Anda di halaman 1dari 6

REVIU BUKU

POKOK POKOK PIKIRAN TENTANG BIMBINGAN DAN PENYULUHAN


AGAMA DI SEKOLAH DAN DILUAR SEKOLAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH
BIMBINGAN DAN KONSELING YANG DIAMPU OLEH DR. SUDJANI, M.PD.

Disusun oleh :
Muhamad Ramadani 1800642

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
BAB I
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di
Sekolah dan di Luar Sekolah
Penulis : Drs. H. M. Arifin, M.Ed.
Penerbit : N. V. Bulan Bintang, Jakarta, 1976
Tebal : 172 halaman

A. Tentang Buku
Buku yang berjudul “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan
Agama” dimaksudkan untuk menjadi pedoman pokok tentang bagaimana pelaksanaan
bimbingan dan penyuluhan agama. Buku ini diharapkan pula menjadi motivasi bagi
mereka yang menaruh perhatian terhadap masalah bimbingan dan penyuluhan agama
serta para pendidik Agama untuk dapat dikembangkan lebih luas lagi dengan
penyempurnaan-penyempurnaan baik bersifat teoritis maupun praktis. Oleh karena
pengetahuan-pengetahuan ini sangat diperlukan bagi pembinaan generasi muda dalam
rangka pelaksanaan “character building” bangsa, maka sudah sewajarnya kita umat
beragama menaruh perhatian khusus agar hal tersebut dapat dikembangkan di
masyarakat.
BAB II
REVIU BUKU
Dalam awal-awal, buku ini menjelaskan apa itu bimbingan dan penyuluhan.
Disini dikatakan bahwa bimbingan dan konseling berasal dari kata “Guidance dan
Counseling” yang secara definisi berarti memberi nasihat kepada setiap orang (individu)
yang dilakukan secara face to face. Dibuku ini juga terdapat hadits yang artinya
“sesungguhnya orang mukmin yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang
senantiasa taat kepada-Nya serta memberi nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal
fikiran nya serta menasihati pula dirinya sendiri ..... “ (Hadits dari Ibnu Abbas). Dalam
pengertian lain juga disebutkan bahwa bimbingan mengutamakan pemberian bantuan
kepada perorangan untuk membuat keputusan berkaitan dengan karier, masa depan, dan
lain-lain. Dalam pengertian tersebut adanya penekanan tentang pemberian bantuan
dalam hal kesadaran diri. Dengan kesadarannya tersebut, diharapkan seseoran yang
telah diberi bimbingan akan memahami dirinya tentang “Das Sein” (apa yang ada pada
dirinya) dan “Das Sollen” (apa yang harus ia lakukan) dimasa sekarang dan dimasa
mendatang.
Pada bagian selanjutnya menjelaskan tentang pengertian penyuluhan Agama.
Dikatakan bahwa penyuluhan Agama merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk memberi bantuan kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan
rohaniyah dalam kehidupannya. Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Carl G Jung
seorang psikiater dari Switzerland mengatakan bahwa seseorang yang mengalami
masalah rohaniah dalam kehidupan nya disebabkan karena mereka tidak memperoleh
cahaya dari nilai-nilai Agama dalm diri mereka. Penyembuhan nya hanya dapat
dilakukan jika mereka mendapatkan kembali cahaya dari nilai-nilai keagamaannya.
Tujuan pelaksanaan penyuluhan Agama ada 2, yaitu : 1) dimaksudkan untuk
memabantu si pasien agar memiliki sumber pegangan agama dalam menyelesaikan
problematika kehidupan nya, dan 2) untuk membantu pasien agar mereka dengan
kesadaran dirinya bersedia mengamalkan ajaran agamanya.
Pada bagian berikutnya salah satunya menjelaskan tentang dimensi
bimbingan/penyuluhan. Pembimbing harus memerhatikan 5 dimensi dalam pelaksanaan
bimbingan yaitu :
1. Si terbimbing merupakan individu yang berbeda dalam segala hal. Maka dari itu,
mereka harus didekati menurut cara dan sikap mereka bukan menurut kehendak
pembimbing.
2. Si terbimbing merupakan individu yang sifatnya lebih banyak terpengaruh oleh
lingkungan luar sekolah daripada di dalam sekolah.
3. Pembimbing harus melayani dengan sikap yang menghargai hak-haknya sebagai
individu
4. Pembimbing harus menerima bahwa si terbimbing tidak mempunyai pandangan
yang sama.
5. Pembimbing harus mengarahkan ke hal-hal yang berhubungan dengan masa
