Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Konsep Dasar Bimbingan Dan konseling


Perkembangan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Dan Konseling


Perkembangan dengan Dosen Pengampu

Devy Sekar Ayu Ningrum, M,Psi., PSIKOLOG

Disusun Oleh :
Aldy Henderia Hasruli (23010011)
Siti Rohmah (23010073)
Andreyansyah (23010065)
Heryan Nuraziz (23010081)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(IKIP) SILIWANGI CIMAHI
2023

BAB I
PENDAHULUAN
Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia
yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu salah
satunya didukung oleh pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong
diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-
citanya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting
dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Sekolah merupakan suatu sistim yang komponen-komponen
didalamnya terintegrasi dengan baik. Bimbingan dan konseling adalah salah
satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi komponen sekolah yang lain.
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara individu maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar dan perencanaan karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pengertian bimbingan secara etimologis merupakan terjemahan dari kata
“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menujukan,
membimbing, menuntut, ataupun membantu.” Secara umum bimbingan dapat
diartikan sebagai suatu batuan atau tuntunan.[1]
Menurut Lefever, bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur
dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam
menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya Ia dapat
memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi masyarakat.[2]
Adapun konseling berasal dari istilah Inggris “Counseling” yang kemudian di
Indonesia menjadi “konseling”. Konseling adalah suatu proses yang
berorientasikan belajar, dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial, dimana
konselor berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai atau cocok dengan
kebutuhan klien tersebut agar individu dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya
sendiri.[3]
Dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok. Bertujuan agar
mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial,
belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdaarkan norma-norma yang berlaku.
1. Bimbingan dan konseling perkembangan merupakan suatu pendekatan di
dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Myrick (Muro
& Kottman, 1995: 49) menyatakan bahwa bimbingan dan konseling
perkembangan didasarkan pada premis bahwa individu berkembang secara
berurutan dan positif terhadap peningkatan diri. Individu memiliki kekuatan
tersendiri untuk percaya bahwa setiap individu itu unik. Oleh karena itu,
bimbingan dan konseling perkembangan memberikan bantuan yang
dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-
isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan
bagian terpenting dan integral dari keseluruhan program pendidikan.
2. Bimbingan dan konseling perkembangan diperlukan karena manusia dari
waktu ke waktu terus berkembang, begitu pula dalam bimbingan dan
konseling, harus terus berkembang baik dalam programnya maupun dalam
layanannya. Adapaun perbedaan karakteristik bimbingan dan konseling
tradisional dengan bimbingan dan konseling perkembangan ialah sebagai
berikut :

B. Bimbingan konseling Tradisional


Menurut bimbingan dan konseling menurut Tohirin, yaitu memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap diri siswa, mengarahkan sesuai dengan
potensi yang dimiliki, sehingga dapat memecahkan masalah serta dapat
menyesuaikan diri secara efektif. Adapun menurut Hallen adalah:
Bimbingan konseling tradisional merujuk pada pendekatan konseling yang
berakar pada nilai-nilai dan praktik-tradisional dalam suatu budaya atau masyarakat
tertentu. Ini mungkin melibatkan metode-metode yang telah diturunkan dari
generasi ke generasi atau praktik-praktik yang memiliki akar dalam kepercayaan
lokal dan norma-norma budaya. Pendekatan ini dapat berbeda-beda di berbagai
komunitas.
Bersifat Reaktif
Pendekatan krisis (Remediatif)
Hanya melakukan konseling individual
Hanya melayani siswa yang bermasalah
Menekankan pada layanan informasi
Programnya tidak terstruktur
Hanya dilakukan oleh konselor sendiri.

