Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STRATEGI PENGEMBANAGN KOGNITIF 1


ANAK USIA DINI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengembangan kognitif Dosen
Pengampu : Nadya Yulianty S.Psi,M.Pd

Resti Rizkianti (01061801033


)
Alvioni Nadea F (01062001002)

Yayat Sulastri (01062001039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
DR KHEZ MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi alla SWT,Tuhan semesta alam,yang telah menciptakan manusia dengan
keadaan sempurna, memberikan nikmat terbesar yakni iman dan islam serta kesehatan.
Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad
SAW,beserta keluarganya,sahabatnya,tabi’in dan seluruh umatnya yang istiqomah mengikuti
tuntunan dan teladan sampai akhir zaman.
Atas berkat AllAH SWT kami dapat menyelesaikan makalah strategi pengembangan Kognitif 1
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah perkembangan kognitif dan kreativitas AUD
Saya berharap semoga makalh ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca maupun penyusun.saya yakin bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta, April 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATAP ENGANTAR………………………………………………………………………

BAB I…………………………………………………………………………………………..

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………....

BAB II………………………………...………………………………………………………

PEMBAHASAN………………...……………………………………………………………

A. Model Taksonomi Bloom Ranah Kognitif ……..…………………………………....

B. Pengembangan kognitif taksonomi bloom...............................................................

C. Evaluasi pengembangan kognitif teori kolb……………………………………......

BAB III………………………………………………………………………………………..

KESIMPULAN..…………..………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 14 Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
labih lanjut. yang diselenggarakan sebelum jenjang sekolah dasar, pada jalur formal, nonformal,
dan informal. Pendidikan Anak Usia Dini juga termasuk dalam usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam standar kompetensi anak usia dini terdiri atas
pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: moral dan nilainilai agama, sosial-emosi dan
kemandirian, bahasa, kognitif, fisik-motorik dan seni.

Salah satu aspek kemampuan dasar yang harus di kembangkan pada anak usia dini adalah
kognitif. Perkembangan kognitif anak usia dini perlu diberikan stimulus yang tepat agar
intelektual anak dapat berkembang dengan baik. Keberhasilan dalam proses pendidikan akan
mampu menciptakan pendidikan yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas sangat
dibutuhkan dalam proses pendidikan. Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem
pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya
ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai
tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana menciptakan suatu kegiatan yang bervariasi,
mengetahui kebiasaan dan kesenangan anak dalam menyelesaikan kegiatan. Untuk itu guru harus
mencari informasi tentang kondisi yang dapat meningkatkan pembelajaran di taman kanak-
kanak. 3 Dengan mengubah strategi pembelaja.

Aspek perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan, dan hal ini
juga merupakan tujuan pembelajaran di TK. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan
lain-lainnya seperti bahasa, sosial, emosionoal, moral dan agama. Dengan kemampuan kognitif
atau daya pikir tersebut manusia akan dapat membedakan mana yang benar atau yang salah,
mana yang harus dilakukan atau dihindari, bagaimana harus bertindak dan sebagainnya yang
intinya seseorang tersebut dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya. Oleh karenanya
kemampuan kognitif sangat penting bagi kehidupan seseorang dan perlu dibekali dan
dikembangkan sedini mungkin.

Pasal 28 ayat 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi
baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian,
kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni untuk siap memasuki Sekolah Dasar (Depdiknas, 2007:
2). Oleh karenanya pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama bagi anak usia
dini yang berada pada masa emas ditahap perkembangannya (golden age). Dalam usia emas.

A. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud taksomoni bloon ranah kognitif ?


2. Apa yang di maksud pengembangan kognitif berdasarkan tksomoni bloon?
3. Apa yang dimaksud evaluasi pengembangan kognitif berdasarkan teori kolb?

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui taksonomi bloom ranah kognitif


2. Untuk mengetahui pengembangan kognitif berdasarkan taksonomi bloom
3. Untuk mengetahui pengembangan kognitif berdasarkan teori Kolb
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Taksonomi Bloom Ranah Kognitif

Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan telah lama dikembangkan, dan tokoh
yang begitu terkenal dengan konsep taksonominya adalah Benjamin, S. Bloom. Sehingga
taksonomi pendidikan yang cetuskannya diabadikan dengan sebutan nama penemunya yaitu
Taksonomi Bloom.
Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain,
yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. 
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk
mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang
ada pada tingkatan pertama.

- Ranah Kognitif

     Pada dasarnya Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan
memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau
jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Berikut adalah kenam jenjang ranah kognitif : 
1. Pengetahuan (Knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan di
sebut sebagai proses berfikir yang paling rendah.
 
2. Pemahaman (Comprehension) Adalah kemampuan untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta
didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. 

3. Aplikasi (Application) Adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang


sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada
pemahaman. 

4. Analisis (Analysis) Adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan


atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan
di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. 

5. Sintesis (Synthesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses


berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur
atau berbentuk pola baru. 

6. Evaluasi (Evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah


kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, misalnya jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.

B. Evaluasi pengembangan kognitif (berdasarkan taksonomi bloom)

Tahapan terakhir adalah evaluasi.pada tahap ini seseorang memiliki kemampuan melakukan
evaluasi dan menilai suatu hal berdasarkan acuhan tertentu.kata kerja oprasional pada tingkatan
ini adalalah menyimpulkan , mengktitik , mempertahankan , membandingkan , dan lain
sebagainyah.

C. Evaluasi Pengembangan Kognitif (berdasarkan teori Kolb)

Gaya belajar model Kolb ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa,
mengembangkan observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk
memecahkan masalah. Hal tersebut digambarkan dengan siklus yang dimulai dengan
pengalaman yang siswa sudah ada, diikuti dengan kesempatan untuk merefleksikan pengalaman
itu. Kemudian siswa dapat rancangan dan menarik kesimpulan tentang apa yang mereka alami
dan yang diamati, yang mengarah ke tindakan masa depan di mana siswa melakukan percobaan
dengan perilaku yang berbeda.

David Kolb mengemukakan belajar experiential terdiri dari 4 elemen/adanya empat kutub
kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih
mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses
belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang
dihadapinya.

2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)


Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan
sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses
belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu
perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam
proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk
opini/pendapat.

4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)


Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas,
berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses
belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya
pada orang lain, dan prestasinya.

Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu
saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu
kecenderungan atau orientasi belajar. Empat kutub di atas membentuk empat kombinasi gaya
belajar.

Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan
penjelasan seperti di bawah ini:

1. Gaya Diverger
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe Diverger
unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya
pada setiap situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Anak seperti ini menyukai tugas
belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming), biasanya juga menyukai
isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.

2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe Assimilator
memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumkannya dalam
suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian pada orang
lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis.

3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe Converger unggul
dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya
kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga
cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan
antar pribadi.
4. Gaya Accomodator
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe Accommodator
memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri.
Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan
menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada
berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya
mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan / informasi) dibanding analisa
teknis.
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Evaluasi pembelajaran adalah suatu kegiatan penilaian yang sangat penting dalam proses
pembelajran. Evaluasi bertujuan guna mengetahui seberapa pesat pencapaian yang dimiliki anak
dalam memahami pelajaran yang telah mereka pelajariselama mengikuti pembelajaran. Jadi
dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses menindak lanjuti yang dilakukan pendidik
untuk mengetahui kemampuan anak didik selama mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh
pendidik. Adapun penjelasan evaluasi pada makalah ini terbagi dua: 1) berdasarkan taksonomi
bloom dan 2) berdasarkan teori kolb.

Saran

Untuk sesuai dengan strategi pengembangan kognitif AUD, pendidik diharapkan mengetahui
dan memahami evaluasi pengembangan kognitif yang berdasarkan taksonomi bloom ataupun
berdasarkan teori kolb.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.daftarpustaka.org/taksonomi-bloom./

https://www.dosenpendidikan.co.id/taksonomi-bloom/#:~:text=dari%20beberapa
%20sumber.-,Evaluasi%20(Evaluation)%20%E2%80%93%20C6,tertentu%20berdasarkan
%20kriteria%20yang%20jelas

Anda mungkin juga menyukai