Anda di halaman 1dari 58

BAB I

KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari kata guidance dan
counseling dalam bahasa Inggris. Arti dari kedua istilah itu baru dapat ditangkap
dengan tepat, bila ditinjau apa yang dimaksudkan dengan kedua kata asli dalam
bahasa Inggris. Dalam kamus bahasa Inggris Guidance dikaitkan dengan kata
dasar guide, yang artinya: menunjukkan jalan, memimpin, menuntun, memberikan
petunjuk, mengatur dan mengarahkan, atau memberikan nasihat. Menurut
Dunsmoor dan bimbingan adalah membantu individu untuk memahami dan
menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan dan
pribadi yang merekan miliki atau dapat mereka kembangkan, dan sebagai bentuk
bantuan yang sistematik, dimana siswa dibantu untuk dapat memperoleh
penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap lingkungannya.
Kemudian bimbingan menurut C. Patterson, yaitu proses yang melibatkan
hubungan antar pribadi antara seorang konselor dengan satu atau lebih klien
dimana konselor menggunakan metode-medote psikologis atas dasar pengetahuan
sistematika tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan
mental klien. Selanjutnya menurut Shertzer dan Stone menyatakan bahwa
konseling adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu, masing-masing
disebut konselor dan klien. Interaksi ini terjadi dalam susana profesional,
dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam
tingkah laku klien.1
Lebih lanjut Menurut Berdnad & Fullmer, konseling adalah meliputi
pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,
motivasi dan potensi-potensi yang unik dari individu yang bersangkutan untuk
mengapresiasikan ketiga hal tersebut. Selanjutnya Menurut Mc. Daniel, konseling
merupakan rangkaian pertemuan konselor dengan klien. Dalam pertemuan itu,

1
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 16.

1
konselor membantu klien mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.Tujuan
pemberian bantuan itu adalah agar klien dapat menyusuaikan diri, baik dengan
diri maupun lingkungan.
Pengertian bimbingan secara luas adalah suatu proses pemberian yang
terus menerus dan sistematis kepada individu di dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya agar tercapainya kemampuan untuk dapat memahami dirinya,
kemampuan untuk dapat merealisasikan kemampuan dirinya sesuai dengan
potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dalam lingkungan,
baik di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sedangkan konseling adalah pertemuan empat mata antara konselor dan
konseling yang berisi usaha yang unik dan manusiawi, yang dilakukan dalam
suasana keahlian dan yang didasarkan atas normo-norma yang berlaku. Di dalam
pelayanan konseling terdapat beberapa bentuk dari konseling itu sendiri antara
lain: Konseling perorangan (individual) dan konseling kelompok. Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik
pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (konselor) kepada individu-
individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi oleh klien.
Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling
merupakan suatu profesi yang mestinya hanya dilakukan oleh orang-orang yang
berkompotensi baik dari segi ilmu pengetahuan, kemahiran, pendidikan dan
pengalaman. Serta membantu dalam suatu masalah, memberi jalan penyelesaian
dalam masalah yang dihadapi. Ada hubungan timbal balik antara individu, dimana
konselor berusaha untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam
hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya yang akan datang. Konselor
hanya memberi jalan hasil akhir ada ditangan konseling itu sendiri2
B. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang
diharapkan, atau sesuatu yang ingin dicapai melalu berbagai kegiatan yang

2
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 17.

2
diprogramkan.Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang
menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi siswa yang diharapkan
berkembang (kompetensi siswa) melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang
diprogramkan. Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dan konseling
bertujuan untuk membantu siswa agar memilikk kemampuan untuk
mengembangkan potensi dirinya, atau menginternalisasi nilai-nilai yang
terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya.
Kemampuan meniternalisasi itu meliputi kepada tiga tahapan, diantaranya
yaitu: (1) pemahaman (awareness), (2) sikap (accommodation), dan keterampilan
atau tindakan (action). Tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling
adalah (1) membantu siswa mengembangkan pemahaman diri, sesuai dengan
kecakapan, minat, hasil belajar dan kesempatan yang ada, (2) membantu siswa
menjalani proses sosialisasi dan personalisasi nilai-nilai dan mengambngkan
kepekaan terhadap kebutuhan dan keadaan orang lain, (3) membantu siswa
mengembangkan motif instrinsik dalam belajar sehingga tercapai tujuan
pengajaran yang bermakna, (4) menumbuhkan dorongan untuk mengarahkan diri,
memecahkan masalah, menentukan pilihan dan keputusan, melibatkan diri dalam
proses pendidikan, (5) membantu siswa mengembangkan sikap dan nilai yang
mengarah kepada pembentukan keutuhan pribadi, (6) membantu siswa dalam
memahami perilaku orang lain, (7) membantu siswa memperoleh kepuasan
pribadi dalam penyesuaian diri terhadap masyarakat.3
Secara umum, tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan
konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya serta menerima dirinya secara positif
dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Secara khusus tujuan
bimbingan dan konseling disekolah ialah agar peserta didik, dapat:
a. Mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin.
b. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri.

3
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 18.

3
c. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi
lingkungannya, yang meliputu lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial,
ekonomi dan kebudayaan.
d. Mengatasi kesulitan dan mengidentifikasi dan memecahkan masalahanya.
e. Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya
dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
f. Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan disekolah tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bimbingan
konseling adalah mengatasi masalah yang dialami anak dalam perkembangannya,
sekaligus memaksimalkan tugas perkembangan anak sehingga mampu
memecahkan segala masalah yang dihadapi dan menjadi dewasa yang seutuhnya.4
C. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu
ketentuan-ketentuan yang harus ditetapkan dalam penyelengraan pelayanan. Asas-
asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan,
keahlian, ahli tangan, dan tut wuri hadayani.5
1. Asas kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan siswa
(klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak
boleh dan tidak layak diketahui orang lain.
2. Asas kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa (klien)
mengkuti/menjalani layanan/ kegiatan yang diperuntukkan baginya. Konselor
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan.

4
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 19.
5
Ibid, hlm. 22.

4
3. Asas keterbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi mengembangkan
dirinya.
4. Asas kegiatan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan
dapat berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan dan
Konseling harus mendorong dan memotivasi siswa untuk aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asa kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling,
yaitu siswa (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri.
6. Asas kekinian
Asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan
konseling, yakni permasalahan yang dihadapi siswa/klien adalah dalam kondisi
sekarang. Adapun masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan
memiliki keterkaitan dengan apa yang diperbuat siswa (klien) pada saat
sekarang.
7. Asas kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan
siswa/klien hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan keutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.6

6
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 19.

5
8. Asas keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
9. Asas kenormatifan
Asas yang menghendaki agar seluruh layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling didasarkan pada norma- norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan- kebiasaan yang
berlaku.
10. Asas keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini,
para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya
hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan
konseling.
11. Asas alih tangan kasus
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan kepada pihak
yang lebih ahli.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan,
serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa (klien) untuk maju.7

7
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 23-24.