1. Menemukan pribadi siswa agar ia mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya


sendiri.
2. Mengenal lingkungan secara objektif, baik sosial maupun ekonomi.
3. Merencanakan masa depan agar siswa dapat mengambil keputusan dan
pertimbangan yang tepat.[7]
Adapun menurut, H. Prayitno, tujuan umum bimbingan dan konseling adalah
untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada
serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus
bimbingan dan konseling di sekolah merupakan penjabaran tujuan umum tersebut
dikaitkan dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan
sesuai dengan kompleksitas permasalahan itu.[8]
Dengan demikian, bimbingan dan konseling bertujuan agar siswa dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan secara maksimal.
3. Menyesuaikan diri dan mengatasi hambatan dan kesulitan dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kerjanya.[9]
D. Bimbingan dan Konseling Perkembangan
Bimbingan dan konseling perkembangan adalah suatu proses pendampingan yang
bertujuan untuk membantu individu dalam mengelola dan mengembangkan potensi
serta kemampuan mereka sepanjang berbagai tahap perkembangan kehidupan. Ini
melibatkan pembimbingan untuk mencapai pertumbuhan pribadi, sosial, dan
emosional yang optimal, dengan memperhatikan tahapan perkembangan yang
berbeda-beda, seperti masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Pendekatan
ini fokus pada dukungan untuk mencapai keseimbangan dan kematangan dalam
berbagai aspek kehidupan.
Terprogram
Pendekatannya preventif dan remediatif
Melaksanakan bimbingan dan konseling
Melayani semua siswa (for all)
Menekankan kepada program pengembangan
Programnya terstruktur
Dilakukan ole konselor bersama personal lainnya secara team work

1. Fungsi Pencegahan (Prefentif)


Sebagai pencegahan, merupakan usaha pencegahan terhdap timbulnya
masalah. Dalam fungsi ini, layanan yang diberikan merupakan batuan bagi para
siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Kegiatannya dapat berupa program orientasi, program
bimbingan karir, inventarisasi data dan sebagainya.
2. Fungsi Pemahaman
Yaitu fungsi yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-
pihak tertentu, sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. Pemahaman ini
mencakup beberapa hal, yaitu:
a. Pemahaman tentang diri siswa, terutam oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan
guru pembimbing.
b. Pemahaman tentang lingkungan siswa terutama oleh siswa sendiri orang tua, guru,
dan guru pembimbing.
c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas terutama oleh siswa.[10]
3. Fungsi Fasilitasi
Fungsi ini memberikan kemudahan kepada konseling dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseling.
4. Fungsi Penyesuaian
Fungsi ini diperuntukan bagi peserta didik guna membantu mereka melakukan
penyesuaian diri secara dinamis dan konstruktif, baik dengan diri dan
lingkungannya. Kegiatan ini tercakup pada program pelayanan dasar dengan
sasaran semua peserta didik. Oleh sebab itu, penunaian fungsi ini merupakan upaya
bantuan agar para peserta didik mampu mengembangkan keterampilan untuk
mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat perilaku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya.
5. Fungsi Penyaluran
Fungsi ini bertujuan membantu peserta didik memilih kegiatan ekstra
kurikuler, jurusan atau program studi dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri kepribadian lainnya
berdasarkan pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya.
6. Fungsi Adaptasi
Fungsi ini digunakan untuk membantu para pelaksana pendidikan, untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai peserta didik, pembimbing atau konselor dapat membantu para
guru dalam memperlakukan peserta didik secara tepat.
7. Fungsi Perbaikan
Fungsi ini digunakan sebagai upaya bantuan kepada peserta didik agar dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak. Dalam hal ini,
kegitan konselor adalah menginterpensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseling supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional, dan memilki perasaan
yang tepat sehingga dapat bertidak secara normatif dan produktif.
8. Fungsi Penyembuhan
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian batuan kepada peserat didik
yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial
teaching.
9. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi ini digunakan untuk membantu peserta didik agar dapat menjaga diri
dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
10. Fungsi Pengembangan
Fungsi ini sifatnya lebih proaktif dari fingsi-fungsi lainnya. Konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan peserta didik. Konselor dan personel sekolah lainnya
secara sinergi sebagai team work berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan
dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan
dalam upaya membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelaksanaan informasi,
tutorial, diskusi keompok atau surat pendapat (brain storming), homeroom, dan
karaya wisata.[11]

