ceramah umum, presentasi
di depan peserta konferensi, penyajian makalah, pengajian dll.
Apapun jenisnya, pidato informatif merupakan upaya untuk
menanamkan pengertian. Karena itu secara keseluruhan pidato informatif
harus jelas, logis, dan sistematis. (Ehninger, Monroe, dan Grobeck. 1978.
pricimples and types of speech)
6) Pidato persuasif
Pidato persuasif adalah pidato yang bertujuan untuk mempengaruhi
pendapat, sikap, sifat dan tingkah laku audiencs. Tidaklah mudah untuk
mempengaruhi khalayak karena khalayak akan bersifat selektif dalam
menghadapi upaya persuasi dari seorang komunikator/operator,
penceramah, atau pembicara. Predisposisi audiens akan bekerja aktif
sebelum dan selama mereka di hadapkan pada proses komunikasi itu.
Predisposisinya akan berpengaruh besar terhadap penentuan pendapat
dan sikap selanjutnya dalam menanggapi komunikasi yang datang
padanya. Dengan demikian, mempengaruhi seseorang atau orang banyak
‟‟dari luar„‟ memerlukan teknik dan taktik yang khusus serta mampu
menebus hambatan-hambatan yang tersembunyi dalam manusia itu.
Apabila hal itu kurang diperhatikan, maka upaya kampanye persuasif
yang hebat dengan dana yang besar pun tidak akan berhasil.
7) Pidato rekreaktif
Pidato rekreatif adalah suatu jenis pidato yang umunya bersifat
ringan, tidak mempunyai tujuan tertentu seperti pidato informative dan
persuasive namun pidato rekreaktif adalah jenis pidato yang paling sukar
dilakukan karena bukan hanya memerlukan keterampilan berbicara,
namun juga kecerdasan. Karakteristik pidato rekreatif diantaranya :
a) Tidak melucu, anda berbicara tidak untuk menyampaikan
informasi, tidak pula untuk mempengaruhi. Tujuan anda hanyalah
14
untuk menggembirakan. Melepaskan ketegangan, menggairahkan
suasana, atau sekedar memberikan selingan setelah rangkaian
acara yang melelahkan. Pidato rekreatif tidak melucu, anda dapat
menceritakan pengalaman yang luar biasa, eksotik, aneh tapi
nyata, aneh tapi tidak nyata. Hal yang penting adalah anda
menyampaikan hal-hal yang menarik perhatian pendengar,
mengendurkan syaraf mereka, atau membuat mereka santai.
b) Gembirakan diri anda terlebih dahulu.
c) Hindari rangkaian gagasan yang sulit.
d) Gunakan gaya bercerita (naratif).
e) Berbicaralah dingkat.
15
Kerugian metode impromptu :
16
4) Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat di hindari.
5) Manuskrip dapat diterbitkan atau di perbanyak.
17
melakukan persiapan secara mendalam, tahu apa yang akan mereka
sampaikan, dan telah mematangkan susunan penyampaian kuliah secara
sempurna. Tetapi mereka tidak mengikatkan diri secara kaku pada
pemilihan kata tertentu.
Kelebihan lainya metode ini adalah memungkinkan fleksibilitas yang
besar untuk menerima umpan balik. Jika ada hal tertentukan yang
memerlukan penjelasan lebih jau, dapat di lakukan pada saat yang di
pandang paling tepat. Dengan metode ini mudah bagi pembicara untuk
bersikap wajar, karena ia menjadi dirinya sendiri. Ini adalah metode yang
paling mirip dengan suasana percakapan biasa. Dengan metode ini,
pembicara dapat berpindah-pindah tempat dan berinteraksi dengan
audiens.
Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pembicara dapat mendadak
kehilangan kata-kata yang tepat. Tetapi jika pembicara telah melatih
pembicaraan ini beberapa kali, kecil kemungkinan hal ini terjadi.