6
BAB II
FUNGSI DAN PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Fungsi Bimbingan dan Konseling


Pelayanan Bimbingan dan Konseling mengemban sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-
fungsi tersebut adalah berikut ini:8
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi:
a. Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri,
orang tua, guru pada umumnya, guru kelas, dan guru pembimbing.
b. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di dalamnya
lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh peserta didik-sendiri,
orang tua, guru pada umumnya, guru kelas, dan guru pembimbing.
c. Pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk didalamnya
informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan sosial informasi
budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta didik.
2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu,
menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu
dalam proses perkembangannya.
3. Fungsi pengetasan,yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami oleh peserta didik.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan,yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi

8
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 19-20.

7
positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.
Keberadaan bimbingan dan konseling memiliki beberapa fungsi dalam
proses pelaksanaannya, diantaranya adalah (1) fungsi pemahaman, yaitu
memahami karakter siswa. Bimbingan akan efektif jika bertolak dari karakteristik
dan kebutuhan siswa, (2) fungsi pengembangan, yaitu fungsi membantu siswa
dalam mengembangkan kecakapan dan kemampuan yang dimiliki melalui berbagai
kesempatan yang diperoleh secara wajar, realistis dan normative, (3) fungsi
pencegahan, yaitu mencegar individu dari perkembangan atau hal-hal yang tidak
dikehendaki, (4) fungsi penyembuhan, yaitu membantu memecahkan masalah yang
dihadapi dan mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
berikutnya, (5) fungsi penyesuaian, yaitu berfungsi membantu individu untuk
memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat, sehingga dapat hidup serasi antara
dirinya dengan lingkungannya, (6) fungsi adaptasi, yaitu fungsi penyesuaian
program kegiatan terhadap kemampuan dan kondisi individu, (7) fungsi
penyaluran, yaitu fungsi membantu individu dalam memilih bidang-bidang
pendidikan dan pekerjaan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan individu.
Dalam perspektif Islam, maka agama Islam sebagai pedoman hidup
memberikan ajaran, prinsip, dan hukum dalam menuntun perilaku umat Islam
sehingga sesuai dengan fitrah manusia dan keinginan Allah SWT. Berkenaan
dengan pentingnya bimbingan bagi manusia dijelaskan Allah dalam alqur’an surat
Asy-Syura ayat 52:9

ِ َٰ ِْ ‫ك روحا ِمن أَم ِرََن ۚ ما ُكنت تَ ْد ِرى ما ٱلْ ِك َٰتَب وََل‬ ِ


ُ‫ٱْليََٰ ُن َولَكن َج َعلْ َٰنَه‬ َ ُ َ َ َ ْ ْ ّ ً ُ َ ‫ك أ َْو َحْي نَآ إِلَْي‬ َ ‫َوَك ََٰذل‬
‫ى إِ َ ََٰل ِص ََٰر ٍط ُّم ْستَ ِقي ٍم‬ ِ
ٓ ‫ك لَتَ ْهد‬
ِ ِ
َ َّ‫ورا نَّ ْهدى بِِهۦ َمن نَّ َشآءُ ِم ْن ِعبَاد ََن ۚ َوإِن‬
ً ُ‫ن‬
Artinya: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan
perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al

9
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 20.

8
Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. Asy-Syura: 52).
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap manusia dalam perkembangan jiwanya
secara fitrah senantiasa memerlukan petunjuk, bimbingan dan penyuluhan agar
pribadinya berada di jalan yang benar dalam upaya memaksimalkan kematangan
menjadi orang yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks ini, untuk memberikan
pembimbingan dan penyuluhan diperlukan ilmu pengetahuan baik tentang agama,
maupun pengetahuan tentang jiwa, pendidikan, dan filsafat.
Setiap anak yang menjadi subjek pembimbingan pada prinsipnya memang
memiliki fitrah dari Allah SWT. Fitrah ini tidak pernah berubah sebagai sifat
dasar yang cenderung kepada kebenaran sebagaimana yang dikehendaki Islam.
Berkenaan dengan fitrah yang dibawa lahir setiap anak, dijelaskan Allah dalam
alqur’an surat Ar Rum ayat 30:
ِ َِّ ‫ٱَّللِ ٱلَِِّت فَطَر ٱلنَّاس علَي ها ۚ ََل تَب ِديل ِِللْ ِق‬ ِ ِ ِّ ِ‫فَأَقِم وجهك ل‬
َ ‫ٱَّلل ۚ َََٰٰل‬
‫ك‬ َ َ ْ َْ َ َ َ َّ ‫ت‬ َ ‫لدي ِن َحني ًفا ۚ فطَْر‬ َ َْ َ ْ
ِ ‫ين ٱلْ َقيِّ ُم َوَٰلَ ِك َّن أَ ْكثَ َر ٱلن‬
‫َّاس ََل يَ ْعلَ ُمو َن‬ ِّ
ُ ‫ٱلد‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Rum: 30).
Fitrah Allah dalam ayat ini maksudnya ciptaaan Allah. Manusia diciptakan
Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, maka hal itu tidak wajar. Untuk itulah diperlukan
pembimbingan dan penyuluhan yang berbasis kepada nilai Islam agar anak-anak
berada dalam jalan yang benar sesuai keinginan Islam.10
B. Pendekatan Bimbingan dan Konseling
Jika kita memahami bahwa pendidikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada yang belum dewasa dalam proses perkembangan

10
Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling:
Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 21.

9
menuju ke kedewasaan. Dalam hal ini sangat diperlukan bimbingan, dan perlu ada
pendekatan dalam bimbingan tersebut. Ada tiga macam pendekatan, yaitu:11
a. Bimbingan Preventif
Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum seseoramg
menghadapi masalah. Caranya ialah dengan menghindari masalah itu (jika
memungkinkan), mempersiapkan orang tersebut untuk menghadapi masalah
yang pasti akan dihadapi dengan memberi bekal pengetahuan, pemahaman,
sikap, dan keterampilan untuk menghadapi masalah itu.
2. Bimbingan Kuratif atau Korektif
Dalam pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu
menghadapi masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.
3. Bimbingan Perseveratif
Bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang sudah baik, yang mencakup
sifat-sifat dan sikap-sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri
dan terhadap lingkungan, kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kesehatan
jasmani dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat, kebiasaan cara belajar atau
bergaul yang baik dan sebagainya.
Bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok, sehingga ada
pendekatan individu dan pendekatan kelompok.
1. Pendekatan Individu
Pendekatan bimbingan individu dilakukan dengan pendekatan
perseorangan. Tiap orang dicoba didekati, dipahami dan ditolong secara
perseorangan. Pendekatan ini dilaksanakan melalui wawancara langsung dengan
individu. Dalam pendekatan ini terdapat hubungan yang dinamis. Individu merasa
diterima dan dimengerti oleh penbimbing. Dalam hubungan tersebut pembimbing
menerima individu secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Individu
merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengarkan
keluhannya dan curahan perasaannya.
Pendekatan bimbingan individu mencakup:
a. informasi individual

11
Fenti Hikmawati. Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Grafindo Persada, 2016), hlm. 75-76.

10
b. penasihatan individual
c. pengajaran remedial individual
d. penyuluhan individual
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per
kelompok. Beberapa orang yang bermasalah sama, atau yang dapat memperoleh
manfaat dari pembimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam
tiga kelompok yaitu kelompok kecil(2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang)
dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang).12
Pendekatan bimbingan kelompok mencakup:
a. informasi kelompok
b. penasihatan kelompok
c. pengajaran remedial kelompok
d. penyuluhan kelompok
e. home room
f. sosiodrama
g. karya wisata
h. belajar kelompok
i. kerja kelompok
j. diskusi kelompok
k. kegiatan club/pramuka

