Anda di halaman 1dari 7

sri nurul mulyannah

Jumat, 07 Juni 2013


makalah pemmbidangan ilmu fiqh

pembidangan ilmu fiqh


oleh: sri nurul mulyannah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan suatu agama yang memiliki keaslian hukum dan landasanya yang bersifat
universal, elastis dan mendalam di segala bidang. Kita sebagai umat Islam sangatlah merugi jika
tidak mempelajari ilmu agama kita, agama islam. Mempelajari ilmu agama merupakan salah satu
cara manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Begitu juga dengan mengajarkan hukum
agama juga merupakan cara pendekatan diri yang mulia, apalagi yang berhubungan dengan hukum
fiqh. Sehingga semua orang akan menjadi jelas dalam urusanya, ibadahnya, amalanya, dan
bermanfaat di dunia dan akhirat.
Salah satu cabang dari ilmu fiqh yang penting untuk kita pelajari adalah ibadah dan muamalah.
Ibadah merupakan segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam rangka mencari ridla Allah SWT.
Sedangkan muamalah merupakan semua hukum yang diciptakan oleh Allah untuk mengatur
hubungan sosial manusia.
Dengan demikian, dalam makalah ini akan dibahas tentang ibadah dan muamalah, terutama di
bidang muamalah secara mendalam, disertai contoh dari keduanya. Diharapkan pembaca
mengetahui secara jelas tentang muamalah dan ibadah dan semoga dengan mengetahui itu semua,
segala sesuatunya yang kita kerjakan mendapat Ridlo Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
a) Apa saja pembidangan ilmu fiqh?
b) Apa yang dimaksud dengan fiqh muamalah?
c) Bagaimana konsep fiqh muamalah dalam arti yang luas?

C. Tujuan Penulisan
a) Mengetahui pembidangan ilmu fiqh
b) Mengetahui pengertian fiqh muamalah
c) Mengetahui konsep fiqh muamalah dalam arti yang luas

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembidangan Ilmu Fiqh
Ilmu Fiqh merupakan kumpulan aturan yang meliputi segala sesuatu, memberi ketentuan
hukum terhadap semua perbuatan manusia, baik dalam urusan pribadinya sendiri maupun dalam
hubungannya sebagai umat dengan umat yang lain.
Para ulama masa dahulu telah mencoba mengadakan pembidangan ilimu Fiqh ini. Ada yang
membaginya menjadi tiga bidang yaitu ibadah, Muamalah,(Perdata Islam) dan Uqubah (Pidana
Islam), ada pula yang membaginya menjadi empat bidang yaitu Ibadah, Muamalah, Munakahat,
dan Uqubah. Walaupun demikian, “dua bidang pokok hukum Islam sudah disepakati oleh semua
Fuqaha yaitu bidang ibadah dan bidang muamalah. Bidang muamalah ini kadang-kadang disebut
bidang adat (al-adat) yaitu aturan-aturan yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan manusia
sebagai peerorangan maupun sebagai golongan, atau dengan perkataan lain, aturan-aturan untuk
mewujudkan kepentingan-kepentingan duniawi” .
Apabila pembidangan itu hanya dua yaitu bidang ibadah dan muamalah, maka pengertian
muamalah disini adalah muamalah dalam arti yang luas, didalamnya termasuk bidang-bidang
hukum keluarga, pidana, perdata, acara, hukum internasional dan lain sebagainya. Sebab ada pula
pengertian bidang muamalah dalam arti sempit, yaitu hanya meliputi hukum perdata saja.
Pembidangan ilmu Fiqh dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1) Hukum Ibadah (fiqh ibadah)
Yang meliputi tata cara bersuci,shalat, puasa, haji, zakat,nadzar, sumpah, dan aktivitas sejenis
terkait dengan hubungan seorang hamba dengan Tuhannya.
Menurut ulama fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh keridlaan
Allah Swt dan mendapatkan pahala darinya di akhirat.
Sedangkan menurut bahasa ibadah adalah patuh, tunduk, taat,mengikuti, dan doa. Ibadah dalam
arti taat diungkapkan dalam Al-Quran, antara lain dalam surat yasin ayat 60

Artinya : “Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagi kamu”

Ibadah ditinjau dari segi bentu dan sifatnya ada lima macam, yaitu:
1. Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan(ucapan), seperti berdzikir, berdoa, tahmid, dan
membaca Al-Quran
2. Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti: jihad, menolong orang
lain, membantu, dan tajhiz al- janazah(mengurus jenazah)
3. Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya, seperti: shalat,
puasa, zakat, dan haji
4. Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri seperti: puasa, iktikaf, dan
ihram
]5. Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang telah melakukan
kessalahan terhadapdirinya dan membebaskan seseorang yang berutang kepadanya.

