Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAUHID

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

ILMU KALAM

Disusun oleh:
ASMIDAR

Dosen Mata Kuliah :


Dr. H. MARTUNUS RAHIM, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
(STIT-YPI) KERINCI
TAHUN AKADEMIK 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inti dari ajaran agama islam adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu dalam
berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa kewajiban pertama seorang muslim adalah
mempelajari tauhid. Dari kajian tauhid yang secara mendalam dan dibarengi dengan dalil
naqli serta dalil aqli, maka umat islam diharapkan menjadi semakin kuat akidahnya.
Agama islam memerlukan tauhid sebagai dasar keyakinan. Tujuan dibentuknya
ilmu tauhid/kalam adalah usaha pemahaman yang dilakukan para ulama (teolog muslim)
tentang akidah islam yang terkandung dalam dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadits). Dan
usaha pemahaman itu adalah menetapkan, menjelaskan atau membela akidah islam, serta
menolak akidah yang salah dan yang bertentangan dengan akidah islam.
Tauhid, sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari agama islam.
Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agama islam secara mendalam, perlu
mempelajari tauhid. Mempelajari tauhid akan memberi seseorang keyakinan – keyakinan
yang berdasarkan pada landasan kuat, yang tidak mudah di ombang – ambing oleh
peredaran zaman.
Tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberi pandangan lebih
dalam terhadap islam bagi pembaca – pembaca yang biasanya mengetahui dan mengenal
islam hanya dari sudut pandang hukum atau fikih. Oleh karena itu dirasa perlu
memperkenalkan islam secara medalam dari aspek – aspek lain dan karangan ini berusaha
memperkenalkan islam dari tinjauan teologi.
Makalah ini mengandung uraian tentang pengertian, nama lain dari tauhid, macam-
macam ilmu tauhid, dan aliran – aliran teologi, bukan yang hanya masih ada tetapi juga
yang pernah terdapat dalam islam. Uraian diberikan sedemikian rupa sehingga dalamnya
tercakup sejarah perkembangan dan ajaran – ajaran terpenting dari masing – masing
aliran atau golongan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ilmu tauhid ?
2. Bagaimana sejarah lahirnya ilmu tauhid ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu tauhid dari masa ke masa ?
4. Bagaimana sejarah pertumbuhan aliran – aliran ilmu tauhid ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Ilmu Tauhid
Arti dari ilmu tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang sifat – sifat Allah SWT
dan sifat – sifat para utusanNya yang terdiri dari sifat yang wajib (yang pasti ada), sifat jaiz
(yang mungkin ada) dan sifat yang mustahil (yang tidak ada). Selain itu, juga membicarakan
bagaimana menetapkan kepercayaan – kepercayaan agama Islam dengan dalil – dalil Naqli.
Serta menolak akidah yang salah dan yang bertentangan dengan akidah islam. Dan meyakini
Allah-lah Sang pemberi kehidupan di alam ini.

2. Sebutan Lain dari Ilmu Tauhid dan Macam – Macamnya


Akidah islamiyah bagi umat islam, menurut laporan sejarah merupakan masalah
keagamaan yang pertama – tama diperdebatkan, sehingga mendorong lahirnya berbagai
firqah (sekte) dalam islam yang di latar belakangi faktor politik pada awal pertumbuhannya
sepeninggal Rasulullah SAW. Permasalahan aqidah inilah yang menjadi faktor utama
munculnya disiplin ilmu keislaman yang dikenal dengan nama Ilmu Tauhid atau juga disebut
Ilmu Kalam, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Aqa’id, dan juga disebut Teologi Islam.

