Dengan penuh kerendahan hati penulis panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa,karena atas berkat rahmatNya dan bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan
tugas pembuatan program kerja bimbingan dan konseling yang akan dijadikan pedom an bagi
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMPN 1 Pematang Karau, sehingga
diharapkan program ini dapat berhasil untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang dalam hal ini adalah out put peserta didik.
Dalam setiap satuan pendidikan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dalam setiap kegiatan belajar,karena memiliki peranan yang sangat
penting untuk memberikan layanan yang prima bagi segenap peserta didik memerlukan
bantuan untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Agar kegiatan bimbingan dan konseling di SMPN 1 Pematang Karau dapat berjalan
secara efektif dan efisien, maka perlu landasan pacu yang baik untuk mencapai
keberhasilan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut, untuk itulah penulis
menyadari perlunya program kerja bimbingan dan konseling, maka sedikit demi sedikit
penulis menyusun program kerja ini dari awal hingga terselesaikannya program ini secara
keseluruhan.
Segenap personal sekolah lainnya, terutama kepala sekolah, guru mata pelajaran dan
wali kelas diharapkan dapat bekerjasama untuk membantu kelancaran tugas–tugas guru
bimbingan dan konseling sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
Sebagai manusia biasa penulis tentu memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan
pengetahuan dalam menyusun program ini, sehingga penulis menyadari bahwa program ini
masih jauh dari kesempurnaan, sebagai upaya penyempurnaan program bimbingan dan
konseling ini, maka penulis secara terbuka menerima saran dan masukan dari semua pihak
demi perbaikan program bimbingan dan konseling ini.
Tak lupa penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih kepeda semua pihak yang telah
membantu memberikan data,masukan dan saran dalam kaitannya dengan penyusunan
program kegiatan bimbingan dan konseling ini
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. LANDASAN REGULASI
2. LANDASAN KEILMUAN
3. LANDASAN PSIKOLOGIS
4. LANDASAN SOSIAL BUDAYA
5. LANDASAN RELEGIUS
6. LANDASAN PEDAGOGIK
BAB IV PENUTP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. LANDASAN REGULASI
Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah tentunya harus
mengikuti garis-garis besar yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan
sebagai landasan regulasi yaitu Undang Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 butir (1) menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan,ahlak mulia,serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara. Pasal
3 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat,
berilmu, cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
2. LANDASAN KEILMUAN
1) Pengertian Bimbingan dan Konseling
Adapun pengertian dari bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan
terjemahan dari guidance and counseling dalam bahasa inggris, secara harfiyah istilah
guidance itu diambil dari akar kata guide yang berarti .
1. Mengarahkan (to direct).
2. Memandu (to pilot )
3. Mengelola (to manage)
4. Menyetir (to steer)
Namun masih banyak lagi penegertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan para
ahli diantaranya Sunaryo Kartadinata (1998:3) mengartikan sebagai proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sedangkan Rochman
Natawijaya (1987:37) mengartikan biombingan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan , supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya
dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah,keluarga,masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dian akan
dapat menikmati kebahagiaan hidupnya,dan dapt memberikan sumbangan yang berarti
pada kehidupan masyarakat pada umumnya sehingga bimbingan dapat membantu
individu untuk mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
5. LANDASAN RELEGIUS
Landasan religius adalah merupakan landasan yang didasarkan pada pandangan
bahwa hakikat manusia yang merupakan homo religius atau mahluk beragama, yaitu
mahluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran
yang bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan agama itu sebagai referensi sikap
dan prilakunya. Dapat juga dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai
motif beragama, rasa keagamaan, dan kemampuan serta memahami serta mengamalkan
nilai-nilai agama, kefitrahannya inilah yang membedakan dirinya dengan
hewan dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau kemiliaannya disisi
Tuhan. Adapun alasan yang menjadikan agama sebagai landasan bimbingan dan
konseling adalah;
a) Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam rangka mencari
kebahagiaan yang hakiki di dunia ini dan di akhirat kelak. Karena agama sebagai
pedoman hidup, maka dalam semua kegiatan kehidupan manusia harus merujuk
kepada nilai-nilai agama.
b) Manusia adalah makhluk yang mempunyai fitrah beragama (homo religius) yang
berpotensi untuk dapt memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama.
