Anda di halaman 1dari 20

ASPEK -ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah :
Dosen Pengampu:

Disusun oleh :
TAOPIK HIDAYAT 2003003771
SITI SOLIHAH
MUHAMAD IKRAM MULKI HIDAYAT

PROGRAM STUDI PAI


FAKULTAS TARBIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS – JAWA BARAT
2020
Jln. Kyai Haji Ahmad Fadlil 1 Cijeungjing Dewasari Kec.Ciamis Kab. Ciamis
Jawa Barat 46271

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji hanyalah milik Alloh SWT yang maha pengasih dan maha penyayang, yang
telah memberikan kepada penulis kesempatan sehingga berkat Rahmat-Nya, Hidayah-Nya, dan
karunia-Nya penulis masih bisa mengerjakan tugas dalam keadaan sehat wal’afiyat.

Penulis secara sadar masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah yang penulis buat,
baik dalam penulisan ataupun bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, penulis menerima dengan
sangat apabila ada kritik, saran, dan masukan dari pembaca terhadap makalah yang penulis buat.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa
menambah pengetahuan baru mengenai teknik-teknik yang dilakukan dalam presentasi.

Wassalammualaikum warahmatulohi wabarakatuh

Ciamis , 27 maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
A. Latar belakang......................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6
A. Pengertian akhlak .................................................................................6
B. Aspek – aspek yang mempengaruhi akhlak..........................................6
C. Tingkah laku manausia ........................................................................7
D. Insting dan naluri .................................................................................7
E. Pola dasar dan bawaan..........................................................................10
F. Nafsu.....................................................................................................10
G. Adat dan kebiasaan...............................................................................13
H. Lingkungaan ........................................................................................14
I. Kehendak dan takdir ............................................................................ 15

BAB III PENUTUP..........................................................................................17


A. Kesimpulan...........................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT diantara
makhluk-makhluk yang lain, karena diberi kelebihan berupa nafsu untuk berbuat sesuai dengan
keinginan sekaligus juga dianugerahi akal atau pikiran untuk berfikir atas apa yang ingin
diperbuatnya.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Nabi Muham mad adalah sosok seorang manusia
sekaligus pemimpin yang paling sempurna. Beliau adalah salah seorang Nabi yang mempunyai
keistimewaan yang masuk dalam kategori Nabi ulul azmi, yaitu seorang nabi yang memiliki
kepribadian lebih dan juga kesabaran yang lebih diantara Nabi-nabi yang lainnya.

Salah satu contoh bahwa beliau Nabi unggulan adalah dari kesabarannya menghadapi para umat-
umatnya yang membangkang dan melawan ajakan beliau dalam memeluk agama Islam. Tetapi
karena kesabaran dan akhlakul karimahnya beliau mampu membawa agama Islam kedalam
kejayaan.

Semua itu juga dapat tercermin dalam salah satu misi kerasulan beliau yaitu untuk
menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadits dan
juga termaktub didalam al-qur’an. Kehidupan muslim yang baik adalah dapat menyempurnakan
akhlaknya sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Akhlak yang baik dilandasi oleh ilmu, amal dan takwa. Ia merupakan kunci bagi seseorang untuk
melahirkan perbuatan dalam kehidupan yang diatur oleh agama. Dengan ketiga pilar tersebut
seseorang dapat berbuat kebajikan, seperti shalat, puasa, berbuat baik sesama manusia dan
kegiatan lain yang berinteraksi dengan manusia.[1] 

Dr. M. Abdulah Dirroz[2], mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:

4
Akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana
berkombinasi membawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang
baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).

Namun, pada kenyataannya dilapangan. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai


lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan
bahwa akhlak perlu dibina. Dari pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang
berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu bapak dan sayang kepada
sesama mahluk ciptaan Allah.

Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-sungguh


dalam rangka membentuk akhlakul karimah, dengan menggunakan sarana pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
konsisten.[3]

Oleh karena itu, ilmu tentang akhlak dan membina manusia untuk menciptakan akhlak yang baik
dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua manusia agar hidupnya dalam masyarakat selalu
tenang dan tentram. Oleh sebab itu pemakalah mengangkat tema yang berkenaan tentang aspek-
aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia.

