Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat.
Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat
banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki.
Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi
individu. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan
mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan
terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan  atau kematangan dalam
aspekpsikososiospiritual.

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dalam pendidikan. Hal ini
tersirat makna bahwa antara pendidikan dan BK menjadi bagian yang tak terpisahkan. Pada
umumnya dalam proses pendidikan yang baik terdapat program BK yang memberikan
layanan sesuai kebutuhan siswa. Dengan demikian hubungan antara program BK dan
pendidikan adalah saling mendukung. Dasar pertimbangan atau pemikiran
diselenggarakannya Bimbingan dan Konseling di Sekolah bukan hanya semata-mata terletak
pada ada atau tidaknya landasan hukum (perundang-undangan), namun yang lebih penting
adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar bimbingan konseling


2. Untuk mengetahui kedudukan bimbingan konseling dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui Peranan bimbingan konseling dalam pendidikan

Manfaat

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah profesi pendidikan


2. Agar bisa menjadi guru yang profesional

1
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN BIMBINGAN DANKONSELING

Bimbingan dan konseling merupakan tejemahan dari “guidance” dan


“counseling”dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata
“guide”berarti: mengarahkan  (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan
menyetir (tosteer).  Secara termilogis “guidance” biasanya disamaartikan dengan“guiding” ,
kemudianmemiliki konotasimakna “showing a way” (menunjukkanjalan),
“leading” (memimpin),“conducting” (menuntun),  “giving instructions”
(memberikanpetunjuk),“regulating” (mengatur), “governing”(mengarahkan) dan “giving
advice” (memberikannasehat). Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para
ahli,di antaranya sebagai berikut:
Djumhur  dan  Moh.  Surya (1975) mengatakan  bahwa  bimbingan  adalah  suatu
proses  pemberian  bantuan  yang  terus  menerus dan  sistematis  kepada  individu  dalam
memecahkan  masalah  yang  dihadapinya,  agar tercapai  kemampuan  untuk  dapat 
memahami dirinya,  kemampuan  untuk  menerima  dirinya, kemampuan  untuk 
mengarahkan  dirinya,  dan kemampuan  untuk  merealisasikan  dirinya  sesuai
dengan  potensi  atau  kemampuannya  dalam  mencapai penyesuaian  diri  dengan 
lingkungan,  baik keluarga,  sekolah  dan  masyarakat.
Shertzer  dan  Stone (1971)  mengartikanbimbingan  sebagai  proses  pemberian 
bantuankepada  individu  agar  mampu  memahami  diridan  lingkungan.
Sunaryo  Kartadinata (1998)  mengatakan  bahwabimbingan  adalah  proses 
membantu  individu  untukmencapai  perkembangan  optimal.
Rochman  Natawidjaja (1978) berpendapat  bahwa  bimbingan  adalah  Suatu
proses  pemberian  bantuan  kepada  individu yang  dilakukan  secara  berkesinambungan, 
supaya individu  tersebut  dapat  memahami  dirinya, sehingga  ia  sanggup  mengarahkan 
dirinya  dan dapat  bertindak  secara  wajar,  sesuai  dengan
tuntutan  dan  keadaan  lingkungan  sekolah, keluarga,  masyarakat,  dan  kehidupan  pada 
umumnya.
Dari banyak pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah
suatu proses memberikan bantuan kepada individu secara terus menerus dan

2
sistematis untuk mengarahkan individu agar dapat mencapai perkembangan yang
optimal.
Dan dari berbagai definisi bimbingan dapat diangkat makna sebagai berikut:

1. Bimbingan merupakan suatu proses,yaitu berkesinambungan, bukan kegiatan yang


instan, seketika atau kebetulan.Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan
yang sistematis dan berencanayang terarah kepada pencapaian tujuan.

2. Bimbingan merupakan “helping”, yang identik dengan “aiding”, “assisting”,


atau“availing”,yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam
bimbingan
menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau
mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri peran guru
disini hanya sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga
dimaknai sebagai upaya untuk :

a. Menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial dan spiritual) yang kondusif


bagi perkembangan siswa

b. Memberikan dorongan dan semangat

c. Mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab

d. Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya


sendiri.
Dalam bimbingan, tidak ada teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi
setiap individu. Teknik bantuan seyogianya disesuaikan dengan pengalaman,
kebutuhan, dan masalah individu. Untuk membimbinng individu diperlukan
pemahaman yang komperhensif tentang karakteristik, kebutuhan atau masalah
individu.

