Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan
nasional, maka dari itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang
melimpah, akan tetapi terletak pada sumber daya manusia yang berkualitas. maka diperlukan
peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan
sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan Bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam menghadapi persoalan-persoalan
yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan
di SD, demi perkembangan siswa ke arah yang semaksimal mungkin. Guru sebagai salah satu
pendukung unsur pelaksana pendidikan mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung
pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang
memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan kebutuhan bimbingan di sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yakni:
1. Apa konsep dasar Bimbingan?
2. Apa sajakah kebutuhan bimbingan di SD?
3. Apa Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar?
4. Apa Peran Guru Kelas Dalam Kegiatan BK di SD?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan Konsep dasar bimbingan
2. Menjelaskan kebutuhan bimbingan di SD
3. Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
4. Peran Guru Kelas Dalam Kegiatan BK di SD

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Bimbingan


Konsep dasar bimbingan mencakup pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, serta asas-asas
bimbingan di SD.
1. Pengertian Bimbingan
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian bimbingan. Di antaranya yang klasik
dan sudah cukup lama berkembang di Amerika Serikat serta banyak dikutip oleh para penulis
di Indonesia adalah sebagaimana dikemukakan oleh Crow& Crow (1960), Jones (1963), dan
Mortensen & Schmuller (1964) sebagai berikut:
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang telah terlatih dengan
baik dan memiliki kepribadian serta pendidikan yang memadai kepada individu dari semua
usia untuk membantu mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri
(Crow & Crow 1960:14).
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam
menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian secara bijaksana dengan
lingkungannya. Tujuan utama bimbingan adalah untuk mengembangkan setiap individu
sesuai dengan kemampuannya (Jones, dalam Djumhur dan M. Surya 1975:10).
Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program pendidikan yang
membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan-layanan petugas ahli
dengan mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
kecakapan-kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan (Mortensen &
Shmuller, 1964:3)
Dari definisi diatas dapat diangkat makna sebagai berikut:
a) Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan. Bimbingan
memiliki tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada
pencapaian tujuan.
b) Bimbingan merupakan “helping”, yang identik dengan “aiding, assisting, atau
awailing”. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan
kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator.
c) Individu yang dibantu adalah individu yang sedang berkembang dengan segala
keunikannya.

2
d) Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang
sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.

2. Tujuan
Pelayanan bimbingan di sekolah memiliki tujuan tertentu. Tujuan itu dapat dibedakan
atas tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
Secara umum pelayanan bimbingan di sekolah terutama di SDbertujuan agar setelah
mendapat pelayanan bimbingan siswa dapat mencapai perkembangannya secara optimal
sesuai dengan bakat, kemampuan, dan nilai-nilai yang dimiliki. Tujuan ini dirumuskan
berdasarkan kenyataan adanya perbedaan antara siswa sesamanya. Setiap siswa memiliki
keunikan-keunikan tertentu.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus pelayanan bimbingan di sekolah bertujuan agar siswa dapat:
1. Memahami dirinya dengan baik.
2. Memahami lingkungan sosial masyarakat dengan baik.
3. Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana.
4. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik di
sekolah maupun dilingkungan sekolah.
5. Mencapai kehidupan yang efektif dan produktif.

3. Fungsi Bimbingan
Beberapa fungsi umum diadakannya bimbingan di SD yaitu:
1. Fungsi Pemahaman, yaitu Mengetahui siapa dan bagaimana individu siswa yang
dibimbing, berusaha mengungkapkan dan memahami apa masalah dan kesulitan yang
dihadapinya, apa dan bagaimana kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya.
2. Fungsi Pencegahan (Preventif), yaitu Pelayanan bimbingan harus memiliki fungsi
pencegahan, yaitu penciptaan suatu suasana agar pada diri siswa tidak timbul berbagai
masalah yang dapat menghambat proses belajar dan perkembangannya. Kegiatan bimbingan
yang mengarah pada pemenuhan fungsi ini antara lain adalah:
 Pemberian orientasidan informasi
 Penciptaan kondisi pendidikan yang sehat dan menunjang
 Kerjasama dengan orang tua murid