B.     RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Apa pengertian akhlak?

2.      Apa sajakah aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak manusia?

3.      Bagaimana deskripsi aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia?

C.     TUJUAN MASALAH

Adapun tujuan dari rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui pengertian akhlak

2.      Untuk mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak manusia

3.      Untuk mengetahui pendeskripsian aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak manusia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN AKHLAK

Kata akhlak itu bentuk jamak dari kata “alkhuluku” dan kata ini mengandung segi-segi yang
sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna kejadian. Kedua kata tersebut berasal dari kata
kerja “khalaka” yang mempunyai arti menjadikan.

Imam ghazali dalam bukunya “ihya ulumuddin” mengatakan :

ٍ ‫س َرا ِس َخةً َع ْنهَا تَصْ ُد ًراِاْل ْنفِ َعا ُل بِ ُسهُوْ لَ ٍة َو يُس‬


‫ْر ِم ْن َغي ِْر َحا َج ٍة اَلى فِ ْك ٍر َور ُْؤيَ ٍة‬ ٌ ‫ْال ُخ ْل ْق ِعبَا َر‬
ِ ‫ت ع َْن هَ ْيئَ ٍة فِى النَّ ْف‬

Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.[4] Dr. Ahmad Amin dalam
bukunya “Al-akhlak” mengatakan bahwa akhlak ialah ilmu untuk menetapkan ukuran segala
perbuatan manusia, yang baik yang buruk, yaang benar atau yang salah, yang hak atau yang
batil.[5]

Ibnu Athir menjelaskan bahwa : Hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang
tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk luarnya (raut
muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya).

Ulama-ulama ahli yang lain memberikan definisi akhlak adalah gambaran jiwa yang tersembunyi
yang timbul pada manusia ketika menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak dibuat-buat atau
dipaksa-paksa.[6] Dari keterangan tersebut diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sumbr dari
segala sumber perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-buat, dan perbuatan yang dapat
kita lihat sebenarnya merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.

B.     ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK MANUSIA

Banyak sekali aspek-aspek yang dapat mempengaruhi terbentukan akhlak manusia, antara lain


adalah :

6
1)      TINGKAH LAKU MANUSIA

Tingkah laku manusia adalah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan. Sikap
seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku
sehari-hari tetapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun
secara teoristis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran agama Islam termasuk iman yang
tipis. Untuk lebih melatih akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, contoh-contoh yang
dapat diterapkan adalah sebagai berikut :

a)      Akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT

b)      Akhlak terhadap diri sendiri

c)      Akhlak terhadap keluarga

d)     Akhlak terhadap masyarakat

e)      Akhlak terhadap alam dan sekitarnya

Kecenderungan fitrah manusia selalu untuk berbuat baik (hanif). Seseorang itu dinilai berdosa
karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya terhadap akhlakul karimah, melanggar fitrah
manusia, melanggar aturan agama dan aat istiadat. Secara fitrah manusia, seorang muslim
dilahirkan dalam keadaan suci. Manusia tidak diwarisi dosa dari orang tuanya, karena itu
bertentangan dengan hukum keadilan Tuhan. Sebaliknya Allah membekali manusia dibumi
dengan akal, pikiran, dan iman kepada-Nya.  Keimanan itu dalam perjalanan hidup manusia
dapat bertambah atau berkurang disebabkan oleh pengaruh lingkungan hidup yang
dialaminya. [7]

2)      INSTING DAN NALURI

Menurut bahasa insting adalah kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir,
merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu, dan dorongan psikologis. Insting juga
merupakan kesanggupan melakukan hal yang komplek tanpa dilihat sebelumnya, terarah kepada
suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung secara mekanis.

Menurut james, insting adalah suatu sifat untuk menyampaikan pada tujuan dan cara berfikir.
[8] Insting merupakan kemampuan yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh naluriahnya.