12
Fenti Hikmawati. Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Grafindo Persada, 2016), hlm. 76-77.

11
BAB III
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Landasan Filosofis
Salah satu landasan yang tidak bisa diabaikan dalam bimbingan konseling
adalah landasan filosofis, karena landasan filosofis merupakan landasan yang
dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor atau guru BK
dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis
dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari
jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang: apakah manusia itu? Untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai
dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern.13
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat seperti Patterson
mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan
ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,
khususnya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang
ada pada dirinya.
3. Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dan menjadikan dirinya
sendiri, khususnya melalui pendidikan.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk; dan hidup
berarti serta berupaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau
setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
Dengan demikian, secara filosofis manusia adalah penentu masa
depannya, baik atau buruk yang diperoleh manusia sangat tergantung kepada
kemampuan manusia dalam mendesain dan mengarahkan potensi yang

13
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan, LPPPI, 2019), hlm. 23-24.

12
dimilikinyaitu serta sejauhmana manusia mampu memahami hakikatnya sebagai
manusia dalam arti yang sesungguhnya, atau dengan kata lain, manusia adalah
penentu masa depannya. Walaupun secara hakikat masa depan manusia tidak
terepas dari Qadha dan Qadar Allah, akan tetapi manusia dituntut untuk
memaksimalkan segala potensi yang ia miliki, bahkan manusia akan menuai
sesuai apa yang ia tanam. Hal ini sesuai dengan isyarat Al-Qur’an yang artinya:
”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri.
B. Landasan Psikologis
Seperti halnya landasan filosofis, landasan psikologis juga merupakan
salah satu bagian yang terpenting untuk dibahas dalam bimbingan konseling, hal
ini didasari bahwa peserta didik/klien sebagai individu yang dinamis dan berada
dalam proses perkembangan, memiliki interaksi dan dinamika dalam lingkungan
serta senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya.
Proses perkembangan seseorang tidak selamanya berlangsung secara linier (sesuai
dengan apa yang diharapkan), tetapi terkadang bersifat stagnasi atau bahkan
diskontinuitas perkembangan.
Dalam proses pendidikan, peserta didik tidak jarang mengalami masalah
stagnasi perkembangan, sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis,
seperti lahirnya prilaku menyimpang (delinquency), frustasi, depresi, agresi atau
bersifat infantilitas (kekanak-kanakan). Agar perkembangan pribadi peserta
didik/klien dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang serta terhindar dari
masalah-masalah psikologis, maka setiap peserta didik/klien perlu diberikan
bantuan yang bersifat pribadi (pendekatan inilah pada akhirnya menjadi konseling
individu), yaitu bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan klien/ peserta
didik melalui pendekatan psikologis.14
Pada sisi lain, setiap konselor maupun guru pembimbing harus memahami
aspek-aspek psikologis pribadi pelajar/klien, sehingga dengan modal itu pulalah
para konselor dapat memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, sehingga

14
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan, LPPPI, 2019), hlm. 36-37.

13
pelajar/klien memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang
bermakna, yaitu suatu kehidupan yang bukan hanya berarti buat diri pribadinya
saja, tetapi juga bermanfaat bagi orang yang ada disekitarnya. Untuk kepentingan
bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh
konselor adalah tentang: (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan,
(c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
C. Landasan Yuridis
Dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa: Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya di dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional4 ditegaskan bahwa konselor termasuk ke dalam
kategori pendidik. Berdasarkan Undang-Undang di atas secara eksplisit
menunjukkan bahwa konselor adalah pendidik yang tugas utamanya: pertama,
mewujudkan suasana belajar, dan kedua, mewujudkan suasana pembelajaran.
Suasana belajar yang dimaksud adalah kondisi yang terjadi pada diri klien yang
menjalani proses konseling. Suasana belajar yang efektif pada diri klien dapat
diwujudkan melalui proses konseling yang efektif. 15
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
disebutkan juga bahwa Pergurun Tinggi dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi dan atau vokasi (Pasal 19 ayat 3). Sebelumnya ditetapkan
bahwa Kurikulum Perguruan Tinggi disusun oleh kalangan perguruan tinggi
bersama masyarakat profesi dan pengguna (Kepmendiknas nomor 045/U/2002).
SK Menpan Nomor 64/1993 (Pasal 3) disebutkan tugas pokok guru adalah:

15
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan, LPPPI, 2019), hlm. 27-28.

14
a. Menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi
belajar, analisis hasil evaluasi belajar, serta menyusun program perbaikan dan
pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi
pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak
lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tangung
jawabnya.
SK Menpan Nomor 118/1995 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Anga Kreditnya. Sebagaimana disebutkan dalam angka (1)
mempunyai bidang pengawasan sebagai berikut:
a. Bidang pengawasan Taman Kanak-kanak/ Raudatul Athfal/Bustanul Athfal,
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Diniyah/Sekolah Dasar Luar
biasa.
b. Bidang pengawasan Rumpun Mata Pelajaran/Mata Pelajaran
c. Bidang pengawasan pendidikan Luar Biasa
d. Bidang Pengawasan Bimbingan dan Konseling.16
SKB Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan nomor 25
Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya Pasal 1 (4): Guru Pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan
konseling terhadap sejumlah peserta didik. Pasal 1 (10): Penyusunan Program
bimbingan dan konseling adalah membuat rencana pelayanan bimbingan dan
konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar
dan bimbingan karir. Pasal 1 (11): Pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah
melaksanakan fungsi pelayanan pemahaman, pencegahan, pengentasan,
pemeliharaan dan pengembangan dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Pasal 1 (12): Evaluasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling adalah kegiatan menilai layanan bimbingan dan
konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar

16
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan, LPPPI, 2019), hlm. 28.

15
dan bimbingan karir. Pasal (13): Analisis evaluasi pelaksanaan bimbingan dan
konseling dalam menelaah hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling
yang mencakup layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan bimbingan
pembelajaran serta kegiatan pendukungnya. Pasal (14): Tindak lanjut pelaksanaan
bimbingan dan konseling adalah kegaiatan menindaklanjuti hasil analisis evaluasi
tentang layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling
perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan bimbingan
pembelajaran serta kegiatan pendukungnya.
D. Landasan Sosial Budaya
Landasan sosial-budaya juga perlu diketahui secara lengkap oleh konselor
atau guru BK, karena landasan ini dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi perilaku individu. Setiap individu pada dasarnya produk
lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
diajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan
sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan
tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi
dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula
dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak
mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat
menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang
besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.17
Budaya dan pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal terkait dengan sikap dan perlakuan orang
tua atau keberfungsian keluarga terhadap seseorang, sedangkan faktor eksternal

17
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan, LPPPI, 2019), hlm. 45.