3
3. Fungsi Pemecahan (Pemberian Bantuan), yaitu Fungsi pemecahan merupakan usaha
sekolah untuk mengatasi berbagai masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam proses
belajar-mengajar di sekolah. Fungsi pemecahan ini dapat diselenggarakan oleh konselor atau
guru sesuai dengan jenis dan sifat dari kesulitan yang dialami oleh siswa.
4. Fungsi Pengembangan, yaitu Pelayanan bimbingan bukan sekedar mengatasi kesulitan
yang dialami siswa melainkan juga berupaya agar siswa dapat mengembangkan segenap
potensi yang dimilikinya.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan
ciri-ciri kepribadiannya.
6. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar
dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan,
peraturan sekolah, atau norma-norma yang ada.

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan
Pelayanan bimbingan di sekolah hendaklah dilaksanakan menurut prinsip-prinsip
tertentu, yaitu:
a) Bimbingan adalah untuk semua murid.
b) Bimbingan melayani murid-murid dari semua usia.
c) Bimbingan bersifat individualisasi.
d) Bimbingan harus mencakup semua bidang pertumbuhan dan perkembangan siswa.
e) Bimbingan menekankan hal yang positif.
f) Bimbingan mendorong penemuan dan pengembangan diri.
g) Pelaksanaan bimbingan menghendaki adanya kerjasama dari murid, orang tua, kepala
sekolah, dan konselor.
h) Bimbingan harus menjadi bagian yang terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di
Sekolah.
i) Bimbingan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada individu dan masyarakat.

5. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling


Pemenuhan asas-asas bimbingan dan konseling akan memperlancar pelaksanaan dan
menjamin keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Asas-asas yang dimaksud adalah
sebagai berikut.

4
1. Kerahasiaan, Segala sesuatu yang dibicarakan siswa kepada guru pembimbing tidak
boleh disampaikan kepada orang lain. Asas ini akan mendasari kepercayaan peserta didik
kepada guru pembimbing.
2. Kesukarelaan, Pelaksanaan bimbingan dan konseling berlangsung atas dasar sukarela
dari kedua belah pihak.
3. Keterbukaan, Bimbingan dan konseling dapat berhasil dengan baik jika siswa yang
bermasalah mau menyampaikan masalah yang dihadapi kepada guru pembimbing, dan guru
yang bersangkutan bersedia membimbingnya.
4. Kekinian, Masalah yang ditangani dalam bimbingan dan konseling adalah masalah
sekarang walaupun ada kaitannya dengan masalah yang lampau dan yang akan datang. Selain
itu hendaknya pembimbing sesegera mungkin menangani masalah siswa.
5. Kemandirian, Bimbingan dan konseling membantu siswa agar dapat mandiri atau tidak
bergantung pada pembimbing maupun orang lain.
6. Kegiatan, Bimbingan dan konseling harus dapat membantu siswa agar berusaha
melakukan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
7. Kedinamisan, Bimbingan dan konseling hendaknya dapat membantu terjadinya
perubahan yang lebih baik kearah pembeharuan pada diri siswa.
8. Keterpaduan, Bimbingan dan konseling hendaknya dapat memadukan berbagai aspek
kepribadian siswa dan proses layanan yang dilakukan.
9. Kenormatifan, Usaha bimbingan dan konseling harus sesuai dengan norma yang
berlaku, baik norma agama, adat hukum, negara, ilmu dan kebiasaan sehari-hari.
10. Keahlian, Bimbingan dan konseling adalah layanan profesional sehingga perlu
diperlukan oleh ahli yang kusus dididik untuk melakukan tugas ini.
11. Alih tangan, Bila usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil atau
masalahnya di luar kewenangannya, maka penanganannya dapat dialihtangankan kepada
pihak lain yang berwenang.
12. Tutwuri Handayani, Bimbingan dan konseling hendaknya secara keseluruhan dapat
memberi rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa.