7
Insting pada intinya ialah suatu kesanggupan untuk melakukan perbuatan yang tertuju kepada
sesuatu pemuasan dorongan nafsu atau dorongan batin yang telah dimiliki manusia maupun
hewan sejak lahir.

Dalam insting terdapaat tiga unsur kekuatan yang bersifat spikis, yaitu : mengenal (kognisi),
kehendak (konasi), dan perasaan (emosi). Insting juga terdiridari empat pola khusus, yaitu
sebagai berikut :

o Sumber insting, berasal dari kondisi jasmaniah, untuk melakukan kecenderungan, lama-
lama menjadi kebutuhan.
o  Tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan jasmaniah, untuk menghilangkan
perasaan tidak enak yang timbul karena adanya tekanan batin yang disebabkan oleh
meningkatnya energi pada tubuh .
o Objek insting merupakan segala aktivitas yang mengantar keinginan dn memilah-milah
gar keinginannya dapat terpenuhi.
o Gerak insting tergntung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.

Insting pada tingkat tertentu selalu berubah-rubah, boleh jadi ia hidup dan boleh jadi ia mati.
Perubahan tersebut adalah sebagai berikut :

o Insting hidup, berfungsi melayani individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras.
Bentuk utama insting ini adalah insting makan, minum, dan seksual.
o Insting mati disebut juga insting merusak. Fungsi insting ini kurang jelas jika
dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena insting ini tidak begitu dikenal. Suatu
deviratif insting-insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif
adalah pengurusan diri yang diubah dengan objek substitusi. Insting hidup dan insting
mati, keduanya dapat saling bercampuran.[9]

Ada beberapa ciri-ciri gerak insting yang dapat diamati, adalah sebagai berikut :

o Insting lebih majemuk dan reflek.


o Insting merupakan kemampuan untuk bergerak kepada suatu tujuan dengan tidak
memerlukan latihan terlebih dahulu.

8
o Insting merupakan pembawa, kemampuan alami yang dibawa sejak lahir.
o Insting berjalan secara mekanis, tanpa menggunakan kesadaran dan pertimbangan.
o Insting dapat dilatih dan dirubah, disesuiakan dengan keadan-keadaan baru.
o Insting berakar pada dorongan nafsu dan dorongan lain untuk mendapatkan
kepuasaaInsting pada hewan sejak lahir tetap tidak berubah, gerak insting pada manusia
berubah-ubah.

Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat kidah, namun harus
ditopengi ilmu, amal, dan takwa pada Allah. Allah memuliakan akal dengan dijadikannya
sebagai sarana tanggung jawab. Diantara mereka ada yang menerimanya dengan cara melalui
hafalan dan dipercayai sebagai adat kebiasaan (kepercayaan tradisional). Kepercayaan ini tidak
luput dari timbulnya kebimbangan dan keraguan. Ada yang memperoleh dengan jalan
memperhatikan dan berfikir sehingga kepercayaan semakin mendalam dan keyakinan semakin
kuat.

Akal adalah jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia berlaku, berbuat, membentuk
masyarakat dan membeina kebudayaan. Sedangkan naluri adalah asas tingkah laku perpuatan
manusia. Manusia dilahirkan dengan membawa naluri yang berbentuk proses pewarisan urutan
nenek moyang. Naluri dapat diartikan sebagai kemampuan tak sadar yang dapat melahirkan
perbuatan mencapai tujuan dan tanpa dipengaruhi oleh latihan berbuat. Contohnya : tindakan
makan adalah naluri lapar.

Ahmad Amin menganggap naluri manusia sangat penting untuk :

o Menjaga diri pribadi semenjak lahirnya, manusia berusaha untuk mempertahankan


hidup berkembang dan melanjutkan hidup.
o Menjaga jenis kelamin dalam hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan, kasih
sayang antara orang tua dan anak.

·   Takut berakar dalam diri manusia mengikutinya mulai masa kanak-kanak sampai dewasa dan
masuk kubur.