Macam – Macam Ilmu Tauhid diantaranya :


a.    Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini
bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah berfirman dalam QS. Az-
Zukhruf ayat 87 :
َ‫ ي ُْؤفَ ُكوْ ن‬D‫َولَئِ ْن َسأ َ ْلتَهُ ْم َّم ْن خَ لَقَهُ ْم لَيَقُوْ لُ َّن هللاُ فَأ َ ٰنّى‬
Artinya : “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab : “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat
dipalingkan (dari menyembah Allah)”

b.    Tauhid Uluhiyah


Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dengan perbuatan para hamba
berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti  doa, nadzar, kurban, takut, tawakkal,
dsb. Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, karena tauhid ini adalah asas dan
pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah
tidak akan diterima. Allah berfirman dalam QS An-Nisa’ : 36
‫ ْالقُرْ ٰبى‬D‫ار ِذى‬
ِ ‫َوا ْعبُدُواهللاَ َوالَتُ ْش ِر ُكوْ ابِ ٖه َشيْئا ً َّوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِحْ َسانا ً َّوبِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َوال َج‬
D‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم اِ َّن هللاَ الَي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَاالًفَ ُخوْ َرا‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ِْل َو َما َملَ َك‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬ ِ ‫َو ْال َج‬
Artinya : “ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang sombong dan
membanggakan diri.”

c.    Tauhid Asma’ Wa Sifat


Tauhid asma’ wa sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat – sifatNya.
Allah berfirman dalam QS Al-Kahfi ayat 15 :
ْ ِ‫ اتَّخَ ُذوْ ا ِم ْن ُدوْ نِ ٖه ٰالِهَةً لَوْ الَ يَأْتُوْ نَ َعلَ ْي ِه ْم بِس ُْلطَا ٍن بَي ٍِّن فَ َم ْن ا‬D‫ٰه ُؤالَ ِء قَوْ ُمنَا‬
‫ظلَ ُم ِم َّم ِن ا ْفت َٰرى َعلَى هللاِ َك ِذبًا‬
Artinya : “kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan – tuhan (untuk
disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim dari pada orang – orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah?.”

3.    Sejarah Lahirnya Ilmu Tauhid


Ada beberapa faktor yang telah melatar belakangi lahirnya ilmu Tauhid,
diantaranya :
a.    Faktor Internal
1)   Al-Qur’an
Al-Qur’an selain membawa ajaran untuk meng-Esakan Tuhan dan membenarkan keutusan
Nabi Muhammad SAW, di bagian – bagian lain yang berhubungan dengan bidang akidah.
Banyak ayat Al-Qur’an yang mendorong umat manusia agar dengan akal pikirannya mau
memikirkan nikmat, hikmat dan kesempurnaan segala ciptaan-Nya.

2)   Kaum Muslimin


Pada awalnya, pemeluk agama islam menerima secara utuh apa yang diajarkan agama
tanpa harus mengadakan penyelidikan. Sesudah itu datanglah persoalan agama yang
dipicu karena semakin banyaknya orang – orang non muslim yang masuk islam. Disinilah
kaum muslimin mulai memakai filsafat untuk memperkuat argumen – argumennya.
Kemudian datang pula orang – orang yang mengumpulkan ayat – ayat Al-Qur’an. Oleh
karena itu, timbullah perbedaan dan perselisihan paham diantara mereka dan dari yang
demikian inilah yang merupakan faktor bagi timbulnya Ilmu Tauhid.

3)   Politik
Sejarah telah mencatat bahwa, ketika Nabi Muhammad SAW wafat tidak ada ketentuan
khusus untuk menetapkan siapa yang akan menggantikannya sebagai “kepala negara”.
Persoalan ini mengakibatkan perdebatan yang sangat tajam, perpecahan serta peperangan
politik yang tercatat dalam sejarah islam.
Terbunuhnya Utsman bin Affan telah menjadi malapetaka besar atas umat islam, sebab
sejak saat itu umat islam mulai terpecah secara politis menjadi beberapa sekte.
Perselisihan dan perpecahan yang bermula pada masalah politik segera merambat ke
bidang akidah.

b.    Faktor Eksternal


1)   Kepercayaan non Muslim
Problema akidah merupakan konsekuensi logis dari meluasnya daerah dan kekuasaan
islam. Meluasnya daerah kekuasaan islam ini diikuti pula oleh banyaknya orang – orang
non muslim yang masuk islam. Tidak semua orang yang masuk islam itu dengan
keikhlasan hati, tetapi diantaranya mungkin ada yang karena terpaksa ataupun karena
motif – motif lain. Hal ini terbukti misalnya, setelah Rosulullah SAW wafat dan Abu
Bakar baru saja di bai’at muncullah orang – orang yang murtad dari islam, ada yang
mengaku sebagai nabi.