2) Hukum Muamalah (fiqh muamalah)


Meliputi: tata cara akad, transaksi, hukum pidana atau perdata, dan yang lainnya, yang terkait
dengan hubungan antaramanusia atau dengan masyarakat luas.1[1]
Bidang Fiqh muamalah dalam arti yang luas ini dibagi lagi menjadi :

1[1] Prof. Dr. H. Ismail Nawawi, Fikih Muamalah, Ghalia Indonesia, Bogor, 2012, hal. 9
1. Bidang Akhwal Asyakhshiyyah atau hukum keluarga
2. Bidang Fiqh muamalah (dalam arti sempit), al-ahkam al-madaniyah
3. Bidanh Fiqh Jinayah atau Al-Ahkam Al-Murafa’at
4. Bidang Fiqh Siyasah, yang meliputi :
a) Siyasah Dusturiyah atau hubungan antara rakyat dan pemerintahannya.
b) Siyasah Dauliyah atau hukum Internasional
c) Siyasah Maliyah, yaitu Hukum Ekonomi atau Al-Ahkam-Iqtishadiyah.

B. Pengertian Fiqh Muamalah


1. Fiqh
Menurut etimologi (bahasa) fiqh adalah paham, menurut terminology, fiqh pada mulanya berarti
pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama baik berupa akidah, akhlak,
maupun amaliah (ibadah)2[2]. Fiqh juga diartikan sebagai bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu
pengetahuan tentang hukum syariah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang
telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.
2. Muamalah
Menurut bahasa (lughatan), kata muamalah adalah bentuk masdar dari ‘amala yan artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling beramal. Secara istilah (syar’an), muamalah merupakan
system kehidupan.3[3] Islam memberikan warna pada setiap dimensi kehidupan manusia, tak
terkecuali pada dua ekonomi, bisnis, dan masalah social. Sistem Islam ini mencoba mendialektikan
nilai-nilai ekonomi dengan nilai-nilai kaidah atau etika. Konsep dasar Islam dalam kegiatan
muamalah atau ekonomi dan bisnis juga sangat censeren dengan nilai-nilai humanism yang
bersifat Islami. Diantaranya adala kaidah-kaidah dasar fikih muamalah yang diungkapkan oleh
Jawaini yaitu sabagai berikut :
a. Hukum asal muamalah adalh diperbolehkan.
b. Konsep fiqh muamalah untuk mewujudkan kemasalahatan.
c. Menetapkan harga yang kompetitif.
d. Meninggalkan intervensi yang terlarang.
e. Menghindari eksploitasi.
f. Member kelenturan dan toleransi.
3. Fiqh Muamalah
 Pengertian Fiqh Muamalah dalam Arti Luas
Diantara definisi fiqh muamalah yang dikemukakan oleh parulama ialah sebagai berikut :
a. Menurut Zuhaily, pembahasan fiqh muamalah sangat luas, mulai dari hukum pernikahan,
transaksi jual beli, hukum pidana, hukum perdata, hukum perundang- undangan, hukum
kenegaraan, ekonomi, keuangan, hingga akhlak dan etika.
b. Ad-Dimyati mendefinisikan fikih muamalah sebagai aktivitas untuk menghasilkan duniawi yang
menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa fiqh muamlah adalah aturan-aturan (hukum) Allah
swt .yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang
berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.
 Pengertian Fiqh Muamalh dalam Arti Sempit

2[2] Prof. Dr. H. Rahmat Syafei, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2001, hal. 13
3[3] Prof. Dr. H. Ismail Nawawi, Fikih Muamalah, Ghalia Indonesia, Bogor, 2012, hal. 10
Beberapa definisi fiqh muamalah menurut ulama dan pakar, antara lain:
a. Menurut Suhendi (2008: 2), muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling
menukar manfaat.
b. Menurut Ahmad (1986: 1), muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya dalm usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan
cara yang paling baik.
c. Menurut Rasyid Ridha (2000: 2), muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang
bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.
Dapat disimpulkan bahwa fiqh muamalah dalam arti sempit terkonsentrasi pada sikap patuh pada
aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan berkaitan dengan interaksi dan perilaku manusia lainnya
dalam upaya memperoleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan harta benda (al-mal).

