Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran


yang Diampu Oleh Dr. H. Dadang Hidayat, M.Pd.

MAKALAH

Disusun Oleh :
Aldion Najib Pangestu (1801580)
Naufal Fadlu Rahman (1805393)
Ryantama Zhafir Baharuddin (1808394)
Andika Sentria Djatnika (1807283)
Muhammad Rizky Ramdhany (1806584)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongannya kami dapat menyelesaikan makalah kami. Meskipun banyak rintangan dalam
pembuatan makalah kami ini tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membantu kami
dalam mengerjakan makalah ini dengan baik. kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa yang sudah membantu langsung dalam pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini kami menyadari masih ada saja kekurangan, oleh karena itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Sekian dari kami.

Bandung, Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Moh. Surya (1997): “belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh perubahan perilaku baru secarakeseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu  itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Witherington (1952) :
“belajar merupakan perubahan dalam kepribadianyang di manifestasikan sebagai pola-pola
respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yangmuncul karena
pengalaman”.
Wingkel, 1987 : “belajar.  adalah suatu aktifitas mental & psikis dalam berinteraksi
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri.”Belajar adalah
suatu proses/usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk menghasilkan perubahan
tingkah laku baikdalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai) maupun
psikomotor (keterampilan) sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran menurut  Gagne dan Briggs (1979:3) : pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Dalam pembelajaran tentunya terdapat asas serta prinsip-prinsip belajar yang merupakan
landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.Prinsip ini dijadikan sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil
yang diinginkan. Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B.
(1961) adalah :1. Prinsip Kesiapan (Readinees)Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa.
Yang dimaksud dengan kesiapan siswaialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.2.
Prinsip Motivasi (Motivation)Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang
terarah. Motivasi adalahsuatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur
arah kegiatan itudan memelihara kesungguhan.3. Prinsip Persepsi Seseorang cenderung untuk
percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi.Persepsi adalah interpertasi tentang
situasi yang hidup. Setiap individu melihat duniadengan caranya sendiri yang berbeda dari
yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran


A. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan
dan penguatan, serta perbedaan individual.
A. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang
digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri,
“motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an
organism to initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu
bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-
nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku
dan motivasinya.Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat
juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
a)      Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di
sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b)        Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi
menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan
ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi
motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi
seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang
tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang
digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula
ekstrinsik menjadi intrinsik.
2.      Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri.
John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan
siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar pembimbing
dan pengarah.Menurut  teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.
Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah,
mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat
berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3.         Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan,
dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik
individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya
keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-
nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
4.      Pengulangan
Menurut  teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike
mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan
pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons
benar.
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus
saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil
berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut,
karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip
pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
5.      Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu
mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan
mempelajari bahan belajar tersebut.Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat
siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung
masalah yang perlu  dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi
siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif
juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau
terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6.      Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan
oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang
diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah
responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.Siswa belajar
sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu
mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant
conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada
waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk
belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format
sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya
merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7.      Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di
sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki
dengan beberapa cara, misalnya:
         Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
         Penggunaan metode instruksional                                                                   
        Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan
memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
       Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku
mereka selama proses pembelajaran berlangsung.

B. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa


Siswa sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan
alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1)      Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang
mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu melatih inderanya
untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.
Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi
belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-
menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara
terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar
yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain,
menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari
contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar,
dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2)      Keaktifan
Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif
secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud
perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil
percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping,
dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3)      Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada
seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987:32). Implikasi
prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar
yang diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip
keterlibatan langsung bagi siswa, misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa
melakukan reaksi kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung
dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4)      Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa
adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu
macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam
melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi
prinsip pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan,
menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa
sejarah.
5)      Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan
tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan
belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi
tantangan untuk memperoleh, memproses dan mengolah setiap pesan yang ada dalam
kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya
kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan
mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap
segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan
implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan
tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

6)      Balikan dan penguatan


Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah
benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil
(knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri.
Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan
(reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk
memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk
memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan
diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima
kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena
hasil belajar yang jelek.
7)      Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang
lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk
setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa
dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran
belajar bagi dirinya sendiri.
C. Asas-Asas Pembelajaran
Pada bagian ini diuraikan 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
1)      Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik
bagi anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to life,
continuity of life and to develop), (d) hak atas perlindungan (right to protection), (e)
penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2)      Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3)      Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4)      Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5)      Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan
pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6)      Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang
saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau
diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan
terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada
orang lain, saya kuasai.
7)      John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal:
(a) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c)
mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu
dengan fakta atau gagasan lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f)
memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g) menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8)      Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber
belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa
yang akan belajar), (e) guru, (f) strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil
pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah
konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9)      Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan
pengalaman nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis,
dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata,
(h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik, bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k)
pendidikan bukan pengajaran, (l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa
acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan
tes.
10)  Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan
menjadi lebih kuat.
11)  Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas
informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12)  Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita
ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13)  Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14)  Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja
sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan
belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya prosesbelajar siswa yang bersifat internal. Gagne
dan Briggs (1979:3)
Prinsip belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan
pesertadidik.Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa
maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B. (1961)
adalah :1. Prinsip Kesiapan (Readinees) Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang
dimaksud dengan kesiapan siswaialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar 2. Prinsip
Motivasi (Motivation)Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah.
Motivasi adalahsuatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah
kegiatan itudan memelihara kesungguhan 3. Prinsip PersepsiSeseorang cenderung untuk
percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang
situasi yang hidup. Setiap individu melihat duniadengan caranya sendiri yang berbeda dari
yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Secara umum, prinsip-prisip belajar yaitu :1) Perhatian dan Motivasi 2) Keaktifan 3)
Keterlibatan langsung atau pengalaman 4) Pengulangan 5) Tantangan 6) Balikan dan
penguatan (law of effect) 7) Perbedaan individual.
DAFTAR PUSTAKA

http://techonly13.wordpress.com/2010/08/01/asas-asas-pembelajaran/
http://blog.unsri.ac.id/download1/15206.pdf
http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran.pdf
http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/prinsip-belajar-dan-asas-asas-pembelajaran-
dalam-bentuk-pdf.pd

Anda mungkin juga menyukai