Naluri itu berakar pada hati sanubari manusia pada asas pokok, yaitu :

o Nalusi asas keselamatan

9
o Naluri asas kesenangan

Perbedaan yang nyata antara naluri manusia dan naluri hewan dan tumbuhan :

Naluri manusia dapat dididik naluri hewan dan tumbuhan tidak berubah dari waktu ke waktu.
Sedangkan menurut teori evolusi, naluri hewan dan tumbuhan dapat timbul maju dan mundur
sebagai jawaban terhadap lingkungannya. Naluri manusia merupakan sifat pertama yang
membentuk akhlak.

3)      POLA DASAR BAWAAN

Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang kedunia ini dengan serba tidak tahu (La
ta’lamuna syaian). Apabila seorang mengetahui suatu hal dan ingin mengetahui sesuatu yang
belum diketahui, bila diajarkan padanya maka ia merasa sangat senang hatinya. Tingkat
kesengan itu dibagi menjadi dua, yaitu :

a)      Faiddzat, yaitu kepuasan

b)      Sa’adah, yaitu kebahgiaan

Bertambah banyak yang diketahui bertambah naiklah tingkat kepuasan dan bertambah pula rasa
kebahagiaan.

4)      NAFSU

a.       Pengertian nafsu

Nafsu berasal dari Bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya ni’at. Nafsu ialah keinginan hati yang
kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan amanah dan sahwat yang ada pada diri manusia.
Menurut Agus Sudjanto, nafsu adalah hasrat yang besar dan kuat, ia dapat memengaruhi seluruh
fungsi jiwa. Nafsu selalu mendorong kepada hal negatif yang perlu diperbaiki dan dibina. Cara
membina nafsu ini ialah dengan tazkiyat an-nafsi, maksudnya pembersihan jiwa dan juga
meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa. Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan

10
akal, mempengaruhi peringatan hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik lainnya. Contohnya :
nafsu bermain judi.

Di kalangan ahli tasawuf berpendapat bahwa nafsu ialah semua sifat tercela yang ada pada
manusia dan mesti dikendalikan. Nabi bersabda : “Musuh yang paling berat disisimu ialah
nafsumu dan berada diantara kedua punggungmu.”

Menurut ilmu akhlak, nafsu terbagi menjadi dua macam, yaitu :

o Nafsu individual (perseorangan), misalnya nafsu makan, minum dan lain-lain.


o Nafsu sosial (kemasyarakatan), misalnya meniru, nafsu berkumpul dengan orang lain,
mengeluarkan aspirasi, bermsyarakat dan lain-lain.

b.      Hubungan nafsu dengan akhlak

Perasaan yang hebat dapat menimbulkan gerak nafsu dan sebaliknya nafsu dapat menimbulkan
akhlak baik dan akhlak buruk yang hebat, adakalanya kemampuan berpikir dikesampingkan.

c.       Pembagian nafsu

Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia hingga ia dapat
hidup, bersemangat, dan lebih kreatif. Nafsu sangat penting bagi kehidupan manusia.

Nafsu-nafsu yang ada pada manusia ada tiga, yaitu :

o Nafsu amarah, yaitu nafsu yang melahirkan bermacam-macam keinginan untuk dapat
dipenuhi. Nafsu ini belum memperoleh pendidikan dan bimbingan sehingga belum bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
o Nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan
kesalahan dan menyesli perbuatan yang telah dilakukannya itu. Namun sayangnya,
setelah itu ia perbuat lagi.
o Nafsu muthmainnah, yaitu nafsu yang telah mendapatkan tuntutan, bimbingan,
pemeliharaan yang baik dan pendidikan. Nafsu ini dapat mendatangkan ketengan batin,
melhirkan sikap dan akhlak yang baik, membentengi diri dari perbuatan keji dan
mungkar, bahkan mengahalau aneka ragam kejahatan dan kejelekan, selalu mendorong
untuk melakukan kebikan dan menjauhi maksiat.

