Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1. LANDASAN REGULASI

Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah tentunya harus


mengikuti garis-garis besar yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan sebagai landasan regulasi yaitu Undang Undang no 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir (1) menegaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,ahlak
mulia,serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara. Pasal
3 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat,
berilmu, cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

2. LANDASAN KEILMUAN

1) Pengertian Bimbingan dan Konseling

Adapun pengertian dari bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan


terjemahan dari guidance and counseling dalam bahasa inggris, secara harfiyah istilah
guidance itu diambil dari akar kata guide yang berarti .
1. Mengarahkan (to direct).
2. Memandu (to pilot )
3. Mengelola (to manage)
4. Menyetir (to steer)

Namun masih banyak lagi penegertian bimbingan dan konseling yang


dikemukakan para ahli diantaranya Sunaryo Kartadinata (1998:3) mengartikan sebagai
proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sedangkan
Rochman Natawijaya (1987:37) mengartikan biombingan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan , supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya

dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah,keluarga,masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dian
akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya,dan dapt memberikan sumbangan yang
berarti pada kehidupan masyarakat pada umumnya sehingga bimbingan dapat
membantu individu untuk mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai
makhluk sosial.

Dari definisi diatas dapat diangkat makna sebagai berikut:

Bimbingan merupakan suatu proses,yang berkesinambungan bukan kegiatan


yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan
yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.

Bimbingan merupakan “helping” yang identik dengan “aiding assisting, atau availing”
yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukan
bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah atau mengambil
keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses bimbingan
pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri,tetapi berperan sebagai
fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai upaya
untuk(a) menciptakan lingkungan(fisik,psikis,sosial,dan spiritual) yang kondusif bagi
perkembangan siswa,(b) memberikan dorongan dan semangat,(c)mengembangkan
keberanian bertindak dan bertanggung jawab,dan (d) mengembangkan kemampuan
untuk memperbaiki dan mengubah prilakunya sendiri. Individu yang dibantu adalah
individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam
bimbngan diberikan dengan pertimbangan keragaman dan keunikan individu tidak ada
teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi setiap individu. Teknik bantuan
seyogyanya disesuaikan dengan pengalaman,kebutuhan,dan masalah individu. Untuk
membimbing individu diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik
kebutuhan,atau masalah individu.tujuan bimbingan adalah perkembangan
optimal,yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang
kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bulanlah semata-mata
pencapaian tingkan kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik dimana
individu (1) mampu mengenal dan memahami diri (2) berani menerima kenyataan diri
secara objektif (3) mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan
sistem nilai (4) melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab
sendiri. Diketahui sebagai kondisi dinamik, karena kemampuan yyang disebutkan diatas
akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada didalam lingkungan
yang terus berubah dan berkembang.

2). Prinsip-Prinsip Dasar Bimbingan dan Konseling

Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling ada bebrapa prinsip dasar yang
dipandang sebgai pondasi dalam memberikan layanan. Prinsip ini berasal dari konsep-
konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar dalam pemberian layanan
bantuan atau bimbingan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Prinsip-prinsip
tersebut adalah :

a. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu ( guidance is for all individuals).


Prinsip ini berarti bimbingan diberikan kepad semua individu atau peserta didik,
baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita,
baik anak-anak,remaja maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat prefentif dan pengembangan daripada
penyembuhan(kuratif) dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada
perseorangan (individual).
b. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik(berbeda satu
lain),dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikkannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi
fokus sasaran bantuan adalah individu meskipun teknik layanan bantuannya
menggunakan kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Pada kenyataanya masih ada individu
yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan,karena bimbingnan
dianggap sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankna pada kekuatan dan kesuksesan, kerena bimbingan merupakan cara
untuk membangun pandangan positif terhadap diri sendiri,memberikan dorongan
dan peluang untuk berkembang.
d. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya menjadi tugas dan
tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas dan tanggung jawab guru-guru dan
kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan.
e. Pengambilan keputusan adalah hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan
diarahkan untuk membantu individu agar dapat menentukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan
informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semuanya merupakan hal yang
penting sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Kehidupan individu
diarahkan oleh tujuannya, sedangkan bimbingan hanya memfasilitasi individu
untuk mempertimbangkan,menyesuaikan diridan menyempurnakan tujuan

melalui pengambilan keputusan yang tepat. Jones.et.al (1970) berpendapat bahwa


kemampuan untuk membuat keputusan secara tepat bukan kemampuan bawaan,
tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah
mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya dan
mengambil keputusan.
f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting(adegan) kehidupan.pemberia
layanan bimbingan tidak harus di sekolah,tetapi juga dilingkungan keluarga,
perusahaan/industri,lembaga pemerinta/swasta,dan masyarakat pada umumnya.
Bidang layanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi,
sosial, pendidikan,dan pekerjaan.