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok. Bertujuan agar mandiri dan bisa berkembang
secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang
berlaku.
Tujuan bimbingan dan konsleing Tradisional dan Perkembangan serta menurut
Hallen adalah:
1. Menemukan pribadi siswa agar ia mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya
sendiri.
2. Mengenal lingkungan secara objektif, baik sosial maupun ekonomi.
3. Merencanakan masa depan agar siswa dapat mengambil keputusan dan
pertimbangan yang tepat.
Sementara fungsi bimbingan dan konseling antara lain:
1. Fungsi Pencegahan (Prefentif)
2. Fungsi Pemahaman
3. Fungsi Fasilitasi
4. Fungsi Penyesuaian
5. Fungsi Penyaluran
6. Fungsi Adaptasi
7. Fungsi Perbaikan
8. Fungsi Penyembuhan
9. Fungsi Pemeliharaan
10. Fungsi Pengembangan

Menurut Uman Suherman (2007:24-25) bimbingan dan konseling perkembangan


diartikan sebagai sebuah program yang mengandung prinsip-prinsip sebagai
berikut
1. Bimbingan dan konseling dibutuhkan oleh semua peserta didik
2. Bimbingan dan konseling mempunyai fokus pada kegiatan belajar peserta
didik
3. Dalam program bimbingan dan konseling perkembangan, konselor dan
guru merupakan fungsionaris yang bekerja sama
4. Kurikulum yang terorganisir dan terencana merupakan bagian vital dari
bimbingan perkembangan
5. Bimbingan dan konseling perkembangan peduli kepada penerimaan diri,
pemahaman diri, dan peningkatan diri
6. Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan pada proses
mendorong perkembangan peserta didik
7. Bimbingan dan konseling perkembangan lebih berorientasi kepada
perkembangan yang terarah daripada tujuan yang definitif
8. Bimbingan dan konseling perkembangan berorientasi tim.
9. Bimbingan dan konseling perkembangan peduli pada kebutuhan khusus
peserta didik
10.Bimbingan dan konseling perkembangan berkenaan dengan psikologi
terapan
11.Bimbingan dan konseling perkembangan memiliki dasar-dasar di dalam
psikologi anak, perkembangan anak, dan teori belajar
12.Bimbingan dan konseling perkembangan bersifat fleksibel dan
sekuensial
B. Saran
Dengan adanya bimbingan dan konseling, diharapkan semua mahasiswa untuk
selalu menggunakannya secara baik agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Selain itu penulis beharap semoga makalah yang kami buat ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Hallen A. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.


Prayitno. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Idris, Sabil Risaldi dan Meyti H. 2014. Implemetasi Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Anak Usia Dinii. Jakarta: PT Luxima Metro Media.
Kamaluddin. 2011. “ Bimbingan dan Konseling Sekolah “ dalam Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 4, Juli 2011 Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka.
Hamdani. 2012. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2011. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama.
Azzet, Ahkmad Muhaimin. 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Ar-
Ruz Media.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Syarifuddin. 2014. Bimbingan dan Konseling: Konsepsi Dasar dan Landasan
Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[1] Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)


hlm. 3.
[2] Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009) hlm. 94.
[3] Sabil Risaldi dan Meyti H. Idris. Implemetasi Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Luxima Mtero Media,
2014), hlm. 6
[4] Kamaluddin, “ Bimbingan dan Konseling Sekolah “ dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 4, Juli 2011 Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. Hamka hlm. 448.
[5] Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia,
2012) hlm. 51.
[6] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai
Latar Kehidupan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011),hlm. 5-6.

[7] Hamdani, Op.Cit. hlm. 98.


[8] Ahkmad Muhaimin Azzet, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2013) hlm. 11-13.
[9] Hamdani, Op.Cit. hlm. 100
[10] Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Yogyakarta: Diva Press, 2010), hlm. 58-59.
[11] Syarifuddin, Bimbingan dan Konseling: Konsepsi Dasar dan
Landasan Pelayanan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 7-9.

Anda mungkin juga menyukai