Disusun Oleh :
Kelompok 3
Gildan Ramdani (2003003722)
Jeni Nurpalah (2003003729)
Siti Solihah (2003002764)
Kelas 3C
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
JL. Kyai Haji Ahmad Fadlil 1, Cijeungjing, Dewasari, Kec. Ciamis, Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat 46271
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah.
Makalah ini telah penulis susun secara maksimal, yang tak luput akan bantuan
dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam makalah ini.
Tetapi dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Pengertian Belajar...................................................................................................3
B. Hakikat Belajar........................................................................................................2
C. Ciri-ciri Belajar.....................................................................................................10
D. Teori-teori Belajar...........................................................................................10
E. Jenis-jenis Belajar...........................................................................................15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dalam kehidup manusia. Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar, manusia tidak mungkin dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Semua aktivitas keseharian membutuhkan ilmu yang
hanya didapat dengan belajar. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk
membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu
menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Belajar merupakan suatu perubahan dari seseorang yang mulanya tidak mengerti
menjadi mengerti. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku,
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Tingkah laku
tersebut mengalami perubahan karenabelajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis,.seperti perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun
sikap. Menurut Lyle E. Bourne, JR., Bruce R. Ekstrand (dalam Mustaqim 2004:
33), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan
oleh pengalaman dan latihan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar?
2. Apa saja hakikat belajar?
3. Bagaimana ciri-ciri belajar?
4. Terdapat teori apa saja dalam belajar?
5. Apa saja jenis-jenis belajar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui penjelasan mengenai arti belajar sesungguhnya.
2. Mengetahui hakikat yang terdapat dalam belajar.
1
3. Mengetahui ciri-ciri yang terdapat dalam belajar.
4. Mengetahui teori apa saja yang ada dalam proses belajar
5. Mengetahui jenis-jenis belajar itu sendiri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar
juga merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menguasai hal tertentu. Beberapa
ahli berpendapat sebagai berikut:
Dari ketiga proses seperti yang diungkapkan Burner dan beberapa pengertian
tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dengan memperoleh
suatu informasi baru melalui pengalaman.
3
B. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi
perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (1984), bahwa belajar adalah suatu
proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman
(Winataputra dkk, 1997, 2.3). Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok
dalam belajar, yaitu sebagai berikut :
4
kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilanya bertambah, dan
penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Menurut para ahli
psikologi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubaha
perilaku karena factor kematangan, karena lupa, karena minum minuman
keras bukan termasuk sebagai hasil belajar, karena bukan perubahan dari
hasil pengalaman (berinteraksi dengan lingkungan), dan tidak terjadi
proses mental emosional dalam beraktivitas.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga
domain yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Domain kognitif
meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan
intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge),
memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis
(analysis), mensintesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation).
Domain afektif berkaitan dengan perilaku daya rasa atau emosional
manusia, yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk
sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam
bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan pisik).
Pada Pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang ingin
dicapai ini dapat dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran atau
rumusan kompetensi yang ingin dicapai dengan segala indikatornya.
Contoh rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai
dalam pembelajaran: “Siswa dapat mengubah pecahan biasa ke dalam
bentuk pecahan decimal dan mengurutkannya” Kata dapat mengubah
merupakan perilaku hasil belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran.
3) Belajar sebagai Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena
individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan pisik adalah lingkungan di sekitar
individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk
hasil ciptaan manusia (cultural). Macam-macam lingkungan pisik yang
bersifat natural antara lain pantai, hutan, sungai, udara, air, dan
sebagainya. Bersifat cultural adalah buku, media pembelajaran, gedung
5
sekolah, perabot sekolah, dan sebagainya. Adapun lingkungan sosial siswa
diantaranya guru, orang tua, pustakawan, pemuka masyarakat, kepala
sekolah, dan sebagainya.
Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang
dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa
menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang / menantang siswa
untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang perkembagan intelektualnya
masih mebutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang diperlukan untuk
belajar siswa ini didesain secara integral akan menjadi bahan belajar dan
pembelajaran yang efektif.
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat pelbagai
unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku
(Gagne, 1997: 4). Beberapa unsur yang dimaksud adalah :
1. Peserta didik,
2. Rangsangan (stimulus),
3. Memori,
4. Respon.
Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi
antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku berubah dari waktu sebelum
dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka
perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan
kegiatan belajar.
Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang maksimal, ada hal penting yang harus
diperhatikan dan diupayakan. Hal penting ini merupakan pedoman atau ketentuan
yang harus dijadikan pegangan dalam pelaksanaan kegiatan belajar kita sebut
6
sebagai prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar inilah yang dapat menentukan
proses dan hasil belajar.
a) Prinsip Motivasi
Motivasi merupakan motor penggerak untuk melaksakan kegiatan belajar.
Motivasi berkaitan erat dengan tujuan belajar, artinya apabila siswa
menyadari bahwa tujuan belajar yang akan dicapai merupakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya, dan belajar merupakan kebutuhan pokok
yang harus dilakukan , sehingga siswa akan terdorong untuk melaksanakan
dengan sungguh-sungguh dalam belajar. Motivasi dapat muncul dari
dalam diri yang belajar (motivasi intrinsik), dan muncul dari luar diri yang
belajar (motivasi ekstrinsik). Agar siswa dapat belajar secara optimal,
maka guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang mampu
menumbuhkan motivasi ekstrinsik yang mampu menumbuhkan motivasi
intrinsik.
b) Prinsip Perhatian
Perhatian erat kaitannya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan.
Karena motivasi akan menentukan perhatian individu yang belajar dengan
berusaha memfokuskan/memusatkan perhatian pada objek yang dipelajari.
Makin terpusat perhatian pada objek yang dipelajari, maka akan semakin
baik proses dan hasil belajarnya. Dalam pembelajaran banyak cara untuk
menarik perhatian siswa yang belajar, oleh sebab itu guru harus terampil
menampilkan teknik-teknik pembelajaran yang menarik perhatian.
Misalnya guru berusaha mengaitkan pelajaran yang dipelajari dengan
kebutuhan nyata siswa. Guru menggunakan metode, alat peraga, media,
bahan pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran, dan sebagainya.
c) Prinsip Aktivitas
Belajar adalah suatu aktivitas, tetapi tidak semua aktivitas adalah belajar.
Sudah diuraikan di depan bahwa aktivitas yang disebut belajar adalah
aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan
perilaku yang lebih maju, dari tidak paham menjadi paham, dari tdak
terampil manjadi terampil, dan dari tidak sopan menjadi sopan, dan
7
sebagainya. Untuk meningkatkan aktivitas dalam belajar guru harus
merancang aktivitas belajar siswa secara mantap.
d) Prinsip Umpan Balik
Setiap akhir pembelajaran siswa selalu ingin mengetahui hasil belajarnya,
karena dengan mengetahui hasil belajar tersebut siswa dapat menentukan
sikap dan aktivitas belajar selanjutnya, apakah harus mengulang belajar
atau dapat melanjutkan belajar materi berikutnya. Contoh umpan balik
yang diberikan kepada siswa :
Guru hanya mengatakan “pekerjaanmu salah”
Guru mengatakan “pekerjaanmu salah pada bagian ini…”
Guru mengatakan “pekerjaanmu salah pada bagian ini..” kemudian
menunjukkan mengapa siswa salah, dan siswa diminta mengulang
memahami materi dan melakukan perbaikan.
Di samping itu bagi guru yang mengajar, umpan balik dapat menjadi
barometer baik tidaknya/berhasil tidaknya program pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Bila masih belum berhasil, harus segera dicari
penyebab ketidak berhasilan, mengapa tidak berhasil, bagian mana yang
salah, serta bagaimana seharusnya program pembelajaran yang harus
dilakukan.
e) Prinsip Perbedaan Individual
Belajar merupakan pekerjaan individu yang tidak dapat diwakilkan kepada
orang lain. Tanpa aktivitas belajar yang dilakukan sendiri, maka sesorang
tidak akan memperoleh kemampuan yang diharapkan. Jadi belajar sebagai
proses mental dan emosional merupakan aktivitas individual. Meskipun
guru mengajar siswa secara klasikal, akan tetapi hakekatnya guru
mengajar keragaman individual dalam satu kelas. Ada siswa yang bertipe
auditif, visualistis, audio-visualistis, ada siswa irama belajarnya cepat
(cerdas), sedang, dan lambat belajar. Untuk itu perlakuan yang
disampaikan guru kepada siswa hendaknya menyesuaikan keragaman
tersebut. Misalnya, dalam pembelajaran guru menggunakan metode
mengajar/media yang bervariasi, guru mengelompokkan siswa sesuai
karakteristik siswa dalam kerja kelompok, guru menyiapkan berbagai
8
bahan pembelajaran/media pembelajaran sesuai karakteristik belajar siswa,
dan sebagainya. Atas dasar konsep belajar tersebut di atas, maka
pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dipersiapkan secara matang.
