Anda di halaman 1dari 8

Bab II

Konsep Dasar Bimbingan


dan Konseling

A. Capaian Pembelajaran

Capaian pembelajaran pada masing-masing materi perkuliahan


terdiri atas Kemampuan Akhir yang Diharapkan dan Kriteria (Indikator)
Penilaian. Kemampuan Akhir yang Diharapkan pada materi perkuliahan
yang kedua ini adalah mahasiswa dapat Memahami Konsep Dasar
Bimbingan dan Konseling. Kriteria (Indikator) Penilaian pada materi
perkuliahan yang kedua ini adalah mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian, ruang lingkup, fungsi dan prinsip bimbingan dan konseling.

B. Strategi / Metode Pembelajaran

Pelaksanaan perkuliahan menggunakan strategi / metode


pembelajaran yang disesuaikan dengan isi atau konten materi perkuliahan.
Strategi / Metode Pembelajaran yang digunakan pada materi perkuliahan
yang pertama ini antara lain kuliah mandiri, penugasan, sharing, diskusi
dan tanya jawab.

C. Materi Kuliah/Pembelajaran

Bimbingan dan Konseling merupakan suatu proses pemberian


bantuan secara ilmiah dan kontinyu; secara langsung dan/atau tidak

9
langsung oleh konselor kepada konseli, dengan kemampuannya sendiri
(potensi) dapat mencapai “kemandirian” dalam kehidupan, tugas
perkembangan secara optimal, mengentaskan masalah yang dihadapi,
mencapai kesejahteraan kebermaknaan dan kebahagiaan dalam hidup,
selamat dalam hidup dunia dan akhirat.

Kemandirian merupakan sebuah proses perkembangan, terbentuk


melalui proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Sebagai
upaya pedagogis, bimbingan dan konseling bertugas mengembangkan atau
menyiapkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan
kemandirian individu dalam hubungannya dengan kehidupan orang lain
dan dunianya. Esensi tujuan bimbingan dan konseling adalah
memandirikan individu; kemandirian (autonomy) adalah tujuan bimbingan
dan konseling.

Kajian tentang kemandirian tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan


tentang hakikat manusia, karena perkembangan kemandirian adalah
perkembangan hakikat eksistensial manusia. Pandangan yang berpusat
pada masyarakat tentang kemandirian lebih menekankan bahwa
lingkungan itu mempunyai kekuatan yang “super” terhadap kehidupan
manusia. Seolah-olah manusia tidak bisa “berbuat” terhadap dunianya;
padahal manusia adalah mahluk yang tidak semata—mata dipengaruhi
lingkungan melainkan dia mempengaruhi, mengubah, bahkan menciptakan
lingkungan; manusia adalah mahluk yang memiliki keragaman di dalam
kesamaan.

Kemandirian yang sehat akan tumbuh melalui interaksi yang sehat


antara individu yang sedang berkembang dengan lingkungan dan budaya
yang sehat pula. Di sinilah letak esensi upaya pedagogis dalam proses
bimbingan dan konseling. Dalam konteks pengembangan kemandirian,
tujuan bimbingan dan konseling tidak sebatas sebagai proses pemecahan
masalah yang hanya bersifat kekinian, melainkan terarah kepada
penyiapan individu untuk dapat menghadapi persoalan-persoalan masa
depan dan menjalani kehidupan sebagai anggota masyarakat maupun
sebagai mahluk Allah s.w.t. Bimbingan dan konseling bertugas

10 | Bimbingan dan Konseling


memfasilitasi individu menguasai “perilaku jangka panjang" yang
diperlukan di dalam kehidupannya, dalam mengambil keputusan sosial-
pribadi, pendidikan, dan karir.