3). Asas Asas Bimbingan dan Konseling

Untuk mencapai hasil bimbingan yang maksimal tentunya diperlukan banyak


informasi dari konseli, untuk menjamin itu semua diperlukan cara asas yang dapat
meyakinkan konseli agar tidak memiliki keraguan lagi dalam memberikan informasi
kepada konselor, hal itu diwujudkan dalam bentuk asas bimbingan dan konseling
sebagai berikut:

a. Kerahasiaan. Yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan


tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini
konselor berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
b. Kesukarelaan. Yaitu menghendaki kesukaan dan kerelaan peserta didik(konseli)
mengikuti/menjalani,layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini
konselor berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c. Keterbukaan. Yaitu menghendaki peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan. Bersikap terbuka dan tidak berpura-pura,baik dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
informasi dan materi dari luar yang berguna dalam pengembangan dirinya. Dalam
hal ini konselor berkewajiban mengambangkan keterbukaan peserta didik
(konseli). Keterbukaan ini amat erat kaitannya dengan terselenggaranya asas
kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik(konseli) yang
menjadi sasaran layanan kegiatan. Agar pesrta didik dapat terbuka, konselor
terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

d. Kegiatan. Yaitu menghendaki pesrta didik(konseli) yang menjadi sasaran layanan


berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan.
Dalam hal ini konselor perlu mendorong peserta didik(konseli) untuk aktif dalam
setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya.
e. Kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni:
peserta didik(konseli) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu Yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya,mampu mengambil
keputusan,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Konselor dan konseling
yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
f. Kekinian, yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling
ialah permasalahan pesrta didik ( konseli) dalam kondisinya sekarang. Layanan
yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan konddisi yang ada dan apa yang diperbuat
sekarang.
g. Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan(konseli) Yang terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu
ke waktu.
h. Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menhghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling,baik yang dilakukan oleh
konselor maupun pihak lain,saling menunjang,harmonis dan terpadu. Untuk ini
kerjasama antara konselor dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi
segenap layanan /kegiatan bimbungan dan konseling itu harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
i. Keharmonisan, yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan
dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,hukum dan
peraturan,adat istiadat,ilmu pengetahuan,dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah
layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggung
jawabkan dan apabila isi dan pelaksanaannya tidak benrdasarkan nilai dan norma
yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik(konseli)
memahami,meanghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

j. Keahlian, yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksana bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam
bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan konselor harus terwujud baik
dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Alih tangan kasus, yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas
suatu permasalahan peserta didik(konseli) mengalih tangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli. Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari
orang tua,guru-guru lain,atau ahli lain: dan demikian pula konselor dapat mengalih
tangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
l. Tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik(konseli) untuk maju demikian juga segenap
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya
disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan dan
dorongan seperti itu.

4) Bidang Bimbingan
Bidang-bidang bimbingan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
adalah sebagai berikut :
a. Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para
individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang
tergolong masalah-masalah akademik yaitu, pengenalan kurikulum,pemilihan
jurusan, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan
penggunaan sumber belajar perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain.
Bimbingan akademik dilakukan dengan cara menegmabangkan suasana belajar
mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing
membentuk individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar
yang efektif,membantu individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu
menyesuaikan diri terhadap semua tutntutan program/pendidikan dalam
bimbingan akademik para pembimbingan berupaya memfasilitasi individu dalam
mencapai tujuan akademik yamg diharapkan.
b. Bimbingan sosial pribadi, yaitu merupakan bimbingan untuk membantu para
individu dalam emecahkan masalah-masalah sosial pribadi. Yang tergolong dalam
masalah-masalah sosial pribadi adalah: masalah hubungan dengan teman dengan
guru, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, penyelesaian
konflik. Bimbainga sosial pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah
dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian
pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta
ragam permaslahan yang dialami individu. Bimbinagn sosial pribadi diberikan
dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif,interaksi pendidikan yang
akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif serta
ktrampilan-ketrampilan sosial pribadi yang tepat.
c. Bimbingan karir yaitu, bimbingan yang membantu individu dalam perencanaan
pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman
terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi lingkungan,
perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan
masalah-masalah karir yang dihadapi. Bimbingan karir juga merupakan layanan
pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari
program pendidikan. Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan
kognitif,afektif, maupun ketrampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang
positif, memahami proses pengambilan keputusan,maupun perolehan
pengetahuan dalam ketrampilan yang akan membantu dirinya memasuki sistem
kehidupan sosial budaya yang terus menerus berubah.

5). JENIS-JENIS LAYANAN

a.Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru,
terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk
menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di
lingkungan yang baru.

b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima danmemahami


berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

c.Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik


memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok

d. belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra


kurikuler.

e. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten
tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan
di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

f. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam


mengentaskan masalah pribadinya.

g.Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam


pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu
melalui dinamika kelompok.
h. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

i. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

j. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan


dan memperbaiki hubungan antarmereka.