c) Hakikat manusia adalah makhluk Alloh yang berfungsi sebagai hamba dan
khalifahnya. Sebagai hamba, manusia mempunyai tugas suci untuk beribadah
kepadanya. Sebagai khalifah, manusia mempunyai kewajiban atau amanah untuk
menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna bagi kesejahteraan hidup
bersama (rahmatan lil alamiin).
d) Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan hasil penelitian menunjukkan
bahwa agama sangat berperan ( berkontribusi sangat signifikan) terhadap pencerahan
diri dan kesehatan mental individu. Bertitik tolak dari hal ini maka pengintegrasian
atau penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan
suatu keniscayaan yang harus ditumbuh kembangkan.
e) Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling
berlangsung secara baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki
pemahaman dan pengamalan agama yang dianutnya dan menghormati agama
konseli.
6. LANDASAN PEDAGOGIK
Dewey (1958:62) menekankan bahwa pendidikan itu merupakan suatu proses
pertumbuhan (growth). Dalam hal ini dia menulis: Karena pertumbuhan merupakan ciri
khas dari kehidupan, maka pendidikan menjadi satu dengan pertumbuhan, tanpa akhir.
Tolok ukur mutu pendidikan di sekoplah adalah sampai dimana sekolah itu dapat
menciptakan suasana untuk pertumbuhan dan menyajikan cara-cara untuk membuat
pertumbuhan itu terlaksana dengan baik.
B. DASAR HUKUM
1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4
ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri
peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan.
4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2004 yang memberi arah pengembangan profesi
konseling di sekolah dan di luar sekolah.
5 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah
kopetensi kemandirian untuk mewujudkan diri ( self actualization) dan
pengembangan kapasitasnya ( capacity development ) yang dapat mendukung
pencapaian kelulusan.
6 Dirjen PMPTK Depdiknas tahun 2007 tentang Rambu-rambu Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal.
7 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negera Nomer 16 Tahun 2009 tentang Salah satu pilar utama penyelenggara
proses pendidikan di tingkat mokro sekolah hendaknya mampu melaksanakan
tugasnya secara professional, baik dalam mengiplementasikan perencanaan ,
pelaksanaan, penilaian, pelaporan, dan menindaklanjutin pelayanan bimbingan
konseling di sekolah.
8 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 27 Tahun 2008 tentang
Guru Bimbingan dan Konseling diharapkan mampun melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam memberikan pelayanan bimbingan konseling sesuai dengan
kompetensinya sebagai konselor diantaranya Kompetensi Pedagogik, Kepribadian,
Sosial dan Profesional.
9 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
10 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2009
tentang Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
11 SK Kepala SMP Negeri 1 Pematang Karau tentang Pembagian Tugas Guru BK
dan Jumlah Siswa Asuh tahun pelajaran 2020/2021.
C. TUJUAN
Adapun tujuan penyusunan program Bimbingan dan Konseling ini adalah :
1. Sebagai pedoman yang jelas terhadap arah pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
di sekolah,
2. Memudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
3. Agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efisien dan efektif
serta hasil-hasilnya dapat dinilai
D. MANFAAT
Program bimbingan konseling yang baik akan membawa manfaat kepada peserta
didik. Adapun manfaat program bimbingan konseling :
1. Memungkinkan Guru BK untuk menghemat waktu, usaha, biaya, dengan
menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, dan usaha coba-coba
yang tidak menguntungkan.
2. Siswa asuh akan menerima pelayanan bimbingan dan konseling secara seimbang
dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, bidang bimbingan dan jenis-jenis
layanan bimbingan yang diperlukan.
3. Setiap Guru BK mengetahui peranannya masing-masing dan mengetahui
pula bilamana dan dimana harus bertindak, dalam pada itu Guru BK akan
menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk
kepentingan siswa-siswa asuhnya.