Secara terpisah, Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sesuai


dengan karakteristiknya masing-masing. Bimbingan adalah proses bantuan
kepada individu secara berkesinambungan dalam semua fase
perkembangannya (anak, remaja, dewasa dan lansia), agar dapat
mengaktualisasikan potensi dirinya (intelektual, emosional, sosial dan
moral-spiritual) secara optimal, sehingga menjadi seorang pribadi yang
produktif dan kontributif, atau bermakna dalam kehidupannya, baik secara
personal maupun sosial. Konseling adalah proses bantuan dari konselor
kepada konseli, baik melalui tatap muka maupun media (cetak maupun
elektronik), agar konseli dapat mengatasi masalahnya, sehingga
berkembang menjadi seorang pribadi yang bermakna (bermanfaat), baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain, dalam rangka mencapai
kebahagiaan bersama, baik di dunia maupun akhirat.

Beberapa di antara unsur pokok dalam layanan Bimbingan dan


Konseling adalah: layanan yang diberikan merupakan suatu proses;
layanan merupakan proses pemberian bantuan; bantuan diberikan kepada
individu baik perorangan maupun kelompok; pemecahan masalah (solusi)
dalam layanan dilakukan oleh dan atas kekuatan konseli sendiri; layanan
tidak hanya diberikan untuk kelompok umur tertentu saja; layanan
diberikan oleh orang-orang yang ahli yaitu orang-orang yang memiliki
kepribadian terpilih dan telah memperoleh pendidikan serta latihan yang
memadai dalam bidang bimbingan dan konseling; konselor tidak
selayaknya memaksakan keinginan-keinginannya kepada konseli, karena
konseli mempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan arah dan jalan
hidupnya sendiri, sepanjang konseli tidak mencampuri hak-hak oran lain.

Selain unsur pokok tersebut di atas, terdapat 4 hal penting terkait


bimbingan dan konseling sebagai upaya pendidikan. Pertama, mencakup
perbuatan yang memanfaatkan psikologi-sosiologi. Kedua, mengarah pada
maksud dan tujuan yang berbobot normatif etis untuk mencapai takwa.

Bimbingan dan Konseling | 11


Ketiga, diwujudkan oleh pembimbing (konselor atau guru BK) yang pada
dasarnya adalah manusia mantap dan matang selaku hamba Allah.
Keempat, dilakukan untuk menuntun terbimbing (konseli atau peserta
didik) ke arah kehidupan yang diridhai Allah s.w.t.

Perkembangan bimbingan dan konseling saat ini lebih komprehensif


karena terjadi perubahan paradigma dalam praktiknya. Paradigma
pendekatan bimbingan dan konseling berubah dari pendekatan yang
beroirentasi konvensional, remedial, klinis dan terpusat kepada konselor,
menjadi pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif.
Dalam konteks keilmuan, bimbingan dan konseling ada dalam wilayah ilmu
normatif dengan fokus kajian materialnya adalah proses bagaimana
memfasilitasi dan membawa manusia berkembang dari kondisi apa adanya
(what it is) kepada bagaimana seharusnya (what should be). Layanan
bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis, yang memanfaatkan
pengetahuan dan teknik-teknik psikologis dalam memfasilitasi
perkembangan individu.

Konteks tugas Bimbingan dan Konseling adalah kawasan layanan


bantuan yang bertujuan memandirikan individu normal dan sehat dalam
menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang
pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih,
meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang
produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang
peduli kemaslahatan umum (the common good) melalui pendidikan. Karena
sifat normatif pedagogis ini, fokus orientasi bimbingan dan konseling
adalah pengembangan perilaku yang harus dikuasai oleh individu untuk
jangka panjang; menyangkut ragam proses perilaku yang mencakup
pendidikan, karir, pribadi, keluarga, dan proses pengambilan keputusan.
Dalam upaya memfasilitasi perkembangan individu, konselor hendaknya
memiliki kemampuan untuk memahami gambaran perilaku individu masa
depan dan konselor harus mampu "datang lebih awal" memasuki dunia
individu masa depan dimaksud. Ini menyiratkan konselor perlu memiliki
falsafah hidup dan kepribadian yang matang, memahami tujuan universal

12 | Bimbingan dan Konseling


bimbingan dan konseling, sebagai landasan di dalam upaya memfasilitasi
perkembangan konseli.

