Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Bimbingan konseling memiliki peranan yang penting demi
perkembangan optimal siswa. Bimbingan konseling di sekolah bertindak sebagai
pengampu layanan bimbingan, salah satunya untuk memotivasi siswa, memberikan
layan informasi pada siswa, memberikan bimbingan-bimbingan yang bermanfaat
bagi siswa seperti bimbingan kelompok, bimbingan belajar teman sebaya,
memberikan layanan konseling bagi siswa, memberikan layanan orientasi, dan
masih banyak yang lainnya. Dalam aktivitas sekolah, siswa memerlukan bimbingan
bukan hanya dalam pembelajaran di kelas. Guru kelas merupakan pembingbing
yang paling tepat untuk menjadi seorang pembingbing. Guru harus mengetahui
tentang pola bimbingan konseling di sekolah. Dengan adanya bimbingan konseling
siswa dapat secara optimal dalam tumbuh kembang di sekolah ataupun di
masyarakat.
Berdasarkan fakta yang ada di lapangan, guru kelas memiliki kesampatan
untuk melakukan bimbingan konseling secara optimal karena mempunyai banyak
waktu bersama para siswa sehingga guru kelas mengetahui sejauh mana tumbuh
kebang para siswanya. Namun sayangnya, tidak semua guru kelas dapat melakukan
bimbingan konseling terhadap siswa dengan baik.
Bimbingan konseling yang kurang optimal yang diberikan kepada siswa
dapat menyebabkan sulitnya mengarahkan siswa pada tujuan pendidikan yang
semestinya yaitu mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka
sehingga institusi pendidikan akan menghasilkan ouput yang kurang optimal
kualitasnya.
Demi meningkatkan layanan bimbingan konseling di sekolah dasar para
mahasiswa sebagai calon guru sekolah dasar sangat disarankan untuk mengenal dan

1
memahami lebih lanjut tentang bimbingan konseling agar nantinya dapat
memberikan pelayanan yang baik kepada siswa. Sehingga apa yang menjadi tujuan
pendidikan dapar tercapai secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut.
1. Apa pengertian bimbingan dan konseling?
2. Apa persamaan dan perbedaan bimbingan dan konseling?
3. Apa tujuan bimbingan dan konseling?
4. Apa fungsi bimbingan dan konseling?
5. Apa asas-asas bimbingan dan konseling?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penyusunan makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan bimbingan dan konseling.
3. Untuk mengetahui tujuan bimbingan dan konseling.
4. Untuk mengetahui fungsi bimbingan dan konseling
5. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan dan konseling.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat
mengetahui konsep dasar Bimbingan dan Konseling khususnya di tingkat Sekolah
Dasar sehingga dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling
Istilah bimbingan dan konseling/penyuluhan merupakan istilah yang umum
digunakan sehari-hari. Dimana-mana kita mendengar orang mengucapkan istilah
bimbingan dan konseling/penyuluhan, seperti bimbingan dan penyuluhan keluarga
berencana, bimbingan dan penyuluhan agama, bimbingan dan penyuluhan hukum,
dan sebagainya. Untuk dapat memahami maksud bimbingan dan
konseling/penyuluhan yang sesungguhnya maka perlu digali kembali dari mana
istilah itu berasal. Istilah bimbingan dan konseling yang saat ini dikembangkan di
Indonesia berasal dari Amerika Serikat, yang bernama “guidance and counseling”.
1. Bimbingan
Banyak yang memaknai arti kata “bimbingan” jika dilihat dari sudut
sematiknya bimbingan dalam bahasa asing “guidance”. Pada dasarnya, bimbingan
merupakan upaya untuk membantu mengoptimalkan individu. Berikut adalah
pengertian bimbingan menurut para ahli
a. Frank W. Miller (1986) dalam Wilis (2007:10) mengemukakan bimbingan
adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang
dibutuhankan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah,
keluarga, masyarakat.
b. Crow & Crow (1960) dalam Dharsana (2016:97) mengemukakan bimbingan
adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang
telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang
memadai kepada seorang individu dari semua usia untuk membantunya
mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, dan menanggung bebannya
sendiri.
c. Jones dalam Dharsana (2016:97) menyatakan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam menentukan pilihan-
pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian secara bijaksana dengan
lingkungannya.
d. Mortensen & Schmuller (1964) dalam Dharsana (2016:97) menyatakan bahwa
bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program