Persiapan yang dilakukan guru tidak sekedar membuat satuan acara
pembelajaran saja, akan tetapi komponen-komponen pendukung
pembelajaran harus dipersiapkan dan dikembangkan, diantaranya adalah
komponen bahan pembelajarannya.
C. Ciri-ciri Belajar
Adapun ciri-ciri belajar adalah sebagaimana berikut :
1) Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan belajar,
perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer (sementara) Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang ditetapkannya.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh
individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan
tingkah laku.
D. Teori-teori Belajar
Banyak sekali teori mengenai belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :
10
3) Teori ilmu jiwa Gestalt
Menurut aliran ini, bahwa jiwa manusia adalah suatu keseluruan yang
berstruktur, suatu keseluruan bukan penjumlahan dari unsur-unsur. Unsur
itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan
saling berinteraksi satu sama lain. Contoh : Kepala Manusia bukan
merupakan penjumlahan dari batok kelapa, telinga, mata, hidung, mulut,
rambut, dagu dan dahi. Kepala adalah keseluruhan unsur-unsur pada
kepala yang terletak pada struktur tertentu. Misalnya, mata terletak pada
kelopak mata tidak mungkin terletak diujung jari. Pada struktur masing-
masing unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya, mata berfungsi
untuk melihat dan seterusnya.
Dalam belajar, menurut teori Gestalt yang terpenting adalah penyesuaian
pertama, yaitu mendapatkan respon atau tanggapan yang tepat. Belajar
yang terpenting bukan mengulang hal-hal yang harus dipelajari tetapi
mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih
dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah pesan. Belajar dengan
insight (pengertian) adalah sebagai berikut :
Insight tergantung dari kemampuan dasar.
Insight tergantung dari pengetahuan masa lampau yang relevan
(dengan apa yang dipelajari).
Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian
rupa, sehingga segala aspek tang perlu dapat diamati.
Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langitb.
Belajar dengan insight dapat diulangi.
Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-
situasi yang baru.
4) Teori R. Gagne
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua defenisi :
a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari
instruksi.
11
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia
dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut The Demainds of
Learning, yaitu sebagai berikut ini :
1. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya
melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, mengetuk huruf R, M
dan sebagainya.
2. Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,
menggambar : dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk
mengatakan sesuatu itu perlu intelegensi.
3. Kemampuan Intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara ilmiah
yang disebut “kemampuan intelektual”. Misalnya membedakan huruf
m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis.
4. Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal
organisasi skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir.
Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena
ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan
berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan terus-menerus.
5. Sikap
Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak
tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti hanya
domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa
kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.
5) Teori ilmu jiwa asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori Sarbond. Sarbond singkatan dari stimulus,
respons dan bond. Stimulus berarti rangsangan, respon berarti tanggapan
dan bond berarti hubungan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan
tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah asosiasi.
12
Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari
penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-
bagian melahirkan konsep keseluruhan. Misalnya sepeda. Konsep sepeda
diberikan untuk kendaraan roda dua tanpa mesin bermula dari
sekumpulan bagian-bagian yang dirangkan menjadi satu kesatuan
komponen yang bersistem menurut fungsi dam peranannya masing-
masing. Bagian-bagian yang membentuk konsep sepeda itu diantaranya
adalah pedal, setang, lonceng dan lain-lain.
Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal, yaitu
teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Ivan P.
Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara
kesan panca indera dengan implus untuk bertindak. Asosiasi ini
dinamakan Connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan
reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan terjadi suatu hubungan yang
erat bila sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara
stimulus dan respons akan menjadi terbiasa/otomatis.
b. Teori contitioning
Dalam kehidupan sehari-hari¸ seseorang pasti merasakan sesuatu yang
merangsang air liurnya untuk keluar. Misalnya, bagi para ibu yang sedang
mengandung dan kebetulan mengindam ingin memakan buah-buahan yang
asam-asam, ketika mereka melihat buah yang asam tentu saja ait liurnya
keluar tanpa disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks atau katakan saja
refleks bersyarat.