11
5)      ADAT DAN KEBIASAAN

Adat menurut bahasa  ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu.[12] Menurut Nasraen, adat
ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh dan
benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.[13]

Kebiasaan terjdi sejak lahir. Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula.
Lingkungan dapat mengubah kepribadian seseorang, dan lingkungan yang tidak baik dapat
menolak adanya disiplin dan pendidikan. Kebiasaan buruk mendorong kepada hal-hal yang lebih
rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan primitif. Kebiasaan itu bisa timbul karena ada
dalam diri pribadi seseorang itu dibawa sejak lahir.

Kebiasaan ialah perbuatan yang berjalan dengan lancar seolah-olah berjalan dengan sendirinya.
Perbuatan kebiasaan pada mulanya dipengaruhi oleh kerja pikiran, didahului oleh pertimbangan
akal dan perencanaan yang matang, dan lancarnya perbuatan itu dikarenakan sering diulang-
ulang.

Menurut Soerjono Soekanto, kebiasaan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk
yang sama. Contoh, kebiasaan memberi hormat kepada orang lain yang lebih tua. Menghormati
orang yang lebih tua ini merupakan suatu kebiasaan.

Ada beberapa cara untuk mengetahui kebiasaan baik dan buruk ada beberapa gejala yang dapat
diketahui, diantaranya :

o Metode mengatasi kebiasaan. Para filsuf didunia timur mejelaskan kebiasaan ialah
kesinambungan dari suatu pikiran atau tindakan untuk waktu yang lama, menyebabkan
lekukan alur atau kanal yang berbentuk pada otak tindakannya menjadi tanpa sadar dan
otomatis kemampuannya selalu timbul untuk mengulangi tindakan yang telah menjadi
kebiasaan.
o   Kekuatan kebiasaan, ialah yang menjadikan orang-orang tua menolak pendapat-
pendapat batu dan penemuan-penemuan baru.

12
o    Mengubah kebiasaan dapat dilakukan dengan unsur-unsur agama.

Untuk mengubah kebiasaan dapt dilakukan dengan cara sebagai berikut :

o Berni’at sungguh-sungguh tiada diiringi dengan keragu-raguan.


o Jaganlah menginzinkan bagi diri sendiri melakukan kebiasaan buruk
o Carilah waktu yang baik untuk mentahfidzkn ni’at dan ikutilah segala gerak jiwa yang
menolong tahfidz tersebut.
o Jagalah pada diri kekuatan penolak dan pemelihara agar selalu hidup dalam jiwa dengan
mendermakan perbuatan yang kecil-kecil setiap hari untuk mengekang hawa nafsu yang
tidak baik.

Adat merupakan hukum-hukum yang diterapkan untuk mengatur hubungan perorangan,


hubungan masyarakat dan untuk mewujudkan kemaslahatan dunia. Hukum-hukum ini dapat
dipahami maknanya, selalu diperhatikan uruf-uruf  dan kemaslahatan, dapat berubah menurut
perubahan masa, tempat, dan situasi. Oleh karena itu, hukum yang mengenal adat, kebanyakan
hukumnya bersifat keseluruhan, berupa kaidah-kaidah yang umum dan disertai illat-illatnya.

Nilai-nilai adat berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat, tetapi sebagai
konsep suatu nilai adat itu bersifat sangat umum dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Namun, justru karena sifatnya yang umum,
luas dan tidak konkret, maka nilai-nilai adat dalam suatu kebudayaan berada dalam emosional
dialam jiwa para individu yang menjadi warga dari  kebudayaan yang bersangkutan.

6)      LINGKUNGAN

Lingkungan adalah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat berwujud
benda-benda, seperti air, udara, bumi, lamgit dan matahari. Berbentuk selain benda seperti insan,
pribadi, kelompok, institusi, system, undang-undang dan adat kebiasaan. Lingkungan ada dua
jenis, yaitu:

a)      Lingkungan alam. Alam adalah seluruh ciptaan Tuhan baik dilangit dan dibumi selain
Allah.

b)      Lingkungan pergaulan. Lingkungan ini mengandung susunan pergaulan yang meliputi


manusia, seperti dirumah, disekolah, di tempat kerja dan lain-lain.