C. Fiqh Muamalah dalam Arti Luas


1. Bidang Al-Ahwal Asyakhsiyah
Bidang al-ahwal asyakhsiyah, yaitu hikum keluarga, yaitu yang mengatur hubungan antara
suami, istri, anak, dan keluarganya. Pokok kajiannya meliputi :
a) Fiqh munakahat
b) Fiqh mawaris
c) Wasiat
d) Wakaf
Tentang wakaf ini ada kemungkinan masuk bidang ibadah apabila dilihat dari maksud yang
mewakafkan, ada kemungkinan masuk al-ahwal asyakhsiyah apabila itu wakaf dzuri yaitu wakaf
keluarga.
 Pernikahan
Yaitu “aqad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan seorang perempuan serta
menetapkan hak-hak dan kewajiban diantara keduanya”. Pembahasan fiqh munakahat, meliputi
topik-topik hukum nikah, meminang, aqad nikah, wali nikah, saksi nikah, mahar (maskawin).
Wanita-wanita yang haram dinikahi baik haram maupun nasab, mushaharah (persemendaan), dan
radha’ah (persesusuan) dan hadhanah. Soal-soal yang berkaitan dengan putusnya pernikahan,
dengan iddah, ruju, hakamain, ila, dzhihar, li’an, nafakahah, dan iddah, yaitu berkabung dan masa
berkabung.
Di Indonesia, masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah pernikahan ini diatur
didalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1952 dan
No. 4 tahun 1952, kedua-duanya tentang wali hakim.
 Mawaris
Mengandung pengertian tentang hak dan kewajiban ahli waris terhadap harta warisan, menentukan
siapa saja yang berhak terhadap warisan, bagaimana cara pembagiannya dan berapa bagiannya
masing-masing. Fiqh mawaris disebut juga ilmu faraidh, karena berbicara tentang bagian-bagian
tertentu yang menjadi hal ahli waris.
Pembahasan fiqh mawaris, meliputi masalah-masalah ta’hij yaitu pengurusan mayat, pembayaran
utang dan wasiat, kemudian pembagian harta. Dibahas pula tentang halangan-halangan mendapat
warisan. Kemudian dibicarakan tentang orang-orang yang mendapat bagian-bagian tertentu dari
harta waris yang disebut Ashabul Furudh, tentang ashabah, hijab pewarisan dzawil arkam, hak
anak didalam kandungan, masalah mafqud/orang yang hilang, anak hasil zina/li’an, serta masalah-
masalah khusus, seperti aul, masalah musyarakah, tsulusul baqi, dan lain sebagainya.
 Wasiat
Adalah pesan seseorang terhadap sebagian hartanya yang diberikan kepada oranglain atau lembaga
tertentu, sedangkan pelaksanaannya ditangguhkan setelah ia meninggal dunia.
Dalam wasiat dibicarakan tentang orang yang berwasiat serta syarat-syaratnya, tentang orang-
orang yang diberi wasiat dan bagaimana hukumnya apabila yang diberi wasiat itu membunuh
pemberi wasiat. Dibicarakan pula tentang harta yang diwasiatkan dan bagaimana apabila yang
diwasiatkan itu berupa manfaat, serta hubungan antara wasiat dan harta waris. Tentang lapad
wasiat yang disyaratkan dengan kalimat yang dapat dipahamkan untuk wasiat. Tentang penarikan
wasiat dan lain sebagainya.
 Wakaf
Adalah penyisihan sebagian harta benda yang kekal zatnya dan mungkin diambil manfaatnya
untuk maksud kebaikan.
Dalam kitab-kitab fiqh dikenal dengan adanya wakaf dzuri (keluarga) dan wakaf khairi yaitu wakaf
untuk kepentingan umum. Dibahas pula tentang orang yang mewakafkan serta syarat-syaratnya,
barang yang diwakafkan dan syarat-syaratnya, orang yang menerima wakaf, dan syarat-syaratnya,
shigat atau ucapan yang mewakafkan dan syarat-syaratnya. Kemudian dibicarakan tentang
macam-macam wakaf dan siapa yang mengatur wakaf dan siapa yang mengatur barang wakaf,
serta kewajiban dan hak-haknya. Selanjutnya dibicarakan tentang penggunaan harta wakaf dan
lain sebagainya.
Di Indonesia khusus tentang wakaf tanah milik telah diatur dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 28 tahun 1977. Dalam peraturan pemerintah tersebut ditegaskan tentang fungsi
wakaf tanah, tatacara mewakafkan dan pendaftarannya, perubahan, penyelesaian, perselisihan, dan
pengawasan perwakafan tanah milik, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan
penutup.

2. Bidang Fiqh Muamalah (Dalam Arti Sempit) Al-Ahkam Al-Madaniyah


Bidang ini membahas tentang jual beli (ba’i), memberi barang yang belum jadi, dengan
disebutkan sifat-sifatnya dan jenisnya (sallam), gadai (ar-rahn), kefailitan (tafis), pengampunan
(hajru), perdamaian (al-sulh), pemindahan utang (al-hiwalah), jaminan utang (ad-dhaman al-
kafalah), perseroan dagang (syarikah), perwakilan (wikalah), titipan (al-wadhiah), pinjam-
meminjam (al-ariyah), merampas atau merusak harta oranglain (al-ghasb), hak membeli paksa
(syif’ah), memberi modal dengan bagi untung (qiradh), penggarapan tanah (al-muzaro’ah
musaqoh), sewa menyewa (al-ijaaroh), mengupah orang untuk menemukan barang yang hilang
(al-ji’alah), membuka tanah baru (ihya al-mawat) dan barang temuan (luqathah).