3
pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan
layanan-layanan petugas dengan mana setiap individu dapat mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan kecakapan-kecakapannya secara penuh sesuai
dengan yang diharapkan.
e. Djumhur (2002:23) menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses
membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya untuk memperoleh kebahagiaan pribadi dan
manfaat sosial.
Lebih lanjut untuk memudahkan ingatan dapat disimpulkan unsur-unsur
pokok pengertian dari bimbingan:
B = Bantuan
I = Individu
M = Mandiri
B = Bahan
I = Interaksi
N = Nasehat
G = Gagasan
A = Asuhan
N = Norma
Unsur-unsur tersebut dapat dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada individu agar dapat mandiri dengan mempergunakan
berbagai bahan, interaksi, nasehat, dan gagasan, dalam suasana asuhan berdasarkan
norma-norma yang berlaku (Sukardi, 1988:18).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan sebuah usaha
pendekatan konselor dengan klien bukan hanya menyelesaikan sebuah masalah
yang dihadapi namun mengembangkan potensinya dengan berbagai anjuran atau
nasehat sebagai solusi berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Konseling
Sebutan konseling merupakan konversi dari bahasa Inggris “counseling”
jika ditinjau dari segi sematik dalam kamus bahasa Inggris, kata counseling
dikaitkan dengan kata counsel yakni berarti nasehat, anjuran, dan pembicaraan.
Kata counseling pada saat ini telah diterjemahkan dengan konseling, tetapi kadang-

4
kadang konseling juga masih diterjemahkan dengan penyuluhan. Namun pengertian
penyuluhan terkandung adanya makna keaktifan yang searah seperti halnya dalam
bimbingan, seperti “wayang suluh”, yaitu ingin memberikan “sesuluh” atau ingin
memberikan penyuluhan. Padahal dalam pengertian counseling salah satu
prinsipnya adalah aktifitas konseling tidak hanya dilakukan dari pihak konselor
saja, tetapi konselor harus mengusahakan adanya hubungan yang timbal balik
antara konselor degan klien, bahkan diharapkan yang lebih berperan aktif adalah
klien (Walgito, 1982:10). Berikut adalah pengertian konseling menurut para ahli.
a. Moh. Surya (1988:38) mengemukakan bahwa konseling merupakan upaya
bantuan yang diberikan kepada klien supaya dia memperoleh konsep diri dan
kepercayaan diri sendiri untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki
tingkah laku pada masa yang akan datang dengan mengenali diri sendiri, orang
lain, pendapat orang lain terhadap dirinya, tujuan yang dikehendaki dan
kepercayaannya.
b. Natawijaya dalam Siradj (1982:18) menyatakan bahwa konseling merupakan
bagian terpadu dari bimbingan yaitu hubungan timbal balik antara dua individu
dimana yang satu berusaha membantu mencapai pengertian tentang dirinya
dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapi sekarang maupun
yang akan datang.
c. Glenn E. Smith dalam Dharsana (2016:98) menyatakan bahwa konseling
merupakan proses dalam mana konselor membantu klien membuat
interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan suatu
pilihan, rencana atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
d. Milton E. Hann and Malcolm S. O. Maclean dalam Dharsana (2016:98)
mengemukakan bahwa konseling merupakan proses yang terjadi dalam
hubungan-hubungan seseorang dengan seseorang antara individu yang
berkesulitan karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri
dengan seorang pekerja yang karena latihan dan pengalaman yang dimilikinya
mampu membantu orang lain memperoleh pemecahan-pemecahan berbagai
jenis masalah pribadi.
e. Pepinsky dalam Dharsana (2016:98) mengemukakan bahwa konseling
merupakan interaksi yang (a) terjadi antara dua individu yang masing-masing