yang akan datang dan masa sekarang.
Kemudian, buku ini menjelaskan macam-macam bimbingan diantaranya ada
bimbingan bidang vokasiaonal yang menyangkut masalah jabatan atau pekerjaan yang
harus dipilih sesuai minat dan bakatnya, bimbingan pendidikan menyangkut masalah
tentang studi yang akan dipilihnya, bimbingan kesehatan jiwa yang bertujuan untuk
menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa client dan yang terakhir
bimbingan keagamaan yang bertujuan untuk membantu memecahkan problematika
kehidupan seseorang melalui keimanan menurut agamanya.
Lalu pada bagian selanjutnya menjelaskan tentang syarat-syarat psikologis
guidence conselor. Seorang ulama besar bernama Ibnu Al Muqaffa menasihatkan bahwa
“mendidik orang lain dengan tingkah lakunya akan lebih berhasil daripada mendidik
dengan lisan nya”. Sementara itu, Al Qolqosyandy mengatakan “seorang pendidik
harus berakal sehat, memiliki ketajaman pemahaman, memiliki sifat perwira, bila
berbicara artinya lebih dahulu terbayang didalam kalbunya, perkataannya jelas serta
mudah dipahami dan sistematis, beradab, berlaku adil, tasammuh (luas dada), memilih
perkataan yang baik dan mulia, dan selalu menghindari perkataan yang tidak jelas”.
Tak henti sampai disitu, buku ini membahas beberapa metode bimbingan dan
penyuluhan agama yaitu :
1. Metode interview, dimana pada metode ini, harus adanya rasa saling percaya
antara pembimbing dengan terbimbing.
2. Metode kelompok, dimana pembimbing akan dapat mengembangkan sikap
sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungan nya.
3. Metode yang dipusatkan pada keadaan client, sering disebut juga metode
nondirective (tidak mengarahkan). Artinya, dalam metode ini berdasarkan
pandangan bahwa client memiliki kemampuan berkembang sendiri dan
mencari kemantapan dirinya sendiri.
4. Directive conseling, pada metode ini conselor akan langsung menanggapi
keluh kesah yang sedang dialami oleh client. Conselor akan langsung
memberikan jawaban atas problem yang sedang dialami oleh client.
5. Metode pencerahan, pada metode ini conselor akan memberikan kebebasan
pada client untuk mengexpresikan segala gangguan kejiwaan nya yang
disadari menjadi problem baginya. Kemudaian conselor akan menganalisa
fakta kejiwaan nya untuk kemudian melakukan proses penyembuhan.
6. Metode psychoanalisist
Pada pembahasan lain buku ini menjelaskan perkembangan jiwa keagamaan
anak bimbing yang perlu diperhatikan. Perkembangan keagamaan pada anak tingkat
usia Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
1. Pada usia 6 tahun, pengertian keagamaannya menjadi makin kuat, apalagi jika
praktik ibadah selalu diberikan kepadanya. Mereka akan dengan senagn hati
berdo’a, mereka akan menyesuaikan tingkah lakunya berdasarkan orang tuanya,
mereka akan senang mengunjungi tempat mengaji bersama dengan teman
sebaya nya.
2. Pada usia 7-10 tahun, mereka mulai memperoleh sikap yang lebih matang
terhadap agama. Mereka ingin lebih mengetahui tentang Tuhan dan mereka akan
sering mempertanyakan itu. Mereka mengkhayalkan bahwa ruh itu adalah hantu.
Mereka telah mengerti bahwa perbuatan baik akan mengantarkan dirinya
kedalam surga dan perbuatan buruk akan menjerumuskan nya kedalam api
neraka. Dari sinilah mereka akan berbuat baik dan taat pada orang tuanya dan
juga guru sekolah nya.
3. Pada usia 10-12 tahun, mereka telah benar-benar dapat menghayati cerita gaib.
Didalam jiwanya telah tertanam perasaan antara hubungan hal gaib dengan
kekuasaan Tuhan. Oleh karena itu, mereka akan senantiasa mengeratkan
hubungannya dengan Tuhan melalui berdo’a dan sholat.
Pada anak usia tingkat SLTP dan SLTA, mereka sedang mengalami masa
pubertas. Mereka sering mengalami guncangan batin yang terkadang mereka sendiri
tidak tahu jalan keluarnya. Maka dari itu, penting seorang conselor untuk hadir sebagai
pencerah dan pemberi jalan keluar.
Pembahasan berikutnya menjelaskan hasil penyelidikan tentang perasaan agama.
Rumke berpendapat bahwa kepercayaan anak kepada Tuhan timbul setelah ikatan anak
