Anda di halaman 1dari 17

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR, ASAS PEMBELAJARAN, DAN MOTIVASI

BELAJAR

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Belajar dan Pembelajaran
Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. H. Heri Pratikto, M. Si.

Oleh:
 Devi Kusumawardani (160412601953)
 Fitriana Dewi (160412601935)
 Fitriyah Nur Rohmah (160412607010)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
September 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih
karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “Prinsip-prinsip Belajar, Asas
Pembelajaran, dan Motivasi Belajar” akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Kami
berharap dari isi makalah ini dapat bermanfaat dan bisa dijadikan referensi belajar sehingga
pesan/materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini
dikerjakan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Prof. Dr. H. Heri Pratikto, M. Si. mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki masih terbatas.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Malang, 9 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 2
1.3 TUJUAN............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
2.1 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR...........................................................................3
2.2 ASAS-ASAS PEMBELAJARAN.......................................................................7
2.3 MOTIVASI BELAJAR.......................................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................... .12
3.1 KESIMPULAN................................................................................................... 12
LAMPIRAN………………………………………………………………………... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ .16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Moh. Surya (1997): “belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Wingkel
(1987): “belajar adalah suatu aktifitas mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri. “Belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai), maupun psikomotor (keterampilan) sebagai
hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (1979:3): pembelajaran adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal.
Dalam pembelajaran tentunya terdapat prinsip-prinsip belajar, asas pembelajaran dan
motivasi belajar yang merupakan landasan berpikir dan berpijak, agar proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini
dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru
dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
Dalam makalah yang akan kami paparkan kali ini yaitu mengenai Prinsip Belajar,
Asas Pembelajaran dan Motivasi Belajar yang nantinya akan membantu seorang pendidik
untuk lebih memahami dan lebih mengenal peserta didiknya

.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan apa yang kita sampaikan sebelumnya bahwa makalah ini akan
membahas tentang Prinsip Belajar, Asas Pembelajaran dan Motivasi Belajar, maka yang akan
menjadi rumusan masalahnya kali ini, yaitu :
1) Apa saja prinsip-prinsip belajar?
2) Apa saja yang termasuk dalam asas-asas pembelajaran?
3) a. Apa pengertian motivasi?
b. Apa saja macam-macam motivasi?
c. Bagaimana motivasi berpengaruh terhadap proses belajar siswa?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini, yaitu:
1) Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar
2) Untuk mengetahui asas-asas pembelajaran
3) Untuk mengetahui pengertian, macam-macam motivasi dan pengaruhnya terhadap
proses belajar siswa

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan
dan penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang
digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut Petri,
“motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an
organism to initiate and direct behavior”.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan hanya mungkin terjadi apabila anak
aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa, belajar adalah menyangkut
apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.
Guru sekedar pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan
adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja
tanpa mengadakan transformasi.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat
berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam
kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara
langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung
jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun
kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving).

3
Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar
tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan
kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan
terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja
tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas. Teori
tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan
yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti
yang dikemukakan teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua
bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi
suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan
belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan
belajar tersebut. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi
siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif
juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau
terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

6. Balikan dan penguatan

4
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang
diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah
responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike. Siswa belajar
sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu
mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi dan operant conditioning atau penguatan positif.
Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut
tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang
disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format sajian berupa tanya jawab,
diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar
yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh
pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita
kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran
di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang
kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan
beberapa cara, misalnya:
 Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
 Penggunaan metode instruksional
 Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan
memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
 Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa

Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa


Siswa sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan
alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1. Perhatian dan motivasi
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi
belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-
menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara
terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar
yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain,
menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari

5
contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar,
dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2. Keaktifan
Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pembelajar dituntut untuk aktif
secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud
perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil
percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping,
dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada
seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987:32). Implikasi
prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar
yang diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip
keterlibatan langsung bagi siswa, misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa
melakukan reaksi kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung
dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4. Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan
lebih berarti (Davies, 1987:32). Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah
kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam
permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan
pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip
pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal
nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5. Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri
siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan.
Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan
yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip
tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing
ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
6. Balikan dan penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar
atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil

6
(knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri.
Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan
(reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk
memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk
memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan
diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima
kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena
hasil belajar yang jelek.
7. Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain.
Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan) nya sendiri dan untuk
setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa
dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran
belajar bagi dirinya sendiri.