16
dipengaruhi oleh lingkungan dimana seseorang itu dilahirkan dan dibesarkan serta
pergaulan dan pengalaman yang ditempuh oleh seseorang itu.
Keluarga yang harmonis, tentram dan damai (sakinah, mawaddah wa
rahmah) memberikan warna dan budaya tersendiri bagi seseorang. Jika suatu
keluarga dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, maka anggota keluarganya
dapat berkembang ke arah yang baik, termasuk dalam berbuat, bertindak dan
dalam berbudaya. Demikian pula sebaliknya, jika suatu keluarga gagal dalam
memfungiskan keluarganya, maka anggota keluarga tidak bisa berkembang
dengan baik, bahkan sering terjadi ketidakcocokan, keretakan dalam keluarga
(broken home) yang pada gilirannya cara pandang dan budayanya pun akan
berantakan.
Keluarga yang fungsional (normal) adalah keluarga yang ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut:18
a. Saling memperhatikan dan mencintai
b. Bersikap terbuka dan jujur
c. Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaanya dan mengakui
pengalamannya.
d. Ada sharing masalah di antara anggota keluarga.
e. Mampu berjuang mengatasi masalah kehidupannya
f. Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi
g. Orang tua mengayomi dan melindungi anak
h. Komunikasi antara anggota keluarga berlangsung dengan baik.
i. Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai
budaya.
j. Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Sementara keluarga yang disfungsional (tidak normal) ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya pengekangan dorongan dan penindasan perasaan.
b. Mengalami kematian emosional, dingin dalam pergaulan, kurang adanya

18
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan, LPPPI, 2019), hlm. 46.

17
c. kehangatan dan persahabatan, penuh kemuraman dan kesedihan.
d. Kurang bisa beradaptasi dengan keadaan yang berubah.
e. Tidak berfungsi struktur keluarga.
Disinilah diperlukan kearifan dan keluasan pandangan dari setiap konselor,
dimana ia harus mampu memberikan layanan dan perhatian yang sama terhadap
klien yang memerlukan bantuan, tidak terkecuali kepada mereka yang berbeda
budaya, pandangan hidup dan agama dengan dia, karena memberikan layanan
terhadap orang yang memerlukan, merupakan tuntutan dari tugas
profesionalismenya sebagai seorang konselor.
E. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan memiliki
multi fungsi atau bersifat multireferensil terhadap berbagai aspek dalam
kehidupan manusia, artinya berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, ilmu
pendidikan, filsafat, antropologi, sosiologi, komunikasi, ekonomi dan agama
sangat berfungsi dalam bimbingan konseling. Sumbangan berbagai disiplin ilmu
lain kepada bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan
dan pengembangan teori-teori bimbingan konseling, melainkan juga kepada
praktek pelayanannya.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor
didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus
mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling,
baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk
kegiatan penelitian, sehingga proses dan layanan bimbingan konseling semakin
hari semakin baik.19
Dalam perjalanan sejarahnya, bimbingan dan konseling bersifat dinamis
dan berkembang, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya
manusia itu sendiri. Menurut Prayitno, pengembangan teori dan pendekatan
bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan di belakang meja
melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih

19
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan, LPPPI, 2019), hlm. 43.

18
lengkap dan teruji di dalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu
memperhatikan hasil-hasil penelitian di lapangan, karena melalui penelitian, suatu
teori dan praktek bimbingan dan konseling dapat diketahui dan dibuktikan tentang
ketepatan dan keefektifan di lapangan. Mengingat perlunya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka setiap konselor atau guru BK dituntut untuk
mengadakan penelitian dan eksperimen, sehingga layanan yang diberikan
terhadap klien akan semakin baik dan sempurna.20

20
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan, LPPPI, 2019), hlm. 44.

19
BAB IV
STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Strategi Layanan Dasar


1. Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa
dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk
melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal,
konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan
dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai
hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya
dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru,
sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.
Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah,
seperti: kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal
pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA),
kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan
informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang
berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui
komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun
elektronik, seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan informasi
untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri. Agar
semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara
pasti untuk semua kelas.21
2. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui
kelompok-kelompok kecil (5 sampai dengan 10 orang). Bimbingan ini ditujukan
untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam
bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem)
dan tidak rahasia, seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi

21
Rifda El Fiah. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Depok: Rajagrafindo Persada, 2016).

20
ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk
mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan
produktif.
3. Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan
pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-
aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu
di antaranya : (a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang
kondusif bagi belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik dan
beragam; (c) menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e) mereferal
(mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing; (f) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran
dengan bidang kerja yang diminati siswa; (g) memahami perkembangan dunia
industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada
siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan
kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam
aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru
merupakan “figur central” bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang
cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.22
4. Berkolaborasi dengan orang tua
Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya
berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini
memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar
pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa
atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan
kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : (1)
kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke
sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan

22
Rifda El Fiah. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Depok: Rajagrafindo Persada, 2016).

21
dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua
(melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua
diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama
menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
B. Strategi Layanan Responsif
1. Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau
pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam
memberikan bimbingan kepada para siswa.
2. Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa
yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan
untuk membantu siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam
konseling kelompok ini, masing-masing siswa mengemukakan masalah yang
dialaminya, kemudian satu sama lain saling memberikan masukan atau pendapat
untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Referral (rujukan atau alih tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani
masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien
kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan
kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah,
seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit
kronis.23
4. Bimbingan teman sebaya (peer guidance)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa
terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya

23
Rifda El Fiah. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Depok: Rajagrafindo Persada, 2016).

22
diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing
berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik.
Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor
dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah
siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling
C. Strategi Perencanaan Individual
1. Pelayanan Individual atau Kelompok
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa
menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar
siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu siswa menganalisis
kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas
perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier.
2. Individual or smart group advisement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau
memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi,
sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan
merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan
dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2)
melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah
ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya. 24
D. Strategi untuk Dukungan Sistem
1. Pengembangan professional
Konselor secara terus menerus berusaha untuk mengupdate pengetahuan
dan keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi
profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop
(lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi
(Pascasarjana).

24
Rifda El Fiah. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Depok: Rajagrafindo Persada, 2016).

23
2. Pemberian konsultasi dan berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang
tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan
swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan
yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan
kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi
ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-
unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan
bimbingan.25

25
Rifda El Fiah. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Depok: Rajagrafindo Persada, 2016).

24
BAB V
JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Layanan Orientasi
Fungsi layanan orientasi memberikan pemahaman bagi siswa supaya bisa
mengenal lingkungan baru, termasuk lingkungan sekolah dan semua objek yang
dipelajari, sekaligus mempermudah maupun memperlancar siswa dalam mengenal
lingkungan baru. Layanan orientasi berjalan dua kali per tahun, yaitu tiap awal
semester. Tujuan layanan tersebut yaitu supaya para siswa bisa beradaptasi
dengan lingkungan baru secara memadai, fungsinya untuk pencegahan juga
pemahaman.
B. Layanan Informasi
Layanan ini membantu para siswa agar bisa menerima maupun memahami
semua informasi, termasuk informasi diri, sosial, belajar, berkarir, bergaul, juga
pendidikan lanjutan. Pemberian layanan informasi yaitu membantu supaya siswa
bisa mempertimbangkan atau memutuskan suatu hal secara tepat tentang masalah
pribadi, sosial, belajar, ataupun karir karena informasi yang diperoleh sudah
cukup. Pemberian layanan informasi fungsinya adalah pencegahan dan
pemahaman.
C. Layanan Pembelajaran
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah juga membantu supaya
siswa bisa mengembangkan sikap dan punya kebiasaan belajar baik. Sehingga,
siswa bisa menguasai materi belajar maupun penguasan kompetensi cocok sesuai
kemampuan dan kecepatan diri dalam berbagai aspek tujuan maupun kegiatan
belajar lainnya. Layanan pembelajaran berperan untuk pengembangan. 26
D. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan ini berfungsi supaya para siswa bisa mendapatkan penempatan
juga penyaluran dalam kelas, kelompok belajar, program latihan, program studi,
magang, kegiatan ekstrakurikuler sesuai bakat, potensi, minat, juga kondisi

26
Syukur, Yarmis dan Triave Nuzila Zahri. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Purwokerto:
IRDH Book Publisher, 2019).