Kelemahan lain adalah bahwa pembicara tidak dapat terlalu
memperhatikan gaya penyampaian yang dapat dilakukan jika
menggunakan metode naskah atau menghafal. Tentu saja, pembicara
dapat menghilangkan kelemahan ini dengan menghafal beberapa frasa
yang ingin di ucapkan dengan kata-kata yang telah dipilih. Metode
ekstemporer sama sekali tidak menghalangi pembicara untuk menghafal
frasa, kalmat, atau kutipan-kutipan tertentu.16
16
Dhanik Sulistyarini, S.Sos. DKK.Op.Cit. Hlm 166-133
18
1) Harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara.
2) Menarik minat pembicara.
3) Menarik minat pendengar.
4) Harus sesuai dengan pengetahuan pendengar.
5) Harus jelas ruang lingkup dan pembahasanya.
6) Harus sesuai dengan waktu dan situasi.
7) Harus dapat di tunjang dengan bahan yang lain.
c) Merumuskan judul
Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat : relevan, provokatif, dan
singkat. Relevan artinya ada hubunganya dengan pokok-pokok bahasan.
Provokatif artinya dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme
pendengar. Singkat berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya,
dan mudah di ingat.
d) Menentukan tujuan
Ada dua macam tujuan, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum
biasanya dirumuskan dalam tiga hal : memberitahukan (informatif),
mempengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif). Dalam kenyataanya,
tidak ada pidato yang semata-mata informatif, melulu persuasif, atau murni
rekreatif. Pidato informatif ditunjukan untuk menambah pengetahuan
pendengar, pidato persuasif ditunjukan agar orang mempercayai sesuatu,
melakukanya, atau terbakar semangat dan antusiasmenya. Pidato yang paling
sukar dan paling cepat diketahui hasilnya adalah pidato rekreatif (untuk
menghibur). Perhatian, kesenangan, dan humor adalah reaksi pendengar
yang diharapkan di sini. Bahasanya bersifat enteng, segar, dan mudah di
cerna. Untuk menyampaikan pidato rekreatif diperlukan akting yang baik,
kecerdasan dan membangkitkan tawa.
Tujuan khusus adalah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum.
Tujuan khusus bersifat kongkret dan sebaiknya dapat di ukur atau dibuktikan
segera.
19
e) Mengembangkan bahasan
Bila topik sudah di tentukan, anda memerlukan keterangan untuk
menunjang topik tersebut ( supporting points ) digunakan untuk memperjelas
uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik, dan mempermudah
pengertian. Diperlukan penjelasan, contoh, analogi (perbandingan dua hal
atau lebih untuk menunjukan persamaan dan perbedaanya), statistik (angka-
angka yang dipergunakan untuk menunjukan perbandingan kasus dalam
jenis tertentu), testimoni (pernyataan ahli untuk mendukung gagasan kita),
dan perluangan.
2. Penyusunan pesan pidato
Organisasi pesan pidato dapat mengikuti enam macam urutan (sequence,
yaitu deduktif, induktif, kronologis, dan topical. Urutan deduktif di mulai
dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan
keterangan penunjang, menyimpulkan dan bukti. Dalam urutan kronologis pesan
disusun menurut urutan waktu terjadinya peristiwa,. Dalam urutan logis, pesan
disusun berdasarkan sebab-akibat atau akibat-sebab. Dalam urutan spasial pesan
disusun menurut tempatnya. Cara ini digunakan kalau pesan berhubungan
dengan subjek geografis atau keadaan fisik lokasi. Sedangkan urutan topical
pesan disusun berdasarkan topic pembicaraan.
3. Pemilihan kata-kata
Prinsip-prinsip dalam pemilihan kata-kata :
20
b. Kata-kata harus tepat
1) Hindari kata-kata klise.
2) Gunakan Bahasa pasaran secara hati-hati.
3) Hati-hati dalam penggunaan kata-kata pungut (serapan).
4) Hindari vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan.
5) Jangan menggunakan penjulukan.
6) Jangan menggunakan eufemisme yang berlebihan.
c. Kata-kata harus menarik
1) Pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung diri khalayak.