2.2 ASAS-ASAS PEMBELAJARAN


Ada 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan
program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
1. Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak:
a. non-diskriminasi,
b. kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child),
c. hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to develop),
d. hak atas perlindungan (right to protection),
e. penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan
pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6. Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan:
a. yang saya dengar, saya lupa
b. yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
c. yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya
mulai pahami.
d. yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan
keterampilan, dan
e. yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
7. John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-
hal:
a. mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri,
b. memberikan contoh,

7
c. mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi,
d. melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain,
e. menggunakannya dengan beragam cara,
f. memprediksikan sejumlah konsekuensinya,
g. menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8. Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar:
a. tujuan,
b. isi materi,
c. sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan),
d. target siswa (siapa yang akan belajar),
e. guru,
f. strategi pembelajaran,
g. hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur),
h. kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau
pengetahuan),
i. lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9. Kata kunci pembelajaran agar bermakna:
a. real-world learning,
b. mengutamakan pengalaman nyata,
c. berpikir tingkat tinggi,
d. berpusat pada siswa,
e. siswa aktif, kritis, dan kreatif,
f. pengetahuan bermakna dalam kehidupan,
g. dekat dengan kehidupan nyata,
h. perubahan perilaku,
i. siswa praktik, bukan menghafal,
j. learning, bukan teaching,
k. pendidikan bukan pengajaran,
l. pembentukan manusia,
m. memecahkan masalah,
n. siswa acting, guru mengarahkan,
o. hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
10. Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan
akan menjadi lebih kuat.
11. Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas
informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah
kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13. Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14. Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja
sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan
belajar.

2.3 MOTIVASI BELAJAR


Motivasi adalah sesuatu yang mendorong individual untuk berperilaku yang langsung
menyebabkan munculnya perilaku. Seseorang akan melakukan suatu perbuatan betapapun

8
beratnya jika ia memiliki motivasi tinggi. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan
yang ingin dipenuhi, maka ia timbul jika ada rangsangan, baik karna adanya kebutuhan
maupun minat terhadap sesuatu. Oleh karena itu, bagi seorang siswa motivasi untuk belajar
pada umumnya timbul karena ada rangsangan baik yang datang dari dalam dirinya sendiri
maupun dari luar dirinya.
Motivasi dibedakan menjadi dua:
a) Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di
sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b) Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”.
Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru.
Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya, tetapi
setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya
dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi
intrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya
tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan
dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan
naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah
penyerta dari keberhasilan belajar.
Unsur-Unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
a. Cita-cita
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang sangat lama bahkan sepanjang hayat.
Cita-cita siswa “menjadi seseorang…” (gambaran ideal seperti pemain bulu tangkis
dunia,misalnya) akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar.
Misalnya siswa tersebut akan rajin berolahraga, melatih napas, berlari, meloncat, disamping
tekun berlatih bulu tangkis. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsic maupun
ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri (Monks, 1989:
241-260; Schein, 1991:87-110; Singgih Gunarsa, 1990:183-199)
b. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan
9
mencapainya. Dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan (Monks, 1989: 21; Singgih Gunarsa, 1990: 49)
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani akan mempengaruhi motivasi
belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu
perhatian belajar. Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah
memusatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa akan sangat
berpengaruh pada motivasi belajar.
d. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan
sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Karena itu kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan
hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman,
tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar akan mudah diperkuat.
Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar (Depdiknas, 2004:3), yaitu:
a. Jika materi pembelajaran yang dipelajarinya bermakna karena sesuai dengan bakat,
minat, dan pengetahuan dirinya, maka motivasi belajar siswa akan meningkat.
b. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dikuasai siswa dapat dijadikan
landasan untuk menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan selanjutnya.
c. Motivasi belajar siswa akan meningkat jika guru mampu menjadi model bagi siswa
untuk dilihat dan ditiru.
d. Materi atau kegiatan pembelajaran yang disajikan guru hendaknya selalu baru dan
berbeda dari yang pernah dipelajari sebelumnya.
e. Pelajaran yang dikerjakan siswa tepat dan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan yang dimilikinya.
f. Memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengerjakan tugas.
g. Suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa
h. Guru memberikan kesempatan yang luas pada siswa untuk belajar sesuai dengan
strategi, metode, dan teknik belajarnya sendiri.
i. Dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa seperti berfikir logis, sistematis,
induktif, atau deduktif.
j. Siswa lebih menguasai hasil belajar jika melibatkan banyak indra
k. Antara guru dengan siswa terjadi komunikasi yang akrab dan menyenangkan
Motivasi berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa, karena motivasi
dan tujuan merupakan bagian penting dari proses belajar agar mendapatkan hasil belajar yang
diinginkan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun
bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan. Secara umum, prinsip-prisip
belajar yaitu: 1) Perhatian dan Motivasi 2) Keaktifan 3) Keterlibatan langsung atau
pengalaman 4) Pengulangan 5) Tantangan 6) Balikan dan penguatan (law of effect) 7)
Perbedaan individual.
Ada 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
1. Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: non-diskriminasi, kepentingan terbaik
bagi anak (best interests of the child), hak untuk hidup dan berkembang (right to life,
continuity of life and to develop), hak atas perlindungan (right to protection),
penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak
siswa.
3. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6. Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: yang saya dengar, saya lupa. Yang
saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan
atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Yang saya dengar, lihat, bahas,
dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan, dan yang saya ajarkan
kepada orang lain, saya kuasai.
7. John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan
hal-hal: mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, memberikan
contoh, mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, melihat kaitan antara
informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, menggunakannya dengan beragam cara,
memprediksikan sejumlah konsekuensinya, menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8. Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: tujuan, isi materi, sumber belajar
(sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), target siswa (siapa yang
11
akan belajar), guru, strategi pembelajaran, hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan
diukur), kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau
pengetahuan), lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9. Kata kunci pembelajaran agar bermakna: real-world learning, mengutamakan
pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan
kreatif, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata,
perubahan perilaku, siswa praktik, bukan menghafal, learning, bukan teaching,
pendidikan bukan pengajaran, pembentukan manusia, memecahkan masalah, siswa
acting, guru mengarahkan, hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya
dengan tes.
10. Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan
akan menjadi lebih kuat.
11. Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas
informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang
dibahas.
12. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang
telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13. Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual,
kinestetik)
14. Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk
bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk
menstimulasi kegiatan belajar.
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong individual untuk berperilaku yang langsung
menyebabkan munculnya perilaku. Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu, motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Seseorang akan melakukan suatu perbuatan betapapun
beratnya jika ia memiliki motivasi tinggi. Motivasi ini pada dasarnya merupakan
keinginan yang ingin dipenuhi, maka ia timbul jika ada rangsangan, baik karna adanya
kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu. Oleh karena itu, bagi seorang siswa motivasi
untuk belajar pada umumnya timbul karena ada rangsangan baik yang datang dari dalam
dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.