5
disebut konselor dan klien; (b) diadakan dalam suasana professional; (c)
diciptakan dan dikembangkan sebagai alat untuk memudahkan perubahan-
perubahan dalam tingkah laku klien.
f. Patterson dalam Dharsana (2016:98) menyatakan bahwa konseling merupakan
proses yang melibatkan hubungan-hubungan antar pribadi antara seorang ahli
terapi dan seorang atau beberapa klien dengan cara mana yang pertama (ahli
terapi) menggunakan metode-metode psikologi berdasarkan atas pengetahuan
yang sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan
kesehatan mental orang kedua (klien).
g. Edwin C. Lewis dalam Dharsana (2016:99) menyatakan bahwa konseling
merupakan proses dengan mana pribadi yang bermasalah (klien) dibantu untuk
merasa dan bertindak dalam cara-cara yang lebih matang melalui interaksi
pribadi yang tidak bermasalah (konselor) yang menyediakan informasi dan
reaksi-reaksi yang merangsang klien mengembangkan tingkah laku- tingkah
laku yang memungkinkannya menjadi lebih efektif dengan dirinya dan dengan
lingkungannya.
h. Dharsana (2016:100) mengemukakan bahwa konseling merupakan proses
pemberian bantuan yang dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka antara
seorang ahli (yaitu orang yang telah mengikuti pendidikan khusus dan terlatih
secara baik dalam bidang bimbingan dan konseling) dan seorang individu dan
sedang mengalami suatu masalah atau kesulitannya sendiri.
Untuk mempermudah mengingat unsur-unsur pokok pengertian konseling,
maka huruf-huruf konseling dijadikan akronim seperti berikut.
K = Kontak
O = Orang
N = meNangani
S = maSalah
E = Expert (ahli)
L = Laras
I = Integrasi
N = Norma
G = Guna

6
Unsur-unsur tersebut dapat dikatakan bahwa konseling adalah kontrak
antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien dalam
suasana yang keahlian laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-norma yang
berlaku, untuk tujuan yang berguna bagi klien (Priyatno dan Erman Anti,
1998:132).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan bagian dari bimbingan
yaitu usaha membantu klien yang lebih menekankan pada klien yang menemukan
jalan keluar sendiri yang dilakukan secara sadar dan atas kemauannya sendiri
berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan yang berguna bagi klien.

2.2 Persamaan dan Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling


Moh. Surya (1988:39) mengemukakan bahwa ada tiga pandangan tentang
hubungan bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut.
a. Pandangan pertama berpendapat bahwa kedua istilah itu adalah identik atau
sama saja, tidak ada perbedaan yang mendasar antara keduanya.
b. Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan merupakan dan konseling
merupakan dua istilah yang berbeda, baik dasar-dasar maupun cara
kerjanya. Menurut pandangan ini bimbingan dianggap sama dengan
pendidikan sedangkan konseling dianggap sama dengan psikoterapi, yaitu
usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah yang serius.
c. Pandangan ketiga menyatakan bahwa bimbingan dan konseling merupakan
kegiatan yang terpadu. Kedua istilah itu tidak terpisah satu sama lain,
sehingga bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling.
Berdasarkan uraian di atas, bimbingan dan konseling memiliki persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan sebagaimana diuraikan di bawah ini.
1. Persamaan
Istilah bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki persamaan-
persamaan tertentu. Dharsana (2016:101) mengemukakan bahwa persamaan yang
lebih jelas antara keduanya terletak pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu sama-
sama berusaha untuk memandirikan individu, sama-sama diterapkan dalam
program persekolah, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di
lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan. Dengan kata

7
lain, bimbingan itu merupakan satu kesatuan dengan konseling yang mana
konseling berada dalam kesatuan bimbingan tersebut.
2. Perbedaan
Dharsana (2016:101) menyatakan bahwa istilah bimbingan dan konseling
juga memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain, walaupun kedua istilah
itu tetap merupakan kegiatan yang terpadu dalam program pendidikan.
Perbedaannya terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang
menyelenggarakannya. Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut
dengan usaha pemberian informasi dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa,
sedangkan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap
muka antara dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien. Dilihat dari segi
tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala sekolah,
dan orang dewasa lainnya kepada individu (siswa) yang memerlukannya. Karena
sifat dan bentuk kegiatannya yang khas, konseling hanya dapat dilakukan oleh
tenaga-tenaga yang telah terdidik dan terlatih. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa konseling itu merupakan bentuk khusus dari bimbingan yaitu suatu layanan
yang diberikan oleh konselor kepada klien secara individu.