2) Gunakan kata berona, yang dapat melukiskan keadaan atau perasaan.
3) Gunakan Bahasa yang figuratif, atau Bahasa yang dibentuk begitu rupa
sehingga menimbulkan kesan yang indah.17
D. Pengertian Ceramah
1. Pengertian Ceramah
Ceramah dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pidato yang bertujuan
memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang
bertindak sebagai pendengar. Audiensi yang dimaksud disini adalah keseluruhan
untuk siapa saja, khlayak ramai, masyarakat luas, atau lazim. Jadi ceramah
adalah pidato yang bertujuan untuk memberikan nasehat kepada khalayak umum
atau masyarakat luas. Sedangkan menurut A. G. Lugandi, ceramah agama adalah
suatu penyampaian informasi yang bersifat searah, yakni dari penceramah
kepada hadirin. 18
Beda lagi dengan pendapat Abdul Kadir Munsyi, beliau berpendapat bahwa
ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan
keterangan petunjuk, pengertian, penjelasan tentang sesuatu masalah dihadapan
orang banyak.19
17
Ibid. Hlm 16-152
18
A. G. Lugandi, Pendidikan Orang Dewasa (Sebuah Uraian Praktek, Untuk Pembimbing, Penatar, Pelatih dan
Penyuluh Lapangan. Jakarta: Gramedia. 1989. Hlm 29
19
Wahyu Ilaihi. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010. Hlm. 77
21
E. Cara Menyusun Ceramah Dengan Baik dan Benar
1. Teknik persiapan ceramah
a. Teknik Persiapan Fisik
Yang dimaksud persiapan fisik ialah usaha-usaha yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan tubuh agar selalu berada dalam kondisi prima (sehat).
Persiapan ini memberikan pengaruh dan dampak yang sangat besar pada
penampilan pribadi sewaktu berbicara di hadapan forum. Karena persiapan
fisik merupakan usaha yang dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh agar
selalu berada dalam kondisi prima (sehat). Persiapan ini memberi pengaruh
dan dampak yang sangat besar pada penampilan pribadi sewaktu berbicara
dihadapan forum20
b. Teknik Persiapan Mental
Yang dimaksud dengan persiapan mental (kejiwaan) adalah usaha usaha
yang dilakukan untuk menimbukan keberanian dan kepercayaan diri,
sehingga melahirkan persiapan fisik ialah usaha-usaha yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan tubuh agar selalu berada dalam
kondisi prima (sehat).
Persiapan ini memberikan pengaruh dan dampak yang sangat besar pada
penampilan pribadi sewaktu berbicara di hadapan forum. Persiapan mental
mesti dilakukan, terutama terutama bagi seorang komunikator yang baru
memulai pekerjaan sebagaipenceramah/pembicara atau bagi seseorang yang
ragu-ragu menyampaikan suatu topik pembicaraan sesuai dengan permintaan
panitia acara.
Langkah-langkah persiapan mental dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1) Meningkatkan Keimanan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Meningkatkan Akhlak/Moral.
3) Melakukan Dialog dengan Diri sendiri.
c. Teknik Persiapan Materi
20
Gestasri Anwar. Retorika Praktis. Teknik dan Seni Berpidato. Jakarta: PT Rineka Cipta. 199. .Hlm. 36
22
Yang dimaksud dengan persiapan materi adalah usaha-usaha yang
dilakukan untuk menguasai materi yang akan disampaikan di hadapan forum
dengan sistematis, teratur, luas dan mendalam. Biasanya, setiap orang yang
akan berbicara pada suatu forum pertemuan selalu melakukan persiapan
materi yang dianggapnya cukup matang. Namun bila diamati secara cermat,
ternyata kebanyakan mereka hanya melakukan persiapan apa adanya, tanpa
berusaha menguasai materi yang ada (walaupun sangat minim) tidak pula
terkuasai sepenuhnya.21
Karena itu, seorang pembicara mesti melakukan persiapan materi secara
sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Sebelum berbicara didepan publik
hendaknya harus terlebih dahulu mempersiapkan materi. Materi disini adalah
bahan yang disampaikan oleh seorang presentator. Bahan materi itu dapat
berupa ide sendiri, gagasan orang lain yang dikutip, berita, informasi dan
lain-lain. 22
Menurut Gentasri Anwar persiapan materi dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1) Jika topik yang akan dibicarakan belum ada atau diserahkan panitia
kepada kita, maka sebagai langkah pertama kita harus
menetapkan/merumuskan topik lebih dahulu.