LAMPIRAN

Moderator : I Wayan Bayu W.


Notulen : Erna Dwi Ramadhani, Devi Ayu Wulandari, Irda Pramesti

Tanya Jawab
1. Indra
12
Keaktifan fisik dan psikis bertolak belakang ataukah saling berkaitan?
Dijawab oleh Devi Kusuma W. yaitu keaktifan fisik dan psikis saling terkait jika
siswa tidak mengerti maka sulit untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Dewi Ayu Sakdiyah
Bagaimana membangkitkan semangat siswa yang tidak menyukai suatu pelajaran?
Dijawab oleh Fitriana Dewi yaitu memotivasi siswa tersebut dengan cara memilih
guru yang lebih profesional, bisa menciptakan suasana kelas yang nyaman.
3. Diana Ayu Saputri
Bagaimana cara membuat siswa yang pendiam agar lebih aktif?
Dijawab oleh Fitriana Dewi yaitu dengan menggunakan metode yang berbeda,
seperti mengaplikasikan materi dengan video agar menarik minat siswa tersebut, dan
juga bisa dengan metode yang lainnya.
Ditanggapi oleh Dio Jati yaitu bisa juga dengan bercerita khayal.
Ditanggapi oleh Dewi Ayu S. yaitu memberikan tugas individual dan membuat
pertanyaan ketika sedang terjadi diskusi/presentasi.
4. Eka Puji
Ada 2 macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Bagaimana cara
menumbuhkan motivasi intrinsic?
Dijawab oleh Fitriana Dewi yaitu dengan cara mengingat kerja keras orang tua
untuk menyekolahkan kita, pasti kita akan termotivasi untuk lebih giat belajardan
harus menanamkan rasa ingin membahagiakan, membanggakan, dan ingin kehidupan
di masa mendatang lebih baik lagi dari apa yang orang tua kita peroleh.
Ditanggapi oleh Fitriyah Nur yaitu bisa dengan cara meningkatkan prinsip hidup
agar dapat memotivasi diri sendiri.
Ditanggapi oleh Endik M. Yaitu bisa dengan cara refreshing pasti setelah itu kita
bisa untuk kembali fokus pada tujuan yang ingin dicapai.
Ditanggapi oleh Ellysa yaitu dengan cara meyakini ada yang membantu, pasti ada
teman, sahabat, dan tuhan.
5. Hidayatul Ilmy
Proses belajar ada 3 cara yakni audio, visual, dan kinestik. Apa yang dimaksud
kinestik?
Dijawab oleh Fitriyah Nur kinestik adalah proses belajar yang tidak mengandalkan
teori tapi juga mempraktekkannya.

Kesimpulan
Ada 3 bagian yang disampaikan dalam presentasi ini, yakni prinsip, asas, dan
motivasi belajar
 Prinsip-prinsip belajar
1. Perhatian dan motivasi
2. Keaktifan
3. Keterlibatan langsung atau berpengalaman
4. Tantangan
5. Balikan dan penguatan
6. Perbedaan individu
 Asas-asas belajar
Adanya prinsip dasar dalam menumbuhkan hak anak dalam belajar dan ikut
serta orang tua dalam proses belajar tersebut sehingga dapat menciptakan
generasi yang baik
 Motivasi
Sesuatu yang mendorong seseorang untuk berperilaku yang langsung

13
menyebabkan kemajuan pada diri siswa

DAFTAR PUSTAKA

Hakiim, Lukmanul, (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima


http://techonly13.wordpress.com/2010/08/01/asas-asas-pembelajaran/
http://blog.unsri.ac.id/download1/15206.pdf
http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran.pdf
http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/prinsip-belajar-dan-asas-asas-pembelajaran-
dalam-bentuk-pdf.pd

14

Anda mungkin juga menyukai