1. Kedudukan Bimbingan dalam Pendidikan 2. Pengertian Bimbingan dan Konseling 3. Ragam Bimbingan Menurut Masalah 4. Tujuan Bimbingan 5. Fungsi Bimbingan 6. Prinsip-prinsip Bimbingan Fungsi Pendidikan (1) Fungsi Pengembangan Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi atau keunikan individu, baik yang terkait dengan aspek intelektual, emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Fungsi Integratif
Fungsi pokok pendidikan lainnya adalah
mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya ke dalam kehidupan para peserta didik, seperti menyangkut tata krama, solidaritas, toleransi, kooperasi, kolaborasi dan empati, sehingga mereka dapat belajar hidup bermasyarakat secara harmonis. Fungsi Pendidikan (2) Fungsi Penyesuaian Keragaman kemampuan, minat, dan tujuan peserta didik tercermin dalam perilaku atau kematangan individu. Pendidikan harus dapat memfasilitasi perkembangan karakteristik individu yang beragam tersebut. Misalnya dengan: 1. Menerapkan metode pembelajaran yang variatif,
2. Menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang
sesuai dengan minat peserta didik, 3. Menyelenggarakan kelompok-kelompok belajar sesuai dengan keunikan kemampuan masing-masing peserta didik, 4. Menyelenggarakan program pengayaan dan remedial teaching, dan 5. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk memfasilitasi semua upaya tersebut. Tiga Bidang Utama Pendidikan 1) Bidang Administratif dan Kepemimpinan Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinan (kepala sekolah dan staf administrasi lainnya), yang terkait dengan kegiatan perencanaan, organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervisi, dan evaluasi program. 2) Bidang Instruksional dan Kurikuler Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru. 3) Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling) Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangan- nya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungan- nya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor. Pengertian Bimbingan (1) Secara harfiah istilah Bimbingan "guidance" dari akar kata "guide" berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Shertzer dan Stone (1971: 40) mengartikan bimbingan sebagai "... process of helping an individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya)." Pengertian Bimbingan (2) Sunaryo Kartadinata (1998: 3) mengartikannya sebagai "proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal." Sementara Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Pengertian Bimbingan (3) a. Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. b. Bimbingan merupakan "helping," yang identik dengan "aiding, assisting, atau availing" yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk (a) menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial, dan spiritual) yang kondusif bagi perkembangan siswa, (b) memberikan dorongan dan semangat, (c) mengembangkankeberanian bertindak dan bertanggung jawab, dan (4) mengem-bangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri. Tujuan Bimbingan Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukan-lah semata-semata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik, di mana individu (1) mampu mengenal dan memahami diri; (2) berani menerirna kenyataan diri secara objektif; (3) mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan sistem nilai; dan (4) melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik, karena kemampuan yang disebutkan di atas akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada di dalam lingkungan yang terus berubah dan berkembang. Konseling Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986: 25) mengartikan konseling adalah "semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya." Suasana hubungan konseling ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kema-tangan, memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan (terapi). Ciri-ciri Konseling Profesional a. Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu. b. Dalam hubungan yang bersifat profesional
itu, klien mempelajari keterampilan
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap baru. c. Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor. Konseling di Sekolah Boy dan Pine (Depdikbud, 1983:14) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri. Persepsi dan wawasan siswa berubah, dan akibat dari wawasan baru yang diperoleh, maka timbulah pada diri siswa reorientasi positif terhadap kepribadian dan kehidupannya. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. Jika hal ini tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif dengan yang lainnya. la belajar menerima tanggung jawab, berdiri sendiri, dan memperoleh integrasi perilaku. Jenis Bimbingan (1) bimbingan akademik, (2) bimbingan sosial-pribadi, (3) bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga. Bimbingan Akademik Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecah kan masalah-masalah akademik. Yang tergolong masalah- masalah akademik yaitu: pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain. Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan. Bimbingan Sosial-Pribadi Bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan penyelesaian konflik. Bimbingan sosial-pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memper hatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu. Bimbingan sosial-pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial-pribadi yang tepat. Bimbingan Karir Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah- masalah karir yang dihadapi. Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karir individu mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya Bimbingan Keluarga Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuai-kan diri dengan norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia. Pergeseran Orientasi Bimbingan (1) Seiring dengan berkembangnya iklim kehidupan yang semakin kompleks dan sasaran bantuan yang semakin beragam, maka dewasa ini telah terjadi pergeseran orientasi bimbingan, yaitu dari yang bersifat klinis (clinical approach) menjadi perkembangan (developmental approach). Bimbingan perkembangan ini bersifat edukatif, pengembangan, dan outreach. Pergeseran Orientasi Bimbingan (2) Edukatif, karena titik berat layanan bimbingan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan. Pengembangan, karena titik sentral sasaran bimbingan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan strategi/upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach, karena target populasi layanan bimbingan tidak terbatas kepada individu bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupannya (masalah, target intervensi, setting, metode, danlama waktu layanan). Teknik bimbingan yang digunakan meliputi teknik-teknik pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling (Muro and Kottman, 1995:5). Tujuan Bimbingan Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat: 1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; 2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; 3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; 4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Syarat untuk Mencapai Tujuan Bimbingan Individu harus mendapatkan kesempatan untuk: 1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas- tugas perkembangannya, 2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, 3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, 4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, 6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan 7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial individu (1) 1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. 2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. 3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial individu (2) 4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis. 5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. 6) Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat. 7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial individu (3) 8) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. ,9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia. 10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain. 11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) (1)
1) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang
positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. 2) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat. 3) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) (2)
4) Memiliki keterampilan untuk menetapkan
tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh infor-masi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. 5) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir (1) 1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan. 2) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama. 3) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir (2) 4) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. 5) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut. 6) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut. Fungsi Bimbingan (1) Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisi-pasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Fungsi Bimbingan (2) Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata. Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. Fungsi Bimbingan (3) Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai individu. Pembimbing/konselor dapat membantu para guru/dosen dalam memperlakukan individu secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi perkuliahan, memilih metode dan proses perkuliahan, maupun mengadaptasikan bahan perkuliahan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan individu. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara
dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama. Prinsip-prinsip Bimbingan (1) a. Bimbingan diperuntukan bagi semua individu (guidance is for all individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual). b. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimal kan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok. Prinsip-prinsip Bimbingan (2) c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki per sepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang. d. Bimbingan Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan. Prinsip-prinsip Bimbingan (3) e,Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan. Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil ke- putusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasi- litasi individu untuk mernpertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. f. Bimbingan Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, danmasyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan. 18 prinsip khusus bimbingan di lingkungan sekolah (1) 1. Bimbingan ditujukan bagi semua siswa. 2. Bimbingan membantu perkembangan siswa ke arah kematangan. 3. Bimbingan merupakan proses layanan bantuan kepada siswa yang berkelanjutan dan terintegrasi. 4. Bimbingan menekankan berkembangnya potensi siswa secara maksimum. 5. Guru merupakan co-fungsionaris dalam proses bimbingan 6. Konselor merupakan co-fungsionaris utama dalam proses bimbingan. 18 prinsip khusus bimbingan di lingkungan sekolah (2) 7. Administrator merupakan co-fungsionaris yang mendukung kelancaran proses bimbingan. 8. Bimbingan bertanggung jawab untuk mengembangkan kesadaran siswa akan lingkungan (dunia di luar dirinya) dan mempelajarinya secara efektif. 9. Untuk mengimplementasikan berbagai konsep bimbingan diperlukan program bimbingan yang terorganisasi dengan melibatkan pihak administrator, guru, dan konselor. 10. Bimbingan perkembangan membantu siswa untuk mengenal, memahami, menerima, dan mengembangkan dirinya sendiri. 11. Bimbingan perkembangan berorientasi kepada tujuan.