2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki tujuan tertentu.
Dalam Dharsana (2016 : 101) tujuan itu dapat dibedakan atas tujuan umum dan
tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Secara umum, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan agar
setelah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling siswa dapat mencapai
perkembangannya secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, dan nilai-nilai
yang dimiliki. Tujuan ini dirumuskan berdasarkan kenyataan adanya perbedaan
antara siswa sesamanya. Setiap siswa memiliki keunikan-keunikan tertentu.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan agar
siswa dapat:

8
a. Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenai segala kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya berkenaan dengan bakat, kemampuan, minat,
sikap dan perasaannya.
b. Memahami lingkungannya dengan baik, yang meliputi lingkungan pendidikan,
lingkungan pekerjaan dan lingkungan sosial masyarakat. Dari segi lingkungan
pendidikan siswa hendaknya dapat memahami baik sekolah yang diikutinya
sekarang maupun sekolah lanjutan yang akan dimasukinya kelak, seperti
peraturan-peraturan sekolah, kemudahan-kemudahan yang tersedia, jenis-jenis
sekolah lanjutan yang ada, syarat-syarat masuk dan sebagainya. Dari segi
lingkungan kerja, siswa perlu memahami (setidak-tidaknya mengenal) jenis-
jenis lapangan kerja yang ada di sekitarnya seperti kondisi-kondisi kerja,
imbalan kerja, dan kemungkinan untuk pengembangan karier. Demikian pula
dari segi lingkungan sosial masyarakat, siswa perlu memahami berbagai
keadaan sosial budaya yang berkembang serta dampaknya bagi diri sendiri dan
juga bagi anggota masyarakat secara keseluruhan.
c. Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana yaitu keputusan yang dibuat
agar pemahaman mendalam tentang diri sendiri butir a dan b di atas. Dengan
pemahaman itu siswa diharapkan dapat menyesuaikan antara keadaan diri yang
dimiliki dengan keadaan lingkungan yang telah dipahaminya itu.
d. Mengatasi masalah yang dihadapi kehidupan didalam sekolah maupun diluar
sekolah kehidupan sehari-hari banyak kemungkinan masalah yang dapat
terjadi. Masalah itu adakalanya ringan dan adakalanya berat. Bahkan tak jarang
ada masalah yang memerlukan bantuan orang lain untuk mengatasainya.
Tujuan akhir yang hendak di capai dengan pelayanan bimbingan dan konseling
adalah adanya kemampuan murid itu sendiri untuk mengatasi masalah-masalah
yang dihadapinya. Untuk ini, pemahaman tentang diri sendiri dan lingkungan
serta kemampuan membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana,
sebagaimana diuraikan di atas, dapat dijadikan yang berguna dalam
menghadapi persoalan-persoalan dan yang mungkin dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan khusus ini akan menampilkan pribadi yang mandiri
menjadi diri dari pribadi yang mandiri.