Contoh yang dikemukakan diatas bentuk-bentuk kelakukan yang nyata
terlihat dalam kehidupan. Bentuk-bentuk kelakukan seperti itu terjadi
karena adanya conditioning. Karena kondisinya yang diciptakan itu
merupakan syarat, memunculkan refleks bersyarat.
E. Jenis-jenis Belajar
13
Karena banyaknya jenis belajar yang dikemukakan oleh para ahli, maka De Block,
C. Van Parreren dan Robert M. Gagne menyatukan pendapat ketiganya dalam
uraian berikut ini :
2) Belajar kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental.
Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya,
seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada
temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia
tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama
dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan
semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan
14
tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang
disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.Bila tanggapan berupa
objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang telah
mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan
gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif
orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa
melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak
berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati.
Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak ke arah
perubahan.
3) Belajar menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan,
sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai
dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu
bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.Dalam menghafal, ada
beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian,
perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-
syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa
pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan
menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
4) Belajar teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami
dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang
studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-
konsep dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup
semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus
15
dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem
secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian fisika.
5) Belajar konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan
abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan
dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam
bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam
lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi,
tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang
didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung
menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak
berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara
sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya,
adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan
mikroskop sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu
diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa.
Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian.
Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf
pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.
6) Belajar kaidah
16
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intellectual
skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau
lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan
suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu
menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan
memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”,
“dipanaskan” dan “memuai”, dan dpat menentukan adanya suatu relasi yang tetap
antara ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka dia dengan
yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan
suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna
dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan
suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah
sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan ilmu
selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi (universitas).
7) Belajar berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan,
tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Masalah
harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan
kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir
konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang
paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah. Berpikir divergen adalah
berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit
yang berbeda-beda tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah
sebagai berikut.
17
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis,
kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk
diterima atau ditolak.
e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada
kesimpulan.
18
9) Belajar estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan
menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup
fakta, seperti nama Mozart sebagai penggubah musik klasik; konsep-konsep,
seperti ritme, tema dan komposisi; relasi-relasi, seperti hubungan antara bentuk
dan isi; struktur-struktur, seperti sistematika warna dan aliran-aliran dalam seni
lukis; metode-metode, seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu secara sadar
agar terjadi perubahan kemampuan diri. Berupa suatu proses di mana suatu
organis berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dengan demikian, dalam
belajar ada tiga unsur pokok yaitu belajar sebagai proses, sebagai perubahan
perilaku, juga sebagai pengalaman. Adapun unsur yang terdapat didalam belajar
tersebut antara lain peserta didik, rangsangan (stimulus), memori, respon.
Dalam cangkupan nya, terdapat banya teori-teori juga jenis-jenis belajar yang
dijelaskan oleh para ahli. Diantaranya teori ilmu jiwa, ilmu jiwa asosiasi,
tanggapan, dan lain sebagainya. Adapun untuk jenis belajar mulai dari belajar
kata-kata sampai belajar estetis terdapat didalamnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Achmadhanif, "Teori Belajar Menurut Jiwa Daya", https://achmadhanif-
wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/achmadhanif.wordpress.com/2015/11/23/teor
i-belajar-benurut-jiwa-daya/amp/?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16333897989391&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https
%3A%2F%2Fachmadhanif.wordpress.com
%2F2015%2F11%2F23%2Fteori-belajar-benurut-jiwa-daya%2F,
wordpress.com, 2015, Web. 05 Okt. 2021.
Ahmadi, H. Abu dan Widodo Supriyono, 2008, Psikologi Belajar,
Jakarta : Rineka Cipta.
Imran, Saiful, "Ciri-ciri Belajar", https://ilmu-
pendidikan.net/pembelajaran/ciri-ciri-belajar, ilmu-pendidikan.net, Sen.
22 Agu. 2016, Web. 05 Okt. 2021.
"Memahami konsep dasar belajar", https://www.asikbelajar.com/jenis-
belajar/, asikbelajar.com, 22 Apr. 2014, Web. 04 Okt. 2021.
Suardi, Moh. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Dee Publish
Wahyuningsih, D, https://enprits.umc.ac.id, 2011, Web. 04 Okt. 2021.
20