3. LANDASAN FILOSOFIS
John J. Pietrofesa et.al. (1980.30.31) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
prinsip yang terkait dengan landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling yaitu,
1. Objective viewing, dalam hal ini konselor membantu klien agar memperoleh
perspektif tentang masalah khusus yang dihadapinya, dan membantunya
untuk menilai atau mengkaji berbagai alternatif atau strategi kegiatan yang
menungkinkan klien mampu merespon interes, minat atau keinginannya
secara konsruktif. Seseorang akan berada dalam dilema apabila dia merasa
tidak memiliki pilihan . melalui bimbingan seseorang akan dapat menggali atau
menemukan potensi dirinya dan kemampuan untuk beadaptasi dengan
peristiwa-peristiwa kehidupan baru yang dialaminya.
2. The counselor must have the best interest of the client at heart. Dalam hal ini
konselor harus merasa puas dalam membantu klien dalam mengatasi
masalahnya.
Sedangkan James Cribbin dalam Jhon J. Pietrofesa (1980) mengemukakan
bahwa prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan kemuliaan dan
harga diri individu dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan
b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan.
Artinya bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak klien yang minta bantuan.
d. Bimbingan bukan preogatif kelompok khusus kesehatan mental namun
dilaksanakan melalui kerja sama berdasarkan keahlian dan kompetensinya
sendiri.
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan
potensi dirinya.
f. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi,
personalisasi, dan sosialisasi.

Dari uraian diatas dapat diringkas sebagai berikut :

a) Landasan filosofis bimbingan terkait dengan cara pandang para ahli


berdasarkan olah pikirnya tentang hakikat manusia tujuan hidup di dunia ini
serta upaya-upaya untuk mengembangkan,mengangkat, atau memlihara nilai-
nilai kemanusiaan manusia
b) Bimbingan merupakan kegiatan manusiawi yang terkait dengan upaya
mengembangkan potensi insaniayah manusia, sehingga manusia berada
dalam alur kehidupan yang bermartabat dan beradab.
c) Konselor seyogyanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang filasafat
manusia (filsafat antropologi) agar memiliki pedoman yang akurat dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli kearah
kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki.

4. LANDASAN PSIKOLOGIS
Landasan psikologis merupakan orientasi layanan bimbingan dan konseling yang
menitik beratkan pada aspek kejiwaan dengan menerima segala keunikannya masing-
masing, sehingga proses layanan yang terjadi dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Masing- masing individu memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti
terdapat perbedaan individual diantara mereka seperti yang menyangkut aspek
kecerdasan,emosi,sosialitas, sikap, kebiasaan dan penyesuaian diri.

b) Setiap individu memiliki kebutuhan dan senantiasa dinamik dalam interaksinya


dengan lingkungannya,disamping itu individu senantiasa mengalami berbagai
perubahan baik dalam sikap maupun tingkah lakunya.
c) Sebagai suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu
berlangsung secara linier(sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang
dijunjung tinggi), tetapi berlangsung secara fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi
atau diskontinuitas perkembangan. Dalam proses pendidikan, tidak jarang
peserta didik mengalami stagnasi perkembangan sehingga menimbulkan
masalah-masalah psikologis, seperti perilaku menyimpang(deliquency) atau
bersifat infantilitas.
d) Agar perkembangan peserta didik dapat berlangsung dengan baik dan terhindar
dari munculnya masalah-masalah psikologis maka kepada mereke perlu diberikan
bantuan yang bersifat pribadi.
e) Bagi konselor memahami aspek-aspekpsikologis klien merupakan tuntutan yang
mutlak, karena pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupakan
upaya untuk memfasilitasi perkembangan aspek-aspek pskologis,pribadi atau
prilaku klien,sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh
kehidupan yang bermakna, baik bagi dirinya maupun orang lain.
5. LANDASAN SOSIAL BUDAYA
Landasan sosial budaya adalah merupakan bentuk kebutuhan akan bimbingan yang
timbul dari masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan
masyarakat, semakin rumit struktur nasyarakat dan keadaannya semakin rumit dan
banyak pula masalah yang dihadapi oleh individu dalam masyarakat itu. Dalam suatu
penelitian terhadap masyarakat barat dikemukakan bahwa akibat sampingan dari gaya
hidup modern, seperti di negara-negara industri adalah munculnya berbagai problem
sosial dan personal yang cukup kompleks. Problema tersebut seperti: (1) ketegangan
fisik dan psikis,(2) kehidupan yang serba rumit,(3) kekhawatiran atau kecemasan akan
masa depan,(4) makin tidak manusiawinya hubungan antar individu,(5) rasa tersaing
dari anggota keluarga dan anggota masyarakat lainnya,(6) renggangnya hubungan
kekeluargaan,(7) terjadinya penyimpangan moral dan sistem nilai, dan (8) hilangnya
identitas diri (Rusdi Muslim, Suara pembaharuan, 9 oktober 1993).
Masalah lain sebagai dampak negatif dari kehidupan modern ini adalah semakin
kompleknya jenis-jenis dan syarat-syarat pekerjaan, jenis dan pola kehidupan, jenis dan
kesempatan pendidikan, persaingan antar individu, dan sebagainya. Dengan demikian
individu dituntut untuk lebih mampu mengahadapi berbagai masalah seperti masalah
penyesuaian diri misalnya pemilihan pekerjaan, masalah perencabaan dan pemilihan