2)   Filsafat
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju mendorong dalam usaha
penterjemahan buku – buku filsafat ke dalam bahasa arab. Dalam usaha penterjemahan
itulah diantaranya ada yang memasukkan dan menyebarkan faham – faham filsafat mereka
ke dalam agama islam dengan corak islami. Orang – orang yahudi dan kristen berusaha
menyerang islam dengan senjata filsafat, bersamaan dengan itu kaum muslimin terdorong
untuk mempelajari dan mempergunakan filsafat di dalam usaha mempertahankan islam,
khususnya bidang akidah.
Filsafat sebagai salah satu faktor yang turut melahirkan ilmu kalam, sekaligus juga turut
membentuk, memberi corak dan mewarnainya. Sebab di dalam ilmu kalam itu, Islam
adalah sendinya, dengan AlQur’an sebagai dalil Naqli yang pokok dari pada dalil aqli
(filsafat).

4.    Sejarah Perkembangan Ilmu Tauhid dari Masa ke Masa


a.    Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Nabi Muhammad SAW
Masa Rasulullah SAW merupakan periode pembinaan aqidah dan peraturan –
peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah yang kabur
dikembalikan langsung kepada Rasulullah SAW, sehingga beliau berhasil menghilangkan
perpecahan antara umatnya. Masing – masing pihak tentu mempertahankan kebenaran
pendapatnya dengan dalil – dalil, sebagaimana telah terjadi dalam agama – agama sebelum
Islam. Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya
serta menghindari dari perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala
bidang sehingga menimbulkan kekacauan. Allah SWT berfirman dalam QS al-Anfal ayat
46,
‫ واطيعوا هللا ورسوله وال تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم واصبروا ان هللا مع الصابرين‬ 
Artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah SAW tidak sampai kepada
perdebatan dan polemik yang berkepanjangan, karena Rasul sendiri menjadi penengahnya
b.    Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Khulafaur Rasyidin
Setelah Rasulullah SAW wafat, dalam masa khalifah pertama dan kedua, umat islam
tidak sempat membahas dasar – dasar akidah karena mereka sibuk menghadapi musuh dan
berusaha mempertahankan kesatuan dan kesatuan umat. Tidak pernah terjadi perbedaan
dalam bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al Qur’an tanpa mencari ta’wil
dari ayat yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah alqur’an dan mereka menjauhi
larangannya. Mereka mensifatkan Allah SWT dengan apa yang Allah SWT sifatkan
sendiri. Dan mereka mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat yang tidak layak bagi
keagungan Allah SWT. Apabila mereka menghadapi ayat – ayat yang mutasyabihah
mereka yang mengimaninya dengan menyerahkan penta’wilannya kepada allah SWT
sendiri.
Di masa khalifah ketiga akibat terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan
terbunuhnya khalifah Utsman. Umat Islam menjadi terpecah menjadi beberapa golongan
dan partai, barulah masing-masing partai dan golongan-golongan itu dengan perkataan dan
usaha dan terbukalah pintu ta’wil bagi nas al Qur’an dan Hadits. Karena itu, pembahasan
mengenai akidah mulai subur dan berkembang, selangkah demi selangkah dan kian hari
kian membesar dan meluas.