9
2.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling
Banyak ahli yang mengemukakan fungsi bimbingan dan konseling, masing-
masing ahli itu mengemukakannya dengan cara yang berbeda (IIhat Morrensen dan
Sehnaulier 1967, dan Moh.Surya, 1988) Dalam Dharsana (2016: 102). Dari
sejumlah fungsi bimbingan dan konseling yang telah dikemukakan oleh masing-
masing ahli itu dapat dikembangkan berbagai fungsi umum bimbingan dan
konseling yaitu:
1) Fungsi pemahaman
2) Fungsi pencegahan
3) Fungsi pemecahan
4) Fungsi pengembangan
1. Fungsi Pemahaman
Yang pertama dan paling awal harus dilakukan oleh pembimbing adalah
siapa Mengetahui siapa dan bagaima individu siswa yang dibimbing itu berarti
brusaha mengungkapkan dan memahami apa masalah dan kesulitan yang
dihadapinya, apa dan bagaimana kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahannya. Hal ini diperoleh melalui berbagai keterangan tentang diri siswa
yang bersangkutan, baik dengan menggunakan alat atau prosedur yang sudah baku
(standardized) maupun yang belum baku.
2. Fungsi Pencegahan
Pelayanan bimbingan dan konseling harus memiliki fungsi suasana agar
pada diri siswa tidak timbul berbagai proses belajar dan perkembangannya. Untuk
melakukan fungsi ini suatu program bimbingan yang terencana dan terarah perly
ditempuh sehingga segala sesuatu yang dapat menggapai pencapaian tujuan
pendidikan, seperti kesulitan belajar, sekolah, dan masalah sosial. Beberapa
kegiatan bimbingan yang dapat mengarah pada pemahaman fungsi ini antara lain
adalah:
a. Pelayanan orientasi dan informasi, yaitu informasi tentang pendidikan lanjutan,
cara-cara belajar yang baik, masalah kehidupan sosial, pribadi, dan peraturan-
peraturan sekolah.
b. Penciptaan konsidi pendidikan yang sehat dan menunjang, seperti melengkapi
sarana dan prasarana sekolah yang memadai, menciptakan peraturan

10
pembelajaran yang logis, dan menyelenggarakan proses belajar yang
menyenangkan.
c. Kerjasama dengan orang tua murid guna menghasilkan kesepakatan dan
pandangan serta sikap dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-anak
mereka.
3. Fungsi Pemecahan
Walaupun berbagai upaya dilaksanakan tetapi masih terjadi juga masalah
pada diri siswa, upaya yang dapat dilakukan adanya upaya pemberian bantuan
pemecahan masalah yang disebut fungsi pemecahan ialah diperlukan agar masalah
yang dialami siswa dapat teratasi segera mungkin. Fungsi pemecahan merupakan
usaha yang dilakukan dengan berbagai upaya yang dilakukan dengan
menyelesaikan kesulitan yang dialai siswa dalam proses belajar di sekolah. Masalah
yang dialami siswa itu dapat berupa sikap yang buruk, dan kesulitan menangkap isi
pelajaran. Fungsi pemecahan ini dapat diselenggarakan oleh konselor atau guru
sesuai dengan jenis dan sifat dari kesulitan yang dialami oleh siswa.
4. Fungsi Pengembangan
Pelayanan bimbingan dan konseling bukan sekedar mengatasi kesulitan
yang dialami siswa, melainkan juga berupaya agar siswa mendapatkan apa yang
harus dimilikinya. Fungsi ini dapat dilakukan antara lain dengan menyalurkan
bakat, kemampuan dan minat, serta cita-cita siswa dengan menyediakan berbagai
kegiatan di sekolah seperti kegiatan olah raga, kesenian, kelompok studi tertentu,
palang merah, pramuka, dan kelompok pecinta alam.

2.5 Asas-Asas Bimbingan dan Konseling


Yang dimaksud dengan asas adalah dasar atau landasan yang mendasari
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Berdasarkan landasan yang ada, akan
terbangunlah berbagai konsep penyelenggaraan bimbingan dan konseling
(termasuk prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagaimana telah
dikemukakan pada bagian drpan). Para petugas bimbingan sangat diharapkan
memperhatikan dan menerapkan asas-asas bimbingan dan konseling dalam
melakukan layanan bimbingan dan konseling terhadap individu (murid) yang
memerlukannya. Asas-asas yang di maksud adalah Prayitno (dalam Olas Astawa)