pendidikan, masalah-masalah hubungan sosial, masalah keluarga, masalah


keuangan,dan masalah-masalah pribadi. Dapat dimaklumi bahwa tiap individu dapat
berhasil dengan sebaik-baiknya mengatasi masalah- masalah yang diahdapinya dalam
hal ini individu-individu tertentu perlu mendapatkan bantuan yang memadai dalam
usaha mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh masalah-masalah yang dihadapinya
itu. Dari uraian diatas dapat maka, landasan sosial budaya bimbingan dan konseling
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi
oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur
masyarakat dan keadaanya semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang
dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyarakat itu.
2) Ketidak berfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupan moralitas
anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas, seringkali
dihadapkan kepada kebuntuhan atau kesulitan mencari jalan keluar atau
pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera
mendapatkan bantuaqn dari luar maka, masalah yang dihadapinya akan semakin
parah, salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi untuk memecahkan masalah
yang dihadapi adalah bimbingan dan konseling.
3) Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam
kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini berarti pemberian kesempatan
kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah ataupun swasta. Dari kesempatan yang terbuka ini menyebabkan
berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalangan yang berbeda-beda latar
belakangnya antara lain: agama, etnis, keadaan sosial, adat istiadat, dan ekonomi.
Hal ini menimbulkan berbagai macam maslah yang dihadapi oleh pesrta didik yang
terlibat dalam kelompok campuran tersebut.

6. LANDASAN RELEGIUS
Landasan religius adalah merupakan landasan yang didasarkan pada pandangan
bahwa hakikat manusia yang merupakan homo religius atau mahluk beragama, yaitu
mahluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran
yang bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan agama itu sebagai referensi
sikap dan prilakunya. Dapat juga dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang
mempunyai motif beragama, rasa keagamaan, dan kemampuan serta memahami serta
mengamalkan nilai-nilai agama, kefitrahannya inilah yang membedakan dirinya dengan

hewan dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau kemiliaannya disisi
Tuhan. Adapun alasan yang menjadikan agama sebagai landasan bimbingan dan
konseling adalah;
a) Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam rangka mencari
kebahagiaan yang hakiki di dunia ini dan di akhirat kelak. Karena agama sebagai
pedoman hidup, maka dalam semua kegiatan kehidupan manusia harus merujuk
kepada nilai-nilai agama.
b) Manusia adalah makhluk yang mempunyai fitrah beragama (homo religius) yang
berpotensi untuk dapt memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama.
c) Hakikat manusia adalah makhluk Alloh yang berfungsi sebagai hamba dan
khalifahnya. Sebagai hamba, manusia mempunyai tugas suci untuk beribadah
kepadanya. Sebagai khalifah, manusia mempunyai kewajiban atau amanah untuk
menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna bagi kesejahteraan hidup
bersama (rahmatan lil alamiin).
d) Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan hasil penelitian menunjukkan
bahwa agama sangat berperan ( berkontribusi sangat signifikan) terhadap
pencerahan diri dan kesehatan mental individu. Bertitik tolak dari hal ini maka
pengintegrasian atau penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan
konseling merupakan suatu keniscayaan yang harus ditumbuh kembangkan.
e) Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling
berlangsung secara baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki
pemahaman dan pengamalan agama yang dianutnya dan menghormati agama
konseli.
7. LANDASAN PEDAGOGIK
Dewey (1958:62) menekankan bahwa pendidikan itu merupakan suatu proses
pertumbuhan (growth). Dalam hal ini dia menulis: Karena pertumbuhan merupakan ciri
khas dari kehidupan, maka pendidikan menjadi satu dengan pertumbuhan, tanpa akhir.
Tolok ukur mutu pendidikan di sekoplah adalah sampai dimana sekolah itu dapat
menciptakan suasana untuk pertumbuhan dan menyajikan cara-cara untuk membuat
pertumbuhan itu terlaksana dengan baik.

B. DASAR HUKUM

1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1


butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal

4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,


membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri
peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan.
4 Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Tahun 2004 yang memberi arah pengembangan profesi konseling di
sekolah dan di luar sekolah.
5 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan ( SKL )
yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah
kopetensi kemandirian untuk mewujudkan diri ( self actualization ) dan
pengembangan kapasitasnya ( capacity development ) yang dapat mendukung
pencapaian kelulusan.
6 Dirjen PMPTK Depdiknas tahun 2007 tentang Rambu-rambu Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal.
7 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negera Nomer 16 Tahun 2009 tentang Salah satu pilar utama penyelenggara
proses pendidikan di tingkat mokro sekolah hendaknya mampu melaksanakan
tugasnya secara professional, baik dalam mengiplementasikan perencanaan ,
pelaksanaan, penilaian, pelaporan, dan menindaklanjutin pelayanan bimbingan
konseling di sekolah.
8 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 27 Tahun 2008 tentang Guru
Bimbingan dan Konseling diharapkan mampun melaksanakan tugas dan fungsinya
dalam memberikan pelayanan bimbingan konseling sesuai dengan kompetensinya
sebagai konselor diantaranya Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan
Profesional.
9 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
10 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2009
tentang Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
C. TUJUAN

