Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGERTIAN, HAKIKAT, CIRI-CIRI, TEORI-TEORI DAN JENIS-


JENIS BELAJAR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Psikologi Belajar
Dosen Pengampu : Hj. N. Hani Herlina, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Gildan Ramdani (2003003722)
Jeni Nurpalah (2003003729)
Siti Solihah (2003002764)

Kelas 3C
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
JL. Kyai Haji Ahmad Fadlil 1, Cijeungjing, Dewasari, Kec. Ciamis, Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat 46271

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah.

Makalah ini telah penulis susun secara maksimal, yang tak luput akan bantuan
dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam makalah ini.

Tetapi dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Ciamis, 02 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI

iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Pengertian Belajar...................................................................................................3
B. Hakikat Belajar........................................................................................................2
C. Ciri-ciri Belajar.....................................................................................................10
D. Teori-teori Belajar...........................................................................................10

E. Jenis-jenis Belajar...........................................................................................15

BAB III PENUTUP...........................................................................................................22


SIMPULAN.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dalam kehidup manusia. Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar, manusia tidak mungkin dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Semua aktivitas keseharian membutuhkan ilmu yang
hanya didapat dengan belajar. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk
membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu
menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Belajar merupakan suatu perubahan dari seseorang yang mulanya tidak mengerti
menjadi mengerti. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku,
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Tingkah laku
tersebut mengalami perubahan karenabelajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis,.seperti perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun
sikap. Menurut Lyle E. Bourne, JR., Bruce R. Ekstrand (dalam Mustaqim 2004:
33), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan
oleh pengalaman dan latihan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar?
2. Apa saja hakikat belajar?
3. Bagaimana ciri-ciri belajar?
4. Terdapat teori apa saja dalam belajar?
5. Apa saja jenis-jenis belajar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui penjelasan mengenai arti belajar sesungguhnya.
2. Mengetahui hakikat yang terdapat dalam belajar.

1
3. Mengetahui ciri-ciri yang terdapat dalam belajar.
4. Mengetahui teori apa saja yang ada dalam proses belajar
5. Mengetahui jenis-jenis belajar itu sendiri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar
juga merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menguasai hal tertentu. Beberapa
ahli berpendapat sebagai berikut:

1. Menurut Slameto (2010:2), ”belajar adalah suatu proses usaha yang


dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
2. Menurut Whittaker (Syaiful Bahri Djamarah, 2008:12), “belajar
dirumuskan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman”.
3. Kingskey (Syaiful Bahri Djamarah, 2008:13) mengatakan bahwa,
“learning is the process by which behavior (in the broader sense) is
originated or changed through practice or training. Belajar adalah
proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan”.
4. Menurut Oemar Hamalik (2004: 27) “belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
5. Menurut Bruner (Ratna Wilis Dahar, 2011: 77), belajar melibatkan tiga
proses yang berlangsung bersamaan yaitu :
 Memperoleh informasi baru.
 Transformasi informasi.
 Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Dari ketiga proses seperti yang diungkapkan Burner dan beberapa pengertian
tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dengan memperoleh
suatu informasi baru melalui pengalaman.

3
B. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi
perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (1984), bahwa belajar adalah suatu
proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman
(Winataputra dkk, 1997, 2.3). Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok
dalam belajar, yaitu sebagai berikut :

1) Belajar sebagai Proses


Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaanya
aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang
lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak
dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari
kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan siswa,
contohnya: siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan guru,
diskusi, memecahkan soal matematika, melaporkan hasil kerja, membuat
rangkuman, dan sebagainya. Itu semua adalah gejala yang nampak dari
aktivitas mental dan emosional siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan manifestasi dari adanya aktivitas mental (berpikir dan
merasakan). Belajar tidak hanya dengan mendengarkan penjelaskan guru
saja (tidak harus ada yang mengajar), karena belajar dapat dilakukan siswa
dengan berbagai macam cara dan kegiatan, asal terjadi interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Misalnya dengan mengamati demonstrasi
guru, mencoba sendiri, mendiskusikan dengan teman, melakukan
eksperimen, memecahkan persoalan, mengerjakan soal, membaca sendiri
dan sebagainya. Belajar hendaknya melakukan aktivitas mental pada kadar
yang tinggi. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga
ke liang lahat. (Sadiman, 1986;1).
2) Belajar sebagai Upaya Perubahan Perilaku
Hasil belajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang belajar.
Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat

4
kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilanya bertambah, dan
penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Menurut para ahli
psikologi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubaha
perilaku karena factor kematangan, karena lupa, karena minum minuman
keras bukan termasuk sebagai hasil belajar, karena bukan perubahan dari
hasil pengalaman (berinteraksi dengan lingkungan), dan tidak terjadi
proses mental emosional dalam beraktivitas.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga
domain yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Domain kognitif
meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan
intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge),
memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis
(analysis), mensintesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation).
Domain afektif berkaitan dengan perilaku daya rasa atau emosional
manusia, yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk
sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam
bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan pisik).
Pada Pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang ingin
dicapai ini dapat dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran atau
rumusan kompetensi yang ingin dicapai dengan segala indikatornya.
Contoh rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai
dalam pembelajaran: “Siswa dapat mengubah pecahan biasa ke dalam
bentuk pecahan decimal dan mengurutkannya” Kata dapat mengubah
merupakan perilaku hasil belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran.
3) Belajar sebagai Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena
individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan pisik adalah lingkungan di sekitar
individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk
hasil ciptaan manusia (cultural). Macam-macam lingkungan pisik yang
bersifat natural antara lain pantai, hutan, sungai, udara, air, dan
sebagainya. Bersifat cultural adalah buku, media pembelajaran, gedung

5
sekolah, perabot sekolah, dan sebagainya. Adapun lingkungan sosial siswa
diantaranya guru, orang tua, pustakawan, pemuka masyarakat, kepala
sekolah, dan sebagainya.
Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang
dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa
menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang / menantang siswa
untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang perkembagan intelektualnya
masih mebutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang diperlukan untuk
belajar siswa ini didesain secara integral akan menjadi bahan belajar dan
pembelajaran yang efektif.
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat pelbagai
unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku
(Gagne, 1997: 4). Beberapa unsur yang dimaksud adalah :
1. Peserta didik,
2. Rangsangan (stimulus),
3. Memori,
4. Respon.

Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi
antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku berubah dari waktu sebelum
dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka
perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan
kegiatan belajar.

Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak


langsung. Siswa yang melakukan eksperimen adalah contoh belajar dengan
pengalaman langsung. Sedang siswa belajar dengan mendengarkan penjelasan
guru atau membaca buku adalah contoh belajar melalui pengalaman tidak
langsung.

Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang maksimal, ada hal penting yang harus
diperhatikan dan diupayakan. Hal penting ini merupakan pedoman atau ketentuan
yang harus dijadikan pegangan dalam pelaksanaan kegiatan belajar kita sebut

6
sebagai prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar inilah yang dapat menentukan
proses dan hasil belajar.