12. Bimbingan perkembangan menekankan kepada pengambilan
keputusan. 18 prinsip khusus bimbingan di lingkungan sekolah (3) 13. Bimbingan perkembangan berorientasi masa depan. 14. Bimbingan perkembangan melakukan penilaian secara periodik terhadap perkembangan siswa sebagai seorang pribadi yang utuh. 15. Bimbingan perkembangan cenderung membantu perkembangan siswa secara langsung. 16. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada individu dalam kaitannya dengan perubahan kehidupan sosial budaya yang terjadi. 17. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada pengembangan kekuatan pribadi. 18. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada proses pemberian dorongan. Lima Prinsip Bimbingan Bimbingan, baik sebagai konsep maupun proses merupakan bagian integral program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu bimbingan dirancang untuk melayani semua siswa, bukan hanya anak yang berbakat atau yang mempunyai masalah. Program bimbingan akan berlangsung dengan efektif apabila ada upaya kerjasama antarpersonel sekolah, juga dibantu oleh perso- nel dari luar sekolah, seperti orangtua siswa atau para spesialis. Layanan bimbingan didasarkan kepada asumsi bahwa individu memiliki peluang yang lebih baik untuk berkembang melalui pemberian bantuan yang terencana. Bimbingan berasumsi bahwa individu, termasuk anak-anak memiliki hak untuk menentukan sendiri dalam melakukan pilihan. Pengalaman dalam melakukan pilihan sendiri tersebut berkontribusi kepada perkembangan rasa tanggung jawabnya. Bimbingan ditujukan kepada perkembangan pribadi setiap siswa, baik menyangkut aspek akademik, sosial, pribadi, maupun vokasional. Jenis Layanan Bimbingan (1) Pelayanan Pengumpulan Data tentang Siswa dan Lingkungannya. Pelayanan ini merupakan usaha untuk menge-tahui diri individu atau siswa seluas- luasnya, beserta latar belakang lingkungannya. Hal ini meliputi aspek-aspek fisik, akademis, kecerdasan, minat, cita-cita, sosial, ekonomi, kepribadian, dan latar belakang keluarganya (identitas orangtua, sosial ekonomi, dan pendidikan). Untuk mengumpulkan data siswa dapat digunakan teknik tes dan non-tes. Teknik tes meliputi: psiko tes dan tes prestasi belajar, sementara yang non-tes meliputi: observasi, angket, wawancara, sosiometri, dan autobiografi. Jenis Layanan Bimbingan (2) Konseling. Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau internet) dalam memperoleh (a) pemahaman dan kemampuan untuk mengem- bangkan kematangan dirinya (aspek potensi kemampuan, emosi, sosial, dan moral-spiritual), dan (b) menanggulangi masalah dan kesulitan yang dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Jenis Layanan Bimbingan (3) Penyajian Informasi dan Penempatan. Penyajian informasi dalam arti menyajikan keterangan (informasi) tentang berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu, seperti menyangkut aspek (a) karakteristik dan tugas-tugas perkembangan pribadinya, (b) sekolah-sekolah lanjutan, (c) dunia kerja, (d) kiat-kiat belajar yang efektif, (e) bahaya merokok, minuman keras, dan obat-obat terlarang, dan (f) pentingnya menyesuaikan diri dengan norma agama atau nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi masyarakat. Sementara layanan penempatan adalah layanan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakatnya. Jenis Layanan Bimbingan (4) Penilaian dan Penelitian. Layanan penilaian dilaksanakan untuk mengetahui tujuan program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan dapat dicapai. Selain itu dilakukan juga penilaian terhadap hasil pelayanan kepada individu-individu yang mendapat pelayanan, untuk kemudian dilakukan tindak lanjut (follow up) terhadap hasil yang telah dicapai oleh individu yang bersangkutan. Selain itu, hasil penilaian, baik terhadap program bimbingan atau terhadap individu, dapat dipergunakan untuk bahan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan program bimbingan dalam arti menelaah lebih jauh tentang pelaksanaannya; menelaah tentang kebutuhan bimbingan yang belum terpenuhi serta menelaah hakikat individu dan perkembangannya. Hasil penelitian semacam itu merupakan bahan yang sangat berguna untuk mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan yang akan dilaksanakan selanjutnya.