Adapun tujuan penyusunan program Bimbingan dan Konseling ini adalah :

1. Sebagai pedoman yang jelas terhadap arah pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
sekolah,
2. Memudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
3. Agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efisien dan efektif serta
hasil-hasilnya dapat dinilai
D. MANFAAT
Program bimbingan konseling yang baik akan membawa manfaat kepada peserta didik.
Adapun manfaat program bimbingan konseling :
1. Memungkinkan Guru BK untuk menghemat waktu, usaha, biaya, dengan
menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, dan usaha coba-coba
yang tidak menguntungkan.
2. Siswa asuh akan menerima pelayanan bimbingan dan konseling secara seimbang dan

menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, bidang bimbingan dan jenis-jenis layanan
bimbingan yang diperlukan.
3. Setiap Guru BK mengetahui peranannya masing-masing dan mengetahui pula
bilamana dan dimana harus bertindak, dalam pada itu Guru BK akan menghayati
pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk
kepentingan siswa-siswa asuhnya.

E. UNSUR-UNSUR PENYUSUNAN PROGRAM


Unsur yang harus diperhatikan dalam program bimbingan konseling adalah :
1. Kebutuan siswa
DESKRIPSI KEBUTUHAN SISWA
a. Penanaman nilai keagamaan
b. Pemahaman terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri
c. Pemahaman pola hubungan yang baik dengan teman sebaya sebagai pria dan
wanita.
d. Pemahaman terhadap nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan social yang lebih luas
e. Mengenal kemampuan, bakat dan minat serta arah kecenderungan karir dan
apresiasi seni.
f. Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhannya
untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan karir serta
berperan dalam kehidupan masyarakat
g. Pemahaman dan pengembangan sikap hidup mandiri baik secara emosional,
sosial maupun ekonomi.
h. Pengembangan etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota
masayarakat dan warga negara serta sebagai umat manusia.
2. Jumlah siswa yang dibimbing
Jumlah Guru BK dan Jumlah Murid
a. Jumlah guru BK : 2 orang (Turmudzi, S.Pd dan Ahmad Asrori)
b. Pembantu administrasi BK : 1 orang
c. .Jumlah kelas : 8 kelas
d. Jumlah siswa : 241 siswa

3. Format kegiatan (di dalam/di luar)


a. Aplikasi Instrumentasi
b. Himpunan Data
c. Home Visit
d. Alih Tangan Kasus
e. Koverensi Kasus
f. Kepustakaan

4. Bidang Bimbingan
a. Bimbingan Belajar
b. Bimbingan Pribadi
c. Bimbingan Sosial
d. Bimbingan Karir
e. Bimbingan Keluarga
f. Bimbingan Budi Pekerti Keagamaan, akhlaq Mulia
5. Jenis Layanan
a. Layanan Orientasi
b. Layanan Informasi
c. Layanan Penempatan/Penyaluran

d. Penguasaan Konten
e. Konseling Individu
f. Konseling kelompok
g. Bimbingan kelompok
h. Konsultasi
i. Mediasi
j. Advokasi
6. Volume kegiatan
Sesuai Kalender Pendidikan
7. Frekwensi layanan
Sesuai Jadwal Kegiatan Bimbingan dan Konseling
BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

A. VISI DAN MISI


1. VISI
Terampil, berilmu berdasarkan iman dan takwa

2. MISI
1) Mewujudkan pengembangan kurikulum yang adaptif dan proaktif
2) Mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
3). Mewujudkan lulusan yang cerdas, terampil dan kompetitif
4). Mewujudkan sumber daya manusia pendidikan yang mampu dan tangguh
5). Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan standart Nasional
Pendikaan
6). Mewujudkan kelembagaan dan manajemen sekolah yang tangguh
7). Mewujudkan pengembangan standart penilaian

B. TUJUAN KHUSUS
1. Siswa mempunyai rasa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Siswa memahami dan dapat menyikapi perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada
dirinya
3. Siswa mempunyai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya sebagai pria dan
wanita serta kematangan social
4. Siswa berkepribadian santun sesuai dengan nilai yang ada di masyarakat
5. Siswa memahami kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki serta
mengembangkannya
6. Siswa mempunyai gambaran tentang studi lanjut dan pengetahuan yang harus
dikembangkan
7. Siswa mempunyai kesadaran tanggung jawab intelektual yang tinggi
8. Siswa mampu mengembangkan dirinya dengan berbudi pekerti luhur sebagai
pribadi, anggota masayarakat dan warga Negara.