a) Prinsip Motivasi
Motivasi merupakan motor penggerak untuk melaksakan kegiatan belajar.
Motivasi berkaitan erat dengan tujuan belajar, artinya apabila siswa
menyadari bahwa tujuan belajar yang akan dicapai merupakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya, dan belajar merupakan kebutuhan pokok
yang harus dilakukan , sehingga siswa akan terdorong untuk melaksanakan
dengan sungguh-sungguh dalam belajar. Motivasi dapat muncul dari
dalam diri yang belajar (motivasi intrinsik), dan muncul dari luar diri yang
belajar (motivasi ekstrinsik). Agar siswa dapat belajar secara optimal,
maka guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang mampu
menumbuhkan motivasi ekstrinsik yang mampu menumbuhkan motivasi
intrinsik.
b) Prinsip Perhatian
Perhatian erat kaitannya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan.
Karena motivasi akan menentukan perhatian individu yang belajar dengan
berusaha memfokuskan/memusatkan perhatian pada objek yang dipelajari.
Makin terpusat perhatian pada objek yang dipelajari, maka akan semakin
baik proses dan hasil belajarnya. Dalam pembelajaran banyak cara untuk
menarik perhatian siswa yang belajar, oleh sebab itu guru harus terampil
menampilkan teknik-teknik pembelajaran yang menarik perhatian.
Misalnya guru berusaha mengaitkan pelajaran yang dipelajari dengan
kebutuhan nyata siswa. Guru menggunakan metode, alat peraga, media,
bahan pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran, dan sebagainya.
c) Prinsip Aktivitas
Belajar adalah suatu aktivitas, tetapi tidak semua aktivitas adalah belajar.
Sudah diuraikan di depan bahwa aktivitas yang disebut belajar adalah
aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan
perilaku yang lebih maju, dari tidak paham menjadi paham, dari tdak
terampil manjadi terampil, dan dari tidak sopan menjadi sopan, dan

7
sebagainya. Untuk meningkatkan aktivitas dalam belajar guru harus
merancang aktivitas belajar siswa secara mantap.
d) Prinsip Umpan Balik
Setiap akhir pembelajaran siswa selalu ingin mengetahui hasil belajarnya,
karena dengan mengetahui hasil belajar tersebut siswa dapat menentukan
sikap dan aktivitas belajar selanjutnya, apakah harus mengulang belajar
atau dapat melanjutkan belajar materi berikutnya. Contoh umpan balik
yang diberikan kepada siswa :
 Guru hanya mengatakan “pekerjaanmu salah”
 Guru mengatakan “pekerjaanmu salah pada bagian ini…”
 Guru mengatakan “pekerjaanmu salah pada bagian ini..” kemudian
menunjukkan mengapa siswa salah, dan siswa diminta mengulang
memahami materi dan melakukan perbaikan.
Di samping itu bagi guru yang mengajar, umpan balik dapat menjadi
barometer baik tidaknya/berhasil tidaknya program pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Bila masih belum berhasil, harus segera dicari
penyebab ketidak berhasilan, mengapa tidak berhasil, bagian mana yang
salah, serta bagaimana seharusnya program pembelajaran yang harus
dilakukan.
e) Prinsip Perbedaan Individual
Belajar merupakan pekerjaan individu yang tidak dapat diwakilkan kepada
orang lain. Tanpa aktivitas belajar yang dilakukan sendiri, maka sesorang
tidak akan memperoleh kemampuan yang diharapkan. Jadi belajar sebagai
proses mental dan emosional merupakan aktivitas individual. Meskipun
guru mengajar siswa secara klasikal, akan tetapi hakekatnya guru
mengajar keragaman individual dalam satu kelas. Ada siswa yang bertipe
auditif, visualistis, audio-visualistis, ada siswa irama belajarnya cepat
(cerdas), sedang, dan lambat belajar. Untuk itu perlakuan yang
disampaikan guru kepada siswa hendaknya menyesuaikan keragaman
tersebut. Misalnya, dalam pembelajaran guru menggunakan metode
mengajar/media yang bervariasi, guru mengelompokkan siswa sesuai
karakteristik siswa dalam kerja kelompok, guru menyiapkan berbagai

8
bahan pembelajaran/media pembelajaran sesuai karakteristik belajar siswa,
dan sebagainya. Atas dasar konsep belajar tersebut di atas, maka
pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dipersiapkan secara matang.
Persiapan yang dilakukan guru tidak sekedar membuat satuan acara
pembelajaran saja, akan tetapi komponen-komponen pendukung
pembelajaran harus dipersiapkan dan dikembangkan, diantaranya adalah
komponen bahan pembelajarannya.
C. Ciri-ciri Belajar
Adapun ciri-ciri belajar adalah sebagaimana berikut :
1) Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan belajar,
perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer (sementara) Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang ditetapkannya.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh
individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan
tingkah laku.