Esensi bimbingan dan konseling terletak pada proses memfasilitasi


perkembangan individu di dalam lingkungannya. Perkembangan terjadi
melalui interkasi secara sehat antara individu dengan lingkungan, dan oleh
karena itu upaya bimbingan dan konseling tertuju kepada upaya
membangun lingkungan perkembangan manusia (ecology of human
development) yang sehat. Kajian bimbingan dan konseling terfokus pada
pengembangan (perilaku) individu untuk mewujudkan keberfungsian diri
dalam lingkungan, membantu individu berkembang secara efektif. Proses
bimbingan dan konseling merupakan sebuah perjumpaan pedagogis yang
di dalamnya akan memperhadapkan konselor kepada persoalan nilai-nilai
yang dianut individu (konseli) dan pengaruh konselor yang mungkin
terjadi terhadap perkembangan nilai individu. Pertanyaan filosofis
mendasar dalam bimbingan dan konseling terkait dengan peran ganda
konselor, yakni sebagai fasilitator pilihan dalam kebebasan individu di satu
sisi dan pengembangan perilaku individu di sisi lain yang bisa saja
memerlukan pengaruh konselor. Adalah satu keharusan bagi konselor
untuk membangun filsafat pribadi (personal philosophy) yang menjadi
landasan untuk membangun world view dan kerangka kerja layanan
professional yang diembannya.

Ruang lingkup atau Kerangka kerja bimbingan dan konseling


merefleksikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Sebagaimana
ditegaskan sebelumnya bahwa konteks tugas Bimbingan dan Konseling
adalah kawasan layanan bantuan yang bertujuan memandirikan individu
normal dan sehat dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui
pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan
keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi
warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum (the common good)
melalui pendidikan . Sedangkan ekspektasi kinerja merupakan kerangka
berpikir dan bertindak dalam bingkai filosofik yang khas yang dibangunnya

Bimbingan dan Konseling | 13


sendiri dengan mengintegrasikan apa yang diketahui dari hasil penelitian
dan pendapat ahli yang akan membentuk wawasan atau worldview yang
selalu mewarnai cara seorang konselor melihat dirinya, melihat tugasnya,
melihat konseli dengan kata lain melihat dunianya yang selalu digerakkan
oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang
empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan
pengguna layanannya, yang dilakukan dengan selalu mencermati
kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak layanannya itu terhadap
pengguna layanan, sehingga pengampu layanan ahli itu juga dinamakan
“the safety practitioner”.

Berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling Islam, dapat


terlaksana apabila konselor menginternalisasikan nilai-nilai Islam ke dalam
proses layanan bimbingan dan konseling, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Internalisasi nilai-nilai Islam tersebut dapat berdasarkan
pada al-Qur’an dan Hadits serta nilai-nilai spiritualitas dan religiusitas yang
dicontohkan oleh para ulama terdahulu melalui kehidupannya sehari-hari
sebagaimana dikaji dalam bidang ilmu tasawuf.

Terdapat 4 (empat) fungsi utama dalam layanan bimbingan dan


konseling. Keempat fungsi tersebut adalah Fungsi Development (di mana
layanan difokuskan pada layanan Pengembangan), Fungsi Preventif (di
mana layanan difokuskan pada layanan Pencegahan), Fungsi Kuratif (di
mana layanan difokuskan pada layanan Pengobatan), dan Fungsi
Preservatif (layanan difokuskan pada layanan Pemeliharaan). Keempat
fungsi tersebut dapat berjalan secara bersamaan atau terpisah pada setiap
layanan yang diberikan.