2) Sebagai langkah kedua, tetapkan judul pembicaraan. Judul ialah
nama yang diberikan untuk topik atau pokok bahasan. Syarat-syarat
yang baik yaitu :
a. Relavan dengan topik.
b. Menimbulkan hasrat ingin tahu.
c. Mudah diingat oleh pendengar.
3) Sesudah topik dan judul ditetapkan atau telah disediakan panitia, lalu
periksalah pengetahuan yang ada dalam pikiran kita sendiri. Artinya,
sejauh mana pengetahuan kita tentang keadaan yang berkaitan
21
Ibid. Hlm 46
22
Balqis Khayyirah. Cara Pintar Berbicara Cerdas di depan Publik. Jogjakarta : DIVA Press. 2013. Hlm 74
23
dengan topik atau judul. Apakah pengetahuan yang kita miliki sudah
luas dan mendalam atau belum.
4) Jika belum merasa menguasai materi secara luas dan mendalam,
maka kumpulan berbagai buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan
dengan topik yang akan kita bicarakan dan kalau perlu bertanya
kepada orang yang dianggap ahli untuk itu.
5) Baca dan pelajari semua buku dan tulisan-tulisan tadi dengan
sistematis. Jangan lupa memperhatikan teknik membaca yang akurat
(baca berulang-ulang).
6) Usahakan pola pikir yang kita gunakan dalam mempelajari bahan-
bahan tadi adalah pola pikir filsafat. Sebab, pola pikir filsafat akan
membantu kita menguasai sesuatu pengetahuan secara sistematis,
luas dan mendalam/radikal.
7) Setelah bahan dirasa cukup, barulah kita mulai membuat kerangka
pembicaraan (pidato).
8) Selanjutnya, tulis materi ceramah selengkap-lengkapnya dengan
anggapan tulisan inilah yang akan disajikan secara utuh di hadapan
forum.
9) Baca tulisan tadi berulang-ulang, sampai kita betul-betul mengerti,
memahami, menghayati dan menguasai dengan baik.23
23
Gentasri Anwar. Op. Cit. Hlm 53
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
retorika adalah upaya-upaya yang dilakukan pembicara (pada bahasa lisan) dan
penulis (pada bahasa tulisan) dalam memilih bentuk ungkapan yang diangg paling
efektif untuk menarik perhatian pendengar atau pembaca. Untuk mencapai hal tersebut,
retorika harus didukung oleh unsur-unsur bahasa, etika dan moral, nalar yang baik, dan
pengetahuan yang memadai.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Fungsi retorika pada dasarnya
adalah mempersiapkan sarana yang baik, yakni menyediakan pengetahuan dan
bimbingan bagi pembicara, sehingga mereka lebih mudah dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Selain penyediaan pengetahuan tersebut, retorika juga mempersiapkan
sarana pembimbingan yang efektif bagi pembicara.
25
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk menyatakan
pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang ditunjukan
untuk orang banyak.
Dalam tahap penyampaian pidato ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu
kepercayaan diri dan kredibilitas serta cara membangunnya. Selain itu tentang
kecemasan berkomunikasi atau demam panggung dan cara meng- atasinya,
yang dapat dilakukan dengan metode jangka panjang dan jangka pendek. Selain
itu juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam penyampaian pidato, yaitu
kontak, karakteristik olah vokal, olah visual atau yang berkaitan dengan
komunikasi non verbal.
26
DAFTAR PUSTAKA
27