B. Kebutuhan Bimbingan di SD
Masalah-masalah yang dialami siswa dapat terjadi oleh berbagai sebab, baik yang
bersumber dari siswa itu sendiri maupun yang bersumber dari lingkungannya, maka dari itu
siswa perlu dibantu dalam hal mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, baik masalah

5
yang dihadapi sekarang maupun masalah yang mungkin timbul pada masa yang akan datang.
Sejalan dengan sebab-sebab permasalahan tersebut. Kebutuhan bimbingan di SD bertolak
dari upaya-upaya berikut ini.
1. Membantu Murid Dalam Mewujudkan Tugas-tugas Perkembangannya.
Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada suatu masa tertentu dalam
kehidupan seseorang.
Havighurst menyatakan ada sejumlah tugas perkembangan yang harus dilaksanakan
pada anak-anak tingkat SD (6-12), yaitu:
a) Mempelajari keterampilan-keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
b) Mengembangkan keseluruhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang
sedang tumbuh.
c) Belajar bergaul denan teman-temannya.
d) Mengambangkan keterampilan-keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan
berhitung.
e) Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
f) Mengembangkan kata hati dan norma-norma
g) Mendapatkan kebebasan pribadi
h) Mempelajari peranan sosial, baik sebagai wanita maupun pria
i) Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan badan sosial.
Guru perlu memahami konsep-konsep tentang tugas-tugas perkembangan diatas.
Dengan memahami konsep tersebut, guru tidak saja dapat mencari dan menyatakan tujuan
tujuan pendidikan disekolah tetapi dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan tingkat
kematangan, kesiapan dan kebutuhan anak.
2. Membantu Memenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Siswa
Sebagaimana manusia umumnya, maka siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar
tertentu. Maslow (Ngalim Porwanto, 1990:77) mengemukakan ada lima kebutuhan dasar
manusia, yaitu:
Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang
menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan makanan,
pakaian dan perumahan.
Kebutuhan rasa aman kebutuhan untuk terbebas dari rasa takut, terlindung dari
bahaya, ancaman penyakit dan perlakuan tidak adil.
Kebutuhan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk merasa dicintai dan dimiliki serta
disayangi oleh orang lain

6
Kebutuhan panghargaan yaitu kebutuhan akan penghargaan atas prestasi,
kemampuan, kedudukan, pangkat dan sebagainya.
Kebutuhan aktualiasasi diri yaitu kebutuhan untuk menyampaikan atau memunjukan
kemampuan diri secara maksimum dan kreatif.
Kebutuhan-kebutuhan yang terpenuhi itu akan dapat mendatangkan kepuasan,
kesenangan, dan kebahagiaan bagi orang yang bersangkutan. Bagi siswa siswa di sekolah,
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu akan memungkinkan dapat mencapai perkembangan
secara optimal. Tugas bimbingan yang terpenting dalam hal ini adalah membantu agar anak
didik dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan
masalah perkembangan siswa, temuan lapangan (Sunnaryo Kartadinata, 1992; Sutaryat
Trisnamansyah dkk, 1992) menunjukkan bahwa masalah-masalah perkembangan siswa SD
menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi dan sosial. Masalah-masalah
perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan bimbingan di SD. Sisi lain yang
memunculkan layanan kebutuhan akan layanan bimbingan SD ialah rentang keragaman
individual siswa yang amat lebar. Kondisi seperti ini akan memunculkan populasi khusus
yang menjadi target layanan bimbingan, antara lain mencakup:
a) Siswa dengan kecerdasan dan kemampuan diri.
b) Siswa yang mengalami kesulitan belajar.
c) Siswa dengan perilaku bermasalah.
Secara formal, kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah
digariskan didalam undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional
beserta perangkat peraturan pemerintahnya. Hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan dasar
dimana SD ada di dalamnya, dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28 tahun 1989. Pada
pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa :
a. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
b. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Pengakuan formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah
dasar perlu dilaksanakan secara terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki
kemampuan untuk itu. Untuk pendidikan di SD pada saat ini, dengan memperhatikan
karakteristik dan kebutuhan siswa serta penyelanggaraan sistem pendidikan SD yang
ditangani oleh guru kelas, maka layanan bimbingan di SD dalam banyak hal masih akan lebih
efektif dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dan ditangani oleh guru