13
 Lingkungan pergaulan terbagi menjadi tujuh kelompok :

1.      Lingkungan dalam rumah tangga. Akhlak orang tua dirumah dapat memengaruhi tingkah
laku anggota keluarganya dan anak-anaknya.

2.      Lingkungan sekolah. Sekolah dapat membentuk pribadi siswa-siswanya.

3.      Lingkugan pekerjaan. Suasana kerja di kantor, bengkel, dilapangan dan lain-lain.

4.      Lingkungan organisasi. Orang yang menjadi anggota salah satu organisasi akan
memperoleh aspirasi yang digariskan oleh organisasinya.

5.      Lingkungan jama’ah. Yaitu suatu sekumpulan semacam organisasi tetapi tidak tertuis.
Seperti jama’ah masjid, tabligh, jama’ah wirid pengajian.

6.      Lingkungan ekonomi atau perdagangan. Semua manusia membutuhkan ekonomi untuk


memenuhi kebutuhan pokoknya.

7.      Lingkungan pergaulan bebas atau umum. Pergaulan bebas dapat menghalalkan segala cara
untuk mewujudkan impiannya.

Lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :

o Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.


o  Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama.
o  Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan
agama.

7)      KEHENDAK DAN TAKDIR

a)      Kehendak

Kehendak menurut Bahasa ialah kemampuan, keinginan, dan harapan yang keras. Kehendak,
yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam hati,
bertautan dengan pikiran dan perasaan. Melakukan suatu perbuatan yang diingini maupun yang
dihindari itu dinamakan kehendak. Kehendak ialah suatu kekuatan yang mendorong melakukan
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

14
Tujuan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

·         Tujuan positif, yaitu yang mendekati atau mencapai sesuatu yang dikehendaki.

·         Tujuan negatif, yaitu tujuan yang menjauhi atau menghindari sesuatu yang tidak
diinginkan setiap perbuatan kehendak bersifat teologi atau finalistis, artinya kehendak yang
mengarah kesuatu tujuan tidak baik atau kejahatan. Sehingga setiap perbuatan kehendak jiwa
benar-benar aktif untuk mencapai suatu tujuan.

Kekuatan kehendak adalah rahasia kemenangan dalam hidup dan tanda bukti bagi orang-orang
yang besar. Kehendak yang sakit dapat diobati dengan beberapa macam obat :

1.   Bila kehendak itu lemah dapat diperkuat dengan latihan.

2.   Kehendak dihidupkan dengan agama, dengan menjalankan syari’at sehingga dapat


terbimbing kepada yang baik.

3.   Memperkenalkan jiwa pada jalan yang baik dan menghindari jalan yang buruk menurut
ajaran agama.

Tiada seorangpun yang mampu memiliki hak untuk memilih yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Allah berfirman :

ِ ‫صيبُ بِ ِه َمن يَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه َوهُ َو ْال َغفُو ُر الر‬


‫َّحيم‬ َ ُ‫اشفَ لَهُ إِالَّ ه َُو َوإِن ي ُِر ْدكَ بِ َخي ٍْر فَالَ َرآ َّد لِفَضْ لِ ِه ي‬ ُ ِ‫ك هّللا ُ ب‬
ِ ‫ض ٍّر فَالَ َك‬ َ ‫َوإِن يَ ْم َس ْس‬

Artinya : “ Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada
yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S. Yunus 107)

Dari ayat ini Allah berkehendak mengatur dalam lingkungan kerajaan-Nya, menurut kehendak-
Nya sendiri, mengikuti dasar kebijaksaan dan rahmat-Nya. Inilah adalah hak mutlaq yang tidak
dapat diganggu gugat. Apabila seseorang itu ditimpa bencana, pasti tidak ada yang dapat
menyelamatkannya selain Allah. Tetapi sebaliknya apabila Allah menghendaki seseorang itu
memperoleh kebaikan, juga tidak seorangpun yang dapat menghalang-halangi-Nya.