3. Tujuan bimbingan adalah perkembanganoptimal, yaitu perkembangan yang sesuai


dengan potensi dan sistem nilaitentang kehidupan yang baik dan benar.
Perkembangan optimal merupakan suatukondisi dinamik, dimana individu:

a. Mampu mengenal dan memahami diri

3
b. Berani menerima kenyataan diri secara objektif

c. Mengarahkan diri sesuai kemampuan, kesempatan dan sistem nilai

d. Melakukan pilihan dan mengambil keputusan atau tanggung jawab sendiri.


 
Di atas telah dikemukakan makna bimbingan.Istilah bimbingan seringdirangkai dengan
konseling. Berikut ini definisi konseling menurut para ahli:
Menurut  Cavanagh (1974)  bahwa  koseling  adalahhubungan  antara  seorang 
penolong  yangterlatih  dan  seseorang  yang  mencaripertolongan,  dimana  keterampilan 
sipenolong  dansituasi  yang  diciptakan  olehnya  menolongorang  untuk belajar
berhubungan  dengan  dirinyasendiri  dan  orang  lain  dengan
terobosan-terobosan  yang  semakin  bertumbuh.
Mc.  Daniel (1956)  mengartikan  konselingmerupakan  suatu  pertemuan  langsung 
denganindividu  yang  ditujukan  pada  pemberian  bantuankepadanya  untuk  dapat 
menyesuaikan  dirinyasecara  lebih  efektif  dengan  dirinya  sendiridan  lingkungan.
Berdnard  dan  Fullmer (1969)  berpendapat  bahwakonseling  yaitu  meliputi 
pemahaman  danhubungan  individu  untuk  mengungkapkankebutuhan-kebutuhan, 
motivasi,  dan  potensi-potensiyang  unik  dari  individu  dan  membantuindividu  yang 
bersangkutan  untuk  mengapresiasikanketiga  hal  tersebut.
Robinson (M. Surya dan Rochman N.,1986:25) mengartikan konseling adalah “semua
bentuk hubungan dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri  dan lingkungannya.”
Lebih jauh, Pietrofesa dan kawan-kawan (1980:75) menunjukan sejumlah
ciri-ciri konseling profesional sebagai berikut:

a. Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh seorang


konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu.

b. Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari


keterampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah serta tingkah lau
atausikap-sikap baru.

c. Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan


konselor.

4
Osipow, Walsh dan Tosi (1980) mengelompokkan konseling berdasarkan
penekanan masalah yang dipecahkanny, yaitu: penyesuaianpribadi, pendidikan, dan karir.
Shertzer dan Stone (1980) mengelompokkankonseling didasarkan pada ranah perilaku yang
merupakan kepeduliannya, yaituyang berorientasi pada ranah kognitif dan ranah afektif.
Patterson (1966)secara lebih rinci mengelompokkan pendekatan konseling
menjadilimakelompok,yaitu: pendekatan rasional, teoribelajar, psikoanalitik, perseptual-
fenomenologis dan eksistensial.
Dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan hubungan tatap muka atau
pertemuan secara langsung antara konselor dan klien yang bersifat rahasia
dengan tujuan membimbing klien agar berkembang secara optimal dan solusinya
ditentukan sendiri oleh klien.
Ciri-ciri pokok konseling yaitu sebagai berikut :

1. Konseling dilakukan oleh seorang konselor yang mempunyai kemampuan


secara profesional dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan
dengankeputusan-keputusan pribadi, sosial, karier, dan pendidikan serta
memahami
proses-proses psikis maupun dinamika perilaku pada diri klien.

2. Konseling melibatkaninteraksi dan komunikasi antara dua orang yaitu


konselor dan klien baik secaralangsung (bahasa verbal) maupun secara tidak
langsung (non verbal).

3. Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan tingkah


laku pada diri klien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh
klien. Konselor berupaya memfasilitasi dan memberikan dukungan, bersama
kliemembuat alternatif-alternatif pemecahan masalah demi perubahan kearah
lebihbaik dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam konseling.

4. Konseling merupakan proses yang dinamis, dimana individu (klien)


dibantu untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya dalam
mengatasimasalah-masalah yang sedang dihadapi.