25
pribadi. Tujuannya supaya siswa bisa mengembangkan seluruh bakatnya,
minatnya, juga potensi lainnya. Layanan penempatan dan penyaluran pada
bimbingan dan konseling fungsinya adalah untuk pengembangan siswa.
E. Layanan Penguasaan Konten
Adalah layanan yang sangat membantu siswa dalam menguasai sebuah
konten, misalnya kompetensi tertentu ataupun kebiasaan yang sangat bermanfaat.
Sehingga, menjadi pribadi dengan kemampuan yang lebih baik baik di lingkungan
sekolah, masyarakat, dan juga keluarga.
F. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling dan bimbingan berikutnya yaitu layanan yang
memungkinkan siswa memperoleh bimbingan langsung saat tatap muka, per
individu, dengan bantuan guru ahli untuk membicarakan dan mencari solusi
masalah agar perkembangan siswa lebih baik. Tujuan layanan konseling
perorangan yaitu siswa bisa menyelesaikan masalah dan berfungsi sebagai
pengentasan ataupun advokasi.
G. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan pada bagian bimbingan konseling ini membantu sejumlah siswa
bersama-sama dalam kelompok untuk mendapatkan bahan dan penjelasan tentang
pokok bahasan. Tujuannya agar siswa lebih paham dan mampu berkembang
secara sosial. Sehingga tidak hanya menjadi seorang siswa yang memperoleh
dukungan sosial, tapi juga bisa mengembangkan kemampuan dalam kegiatan
belajar, karir, juga mengambil keputusan dalam dinamika kelompok. Layanan
tersebut fungsinya adalah pemahaman dan pengembangan siswa.
H. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling ini adalah layanan yang membantu para siswa
termasuk anggota kelompok supaya mendapatkan peluang pembahasan dan juga
pengentasan berbagai masalah pribadi dalam dinamika kelompok. Pembahasan
masalah tersebut adalah untuk masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota. Fungsinya adalah untuk pengentasan dan juga advokasi. 27

27
Syukur, Yarmis dan Triave Nuzila Zahri. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Purwokerto:
IRDH Book Publisher, 2019).

26
I. Layanan Lonsultasi
Yaitu layanan dimana para siswa bisa memperoleh pemahaman,
pengetahuan, dan berbagai cara yang perlu dilakukan supaya bisa menangani
masalah atau kondisinya. Konsultasi pada program BK yaitu proses dalam
bimbingan teknis bagi konselor, orang tua, konselor dan administrator supaya bisa
melakukan identifikasi dan juga perbaikan masalah. Selain itu, tujuannya adalah
sebagai konseling atau psikoterapi, karena konsultasi yang berjalan bukan
merupakan layanan langsung untuk klien tapi secara tidak langsung bisa
memberikan layanan bagi klien dengan menggunakan bantuan dari orang lain.
J. Layanan Mediasi
Yaitu berupa layanan mediasi. Tujuannya adalah supaya siswa bisa
menyelesaikan masalah, perselisihan, serta perbaikan hubungan antar siswa.
Mediator dalam layanan tersebut yaitu konselor.28

28
Syukur, Yarmis dan Triave Nuzila Zahri. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Purwokerto:
IRDH Book Publisher, 2019).

27
BAB VI
PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pembelajaran Berdasarkan Teori


1. Model Interaksi Sosial
Model ini didasarkan oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model
interaksi sosial menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan
masyarakat (learning to life together). Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Makna suatu objek/ peristiwa adalah terletak pada seluruh
bentuk (Gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna
bila materi diberikan secara utuh,bukan bagian-bagian. Dalam pembelajaran ini
antara lain adalah:29
a. Pengalaman (insight/tilikan). Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya
memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-
unsur dalam suatu objek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah dengan insight.
b. Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam
suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses
pembelajaran.
c. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi
dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang.
d. Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di samping
adanya kaitan dengan SR-bond, juga terkait dengan tujuan yang hendak
dicapai. Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebab itu
pembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
e. Prinsip ruang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan
atau field theory).Perilaku siswa terkait dengan lingkunganataumedan di mana
ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi
lingkungan di mana siswa berada (kontekstual).

29
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016).

28
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a. Kerja Kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta
dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan
interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik.
b. Pertemuan Kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri
sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
kelompok.
c. Pemecahan Masalah Sosial atau Social Inquiry, bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan
cara berpikir logis.
d. Bernain Peranan, bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
e. Simulasi Sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai
kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
2. Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Pemprosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan atau
menerima stimuli dari lingkungan mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Teori
pemrosesan informasi atau kognitif dipelopori oleh Robert Gagne. Asumsinya
adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembanganmerupakanhasilkumulatifdari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dari bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan
kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan) dan interaksi dari
antarkeduanya akan menghasilkan hasil belajar.30

30
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016).

29
3. Model Personal (Personal Models)
Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi terhadap
pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk
mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini
menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis
serta mampu memperoses informasi secara efektif.
B. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak
untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, pembelajaran
kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang
menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks
dari kehidupan sehari-hari siswa. Inti dari pembelajaran kontekstual ini adalah
keterkaitan materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk
mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang
dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati
dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain
sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun tidak langsung
diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. 31
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat Nur. CTL (Contextual Teaching and Learning)
memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan
konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas
konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan
merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang
baru. CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di
mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam

31
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016).

30
berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang
bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama.
1. Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. Batasan kontruktivisme di atas
memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian dari
integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi
bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat
memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi
nyata.
2. Menemukan (Inquiry)
Menukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan
akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil dari temuan sendiri.
3. Bertanya (Quetioning)
Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan
dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu
bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama CTL.
Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa
untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik
akan mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Dengan
kata lain, tugas bagi guru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan yang
diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari
dalam kaitan dengan kehidupan nyata.32
C. Model Pembelajaran Kooperatif
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
kontruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori kontruktivisme dalam belajar
adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan

32
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016).

31
mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dengan merevisinya bila perlu. Menurut Slavin, pembelajaran
kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam
suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme. Dalam teori
kontruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang
dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya
menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan yang
diharapkan. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar
kontruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan
penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun
dalam pikiran anak.
Model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator
yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa itu sendiri. Guru tidak hanya memberikan
pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam
pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman
langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi
siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Pandangan kontruktivisme Piaget dan Vigotsky dapat berjalan
berdampingan dalam proses belajar kontruktivisme Piaget yang menekankan pada
kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang
dimiliki orang tersebut. Sedangkan kontruktivisme Vigotsky menekankan pada
interaksi sosial dan melakukan konstuksi pengetahuan dari lingkungan sosialnya.
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.33

33
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016).