15
Kehendak bukanlah suatu kekuatan, tetapi merupakan tempat penerapan seluruh kekuatan,
karena itu kehendak bukan merupakan suatu kekuatan manusia, tetapi kekuatan Ilahi dalam diri
manusia.

b)      Takdir

Takdir yaitu ketetapan Tuhan, apa yang sudah ditetapkan Tuhan sebelumnya atau nasib manusia.
Secara bahasa takdir adalah ketntuan jiwa, yaitu suatu peraturan tertentu yang telah dibuat Allah
SWT. Baik aspek struktural maupun aspek fungsionalnya untuk segala yang ada dalam alam
semesta yang maujud ini.

Garis takdir itu ghaib bagi manusia, tak seorangpun yang mengetahui takdir yang telah
ditentukan Tuhan bagi dirinya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi atas dirinya besok.
Tetapi sekalipun takdir itu telah ditetapkan, namun Tuhan memberi kuasa juga kepada manusia
untuk berusaha dan berikhtiar dalam lingkungan takdir. Ada enam tingkatan Tuhan menciptakan
kadar dan takdir-Nya, keenam tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Qadar yang diciptakan Allah pada Azal. Sebelum terjadi segala sesuatu.

2.      Pentakdiran sebelum terjadinya langit adan bumi, sedangkan ‘arsy sudah diciptakan.

3.      Pentakdiran yang dilakukan Tuhan tentang celaka dan bahagia yang ditentukan Tuhan
sebelum manusia dijadikan.

4.      Qadar yang ditentukan Tuhan terhadap manusia tentang amal, kecelakaan dan kebahagian
ketika dirahim ibu.

5.      Pentakdiran  yang dilakukan Tuhan disetiap malam qadr, pentakdiran ini, dinamakan
pentakdiran Hauly (takdir tahunan).

6.      Takdir yang ditentukan Tuhan untuk setiap hari atau takdir yaumy.

Keenam takdir ini sudah diatur oleh Allah sedemikian elok dan adil, sehingga manusia dan
seluruh makhluk tinggal menjalaninya sesuai dengan sunnah yang berlaku disemesta ini.

Takdir diartikan ketentuan yang tidak dapat diganggu gugat.

Aliran-aliran dalam ilmu teologi berpendapat tentang takdir secara beragam, yaitu sebagai
berikut:
16
o Aliran natipisme. Aliran ini mengatakan, ”bahwa segala sesuatu khususnya manusia
telah ditakdirkan Tuhan sejak lahir.”
o   Aliran empirisme. Aliran ini kebalikan dari aliran natipisme. Pakarnya ialah John
Locke yang mengatakan, “takdir itu bisa diubah oleh manusia itu sendiri.”
o  Aliran konvergensi. Aliran ini merupakan aliran yang netral, mengatakan, “manusia itu
dalam kehendak sudah terikat sejak lahir, akan tetapi bisa dirubah oleh manusia itu
sendiri” seyogianya takdir itu datang dari lahir tetapi ada kaitannya dengan usaha
manusia itu sendiri.

Dengan adanya tiga teori ini, manusia tidak bebas dalam berkehendak karena terikat dengan
bawaan sejak lahir, akan tetapi kehendak yang belum tercapai, dapat diraih dengan usaha sendiri.
Dari sini alangkah salahnya orang berpandangan hanya memandang satu segi saja dari takdir
Allah, padahal Allah berfirman dalam al-Qur’an :

ً‫ُوا َم’’ا بِأ َ ْنفُ ِس’ ِه ْم َوإِ َذا أَ َرا َد هّللا ُ بِقَ’’وْ ٍم ُس’وءا‬
ْ ‫ات ِّمن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر هّللا ِ إِ َّن هّللا َ الَ يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّر‬
ٌ َ‫لَهُ ُم َعقِّب‬
ٍ ‫فَالَ َم َر َّد لَهُ َو َما لَهُم ِّمن دُونِ ِه ِمن َو‬
‫ال‬

Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah . Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d : 11)

Dalam alqur’an berkali-kali disebutkan masalah takdir itu seperti :

a.       Segala sesuatu itu terlaksana dengan takdir Allah.

b.      Segala sesuatu dalam perbendaharaan takdir Allah.

c.       Segala sesuatu diciptakan dengan kekuatan takdir Allah.