4. Bidang Bimbingan
a. Bimbingan Belajar
b. Bimbingan Pribadi
c. Bimbingan Sosial
d. Bimbingan Karir
e. Bimbingan Keluarga
f. Bimbingan Budi Pekerti Keagamaan, akhlaq Mulia
5. Jenis Layanan
a. Layanan Orientasi
b. Layanan Informasi
c. Layanan Penempatan/Penyaluran
d. Penguasaan Konten
e. Konseling Individu
f. Konseling kelompok
g. Bimbingan kelompok
h. Konsultasi
i. Mediasi
j. Advokasi
6. Volume kegiatan
Sesuai Kalender Pendidikan
7. Frekwensi layanan
Sesuai Jadwal Kegiatan Bimbingan dan Konseling
BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
1. VISI
Terampil, berilmu berdasarkan iman dan takwa
2. MISI
1) Mewujudkan pengembangan kurikulum yang adaptif dan proaktif
2) Mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
3). Mewujudkan lulusan yang cerdas, terampil dan kompetitif
4). Mewujudkan sumber daya manusia pendidikan yang mampu dan tangguh
5). Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan standart Nasional
Pendikaan
6). Mewujudkan kelembagaan dan manajemen sekolah yang tangguh
7). Mewujudkan pengembangan standart penilaian
B. TUJUAN KHUSUS
1. Siswa mempunyai rasa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Siswa memahami dan dapat menyikapi perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada
dirinya
3. Siswa mempunyai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya sebagai pria dan
wanita serta kematangan social
4. Siswa berkepribadian santun sesuai dengan nilai yang ada di masyarakat
5. Siswa memahami kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki serta
mengembangkannya
6. Siswa mempunyai gambaran tentang studi lanjut dan pengetahuan yang harus
dikembangkan
7. Siswa mempunyai kesadaran tanggung jawab intelektual yang tinggi
8. Siswa mampu mengembangkan dirinya dengan berbudi pekerti luhur sebagai
pribadi, anggota masayarakat dan warga Negara.
C. PERMASALAHAN
F. FUNGSI LAYANAN
a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya.
e. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas
hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
G. JENIS-JENIS LAYANAN
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru,
terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk
menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di
lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima danmemahami
berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten
tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di
sekolah, keluarga, dan masyarakat.
e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan,
dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika
kelompok.
g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan
dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan
dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Implementasi Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 2013
mengamanahkan layanan peminatan peserta didik. Bukan berarti bahwa layanan BK
hanya memuat layanan peminatan tetapi layanan peminatan merupakan bagian dari
pelayanan Bimbingan dan Konseling secara utuh. Peminatan di SMP/MTs : diberikan
pada peserta didik SMP/MTs yang akan melanjutkan ke SMA/MA dan SMK mereka
dibantu untuk memperoleh informasi yang cukup , lengkap tentang jenis dan
penyelenggaraan masing-masing SMA/MA dan SMK. Pilihan peminatan kelompok
mata pelajaran, Peminatan lintas mata pelajaran, Peminatan pendalaman materi
mata pelajaran , dan arah karir yand ada dan kemungkinan study lanjut
H. Kegiatan Pendukung
a. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta
didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-
tes.
b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan
pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam
pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang
bersifat terbatas dan tertutup.
I. FORMAT KEGIATAN
a.Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara
perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik
melalui suasana dinamika kelompok.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik
dalam satu kelas.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah
peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.
Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan konseling yang melayani kepentingan peserta
didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.
BAB III
PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING
B. PENYUSUNAN PROGRAM
Penyususnan program Bimbingan dan Konseling memerluhkan langkah- langkah
yang menyeluruh dan integral menurut Harold J Burback dan Larry e Deker (
1977 : 198 ) mengemukakan langkah-langkah dalam suatu perencanaan sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan yang dicapai
b. Menganalisis tentang sumber-sumber dan kendala c.