5.    Sejarah Pertumbuhan Aliran – Aliran Ilmu Tauhid


Umar bin Khattab adalah sahabat Nabi yang bergairah kepada Alqur’an dan lebih
berpegang teguh kepadanya, yang oleh Nabi semasa hidupnya pernah disebut sebagai
orang yang paling mungkin menjadi utusan Tuhan, seandainya Nabi sendiri bukan Rasul
yang terakhir. Khalifah kedua ini oleh mayoritas umat islam disepakati sebagai orang
beriman yang paling berhasil. Namun keadaan gemilang masa Umar itu tak berlangsung
lama.
Utsman bin Affan, penggantinya selaku khalifah ketiga, sekalipun banyak
mempunyai kelebihan dan jasa di bidang lain, namun dalam kepemimpinannya dicatat
sebagai orang yang lemah. Mulailah bermunculan berbagai tuduhan yang dialamatkan
kepada Utsman sebagai bertindak kurang adil dan menderita nepotisme. Utsman
dihadapkan kepada berbagai gerakan protes masyarakat, yang umumnya menghendaki
turunnya Utsman dari kekhalifahan. Sekelompok orang – orang dari Mesir datang ke
Madinah, dan setelah tidak berhasil memaksa Utsman turun dari jabatannya, mereka
membunuh Khalifah ketiga itu.
Ali bin Abi Thalib terpilih sebagai pengganti Utsman, tetapi pilihannya tidak
mendapat suara bulat, ada kelompok tertentu yang tidak setuju atas pengangkatan Ali.
Kelompok pendukung Ali dikenal dengan golongan Syi’ah.
Sedangkan golongan yang terang – terangan menentang Ali adalah kelompok
Muawiyah. Sehingga perang pun tak terhindarkan lagi yang dikenal dengan perang Shiffin,
yang berakhir dengan jalan kompromi. Peristiwa itu menyebabkan sebagian pendukung
Ali keluar dari kelompok Ali.
Kemudian mereka bertindak sendiri dengan membentuk golongan Khawarij. Prinsip
utama kaum Khawarij bahwa, orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam arti keluar
dari islam atau tegasnya murtad dan oleh karena itu wajib dibunuh.
Pernyataan itu ditentang oleh suatu golongan yang dikenal dengan sebutan Murjiah.
Golongan murjiah yang prinsipnya “masih memberi harapan” memang telah ada sebelum
lahirnya Khawarij, tetapi dapat dikenal setelah Khawarij melontarkan masalah status
orang yang berdosa besar. Aliran murjiah menegaskan bahwa orang yang berbuat besar
tetap masih mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, terserah
kepada Allah SWT untuk mengampuni atau tidak.
Oleh karena itu muncul berbagai aliran lagi yang menambah deretan sekte dalam
islam yaitu Qadariyah dan Jabariyah. Menurut Qadariyah manusia mempunyai
kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya. Sedangkan jabariyah berpendapat bahwa
manusia tidak mempunyai kehendak dalam perbuatannya. Manusia dalam segala tingkah
lakunya bertindak dengan paksaan dari Tuhan.
Aliran itulah yang menjadi terbentuknya aliran Mu’tazilah. Aliran ini tidak sependapat
dengan prinsip khawarij dan murjiah. Menurut aliran mu’tazilah ini orang yang berdosa besar
bukan kafir tetapi bukan pula mikmin. Orang yang serupa dengan ini kata mereka mengambil
posisi diantara kedua posisi mukmin dan kafir yang dalam bahasa arabnya terkenal dengan
istilah al-manzilah bainal manzilataini (posisi diantara dua posisi).
Aliran mu’tazilah pada masa ketika al-Makmun, al-watsiq, dan al-Mu’tashim menjadi
khalifah, umat islam yang tidak sepaham dengan mu’tazilah mendapatkan perlakuan yang
menyakitkan, yang dikenal dengan mihnah. Keresahan dan ketakutan masyarakat akibat
mihnah tadi mendorong al-Asy’ari untuk segera bertindak, mengatasi dan mengakhirinya.
Al-Asy’ari menempuh sistem jalan tengah antara akal dan wahyu. Sikap inilah yang
kemudian memberi ciri khusus mazhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Pikiran – pikirannya
yang timbul denga jalan tengah dan moderat, maka aliran ini tumbuh menjadi kekuatan yang
paling berpengaruh bagi umat islam diseluruh dunia hingga saat ini.
Kemudian hampir bersamaan waktunya dengan Asy’ariyah muncul aliran Maturidiyah,
yang dibangun oleh Abu Mansur Al-Maturidi. Menurutnya semua perbuatan manusia adalah
dikehendaki oleh Tuhan. Dan perbuatan – perbuatan yang jahat tidaklah diiringi oleh ridha
tuhan. Sekalipun aliran Maturidiyah dan aliran Ahlus Sunnah Wal Jamaah nampak ada
perbedaan pandangan, namun keduanya memiliki kesamaan dalam hal membangun teologi
yang benar menurut Al-Qur’an dan Hadits.