C. PERMASALAHAN
1. Kendala-kendala yang muncul dan belum tuntas tahun lalu
Ada beberapa kendala yang muncul dan belum tuntas dalam pelaksanaan program
BK pada tahun yang lalu, antara lain:

a. Ceramah dari tokoh berkarir


b. Penanganan yang belum tuntas karena kurangnya tenaga

c. Kurangnya keterbukaan dari siswa dalam mengungkap masalahnya pada


petugas BK
d. Evaluasi pada program BK, alat penelitiannya masih sulit disusun
e. Kurangnya buku penunjang tentang materi BK
2. Tingkat Keberhasilan Layanan BK
Tingkat keberhasilan BK tahun lalu di sekolah SMP Negeri 1 Kesamben adalah:

1. Layanan Data
Dari data yang masuk dapat diolah dalam bentuk grafis, sosiogram dan lain-lain

2. Layanan Konseling
Dari layanan konseling 80% klien menunjukkan perubahan tingkah laku yang
positif

3. Layanan Bimbingan Karir


Dari layanan ini sebanyak 82% siswa dapat memahami dirinya, mampu
merencanakan masa depannya sehubungan dengan cita-citanya

4. Layanan Bimbingan Kelompok


Dari layanan ini sebanyak 90% siswa dapat memilih sekolah sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minatnya.

3. Dampak Layanan BK secara aktif


1. Anak dapat memahami keberadaan dirinya
2. Anak lebih dapat memilih/menentukan sekolah/karir yang diinginkan
3. Keberadaan BK merupakan kebutuhan bagi siswa

D. RENCANA KEGIATAN OPERASIONAL

Penyelenggaraan bimbingan penyuluhan/konseling di sekolah harus didasarkan


pada rencana program yang tersusun secara teratur dan terinci, sehingga memberikan
banyak keuntungan bagi siswa yang mendapatkan layanan bimbingan dan konseling.
Program bimbingan dan konseling yang disusun secara sistematis dan terencana
memudahkan konselor sekolah untuk menghemat waktu, tenaga, biaya dan mengetahui
peranannya secara tepat. Penyusunan program BK tidak terlepas dari unsur perencanaan
yang sistematis yang disesuaikan dengan keadaan atau kondisi sekolah yaitu: fasilitas yang
ada, waktu dan biaya yang tersedia serta kebutuhan siswa akan layanan bimbingan.

Program BK yang kami rencanakan untuk tahun pelajaran 2021/2022 adalah


sebagai berikut:

1. PERSIAPAN
a. Penyusunan program
b. Pembagian tugas guru BK
c. Konsultasi program kegiatan BK
Bila kegiatan BK sudah tersusun maka langkah-langkah berikutnya konsultasi
dengan kepala sekolah untuk mendapatkan pengarahan dan persetujuan
program.

d. Penyediaan fasilitas BK
2) Pembenahan dan pengadaan alat-alat administrasi BK
3) Buku piket BK
4) Buku lembar siswa

2. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA


a. Tujuan
Memperoleh data atau keterangan yang selengkap-lengkapnya tentang data
siswa yang diperoleh untuk bantuan kepada siswa.

b. Jenis data yang diperlukan


1) Identitas pribadi siswa
Nama, nomor induk, kelas, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, agama,
suku bangsa, alamat dan lain-lain.

2) Keluarga dan lingkungan sosial


a) Susunan keluarga dan lingkungan sosial
b) Nama ayah, ibu, wali, pekerjaan, agama dan lain-lain
c) Anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, jenis
kelamin, agama, alamat dan lain-lain.
3) Data psikis siswa
4) Data lingkungan dan pengaruhnya terhadap perkembangan siswa:
a) Lingkungan otoriter, demokratis dan komunikatif
b) Lingkungan pedagogis
c) Kebiasaan sehari-hari seperti kebiasaan belajar, bekerja, bergaul, tata
tertib dan hobby.
d) Aspirasi dan cita-cita
5) Data pendidikan dan prestasi belajar
a) Nama sekolah di TK, SD dan tahun lulus
b) Pernah tidak naik kelas/naik kelas

c) Prestasi belajar yang pernah dicapai


d) Aktivitas sosial
6) Data kesehatan
a) Tinggi badan, berat badan, kelengkapan anggota badan
b) Kesehatan jasmani
7) Alat/teknik pengumpulan data
a) Dokumentasi
b) Angket siswa dan orang tua
c) Sosiometri
d) Observasi
e) Wawancara
f) Home Visite
8) Sumber data
a) Siswa
b) Kawan-kawanya
c) Orang tua
d) Saudara-saudaranya
e) Guru dan staf lainnya
f) Instansi lain misalnya: rumah sakit, organisasi kemasyarakatan dan lain-
lain

E. BIDANG LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat
dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan
dirinya secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir

F. FUNGSI LAYANAN

a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.

b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya.

c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
dialaminya.

d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik


memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya.

e. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas
hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

G. JENIS-JENIS LAYANAN
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru,
terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk
menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di
lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima danmemahami
berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok
belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra
kurikuler.
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten
tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan
di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan,
dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika
kelompok.