Menganalisis tentang kebutuhan-kebutuhan
d. Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan dapat di ukur
e. Menentukan Prioritas
f. Menentukan strategi-strategi dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tujuan
–tujuan yang spesifik
g. Mengadakan evaluasi terhadap perencanaan
h. Mengadakan beberapa perubahan –perubahan yang perlu untuk perbaikan
Sedangkan menurut Yosep W. Holis ( 1965;23-24 )
a. Mengidentifikasi kebutuhan
b. Study mengenal layanan bimbingan yang telah adad dan mengembangkan pedoman
kegiatan untuk layanan yang baru atau layanan yang diperbaiki lagi
c. Menetapkan cara-cara untuk mengumpulkan data dan menyebarkan data
d. Memodifikasi program
e. Seleksi tipe organisasi Bimbingan dan Konseling dan menetapkan peranan tenaga
pelaksana
f. Menyeleksi koordinatordan pimpinan masing-masing bimbingan program layanan
bimbingan dan konseling
g. Menetapkan fasilitas yang memadai
h. Pemeliharaan catatan dan dan laporan yang memadai dalam seluruh kegiatan
layanan bimbingan dari setiap individu Pendidikan In-Survice bagi rekan sekerja (
Sejawat )
2. Tujuan Penilaian
Untuk mengetahui keberhasilan layanan dilakukan penilaian. Dengan penilaian ini
dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap
siswa yang mendapatkan layanan. Penilaian ditujukan kepada perolehan siswa yang
menjalani layanan. Perolehan ini diorientasikan pada :
a. Pengentasan masalah siswa : sejauh manakah perolehan siswa menunjang bagi
pengentasan masalahnya? Perolehan itu diharapkan dapat lebih menunjang
terbinanya tingkah laku positif, khususnya berkenaan dengan permasalahan
dan perkembangan diri siswa.
b. Perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, motivasi,
kebiasaan, keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep diri, kemampuan
berkomunikasi, kreatifitas, apresiasi terhadap nilai dan moral.
3. Fokus Penilaian
Secara khusus fokus penilaian diarahkan kepada berkembangnya:
a. Pemahaman baru; yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan
masalah yang dibahas.
b. Perasaan positif; sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan
melalui layanan.
Rencana kegiatan;yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan
layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah
yang dialaminya.
Semua fokus penilaian itu, khususnya rencana kegiatan secara jelas mengacu kepada
kompetensi yang diaplikasikan siswa untuk pengentasan permasalahan yang
dihadapinya dalam rangka kehidupan sehari-hari yang lebih efektif.
E. Tahap-tahap penilaian
Tahap penilaian bimbingan dan konseling dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. . Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan
dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang
dilayani.
2. . Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu
minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan
pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak
layanan/kegiatan terhadap peserta didik.
3. . Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu
(satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan
kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak
layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.
Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis
terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan
SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.
Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG
Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk
setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.
F. Penjadwalan
Program bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk (1) kontak langsung, dan (2)
tanpa kontak langsung dengan siswa. Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan
secara klasikal di kelas perlu dialokasikan waktu terjadwal 1–2 jam pelajaran per-kelas
per-minggu. Sementara kegiatan langsung yang dilakukan secara individual dan
kelompok dapat dilakukan di ruang bimbingan, dengan menggunakan jadwal di luar
jam pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung dengan siswa dapat
dilaksanakan melalui tulisan (seperti buku-buku, brosur, atau majalah dinding),
kunjungan rumah (home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan
(referral )
G. Pengawasan Kegiatan
1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui
kegiatan pengawasan.
2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara:
a. interen, oleh kepala sekolah.
b. eksteren, oleh pengawas sekolah bidang konseling.
3. Fokus pengawasan adalah kemampuan profesional konselor dan implementasi
kegiatan pelayanan konseling yang menjadi kewajiban dan tugas konselor di sekolah.
4. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan.
(LIHAT Lampiran)
I. TINDAK LANJUT
Dari evaluasi program akan diketahui program mana yang sudah dan belum
dilaksanakan. Program yang belum dilksanakan akan dicarikan solusinya agar dapat
dilaksanakan.
J. LAPORAN
Akhirnya seluruh kegiatan program akan dilaporkan sebagai pertanggungjawaban
program. Laporan program meliputi Laporan bulanan, semester/tahunan.
K. ANGGARAN
Anggaran program bimbingan konseling diajukan sebagai upaya menunjang proses
pelaksanaan program. Adapun anggaran terperinci sebagai berikut:
ANGGARA
No PROGRAM RINCIA N
JUMLAH SUMBER
N
Managemen • ATK Rp 1,250,000 RKAS
2020/2021
• Kegiatan rapat
Layanan Dasar • Layanan informasi, Rp 750,000 RKAS 2020/2021
orientasi, penempatan
dan penyaluran,
penguasaan konten,
bimbingan kelompok.
• Kegiatan pendukung
Perencanaan • kegiatan
ekstrakurikuler
Individual • pelatihan
ketrampilan
Kesimpulan