32
D. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan
untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan di dunia nyata, kemampuan
untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.34

34
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016).

33
BAB VII
DASAR-DASAR PEMAHAMAN PESERTA DIDIK

A. Pengertian Pemahasan Peserta Didik


Pemahaman adalah proses, perbuatan cara memahami atau memahamkan.
Definisi tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para ahli. Sudjana
mengatakan pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat
menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain ahli. Pengertian pemahaman
diperjelas kembali oleh Sudijono, menjelaskan pemahaman (comprehension)
adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu dketahui dan diingat, dengan kata lain pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Djamarah berpendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan
pendidikan diantaranya ada Tujuan, Guru, Anak didik, Kegiatan pengajaran,
Bahan dan alat evaluasi, dan Suasana evaluasi. Perumusan tujuan akan kegiatan
pengajaran yang dilakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi kegiatan belajar
siswa. Kegiatan pengajaran yang dilakukan guru merujuk pada proses
pembelajaran yang diciptakan guru dan sangat dipengaruhi oleh bagaimana
keterampilan guru dalam mengolah kelas.
Mengukur pemahaman siswa diperlukan bahan dan alat evaluasi. Guru
dalam penggunaanya tidak hanya menggunakan satu alat evaluasi tetapi bisa
digabungkan dengan beberapa alat evaluasi. Pelaksanaan evaluasi biasanya
dilaksanakan di dalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan
di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas sekaligus mempengaruhi
suasana evaluasi yang dilaksanakan.35

35
Nur Fasikha. “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas V di SD Negeri 1
Kedungrandu”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2018.

34
B. Dasar-Dasar Pemahaman Peserta Didik
Dasar memahami peserta didik, meliputi tiga aspek:
1. Aspek psikologis
Aspek psikologis adalah sisi kejiwaan dari seorang peserta didik. aspek
psikologis meliputi: mental, cara berfikir, emosi, moralitas, dan norma.
2. Aspek fisiologis
Aspek fisiologis adalah kondisi jasmani dari peserta didik. fisiologis juga
dapat diartikan sebagai jasmaniah seseorang. Aspek fisiologis meliputi:
hereditas, kematangan dan kesehatan.
3. Aspek sosiologis
Aspek sosiologis adalah interaksi yang terjadi didalam diri peserta didik,
interaksi dengan teman, guru, orang tua dan masyarakat. Aspek sosiologis juga
menyangkur pengaruh lingkungan dalam pembentukan karakteristik dari
masing-masing peserta didik. Aspek sosiologis ini meliputi: lingkungan mikro,
lingkungan makro, motivasi, persaingan, kerjasama, ketergantungan dan
keterkaitan.
C. Pentingnya Memahami Peserta Didik
Dalam bimbingan dan konseling ada hal sangat penting untuk diketahui
oleh seorang konselor, yaitu memahami peserta didik secara keseluruhan, baik
masalah yang dihadapi, keribadian, dan latang belakang pribadi dan
kehidupannya. Pemahaman tentang peserta didik ini lah yang nanti akan menjadi
tolak ukur dan acuan seorang konselor dalam melakukan bimbingan. Dengan
pemahaman akan pesera didik secara utuh, dapat berakibat pada ketepatan
pengambilan keputusan dan tindakan bagi konselor itu sendiri. Konselor
memberikan tindakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta taraf
perkembangan peserta didik tersebut. Jadi pemahaman tentang peserta didik ini
sngat penting karena pemahaman ini digunakan sebagai acuan, pedoman dan tolak
ukur pelaksanaan bimbingan agar bimbingan yang dilakukan tepat dan sesuai
sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan sangat baik.36

36
Saring Marsudi. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Surakarta: Cakap, 2016).

35
D. Teknik dalam Memahami Peserta Didik
Teknik atau cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data guna
memahami peserta didik ada berbagai macam, yaitu:
1. Wawancara
Adalah teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi
dengan sumber data. Komunikasi itu dilakukan dengan dialog. Wawancara ada
dua jenis. Pertma, wawancara langsung yaitu apabila data yang dikumpulkan
diperoleh langsung dari individu yang bersangkutan. Kedua, wawancara tak
langsung yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk
memperoleh keterangan mengenai orang lain. Sebagai teknik pengumpulan
data, wawancara banyak memiliki keuntungan, yaitu:
a. Teknik yang dapat mengungkap keadaan pribadi.
b. Dapat dilaksanakan kepada setiap individu.
c. Tidak dibatasi oleh kemampuan membaca dan menulis.
d. Dapat dilakukan secara serempak.
e. Memngkinkan menghasilkan data yang banyak dan tepat.
f. Kerahasiaan pribadi lebih terjamin.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengamati secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung.
Teknik observasi merupakan teknik yang biasa dan simpel, tidak pula
memerlukan keahlian yang luar biasa. Beberapa keuntungan observasi sebagai
teknik pengumpulan data, yaitu:37
a. Dapat digunakan untuk mengetahui aspek tingkah laku.
b. Bagi observant teknik observasi lebih meringankan
c. Dengan observasi observer tidak memerlukan bahasa yang verbal sebagai
alat untuk memperoleh data.
d. Dengan observasi dapat diperoleh data gejala atau kejadian yang sebenarnya
dan langsung

37
Saring Marsudi. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Surakarta: Cakap, 2016).

36
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
komunikasi dengan sumber data. Bila wawancara dilakukan dengan
komunikasi langsung melalui dialog lisan, maka komunikasi dalam angket
dilakukan dengan tertulis. Data yang di inginkan dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan dan responden menjawab pertanyaan tersebut secara tertulis.
Beberapa keuntungan menggunkan angket sebagai teknik pengumpulan data,
yaitu:
a. Dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data yang banyak namun hanya
membutuhkan waktu yang singkat.
b. Sejumlah responden menerima pertanyaan yang sama.
c. Dengan angket responden dapat dengan leluasa mengungkapkan
pendapatnya.
d. Responden memiliki cukup waktu untuk menjawab pertanyaan.
e. Subjektifitas dapat dihindari.
4. Sosiometri
Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk mengumpulkan data tentang
hubngan-hubngan sosial dan tingkah laku sosial peserta didik.dengan teknik ini
kita dapat memperoleh data tetang susunan hubungan antar individu, struktur
hubungan individu dan arah hubungan social.
5. Pemeriksaan kesehatan
Teknik pengumpulan data mengenai kondisi fisik dan kesehatan yaitu
dengan memeriksa keadaan fisik dan kesehatan nya secara medis. Masalah
kesehatan pemeriksaannya dilakukan oleh para ahli baik dokter dan perawat.
Dan masalah selain medis, seperti tinggi badan, berat badan dan ciri-ciri fisik
dapat dilakukan oleh guru yang berwewenang. 38
6. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar merupakan tes yang amat penting dalam rangka
memberikan bimbingan kepada peserta didik. Dengan hasil belajar yang