g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan
dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan
dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Implementasi Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 2013
mengamanahkan layanan peminatan peserta didik. Bukan berarti bahwa layanan BK
hanya memuat layanan peminatan tetapi layanan peminatan merupakan bagian dari
pelayanan Bimbingan dan Konseling secara utuh. Peminatan di SMP/MTs : diberikan
pada peserta didik SMP/MTs yang akan melanjutkan ke SMA/MA dan SMK mereka
dibantu untuk memperoleh informasi yang cukup , lengkap tentang jenis dan
penyelenggaraan masing-masing SMA/MA dan SMK. Pilihan peminatan kelompok
mata pelajaran, Peminatan lintas mata pelajaran, Peminatan pendalaman materi
mata pelajaran , dan arah karir yand ada dan kemungkinan study lanjut
H. Kegiatan Pendukung

a. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta


didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-
tes.
b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan
pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.

c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam


pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang
bersifat terbatas dan tertutup.

d. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen


bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua
dan atau keluarganya.

e. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang


dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial,
kegiatan belajar, dan karir/jabatan.

f. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah


peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

I. FORMAT KEGIATAN

a. Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara
perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik
melalui suasana dinamika kelompok.
c.Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam
satu kelas.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah
peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.

Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan konseling yang melayani kepentingan peserta
didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.
BAB III

PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING

A. JENIS-JENIS PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Program bimbingan dan konseling yang perlu dibuat guru pembimbing guna
merencanakan kegiatan bimbingan antara lain:
1. Program harian, yaitu program yang langsung diadakan pada hari-hari tertentu dalam
satu minggu.

2. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun
waktu satu minggu tertentu dalam satu bulan.

3. Program bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun
waktu satu bulan tertentu dalam satu catur wulan.

4. Program semester, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun
waktu satu semester tertentu dalam satu tahun ajaran.

5. Program Tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun
waktu satu tahun tertentu dalam satu jenjang sekolah.

Kelima jenis program tersebut satu sama lain saring terkait. Program tahunan
didalamnya meliputi program semester, program semester didalamnya meliputi
program bulanan, program bulanan didalam meliputi agenda mingguan, dan agenda
mingguan didalamnya meliputi agenda harian. Agenda harian ini merupakan jabaran dari
agenda mingguan guru pembimbing pada kelas yang diasuhnya. Agenda ini dibuat
secara tertulis pada buku agenda yang berupa satuan layanan dan atau satuan
pendukung. lebih jelasnya lihat di lampiran.

B. Penyusunan Program

Penyususnan program Bimbingan dan Konseling memerluhkan langkah-


langkah yang menyeluruh dan integral menurut Harold J Burback dan Larry e Deker (
1977 : 198 ) mengemukakan langkah-langkah dalam suatu perencanaan sebagai berikut :

a. Menentukan tujuan yang dicapai


b. Menganalisis tentang sumber-sumber dan kendala
c. Menganalisis tentang kebutuhan-kebutuhan
d. Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan dapat di ukur

e. Menentukan Prioritas
f. Menentukan strategi-strategi dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
tujuan –tujuan yang spesifik
g. Mengadakan evaluasi terhadap perencanaan
h. Mengadakan beberapa perubahan –perubahan yang perlu untuk perbaikan

Sedangkan menurut Yosep W. Holis ( 1965;23-24 )


a. Mengidentifikasi kebutuhan
b. Study mengenal layanan bimbingan yang telah adad dan mengembangkan pedoman
kegiatan untuk layanan yang baru atau layanan yang diperbaiki lagi
c. Menetapkan cara-cara untuk mengumpulkan data dan menyebarkan data
d. Memodifikasi program
e. Seleksi tipe organisasi Bimbingan dan Konseling dan menetapkan peranan tenaga
pelaksana
f. Menyeleksi koordinatordan pimpinan masing-masing bimbingan program layanan
bimbingan dan konseling
g. Menetapkan fasilitas yang memadai
h. Pemeliharaan catatan
dan dan laporan yang memadai dalam seluruh kegiatan layanan bimbingan dari
setiap individu
a. Pendidikan In-Survice bagi rekan sekerja ( Sejawat )
j. Memanfaatkan sumberdaya masyarakat dan referral
k. Menyusun alokasi dan biaya kegiatan Bimbingan.

Mencermati proses perencanaan program Bimbingan dan Konseling diatas,


maka dalam penyusunan program Bimbingan dan Konseling ada beberapa aspek yang
seharusnya mendapatkan penekanan :
a. Tujuan
b. Kebutuhan-kebutuhan siswa
c. Materi dan kegiatan layanan yang diberikan
d. Kegiatan evaluasi
e. Sumber daya manusia
f. Sarana dan prasarana
Jadi dari beberapa pendapat di atas dalam penyusunan program menimal
mencakup hal sebagai berikut:
1) Program pelayanan konseling disusun berdasarkan
kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi
instrumentasi.

2) Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis


layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan
volume/beban tugas konselor.

C. kegiatan Bimbingan dan Konseling

1. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2
(dua) jam pembelajaran.

2. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu minimal


ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah.

3. Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan


SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu,
tempat, dan pihak-pihak yang terkait.

4. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Konseling

a. Di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah:

1. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk


menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran,
penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain
yang dapat dilakukan di dalam kelas.

2. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 1 (satu) jam per kelas per minggu
dan dilaksanakan secara terjadwal

3. Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan


layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan
rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

b. Di luar jam pembelajaran sekolah:


1. Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan
layanan orientasi, konseling perorangan,, bimbingan kelompok, konseling
kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di
luar kelas.
2. Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam
pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka
dalam kelas.

3. Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran sekolah maksimum


50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan
kepada pimpinan sekolah/madras
4. Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program
(LAPELPROG).
5. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di
dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan
persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.

D. Penilaian Bimbingan dan Konseling


1. Defenisi penilaian
Sebagai upaya pendidikan, khususnya dalam rangka pengembangan kompetensi
siswa, hasil-hasil layanan bimbingan dan konseling harus dinilai, baik melalui penilaian
terhadap hasil layanan maupun proses pelaksanaannya. Penilaian ini selanjutnya dapat
dipakai untuk melihat keefektifan layanan di satu sisi, dan sebagai dasar pertimbangan
bagi pengembangannya di sisi lain.

Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.


Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Penilaian layanan
bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk menilai sejauh mana kegiatan layanan
itu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Penilaian
Untuk mengetahui keberhasilan layanan dilakukan penilaian. Dengan penilaian ini
dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif
terhadap siswa yang mendapatkan layanan. Penilaian ditujukan kepada perolehan
siswa yang menjalani layanan. Perolehan ini diorientasikan pada :
a. Pengentasan masalah siswa : sejauh manakah perolehan siswa menunjang bagi
pengentasan masalahnya? Perolehan itu diharapkan dapat lebih menunjang
terbinanya tingkah laku positif, khususnya berkenaan dengan permasalahan
dan perkembangan diri siswa.
b. Perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, motivasi,
kebiasaan, keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep diri, kemampuan
berkomunikasi, kreatifitas, apresiasi terhadap nilai dan moral.

3. Fokus Penilaian
Secara khusus fokus penilaian diarahkan kepada berkembangnya:

a. Pemahaman baru; yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan


masalah yang dibahas.
b. Perasaan positif; sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan
melalui layanan.
Rencana kegiatan;yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan
layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah
yang dialaminya.
Semua fokus penilaian itu, khususnya rencana kegiatan secara jelas mengacu
kepada kompetensi yang diaplikasikan siswa untuk pengentasan permasalahan
yang dihadapinya dalam rangka kehidupan sehari-hari yang lebih efektif.

E. Tahap-tahap penilaian
Tahap penilaian bimbingan dan konseling dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. . Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan
kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang
dilayani.

2. . Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu
minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan
pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak
layanan/kegiatan terhadap peserta didik.
3. . Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu
bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan
kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh
dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.

Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis


terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan
SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.
Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG

Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk
setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

F. Penjadwalan
Program bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk (1) kontak langsung, dan (2)
tanpa kontak langsung dengan siswa. Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan
secara klasikal di kelas perlu dialokasikan waktu terjadwal 1–2 jam pelajaran per-kelas
per-minggu. Sementara kegiatan langsung yang dilakukan secara individual dan
kelompok dapat dilakukan di ruang bimbingan, dengan menggunakan jadwal di luar
jam pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung dengan siswa dapat
dilaksanakan melalui tulisan (seperti buku-buku, brosur, atau majalah dinding),
kunjungan rumah (home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan
(referral )

G. Pengawasan Kegiatan

1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui


kegiatan pengawasan.

2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara:

a. interen, oleh kepala sekolah.

b. eksteren, oleh pengawas sekolah bidang konseling.


BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Program bimbingan dan konseling mempunyai tujuan untuk membantu siswa


dalam usaha pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar dan bidang karir. Dalam
pelayanan dan konseling diharapkan siswa mampu untuk mencapai pengembangan
potensi yang dimiliki secara optimal.

Dalam pelaksanaan program yang ada pada layanan bimbingan dan konseling
diharapkan partisipasi dan dukungan pihak yang terkait antara lain :
1. Pihak sekolah, bantuan dan dukungan material dan spritual demi tercapainya
suasana pendidikan yang menyenangkan.
2. Guru dan wali kelas dapat kontribusi dalam penanganan membantu permasalahan
yang dialami oleh siswa.
3. Tenaga kependidikan yang ada di sekolah agar turut berperan serta dalam
pelaksanaan dibidang administrasi yang dibutuhkan.
4. Peran serta siswa dan seluruh unsur-unsur yang ada disekolah agar dapat
memahami dan menempatkan pungsi bimbingan konseling secara nyata, ikhlas
dan penuh rasa tanggung jawab.
DOKUMEN 55

DOKUMEN LAPORAN LAYANAN BK BIDANG:


PENGEMBANGAN PRIBADI, SOSIAL, AKADEMIK, DAN PENDIDIKAN
LANJUT/KARIR

DI SMPN 1 LABOBO

AKREDITASI 2023

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KAB. BANGGAI LAUT

SMP NEGERI 1 LABOBO

TAHUN 2023

Anda mungkin juga menyukai