Apabila kita lihat sistematika pembahasan Hukum Perdata yang terdiri dari : Huku, orang pribadi
dan Hukum keluarga, Hukum benda, dan Hukum waris, Hukum perikatan, bukti dan daluwarsa,
maka materi-materi tersebut dalm hukum islam, terdapat dalam al ahwal al syakhsiyah, muamalah
dan qadla. Oleh karena itu tidak tepat mempersamakan bidang fiqh muamalah dengan hukum
perdata. Bahkan ada sebagian materi hukum perdata oleh para ulama dibahas dalam kitab Ushul
Fiqh, seperti subjek hukum atau orang mukallaf. Sistematika hukum perdata seperti juga halnya
sistematika fiqh, bukanlah suatu hal yang mutlak yang tidak bisa dirubah lagi. Sebab sistematika
itu dibuat oleh para ahli sesuai dengan perkembangan ilmu itu sendiri.

3. Bidang Fiqh Jinayah atau Al-Ahkam Al-Jinayah


Fiqh Jinayah adalah Fiqh yang mengatur cara-cara menjaga dan melindungi Hak Allah. Hak
Masyarakat dan Hak individu dari tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan menurut hukum.4[4]
Adapun materi fiqh jinayah meliputi pembunuhan sengaja, semi sengaja dan kesalahan disertai
dengan rukun dan syaratnya. Sanksi pembunuhan, kemudian dibahas tentang penganiayaaan
sengaja dan penganiayaan tidak sengaja, pembuktiannya, pelaksanaan hukuman, hapusnya
hukuman zina.

4. Bidang Qadha atau Al-Ahkam Al-Murafaat


Fiqh Qadha ini membahas tentang proses penyelesaian perkara di pengadilan. Oleh karena itu
unsur pokok yang dibahas adalah tentang hakim, putusan yang dijatuhkan, hak yang dilanggar,
penggugat dalam kasus perdata atau penguasa dalam kasus pidana dan tergugat dalam kasus
perdata atau tersangka dalam kasus perdata atau tersangka dalam kasus pidana.

5. Bidang Fiqh Siyasah


Fiqh siyasah membahas tentang hubungan antara seseorang pemimpin dengan yang dipimpinnya
atau antara lembaga-lembaga kekuasaan di dalam masyarakat dengan rakyatnya. Oleh karena itu
pembahasan Fiqh siyasah ini luas sekali, yang meliputi antara lain soal: hak dan kewajiban Imam,
bai’ah, wuzarah ahl-halli wal-aqdi, hak dan kewajiban rakyat, kekuasaan peradilan, pengaturan
orang-orang yang pergi haji, kekuasaan yang berhubungan dengan pengaturan ekonomi, fai,
ghanimah, jizyah, kharaj, baitulmal, hubungan muslim dan non-muslim dalam aqad, hubungan
muslim dan non-muslim dalam kasus-kasus pidana, hubungan Internasional dalam keadan perang
dan damai, perjanjian internasional, penyerahan penjahat, perwakilan-perwakilan asing serta
tamu-tamu asing.

4[4] Drs. A. H. Djazuli, Ilmu Fiqh, Orba Shakti, Bandung, 1991, hal. 53
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dalam membagi pembidangan ilmu Fiqh, para ulama ada yang membaginya terhadap tiga bidang,
empat bidang, serta dua bidang, yaitu ibadah dan muamalah. Fiqh ibadah meliputi tata cara bersuci,
shalat, puasa, haji, zakat, nadzar, sumpah, dan aktivitas sejenis terkait dengan hubungan seorang
hamba dengan Tuhannya, sedangkan Fiqh muamalah meliputi tata cara akad, transaksi, hukum
pidanaa atau perdata, dan yang lainnya, yang terkait dengan hubungan antarmanusia atau dengan
masyarakat luas. Pengertian Fiqh muamalah itu sendiri adalah aturan-aturan (hukum) Allah
swt.yang ditujuka untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang
berkaitan dengan urusan duiawi dan sosial kemasyarakatan. Bidang muamalah dalam arti luas
terdiri dari: bidang Al-Ahwal Asyaksiyah, bidang Al-Ahkam Al-Madaniyah, bidang Fiqh Jinayah
atau Al-Ahkam Al-Jinayah, bidang Qadha atau Al-Ahkam Al-Murafaat, dan bidang Fiqih Siyasah.

DAFTAR PUSTAKA

Djazuli A. H. Drs. 1991. Ilmu Fiqh. Bandung: Orba Shakti


Nawawi Ismail. 2012. Fikih Muamalah (Klasik dan Kontemporer). Bogor: Ghalia Indonesia
Syafei Rahmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai