Anda di halaman 1dari 4

Kuli bangunan adalah orang yang bekerja di bidang pembangunan suatu proyek dengan

mengandalkan kekuatan fisik serta keahlian dan kuli bangunan merupakan suatu pekerjaan
yang memiliki resiko tinggi. Situasi dalam lokasi proyek pembangunan, mencerminkan
karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat kompleks sulit dilaksanakan sehingga
dibutuhkan stamina dari pekerja yang melaksanakannya. Menjadi seorang kuli bangunan
bukan lah hal yang mudah, disamping fisik dan stamina yang kuat, pola fikir juga harus
diperhatikan dalam keselamatan kerja. Seorang kuli bangunan dan seorang mandor memiliki
tanggung jawab yang sama dalam kegiatan pembangunan suatu proyek, tetapi faktanya seorang
mandor hanya bisa menyuruh-nyusuh bawahannya (kuli bangunan) dan seorang mandor hanya
bisa duduk-duduk santai tanpa menghiraukan laporan dari pekerja (kuli bangunan) sehingga
berdampak kecelakaan.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki, terjadi pada waktu melakukaan
pekerjaan dan menimbulkan akibat kerugian personil, harta benda atau kedua-duanya.
Kebutuhan K3 yang semakin meningkat tidak hanya pada masyarakat industri (sektor formal)
tetapi juga penting bagi masyarakat khususnya pelaku sektor usaha skala kecil dan menengah
(small medium enterprise). Fakta menunjukkan bahwa seorang mandor tidak memenuhi
tanggung jawabnya sebagai seorang pimpinan yang seharusnya menjaga keselamatan jiwa
anak buahnya (kuli bangunan). Bukan hal yang asing jika kita mendengar berita di televisi atau
media masa tentang kecelakaan kerja pada kegiatan pembangunan proyek.
Penyebab kecelakaan kerja itu sendiri bukan hanya akibat kelalaian mandornya, tetapi juga
terjadi karena kurangnya pendidikan kuli bangunan akan K3 sehingga mereka bekerja tanpa
mempedulikan bahaya yang mungkin terjadi selama proses pembangunan. Meski mereka
mengerti akan peralatan kerja, tetapi mereka selalu beranggapan bahwa sebelumnya selalu
aman meski tanpa peralatan kerja sehingga mereka tidak mau mengenakannya. Hal inilah yang
banyak menyebabkan kecelakaan kerja.
Maka dari itu setiap tenaga kerja termasuk kuli bangunan di lindungi oleh Undang-Undang
tentang perlindungan tenaga kerja, seperti :
1. UU RI No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik
didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia
2. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang
dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3
Sistern Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Sistern
Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko,
yang berkaitan dengan kegiatan keja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif
Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembangunan
1. Keadaan tempat tinggal didalam lokasi proyek
a. Kebersihan tempat kerja
1) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat
yang aman
2) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan
3) Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut dapat
menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau tersandung (terantuk)
4) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk ditempat kerja.
5) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya
6) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpanaan semula.
b. Pembuangan kotoran limbah diatur perletakannya agar tidak menggangu kesehatan
2. Peralatan kerja
a. Peralatan kerja harus lengkap, yaitu:
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
bekerja
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya
3) Kacamata keselematan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi
pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya
b. Peralatan kerja dijaga mutunya (jangan sampai usang dan kondisinya rusak)
c. Adanya penyuluhan jika menggunakan mesin berat dan peralatan elektronika dengan
benar
d. Adanya pengaman pada mesin berat dan peralatan elektronika
3. Fisik Pekerja
a. Stamina pekerja
b. Kondisi emosi pekerja yang labil
c. Pola fikir pekerja yang biasanya kurang memperhatikan keselamatan kerja
d. Motivasi dalam bekerja
e. Pengetahuan pekerja tentang standar K3, penggunakan fasilitas kerja, dan berbagai hal
dalam pekerjaan konstruksi
4. Pengaturan Lain
a. Jumlah pekerja
b. Pengaturan jam kerja dan jam lembur
c. Penerapan shift kerja
d. Umur pekerja
e. Jenis kelamin pekerja
f. Pengelolaan tempat tinggal di dalam proyek
Manajemen resiko adalah pengelolaan resiko dengan menerapkan secara sistematis suatu
kebijakan manajemen, prosedur dan aktifitas dalam kegiatan identifikasi, analisa, penilaian,
pengendalian bahaya dan pemantaun serta review resiko.
Adapun tujuan dari manajemen resiko adalah sebagai berikut:
1. Meminimalkan kerugian dan meningkatkan produktifitas
2. Memotong mata rantai kejadian kerugian, sehingga efeknya tidak terjadi.
3. Mencegah terjadinya kerugian berupa cidera dan penyakit akibat hubungan kerja.
Manfaat manajemen resiko adalah sebagai berikut :
1. Pemenuhan perundangan
2. Mencegah kerugian finansial
3. Meningkatkan nilai saham
4. Menekan gangguan bisnis
5. Memelihara kelangsungan usaha.
dentifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya potensial pada petugas
pengelolaan limbah medis padat di lingkungan rumah sakit. Bahaya potensial atau hazards
yang akan di identifikasi adalah:
1. Bahaya potensial fisik
2. Bahaya potensial kimia
3. Bahaya potensial biologi
4. Bahaya potensial ergonomi
5. Bahaya potensial psikologi

Anda mungkin juga menyukai