D.           ANALISA
Dengan mengetahui dan memahami definisi ilmu Tauhid, nama lain dari ilmu Tauhid,
macam-macam ilmu Tauhid, sejarah lahirnya ilmu Tauhid, sejarah perkrmbangan ilmu
Tauhid dari masa ke masa, serta sejarah perkembangan aliran-aliran dalam ilmu Tauhid, kita
akan selalu menjadi mukmin yang senantiasa mengesakan-Nya. Tiada sekutu bagi-Nya, dan
dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam ini yang berhak untuk disembah oleh semua
makhluk ciptaan-Nya.
Perkrmbangan ilmu Tauhid muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pada saat
kepemimpinan beliau, ilmu Tauhid belum ada atau belum dibutuhkan, karena setiap ada
masalah atau perdebatan Rasul sendiri yang menjadi penengahnya. Ilmu Tauhid muncul
karena memiliki beberapa factor diantaranya: Banyak problem yaitu banyak orang-orang
yang masuk Islam, untuk membentengi akidah-akidah Islam dari akidah-akidah di luar Islam,
dan untuk memperkuat akidah-akidah orang Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Arti dari Ilmu Tauhid yaitu ilmu yang membahas tentang Meng-Esakan Tuhan.
Tidak ada sekutu bagiNya. Percaya bahwa Allah-lah Sang pemilik kehidupan di alam ini.
Mempelajari Tauhid hukumnya wajib bagi seorang Muslim karena Aqidah merupakan
dasar pertama dan utama dalam islam. Nama lain dati Ilmu tauhid yaitu ilmu Kalam, Ilmu
Aqidah, Ilmu Ushuluddin, dan Teology Islam. Macam – macam dari ilmu tauhid
diantaranya :
1.    Tauhid Rububiyah
2.    Tauhid Uluhiyah
3.    Tauhid Asma’ Wa Sifat
Ilmu tauhid mengalami perubahan dari masa ke masa yaitu, pada masa Nabi
Muhammad SAW belum terjadi konflik karena setiap ada masalah selalu langsung
disandarkan kepada beliau. Pada masa khulafaurrasyidin, awal terjadinya kekacauan pada
masa khalifah ke-3, yaitu pada masa pemerintahan Usman bin Affan.
Dalam perjalanan sejarah islam terdapat firqoh – firqoh yang mempunyai paham
yang berbeda – beda atau bertentangan secara tajam  terhadap satu dengan yang lainnya.
Munculnya ilmu tauhid dikarenakan adanya permasalahan politik di masa Utsman bin
Affan yang segera merambat ke bidang akidah. Aliran aliran yang muncul diantaranya :
Syiah, muawiyah, khawarij, murjiah, qodariyah, jabariyah, mu’tazilah, ahlus sunnah wal
jamaah, dan maturidiyah.
B. Saran
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyususnan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna, maka dari
itu kritik dan sarang bagi pembaca sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membaca.
DAFTAR PUSTAKA

Mufid, Fathul, Ilmu Tauhid / Kalam, (Kudus : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, 2009).
Hanafi, Ahmad, Pengantar Theology Islam, (Jakarta : PT. Al Husna Zikra, 1995).
Nasution, Harun, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, (Jakarta : Universitas
Indonesia UI-Press, 1987).
Hanafi, Ahmad, Theology Islam (Ilmu kalam), (Jakarta : Bulan Bintang, 1974).
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta :
Universitas Indonesia UI-Press, 1986).
Rais, Amien, Tauhid Sosial, (Bandung : Mizan, 1998).
Abduh, Syekh Muhammad, Risalah Tauhid, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974).

Anda mungkin juga menyukai