Beberapa di antara prinsip dari layanan bimbingan dan konseling


antara lain: konseli merupakan individu yang unik; bantuan layanan yang
diberikan berorientasi pada kebutuhan pengembangan potensi; bantuan
pengembangan potensi terfokus pada perolehan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai secara berkesinambungan; tugas konselor
terorganisir sebagai suatu program kegiatan; adanya pendekatan
sistematis dalam pelaksanaan layanan dan dilakukan secara profesional;

14 | Bimbingan dan Konseling


berkolaborasi dan bekerjasama dengan pihak terkait, seperti misalkan
orang tua, teman sejawat, pimpinan atau bahkan mayarakat dalam
pengembangan program layanan; dan program layanan dirancang dan
disusun sesuai kebutuhan konseli.

Terdapat beberapa asas dalam layanan bimbingan dan konseling. Di


antaranya adalah sebagai berikut.

1. Asas Kerahasiaan. Segala hal yang dibahas antara konselor dengan


konseli harus dijaga sebagai suatu kerahasiaan yang tidak akan
diketahui oleh orang lain.

2. Asas Kesukarelaan. Tidak adanya paksaan baik dari konselor


maupun konseli dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling.

3. Asas Keterbukaan. Terciptanya kepercayaan yang tinggi di antara


konselor dengan konseli, sehingga di antara keduanya tercipta
nuansa saling memberi dan saling menerima.

4. Asas Kegiatan. Layanan yang diberikan tidak akan pernah berhasil,


apabila konseli tidak melakukan kegiatan (aktivitas psikoterapi)
yang diberikan oleh konselor, secara aktif.

5. Asas Kemandirian. Hasil akhir dari layanan yang diberikan adalah


konseli mampu mengenal dan menerima diri sendiri serta
lingkungan, mengambil keputusan secara mandiri, mengarahkan diri,
dan mewujudkan diri secara optimal sesuai potensinya.

6. Asas Kekinian. Problematika yang harus dituntaskan adalah


problema saat ini, bukan masa lalu atau masa yang akan datang, serta
tidak adanya penundaan pemberian layanan.

7. Asas Kedinamisan. Adanya perubahan yang baik dan dinamis pada


diri konseli selama dan setelah layanan diberikan.

8. Asas Keterpaduan. Adanya keterpaduan dalam kepribadian konseli,


serta keterpaduan antara isi dengan proses layanan yang diberikan.

Bimbingan dan Konseling | 15


9. Asas Kenormatifan. Arah layanan yang diberikan disesuaikan dengan
norma-norma yang berlaku, seperti norma agama, adat, hukum, dan
lain sebagainya.

10. Asas Keahlian. Adanya sistematisasi layanan yang dibeirkan sesuai


prosedur, tahapan, strategi, teknik, instrumen secara profesional.

11. Asas Alih Tangan Kasus. Apabila konselor sudah memberikan


layanan sesuai prosedur dan kode etik namun belum berhasil, maka
harus melakukan alih tangan kepada pihak yang lebih ahli.

D. Evaluasi Pembelajaran

Berdasarkan materi perkuliahan yang telah disampaikan, berikut


beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai evaluasi pembelajaran:

1. Lakukan kajian lebih lanjut terkait materi kuliah yang telah


disampaikan melalui sumber-sumber referensi lainnya baik berupa
buku, artikel ilmiah maupun hasil-hasil penelitian yang relevan.

2. Kemas hasil kajian tersebut dengan menyusun beberapa item evaluasi


yang terdiri atas:

a. Kesimpulan, yang merupakan Simpulkan Materi Kuliah yang telah


dipelajari. Perkuat dengan pendapat Anda pribadi tentang materi
kuliah tersebut.

b. Pertanyaan, yang merupakan pertanyaan berkaitan dengan


materi kuliah yang telah dipelajari.

c. Jawaban, yang merupakan jawaban secara cermat atas pertanyaan


yang telah dibuat sebelumnya. Perkuat jawaban Anda dengan
rujukan artikel ilmiah yang telah diterbitkan pada jurnal ilmiah,
minimal 3 artikel ilmiah.

16 | Bimbingan dan Konseling

Anda mungkin juga menyukai