11
1. Asas Kerahasiaan
Penerapan asas kerahasiaan dalam layanan bimbingan dan konseling
mengandung pengertian bahwa segalla sesuatu dibicarakan individu dalam proses
bimbingan tidak boleh disampaikan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
Dengan demikian para petugas bimbingan ( konselor, guru, wali kelas, dan petugas
bimbingan lainnya) harus menyimpan dan menjaga kerahasiaan segala data dan
tentang keterangan siswa, baik yang di peroleh langsung dari siswa sendiri maupun
dari orang lain.
Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam bimbingan dan konseling.
Jika asas-asas ini benar-benar diterapkan, maka petugas bimbingan akan
mendapatkan kepercayaan dari murid. Pada gilirannya pelayanan bimbingan dan
konseling yang disediakan akan berrmanfaat secara baik oleh siswa-siswa
disekolah.
2. Asas Kesukarelaan
Asas kesukarelaan mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling hendaknya berlangsung atas dasar sukarela dan ketulusan, baik dari
pihak konselor maupun dari pihak klien. Dalam hal ini guru berkewajiban
menumbuhkan sikap kesukarelaan itu pada diri siswa, sehingga dia mampu
menghilangkan rasa keterpaksaan berada dalam suasana bimbingan tersebut. Asas
kesukarelaan sangat erat kaitannya dengan asas kerahasiaan. Jika siswa telah
meyakini bahwa masalahnya akan dirahasiakan oleh gurunya, maka sangat
diharapkan siswa tersebutakan mendatangi gurunya secara sukarela
3. Asas Keterbukaan
Bimbingan dan konseling akan memperoleh hasil yang besar bila
berlangsung dalam suasana saling terbuka. Diharapkan masing-masing pihak
bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang dialami oleh
klien. Sisw ayang menjadi klien diharapkan dapat mengungkapkan segala sesuatu
yang berkenaan dengan masalah-masalahnya secara terbuka tanpa ada ditutup-
tutupi, dan begitu pula pembimbing hendaknya dapat menanggapi permasalahan
tersebut secara terbuka. Perlu diingat bahwa asas keterbukaan sangat berhubungan
dengan asas kerahasiaan dan kesukarelaan. Keterbukaan klien terwujud bilamana

12
ia meyakini atas kerahasiaan itu, dan selanjutnya ia akansukarela membuka dirinya
kalau ia tidak merasa terpaksa dalam suasana bimbingan itu.
4. Asas Keyakinan
Masalah yang perlu dan langsung ditanggulangi dalam bimbingan dan
konseling adalah masalah yang sedang dialami atau sedang dirasakan oleh klien
pada saat sekarang, bukan masalah yang dialami pada masa yang akan datang.
Dengan demikian pembimbing tidak akan membahas masalah yang dialami klien
pada masa lampau yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan keadaan sekarang.
Begitu pula pembimbing juga tidak akan menangani masalah klien yang mungkin
dialami pada masa yang akan datang bila keadaan tersebut tidak berkaitan dengan
masalahnya sekarang.
Pembahasan tentang masa lalu dengan klien perlu dilakukan sepanjang
keadaan itu menjadi latar belakang masalah yang dihadapinya sekarang. Begitupula
pembahasan masalah yang akan datang dipandang perlu bila keadaan itu akan
menjadi akibat dari masalah yang dialami pada masa sekarang.
5. Asas Kemandirian
Kemandirian merupakan tujuan dari usaha bimbingan dan konseling. Asas
kemandirian mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
bertujuan untuk membuat siswa menjadi mandiri, tidak tergantung kepada orang
lain. Dalam penerapan asas kemandirian itu termasuk pula pemahaman tentang
keunikan individu siswa. Seseorang yang mandiri akan mampu berkepribadian
sendiri tanpa tenggelam atau terbawa arus oleh penyamaran (peniruan) buta
terhadap orang lain.
6. Asas Kegiatan
Pelayanan bimbingan konseling di sekolah tidak akan membuahkan hasil
yang berarti bilamana siswa tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dalam
usahanya mencari tujuan bimbingan dan konseling. Asas kegiatan dari bimbingan
dan konseling mengharapkan siswa melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
sehubungan dengan isi dan proses layanan yang diterimanya. Oleh sebab itu guru
hendaklah berusaha membangkitkan semangat dan minat siswa untuk mau
melaksanakan kegiatan-kegiatan diperlukan untuk penyelesaian masalah yang
dihadapinya.