D. Teori-teori Belajar
Banyak sekali teori mengenai belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Teori ilmu jiwa daya


Teori ini dipeloori oleh Saiz dan Wolf, menyatakan bahwa jiwa manusia
terdiri dari berbagai daya seperti daya berfikir, daya perasaan, daya
mengingat, daya mencipta, daya tanggapan, daya kemauan dan lain
sebaginya. Daya tersebut akan dapat berfungsi apabila telah terbentuk dan
berkembang. Jika daya selalu dilatih, maka daya nya akan bertambah baik.
9
Ilmu jiwa daya memandang, bahwa latihan menghafal, walaupun tidak
mengerti maksudnya dari sesuatu yang dihafal adalah sangat penting
artinya bagai daya-daya dalam jiwa manusia, agar manusia tersebut dapat
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari hari.
Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih daya ingat. Seseorang
harus melakukan dengan cara menghafal kata-kata atau angka, istilah-
istilah asing dan sebagainya. Untuk mempertajam daya berpikir seseorang
harus melatihnya dengan memecahkan permasalahan dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Untuk meningkatkan daya fantasi seseorang harus
membiasakan diri merenungkan sesuatu, dengan usaha tersebut maka
daya-daya itu dapat tumbuh dan berimbang dan tidak lagi bersifat laten
(tersembunyi) di dalam diri. Pengaruh teori ini dalam belajar ilmu
pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka.
Penguasaan bahan yang bersifat hafalan-hafalan biasanya jauh dari
pengertian. Walaupun begitu, teori ini dapat digunakan untuk menghafal
rumus, dalil, tahun, kata-kata asing dan sebagainya.
Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil
dalam belajar, latihlah semua daya yang ada dalam diri.
2) Teori tanggapan
Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang teori belajar
yang dikemukakan oleh jiwa daya. Herbart adalah orang yang
mengemukakan teori tanggapan. Menurut Herbart teori yang diperankan
oleh ilmu jiwa daya adalah tidak ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat
menerangkan kehidupan jiwa.
Menurut teori tanggapan belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-
banyaknya, berulang-ulang dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti
dikatakan kurang pandai. Maka orang pandang berarti orang yang banyak
mempunyai taggapan yang tersimpan dalam otaknya.
Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar
adalah memasukkan kesan-kesan ke dalam otak dan menjadikan orang
pandai. Kesan dimaksud disini tentu berupa ilmu pengetahuan yang di
dapat setelah belajar.

10
3) Teori ilmu jiwa Gestalt
Menurut aliran ini, bahwa jiwa manusia adalah suatu keseluruan yang
berstruktur, suatu keseluruan bukan penjumlahan dari unsur-unsur. Unsur
itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan
saling berinteraksi satu sama lain. Contoh : Kepala Manusia bukan
merupakan penjumlahan dari batok kelapa, telinga, mata, hidung, mulut,
rambut, dagu dan dahi. Kepala adalah keseluruhan unsur-unsur pada
kepala yang terletak pada struktur tertentu. Misalnya, mata terletak pada
kelopak mata tidak mungkin terletak diujung jari. Pada struktur masing-
masing unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya, mata berfungsi
untuk melihat dan seterusnya.
Dalam belajar, menurut teori Gestalt yang terpenting adalah penyesuaian
pertama, yaitu mendapatkan respon atau tanggapan yang tepat. Belajar
yang terpenting bukan mengulang hal-hal yang harus dipelajari tetapi
mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih
dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah pesan. Belajar dengan
insight (pengertian) adalah sebagai berikut :
 Insight tergantung dari kemampuan dasar.
 Insight tergantung dari pengetahuan masa lampau yang relevan
(dengan apa yang dipelajari).
 Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian
rupa, sehingga segala aspek tang perlu dapat diamati.
 Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langitb.
 Belajar dengan insight dapat diulangi.
 Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-
situasi yang baru.
4) Teori R. Gagne
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua defenisi :
a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari
instruksi.