7
kelas. Oleh karena itu guru SD dikehendaki memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
menyelanggarakan layanan bimbingan.
Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD.
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelakangi
perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara
umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan
pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut pasti tentu perlu mengintegrasikan seluruh
komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatarbelakangi perlunya proses
bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi
perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) Masalah perkembangan individu,
(2) Masalah perbedaan individual,
(3) Masalah kebutuhan individu,
(4) Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) Masalah belajar.
3. Mengatasi Pengaruh Kondisi Rumah Tangga yang Kurang Menguntungkan
Anak-anak yang memasuki sekolah dasar berasal dari berbagai latar belakang rumah
tangga. Ada yang orang tuanya kaya, ada pula yang miskin, ada yang rumah tangganya retak
(broken home), ada yang di tolak atau tidak diterima sebagai mana mestinya, ada anak yang
dilindungi, dan di pilih kasihi yang berlebihan. Kondisi rumah tangga yang demikian itu
banyak sedikitnya akan mempengaruhi perkembangan anak. Sehingga diperlukan adanya
bimbingan untuk membantu mengatasi masalah tersebut.
4. Mengatasi Pengaruh Kondisi Sekolah yang Tidak Sehat
Sekolah tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi setiap siswa. Ada
kalanya sekolah menjadi sumber masalah pada diri siswa. Di antara kondisi-kondisi sekolah
yang dapat menjadi sumber masalah pada diri siswa adalah: (a) kurikulum yang tidak sesuai,

8
(b) persaingan yang tidak sehat sesama murid, (c) guru kurang memahami perbedaan-
perbedaan individu murid, (d) pelaksanaan administrasi sekolah yang tidak teratur, dan (e)
kepribadian guru serta cara-cara pengelolaan kelas yang kurang mantap.
5. Mengatasi Pengaruh Kondisi Sosial-Budaya yang Kurang Menguntungkan.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dewasa ini telah membuat orang memperoleh banyak kemudahan di jagad raya ini. Kemajuan
di bidang komunikasi misalnya; seakan-akan menghilangkan jarak antara satu daerah ke
daerah lain, antara satu benua dengan benua lain, dan antara bumi dan planet-planet lain.
Demikian pula dengan kemajuan transportasi memudahkan terjadinya mobilitas penduduk
dari suatu daerah ke daerah lain, dari suatu negara ke negara lain. Akhirnya, untuk
meningkatkan devisa negara dan penghasilan rakyat perlu pula ditingkatkan bisnis dalam
bidang kepariwisataan.
kemajuan dalam bidang di kemukakan di atas menimbulkan berbagai perubahan
dalam berbagai segi kehidupan dalam masyarakat, seperti sosial, politik, ekonomi, dan
budaya.
Perubahan-perubahan yang di timbul itu tidak hanya menguntungkan tetapi juga
merugikan masyarakat, yaitu beberapa pengaruh-pengaruh buruk sebagai ekses dari
pembangunan itu sendiri. Selain itu juga menyebabkan kurangnya minat anak-anak SD untuk
belajar dan tidak mau menggunakan pikiran secara cermat.
Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari kondisi kehidupan masyarakat. Bahkan
mempunyai tanggung jawab untuk membantu siswa-siswanya, baik sebagai pribadi maupun
sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung
jawab mendidik dan mengajar siswa agar dapat menjadi masyarakat yang baik dan mampu
mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah
satu upaya yang diberikan oleh guru sekolah. Namun demikian, kegiatan itu saja belum
memadai untuk dapat menyiapkan siswa menjadi masyarakat yang baik mampu mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini, diperlukan adanya layanan khusus yang
disebut bimbingan.

C. Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar


Menurut UU Republik Indonesia tentang sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun
2003 Bab 1 pasal 1 ayat 5 menjelaskan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Sedangkan menurut ayat 6 pendidik adalah tenaga kependidikan yang

9
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyawiswara, tutor, instruktur,
fasilitator,dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggrakan pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
yang secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena proses
belajar mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Peran guru dalam proses belajar mengajar,guru tidak hanya tampil lagi sebagai
pengajar (teacher),seperti fungsinya yang menonjol selama ini,melainkan beralih sebagai
pelatih (coach),pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Hal ini
sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan. Dimana sebagai pelatih, seorang
guru akan berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa
untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
1. Guru Sebagai Pendidik Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualfikasi
sebagai guru, dosen, konselor, dll, serta berpasrtisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan liungkungannya. Oleh karena itu guru yang juga
sebagai pendidik harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup
tanggung jawab, mandiri, berwibawa, dan disiplin, agar guru berpotensi menjadi
tenaga pendidik yang professional.
2. Guru sebagai pengajar Mengajar adalah salah satu cara mentransfer ilmu
terhadap peserta didik karena kegiatan belajar mengajar diantaranya dipengaruhi
hubungan peserta didik dengan guru.Untuk dapat melaksanakan tugas mengajar
dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional dalam mengelola
proses pembelajarannya yaitu:
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media belajar dengan baik
e. Menguasai landasan pendidikan
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran
h. Mengenal gungsi layanan bimbingan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
10
3. Guru sebagai pembimbing Bimbingan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
agar individu tersebut dapat berkembang dengan baik. Guru sebagai pembimbing
harus memberikan bimbingan, bantuan yang diberikan

D. Peran Guru Kelas Dalam Kegiatan BK di SD


Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas
dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan
BK, yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran
dan lain-lain
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam
proses belajar-mengajar
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang, agar
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri dalam mengatasi
persoalan-persoalan, sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung
jawab tanpa harus bergantung pada orang kain.
Konsep dasar bimbingan di Sekolah dasar mencakup pengertian bimbingan, tujuan
bimbingan, fungsi bimbingan, prinsip bimbingan, serta asas-asas bimbingan.
Kebutuhan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari upaya-upaya: 1) membantu
murid dalam mewujudkan tugas-tugas perkembangannya, 2) membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar siswa, 3) mengatasi pengaruh kondisi rumah tangga yang kurang
menguntungkan, 5) mengatasi pengaruh kondisi sekolah yang tidak sehat dan 6) mengatasi
pengaruh kondisi sosial-budaya yang kurang menguntungkan.

B. Saran
Guru sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah,
sebaiknya memiliki wawasan yang luas dan memadai terhadap konsep-konsep dasar
bimbingan serta kebutuhan bimbingan di sekolah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman dan Marjohan. 1991. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi
Djumhur & Moh. Surya (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu
Gunarsa, Singgih D. 1992. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Kartadinata, Sunaryo. dkk. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV Maulana
Syamsu Yusuf L.N. (2005). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasah.
Bandung : CV Bani Qureys.
Syamsu Yusuf L.N & Juntika N. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya
http://ajengayuvindriatin.blogspot.com/2011/12/kebutuhan-dan-syarat-pokok-layanan.html di
akses tanggal 17 November 2022
http://www.sabda.org/c3i/bimbingan_konseling_sekolah_dasar diakses tanggal 17 November
2022

13

Anda mungkin juga menyukai