13
7. Asas Kedinamisan
Pelayanan bimbingan dan konseling mengehendaki terjadinya perubahan
pada diri siswa yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan
yang menjadi tujuan dari bimbingan dan konseling tidak hanya sekedar mengukang
hal-hal lama bersisifat monoton, melainkan perubahan yang menuju ke sesuatu
yang baru, kreatif, dan maju.
8. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya dapat memandu berbagai
aspek kepribadian siswa, seperti keterpaduan antar cita-cita dengan kemampuan,
bakat, minat, dan emosi dari siswa yang bersangkutan. Masalah-masalah yang
dihadapi siswa dapat disebabkan karena tidak adanya saling kesesuaian dan
keterpaduan dari berbagai segi yang ada pada dirinya.
Asas keterpaduan berisi keterpaduan yang ada pada diri siswa, dan juga
keterampilan antar isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan sampai terjadi
aspek layanan yang satu tidak sesuai dengan aspek yang lain.
9. Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dilaksanakan menurut
norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma adat, norma hukum maupun
kebiasaan sehari-hari. Seorang siswa yang mengalami masalah tidak dapat
memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam, misalnya tidak boleh
disarankan oleh pembimbing untuk menyontek tidak bersifat normatif.
10. Asas Keahlian
Asas keahlian mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling hendaklah dilakukan secara teratur, sistematik, dan menggunakan teknik
serta peralatan yang memadai. Agar dapat melakukan kegiatan seperti itu, para
petugas bimbingan perlu mendapatkan latihan yang memadai sehingga dengan
demikian layanan tersebut mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
11. Asas Ahli Tangan
Jika guru telah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membuat
siswa, tetapi siswa tersebu belum juga mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi, maka guru harus mengalih tangankannya kepada petugas atau badan lain
yang lebih ahli. Disamping itu, asas ini juga mengisyaratkan bahwa guru melayani

14
masalah-masalah sesuai dengan kewenangannya, petugas bimbingan harus
mengalih tangankan kepada petugas atau badan yang lebih berwenang untuk
mengatasi masalah tersebut.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini mengacu ke asas yang hendaknya ada dan tercipta dalam
bimbingan dan konseling. Suasana yang dimaksud adalah aman, nyaman, serta
menyenangkan bagi siswa. Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
disamping menerpakan asas “Tut Wuru Handayani” juga harus dilengkapi dengan
asas “Ing Ngarso Sung Tulodo” dan “Ing Madyo Mangun Karso”. Guru dan juga
personil sekolah lainnya wajib memberikan contoh teladan kepada siswa-siswanya
di samping mengegrakan semangat siswa-siswa dalam upaya mengatasi masalah-
masalah mereka disekolah.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bimbingan merupakan sebuah usaha pendekatan konselor dengan klien bukan
hanya menyelesaikan sebuah masalah yang dihadapi namun mengembangkan
potensinya dengan berbagai anjuran atau nasehat sebagai solusi berdasarkan
norma-norma yang berlaku. Konseling usaha membantu klien yang lebih
menekankan pada klien yang menemukan jalan keluar sendiri yang dilakukan
secara sadar dan atas kemauannya sendiri berdasarkan norma-norma yang
berlaku, untuk tujuan yang berguna bagi klien.
2. Persamaan bimbingan dan konseling terletak pada tujuan yang hendak dicapai
dan perbedaannya teletak pada isi kegiatan dan tenaga penyelenggaranya.
3. Tujuan bimbingan dan konseling ada dua yaitu tujuan umum yaitu siswa dapat
mencapai perkembangannya secara optimal dan tujuan khusus yaitu agar siswa
dapat memahami diri dan lingkungannya dengan baik, mampu membuat
pilihan dan keputusan dengan bijaksana, dan mengatasi masalah yang
dihadapinya.
4. Fungsi bimbingan dan konseling ada empat, yaitu fungsi pemahaman, fungsi
pencegahan, fungsi pemecahan. fungsi pengembangan.
5. Asas-asas bimbingan dan konseling ada 12, yaitu asas kerahasiaan, asas
kesukarelaan, asas keterbukaan, asas keyakinan, asas kemandirian, asas
kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas
keahlian, asas ahli tangan, asas tut wuri handayani

3.2 Saran
Calon pendidik khususnya di Sekolah Dasar sebagai seorang guru kelas
wajib memahami bimbingan dan konseling, baik prosedur bimbingan dan konseling
maupun tata cara dalam memberikan bimbingan dan konseling karena guru kelas
yang paling mengetahui karakteristik peserta didiknya sehingga akan dapat
membantu peserta didik memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

16

Anda mungkin juga menyukai