Adapun hikmah keimanan kepada takdir, supaya kekuatan dan kecakapan manusia itu dapat
mencapai kepada pengertian untuk menyadari adanya peraturan dan ketentuan-ketentuan Tuhan,
kemudian dilaksanakan untuk membina dan membangun akhlak baik dengan bersendikan ajaran-
Nya, juga untuk mengeluarkan harta benda yang terdapat dalam perbendaharaan bumi agar dapat
diambil kemanfaatannya.

17
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Keimanan itu dalam hidup manusia dapat bertambah atau berkurang disebabkan oleh pengaruh
yang datang dari dalam dan dari luar dirinya, yaitu berupa pengaruh lingkungan hidup yang
dialaminya. Disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, tingkah laku manusia, insting dan
naluri, pola dasar bawaan, nafsu, adat dan kebiasaan, lingkungan takdir dan kehendak dan
sebagainya.

B.     SARAN DAN KRITIK

Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis dalam memperbaiki makalah
ini, karena penulis tahu bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Wallahu ‘alam bissawab.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta : Amzah.

Zahrudin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada.

Amin Ahmad. 1952.  Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.

Al-ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumiddin III. Al-sya’ab. Cairo.

Amin, Ahmad. 1957. Al-akhlak Terjemahan Y bahtiaar Affandy. Jakarta : Jembatan.

Rifa’i Mohd, Drs Jamhari. 1969. Pelajaran Agama Islam SLA. Jakarta CV Indrajaya.

Drajat, Djakiah. 2002. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta : Universitas terbuka.

Suryabrata,Sumadi. 1995. Psikilogi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Syekh Hasan Al-Banna . 1983. Aqidah Islam. Bandung : Al-Ma’arif.

Sudjanto, Agus. 1995. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara.

Ali, Muhammad. 1997. Kamus Lengkap Indonesia Modern. Jakarta : Pustaka Amani.

Said, Muh. 1980. Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta : Pradya Paramita.

Ali,Yunasril. 1991. Pelita Hidup Memuji Ridha Ilahi. Jakarta : Klam Mulia.

19
[1] Yatimin Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta : Sinar Grafika
Offset. Hal 75.

[2] Zahrudin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada. Hal 93.

[3] Ahmad Amin. 1952.  Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang. Hal 21.

[4] Imam Abu Hamid Al-ghazali. Ihya Ulumiddin III. Al-sya’ab. Cairo. Hal 56.

[5] Dr Ahmad Amin . al-akhlak, terjemahan Y bahtiaar Affandy, penb jembatan. Jakarta. 1957.
Hal 1.

[6] Dra Mohd Rifa’i , Drs Jamhari , pelajaran agama Islam SLA, CV Indrajaya, jakarta 1969, hal
59.

[7] Djakiah Drajat. Dasar-dasar agama Islam. Jakarta :universitas terbuka, 2002. Hal 273.

[8] Ahmad Amin. 1996. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang. Hal 13.

[9] Sumadi Suryabrata. 1995. Psikilogi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal 129-
133.

[10] Syekh Hasan Al-Banna . 1983. Aqidah Islam. Bandung : Al-Ma’arif. Hal 9.

[11] Agus Sudjanto. 1995. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara. Hal 44.

[12] Muhammad Ali. 1997. Kamus Lengkap Indonesia Modern. Jakarta : Pustaka Amani. Hal 2.

[13] Muh Said. 1980. Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta : Pradya Paramita. Hal 100.

[14] Ahmadi Amin. 1998. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang. Hal 24-28

[15] Yunasril Ali. 1991. Pelita Hidup Memuji Ridha Ilahi. Jakrta : Klam Mulia. Hal 118-122. 

20

Anda mungkin juga menyukai