5
5. Konseling merupakan suatu proses belajar terutama bagi klien untuk
mengembangkan perilaku baru dan membuat pilihan, keputusan sendiri
(autonomous) kearah perubahan yang dikehendakinya.

6. Adanya suatu hubungan yang saling menghargai dan menghormati


sehingga timbul saling kepercayaan, dengan kata lain konselor menjamin
kerahasiaan klien.
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu.
Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk mebantu orang lain agar ia mampu
tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya.
Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan klien.
Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal.Terjadi dalam bentuk
wawancara secara tatap muka antara konselor dan klien. Hubungan itu, melainkan
melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi: pikiran, perasaan,
pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain. Dalam proses kedua
belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkankarena
konseling itu dilakukan secara pribadi dan hendaknya dalam suasana
rahasia.
Mencapai keefektifan pribadi.Sehubungan dengan ini Blocher mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan pribadi yang efektif adalah pribadi yang sanggup
memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya serta bersedia memikul resiko-resiko
ekonomis, psikologis dan fisik. Ia tampak memiliki kemampuan untuk mengenal,
mendefinisikan dan memecahkan masalah-masalah. Ia tampak konsisten terhadap dan
dalam situasi peranannya yang khas. Ia tampak sanggup berpikir secara berbeda
dan orisinil, yaitu dengan cara-cara yang kreatif. Ia juga sanggup mengontrol
dorongan-dorongan dan memberikan respons-respons yang wajar terhadap frustrasi,
permusuhan, dan ambiguitas.

PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN

Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang seutuhnya. Bimbingan dan


konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah
6
dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan
dirinya secara penuh. 

Kehadiran koselor sekolah membantu guru dalam memperluas pandangan guru


tentang masalah afektif yang erat kaitannya dengan profesi guru, seperti keadaan emosional
yang mempengaruhi proses belajar-mengajar, mengembangkan sikap positif dan menangani
masalah yang ditemui guru dalam pelaksanaan tugasnya. 

Tujuan Bimbingan dalam pendidikan yaitu: 

1. Mengatasi kesulitan belajar, 

2. Mengatasi kebiasaan yang tidak baik pada saat kegiatan belajar

3. Hal yang berkaitan dengan kelanjutan pendidikan,

4. Kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan pekerjaan dan

5. Mengatasi kesulitan masalah sosial-emosional yang berkaitan dengan pendidikan. 

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN

1. Bimbingan belajar

Bimbingan belajar bertujuan mengatasi masalah kegiatan belajar di dalam


pendidikan ; meliputi bimbingan cara belajar (kelompok atau individual), merencanakan
waktu dan kegiatan belajar, kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, dan hal yang berkaitan
dengan cara, proses, prosedur dalam belajar.

2. Bimbingan sosial

Tujuan bimbingan sosial yang agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan kelompok, sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut
Abu Ahmadi bimbingan sosial dimaksudkan untuk memperoleh kelompok belajar dan
bermain, persahabatan dan kelompok sosial yang sesuai dan yang akan membantu dalam
menyelesaikan masalah tertentu.

7
3. Bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi

Beberapa masalah pribadi menimbulkan konflik, misalnya antara intelektual dan


emosi, bakat dan aspirasi lingkungan, antar kehendak, antar situasi. 
Menurut Downing, layanan bimbingan pribadi bermanfaat terutama dalam membantu
menciptakan hubungan sosial yang menyenangkan, menstimulasi siswa meningkatkan
partisipasi, mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meninggalkan motivasi
belajar dan menstimulasi tumbuhnya minat bakatnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak
pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah
siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki.

Bimbingan dan konseling merupakan tejemahan dari “guidance” dan “counseling”dalam


bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide”berarti:
mengarahkan  (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (tosteer).

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN

1. Bimbingan belajar
2. Bimbingan sosial

3. Bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi

Saran

8
1. Setelah membaca makalah ini diharapkan guru atau calon guru mampu menerapkan
bimbingan konseling di PBM.

2. Guru atau calon guru mampu menjalankan tugas dengan profesional.

9
Daftar pustaka

Kadir Abdul. Fauzi Ahmad. Yulianto Endri. Baehaqi. Kurnianto Rido. Rosmiati. Nu’man
Ahmad. 2012, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Grup

Wau Yasaratodo. 2017, Profesi Kependidikan. Bandung: Unimed Press.

10

Anda mungkin juga menyukai