dan bapak terlepaskan. Waterink berpendapat bahwa anak berumur 6 tahun belum
mengetahui dosa. Baginya, Tuhan memiliki rasa kasih sayang sebagaimana rasa sayang
ibunya dan rasa kemarahan sebagaimana kemarahan ibunya. Prof. Casmir berpendapat
bahwa anak usia 14 tahun telah terbentuk kehidupan beragama. Tetapi menurut beliau,
kehidupan beragam sebenarnya tercapai saat usia 50 tahun.
Selanjutnya menjelaskan tentang penyakit jiwa, dan jenis-jenis penyakit jiwa.
Diantaranya penyakit jiwa yaitu phobia, tak dapat mengontrol diri, histeria. Penyakit ini
masuk kedalam kelompok penyakit Psychasthenia. Adapun penyakit lain nya yaitu
Neurasthenia yaitu penyakit saraf yang masih bisa disembuhkan dengan conseling
therapis. Gejala-gejalanya diantaranya insomnia (susah tidur). Menurut Jenkins,
penyakit jiwa yang lain yaitu sikap agresif dan permusuhan, sikap menjauhi
konflik,negativisme dan sikap antisosial. Jenis lain nya yang ditemukan oleh Kraeplin
yaitu Schizophrenia dan Manis-Dipressif diamana terkadang jiwanya kadang-kadang
aktif kadang-kadang pasif. Dengan memahami penyakit kejiwaan tersebut, diharapkan
para conselor dapat mengambil langkah yang tepat dalam melakukan conseling.
Pada bagian akhir buku ini menjelaskan tentang kenakalan remaja dana cara
penganggulangan nya. Dikatakan bahwa penyebab kenakalan remaja itu terbagi menjadi
2, yaitu faktor lingkungan dan faktor pribadinya sendiri. Diantara penyebab kenakalan
remaja dari faktor lingkungan yaitu : keadaan ekonomi yang rendah,
brokenhome,pengaruh tema sebaya, dll. Dan faktor penyebab kenakalan remaja
berdasarkan kepribadian nya sendiri yaitu : penyakit jiwa, dorongan nafsu berlebih,
pandangan terhadap diri senidiri negatif, dll. Adapun cara-cara mencegah kenakalan
remaja yaitu : pendidikan formal (sekolah), communitiy planning atau dapat dikatakan
merencanakan sebuah kegiatan positif unutk para remaja seperti olahraga, rekreasi, dan
lain-lain, dan mendirikan karang taruna serta pengadilan anak-anak. Ada beberapa
langkah juga yang harus diambil oleh conselor diantaranya bila terjadi kenakalan
remaja, conselor harus mendekati remaja yang bersangkutan, mengadakan kegiatan
positif yang rutin, berusaha membina hubungan baik dengan orang tua/wali murid, dan
berusaha sekuat mungkin menjauhkan anak didiknya dari segala bentuk yang
mengansung unsur negatif dan dapat merusak moral seperti film porno, narkoba,
minuman keras dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Buku ini menjelaskan tentang Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama. Pada buku ini dijelaskan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian nasihat kepada setiap orang (individu) yang dilakukan secara face to face.
Selain itu, dijelaskan pula tentang pengertian penyuluhan agama yang berarti pemberian
bantuan kepada seseorang yang sedang mengalami problem kerohanian dalam
hidupnya. Buku ini juga menjelaskan tentang dimensi penyuluhan, jenis-jenis
bimbingan dan penyuluhan, metode-metode bimbingan, penyakit jiwa dan kenakalan
remaja serta bagaimana penanggulangan kenakalan remaja dan sikap apa yang harus
dilakukan oleh conselor menghadapi kenakalan remaja.
B. Komentar
1. Kelebihan Buku
Setelah membaca buku berjudul Pokok-Pokok Pikiran tentang
Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan Di Luar sekolah, dapat diambil
kesimpulan bahwa buku ini menjelaskan banyak hal tentang bimingan dan penyuluhan,
tentang beberapa metode bimbingan yang dapat dilakukan jika kemungkinan kita
menjadi seorang conselor.

2. Kekurangan Buku
Buku ini merupakan terbitan tahun lama sehingga bahasa yang
digunakan masih mengguanakan ejaan pada zaman dahulu. Banyak sekali kalimat-
kalimat yang tidak efektif sehingga kalimat tersebut terdengar rancu. Dari segi fisik nya
pun buku ini terlihat tidakterawat dengan baik. Cover nya pun sudah sobek, dan ada
beberapa bagian dari buku yang sobek juga. Tentang penulis nya saja tidak terteta
secara detail pada buku ini. Penulis hanya menyebutkan namanya saja dan tidak ada
biografi nya.

Anda mungkin juga menyukai