11
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia
dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut The Demainds of
Learning, yaitu sebagai berikut ini :
1. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya
melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, mengetuk huruf R, M
dan sebagainya.
2. Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,
menggambar : dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk
mengatakan sesuatu itu perlu intelegensi.
3. Kemampuan Intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara ilmiah
yang disebut “kemampuan intelektual”. Misalnya membedakan huruf
m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis.
4. Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal
organisasi skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir.
Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena
ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan
berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan terus-menerus.
5. Sikap
Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak
tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti hanya
domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa
kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.
5) Teori ilmu jiwa asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori Sarbond. Sarbond singkatan dari stimulus,
respons dan bond. Stimulus berarti rangsangan, respon berarti tanggapan
dan bond berarti hubungan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan
tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah asosiasi.

12
Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari
penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-
bagian melahirkan konsep keseluruhan. Misalnya sepeda. Konsep sepeda
diberikan untuk kendaraan roda dua tanpa mesin bermula dari
sekumpulan bagian-bagian yang dirangkan menjadi satu kesatuan
komponen yang bersistem menurut fungsi dam peranannya masing-
masing. Bagian-bagian yang membentuk konsep sepeda itu diantaranya
adalah pedal, setang, lonceng dan lain-lain.
Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal, yaitu
teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Ivan P.
Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara
kesan panca indera dengan implus untuk bertindak. Asosiasi ini
dinamakan Connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan
reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan terjadi suatu hubungan yang
erat bila sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara
stimulus dan respons akan menjadi terbiasa/otomatis.
b. Teori contitioning
Dalam kehidupan sehari-hari¸ seseorang pasti merasakan sesuatu yang
merangsang air liurnya untuk keluar. Misalnya, bagi para ibu yang sedang
mengandung dan kebetulan mengindam ingin memakan buah-buahan yang
asam-asam, ketika mereka melihat buah yang asam tentu saja ait liurnya
keluar tanpa disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks atau katakan saja
refleks bersyarat.
Contoh yang dikemukakan diatas bentuk-bentuk kelakukan yang nyata
terlihat dalam kehidupan. Bentuk-bentuk kelakukan seperti itu terjadi
karena adanya conditioning. Karena kondisinya yang diciptakan itu
merupakan syarat, memunculkan refleks bersyarat.

E. Jenis-jenis Belajar

13
Karena banyaknya jenis belajar yang dikemukakan oleh para ahli, maka De Block,
C. Van Parreren dan Robert M. Gagne menyatukan pendapat ketiganya dalam
uraian berikut ini :

1) Belajar arti kata-kata


Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang
terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah
dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah
mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya,
yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lama kelamaan dia
mengetahui juga apa arti kata “kucing” atau “anjing”. Dia sudah tahu bahwa
kedua binatang itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor
anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan
kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan
telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang
kecil dari pada anjing.Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata
tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau
pun dapat menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan penggunaan.
Mengerti arti kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca
akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang
terpatri dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang
melukiskan ide-idenya kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti
kata-kata adalah penting dalam belajar.

2) Belajar kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental.
Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya,
seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada
temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia
tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama
dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan
semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan

14
tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang
disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.Bila tanggapan berupa
objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang telah
mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan
gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif
orang itu.

Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa
melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak
berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati.
Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak ke arah
perubahan.

3) Belajar menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan,
sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai
dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu
bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.Dalam menghafal, ada
beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian,
perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-
syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa
pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan
menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.

4) Belajar teoritis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami
dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang
studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-
konsep dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup
semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus

15
dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem
secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian fisika.

5) Belajar konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan
abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan
dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam
bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam
lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi,
tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang
didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung
menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak
berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara
sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya,
adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan
mikroskop sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu
diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa.

Ahmad adalah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan (realitas), tetapi


tidak dapat diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu
dapat diketahui dengan menggunakan lambang bahasa. Kata “saudara sepupu”
dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara sepupu” itulah yang dimaksudkan disini
dengan konsep yang didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan,
didapatkan pengertian, sauadara sepupu adalah anak dari paman atau bibi.

Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian.
Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf
pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.

6) Belajar kaidah

16
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intellectual
skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau
lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan
suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu
menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan
memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”,
“dipanaskan” dan “memuai”, dan dpat menentukan adanya suatu relasi yang tetap
antara ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka dia dengan
yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.

Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan
suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna
dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan
suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah
sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan ilmu
selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi (universitas).

7) Belajar berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan,
tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Masalah
harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan
kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.

Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir
konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang
paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah. Berpikir divergen adalah
berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit
yang berbeda-beda tetapi benar.

Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah
sebagai berikut.

a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.


b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.

17
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis,
kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk
diterima atau ditolak.
e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada
kesimpulan.

Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai


berikut.

a) Kesadaran akan adanya masalah.


b) Merumuskan masalah.
c) Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d) Menguji hipotesis-hipotesis itu.
e) Menerima hipotesis yang benar.

Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi pemecahan


masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat
antara macam-macam langkah tersebut. Lebih-lebih apabila orang berusaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

8) Belajar keterampilan motorik (motor skill)


Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan
koordinasi atara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan
semacam ini disebut “motorik”, karena otot, urat dan persendian terlibat secara
langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian.
Ciri khas dari keterampilan motorik adalah “otomatisme”, yaitu rangkaian gerak-
gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa
dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti
urutan gerak-gerik tertentu. Misalnya, seorang supir sudah menguasai
keterampilan mengendarai kendaraannya sedemikian rupa, sehingga
konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh penanganan peralatan lalu lintas di
jalan.

18
9) Belajar estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan
menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup
fakta, seperti nama Mozart sebagai penggubah musik klasik; konsep-konsep,
seperti ritme, tema dan komposisi; relasi-relasi, seperti hubungan antara bentuk
dan isi; struktur-struktur, seperti sistematika warna dan aliran-aliran dalam seni
lukis; metode-metode, seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu secara sadar
agar terjadi perubahan kemampuan diri. Berupa suatu proses di mana suatu
organis berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dengan demikian, dalam
belajar ada tiga unsur pokok yaitu belajar sebagai proses, sebagai perubahan
perilaku, juga sebagai pengalaman. Adapun unsur yang terdapat didalam belajar
tersebut antara lain peserta didik, rangsangan (stimulus), memori, respon.

Dalam cangkupan nya, terdapat banya teori-teori juga jenis-jenis belajar yang
dijelaskan oleh para ahli. Diantaranya teori ilmu jiwa, ilmu jiwa asosiasi,
tanggapan, dan lain sebagainya. Adapun untuk jenis belajar mulai dari belajar
kata-kata sampai belajar estetis terdapat didalamnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
 Achmadhanif, "Teori Belajar Menurut Jiwa Daya", https://achmadhanif-
wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/achmadhanif.wordpress.com/2015/11/23/teor
i-belajar-benurut-jiwa-daya/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16333897989391&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https
%3A%2F%2Fachmadhanif.wordpress.com
%2F2015%2F11%2F23%2Fteori-belajar-benurut-jiwa-daya%2F,
wordpress.com, 2015, Web. 05 Okt. 2021.
 Ahmadi, H. Abu dan Widodo Supriyono, 2008, Psikologi Belajar,
Jakarta : Rineka Cipta.
 Imran, Saiful, "Ciri-ciri Belajar", https://ilmu-
pendidikan.net/pembelajaran/ciri-ciri-belajar, ilmu-pendidikan.net, Sen.
22 Agu. 2016, Web. 05 Okt. 2021.
 "Memahami konsep dasar belajar", https://www.asikbelajar.com/jenis-
belajar/, asikbelajar.com, 22 Apr. 2014, Web. 04 Okt. 2021.
 Suardi, Moh. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Dee Publish
 Wahyuningsih, D, https://enprits.umc.ac.id, 2011, Web. 04 Okt. 2021.

20

Anda mungkin juga menyukai