38
Saring Marsudi. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Surakarta: Cakap, 2016).

37
dicapai kita dapat menetapkan jenis bimbingan yang diperlukan oleh peserta
didik
7. Tes psikologis
Tes psikologis digunakan untuk memperoleh data yang potensil, seperti
inteligensi, bakat, minat, kepribadian, dan sikap. Tes psikologis tidak dapat
dilakukan oleh semua orang, tapi harus oleh orang yang ahli dan berwenang.
Tes-tes psikologi adalah tes yang sudah distandarisasikan, artinya sudah
ditetapkan tingkat kebaikannya.
8. Biografi
Biografi atau riwayat hidup dan catatan harian dapat menjadi salah satu
teknik pengumpulan data tentang peserta didik. murid disuruh mencatan
sebagian tetang dirinya baik yang sudah dialami, sedang dialami dan masih
menjadi cita-cita. Bentuk yang paling sederhana dalam teknik ini adalah
dengan meminta peserta didik membuat karanga yang menyangkut dirinya. 39

39
Saring Marsudi. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Surakarta: Cakap, 2016).

38
BAB VIII
DIAGNOSTIK DAN REMEDIAL TEACHING

A. Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar


Diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk memahami
jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan
menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan
seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan
keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya. Melalui adanya
diagnostik terhadap permasalahan siswa terutama yang berkaitan dengan proses
belajar siswa dilingkungan pendidikan, maka seorang pendidik ataupun pihak-
pihak yang bersangkutan dengan siswa yang mengalami kegagalan tersebut, dapat
mengupayakan adanya pemberian bantuan berupa layanan bimbingan kepada
siswa tersebut agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapinya
sehingga siswa dapat mencapai hasil yang diharapkan serta dapat mencapai tugas
perkembangannya dengan baik. Sedangkan menurut Thorndike dan Hagen,
diagnostik dapat diartikan sebagai berikut:40
a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease)
apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama
mengenai gejala-gejalanya (symptons).
b. Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas
gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal. Dari ketiga pengertian itu tersimpul
secara implisit konsep prognosis. Pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar
mengidetifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu
kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan (predicting) kemugkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya. Dilihat dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
diagnostik kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan

40
Kadek Ayu Astiti. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Andi, 2017).

39
masalah kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya,
serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, sehingga dapat mengambil
kesimpulan dan keputusan untuk pemecahan masalahnya.
B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu:
a. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa Kesulitan ini menjadi indikasi awal
bagi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Siswa yang mengalami
kesulitan jenis akan sulit dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat,
sulit berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar
atau sulit memahami apa yang orang lain katakan.
b. Permasalah dalam hal kemampuan akademik.
c. Kesulitan lainnya mencakup kesulitan dalam mengkoordinasi gerakan anggota
tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di
atas.
C. Faktor-Faktor Munculnya Kesulitan Belajar
Faktor penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi yaitu
sebagai berikut: a.
a. Faktor internal yang meliputi kesehatan baik fisik maupun psikis serta problem
menyesuaikan diri.
b. Faktor eksternal yang meliputi lingkungan, cara guru mengajar yang tidak baik,
orang tua siswa, serta masyarakat sekitar.41
D. Langkah-Langkas Mengatasi Kesulitan Belajar
Adapun langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai
berikut:
1. Lakukan diagnosis kesulitan belajar untuk menentukan apakah seseorang siswa
atau mahasiswa mengalami kesulitan belajar atau tidak. Untuk dapat
menentukannya gunakan indikasi-indikasi sebagaimana yang telah diuraikan.
2. Pahamilah kembali faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar. Selanjutnya lakukan analisis terhadap siswa atau
mahasiswa tersebut untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang kiranya

41
Kadek Ayu Astiti. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Andi, 2017).

40
menjadi sumber kesulitan belajarnya. Mungkin kesulitan itu bersumber kepada
faktor internal, atau mungkin faktor eksternal. Kesulitan belajar yang
bersumber pada faktor internal, terutama pada faktor psikologis, biasanya
memerlakukan suatu penanganan khusus yang mungkin saja memerlukan
bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya.
3. Setelah sumber latar belakang dan penyebab kesulitan belajar siswa atau
mahasiswa tersebut dapat diketahui dengan tepat, selanjutnya tentukan pula
jenis bimbingan atau bantuan yang perlu diberikan kepadanya.
4. Sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa atau mahasiswa dan
jenis bimbingan yang perlu diberikan kepadanya, tentukan pula kepada siapa
kiranya ia perlu berkonsultasi. Mungkin ia perlu berkonsultasi dengan guru
atau dosen bidang studi tertentu, konselor, psikologi, atau psikiater.
5. Setelah semua langkah untuk mengatasi kesulitan belajar dilaksanakan dengan
baik, lakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kesulitan belajar siswa
atau mahasiswa tersebut telah dapat diatasi. Evaluasi tersebut hendaknya
dilakukan secara kontinu sampai kesulitan belajar siswa atau mahasiswa
tersebut telah benar- benar dapat diatasi dengan tuntas, dan telah menunjukkan
kesembuhan yang permanen.
6. Apabila evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa kesulitan belajar telah
dapat diatasi, tindakan selanjutnya adalah melakukan perbaikan untuk
meningatkan prestasi belajarnya, sesuai dengan potensi yang ada pada
dirinya42
E. Pengertian Remedial Teaching
Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan
diaognosa yang kompherensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk
menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar.
Pandangan lain dikemukakan oleh Rahmadiarti, bahwa pengajaran remedial
merupakan implementasi dan kemungkinan mengatasi faktor penyebab kesulitan
yang dihasilkan dari diagnosis kesulitan bealajar yang telah dilakukan
sebelumnya. Pelaksanaan remedial oleh guru dilakukan dengan terlebih dahuu

42
Kadek Ayu Astiti. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Andi, 2017).

41
mengdiagnosa siswa yang memiliki hambatan dan masalah dalam belajarnya.
Suratminingsih, menegaskan bahwa untuk menentukan siswa yang akan megikuti
pengajaran remedial dipilih berdasarkan hasil tes diagnostik. Karena tes
diagnostik dipakai untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
termasu dalam hal kesalahan dalam pemahaman konsep. Diagnosa kesulitan
belajar mengajar ini adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan
menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor yang menyebabkannya serta
cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya. Baik secara kuratif
(penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan
informasi yang subyektif dan selengkap mungkin43
F. Tujuan Remedial Teaching
Secara umum, tujuan pengajaran remedial tidaklah berbeda dengan
pengajaran biasa yaitu agar siswa dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan untuk
memberikan bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada siswa yang
lambat, kesulitan, belajar, ataupun gagal dalam belajar, sehingga dapat secara
tuntas dalam menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan dan dapat
mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan. Secara rinci,
tujuan pengajaran remedial:
a. Agar siswa dapat memahami dirinya, khusus prestasi belajar mengajarnya,
dapat mengenal kelemahan dalam mempelajari suatu bidang studi dan
perbuatanya.
b. Agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar kearah yang lebih
baik.
c. Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
d. Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong
tercapainya hasil yang lebih baik.
e. Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang dapat diberikan
kepadanya. Setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi

43
Kadek Ayu Astiti. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Andi, 2017).

42
penyebab kesulitan belajarnya, dan dapat mengembangkan serta sikap yang
baru dalam belajar
G. Fungsi Remedial Teaching
Pengajaran remedial mempunyai fungsi penting dalam keseluruhan proses
belajar mengajar seperti yang dikemukakan oleh Mukhtar dan Rusmini, bahwa
pengajaran remedial mempunyai fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian,
pengayaan, dan terapeutik.
a. Fungsi korektif pengajaran remedial berarti bahwa melalui pengajaran remedial
dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang
belum memenuhi apa yang diharapakan dalam keseluruhan proses
pembelajaran, antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode,
cara-cara belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi dan sebagainya.
b. Fungsi pemahaman diartikan dapat pengajaran remedial memungkinkan guru,
siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih
baik dan kompherensif mengenai pribadi siswa.
c. Fungsi penyesuaian berarti pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk
bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses
belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya
sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar. Hal ini
tentunya harus disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitannya,
sehingga diharapkan siswa lebih terdorong lebih belajar.
d. Fungsi pengayaan berarti bahwa pengajaran remedial akan dapat memperkaya
proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam
pengajaran reguler akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.
Demikian juga dari segi metode dan alat yang digunakan, sehingga hasil yang
diperoleh siswa diharapkan menjadi lebih banyak, lebih dalam, atau singkatnya
prestasi belajar lebih kaya.
e. Fungsi akselerasi berarti bahwa pengajaran remedial akan dapat diperoleh dari
hasil belajar yang baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efesien.44

44
Kadek Ayu Astiti. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Andi, 2017).

43
BAB IX
BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI PESERTA DI SD/MI, SMP/MTs,
dan SMA/MA

A. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling di SD/MI, SMP/MTs dan


SMA/MA
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SD/MI, SMP/MTs maupun
SMA/MA, sebenarnya mirip atau hampir sama, didasarkan pada tujuan, prinsip,
dan azas bimbingan dan konseling. Kegiatan pelaksanaan bimbingan dan
konseling mencakup semua komponen dan bidang layanan melalui layanan
langsung, layanan melalui media, kegiatan administrasi, serta tugas tambahan dan
pengembangan keprofesian berkelanjutan (guru pembelajar) guru bimbingan dan
konseling.45
B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/MA
Penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di SD/MI adalah guru
bimbingan dan konseling atau konselor. Konselor adalah pendidik profesional
yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru Bimbingan dan
Konseling/konselor. Guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang
berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan
Konseling. Pada satu SD/MI atau gugus/sejumlah SD/MI dapat diangkat guru
bimbingan dan konseling atau konselor untuk menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat
bekerja sama dengan guru kelas dalam bentuk berkolaborasi untuk membantu
tercapainya perkembangan peserta didik/konseli dalam bidang layanan pribadi,
sosial, belajar dan karir secara utuh dan optimal.
Di Sekolah Dasar, sumber daya guru bimbingan dan konseling atau konselor
terdapat beberapa jenis; (1) guru bimbingan dan konseling atau konselor yang

45
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

44
bertugas pada satu sekolah, (2) guru bimbingan dan konseling atau konselor yang
bertugas dalam gugus yang terdiri dari 5-7 sekolah; (3) guru kelas yang bertugas
sebagai guru bimbingan dan konseling atau konselor apabila di sekolah tersebut
belum memiliki guru bimbingan dan konseling atau konselor.46
Tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor di SD/MI sebagai
berikut:
a. Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, melaporkan program bimbingan
dan konseling serta menindaklanjuti sesuai dengan tanggungjawab.
b. Menjalin kerjasama dengan guru kelas dalam bentuk kolaborasi untuk
membantu peserta didik/ konseli memperoleh layanan bimbingan dalam bidang
pribadi, sosial, belajar dan karir
c. Menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan untuk membantu peserta
didik/ konseli memperoleh layanan bimbingan dan konseling yang optimal.
d. Konselor yang bertugas pada gugus juga bertugas:
1) melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan guru-guru kelas yang ada
dalam gugus yang diampunya untuk memberikan layanan bimbingan dan
konseling yang optimal.
2) Menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan untuk membantu peserta
didik di sekolah yang berada dalam gugus yang diampunya untuk
memberikan layanan bimbingan dan konseling.
Tugas guru kelas dalam layanan bimbingan dan konseling adalah:
a. Menerapkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan
dan pembelajaran sehingga terjadi pembelajaran bernuansa bimbingan.
b. Mengintegrasikan kompetensi perkembangan pada materi pembelajaran.
c. Menjalin kerjasama (kolaborasi) dengan konselor untuk memberikan layanan
bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir pada peserta didik/ konseli untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal dan perkembangan yang optimal.
d. Sebagai guru bimbingan dan konseling, memberikan layanan bimbingan dan
konseling dalam batas kemampuan dan kompetensi yang dimiliki yang
diperoleh melalui pelatihan bimbingan dan konseling yang terstruktur.

46
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

45
e. Kepala sekolah yang berlatar belakang BK dapat memilih melaksanakan tugas
memberikan layanan bimbingan dan konseling sebanyak 6 jam.
Semua kegiatan layanan bimbingan dan konseling ekuivalensi dengan
jumlah jam layanan yang dilakukan merujuk kepada Tabel Perhitungan
Ekuivalensi Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling di kelas dan di Luar
Kelas dengan Jam Kerja pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Adapun
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Pertama maupun
Sekolah Menengah Atas tidaklah jauh berbeda dengan pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di SD/MI.47
C. Layanan Bimbingan dan Konseling di SD, SMP dan SMA
1. Layanan Langsung
Dalam layanan langsung adalah layanan yang dilaksanakan langsung atau
tatap muka diantara guru BK atau konselor dengan siswa atau konseli. Layanan
langsung ini terdiri dari beberapa layanan yaitu:
a. Layanan Individual
Layanan Individual adalah layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan pelayanan layanan
langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam
rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi yang diderita konseli
Tujuan konseling individu adalah membantu klien menstrukturkan
kembali masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian
negatif terhadap dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya.
Kemudian membantu dalam mengoreksi presepsinya terhadap lingkungan agar
klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat
sosialnya. Pada tahap Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah
Atas, pelaksanaan konseling individu bisa dilakukan dengan melalui media
elektronik (e-counseling) seperti telepon, email, web dan skype.

47
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

46
b. Layanan Kelompok
Menurut Prayitno layanan bimbingan dan kelompok adalah suatu layanan
bimbingan yang diberikan kepada siswa secara bersama-sama atau kelompok
agar kelompok tersebut menjadi besar, kuat dan mandiri. Bimbingan
kelompok ini dapat berupa penyampaian informasi atau aktivitas kelompok
membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial.
Tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu untuk mengembangkan
langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di
dalam kelompok, dengan demikian dapat menumbuhkan hubungan yang baik
antar anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu,
pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, dapat mengembangkan
sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana
terungkap di dalam kelompok.48
c. Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah pemberian bantuan kepada peserta
didik/konseli melalui kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas dua sampai
sepuluh orang untuk maksud pencegahan masalah, pemeliharaan nilai-nilai
atau pengembangan keterampilan-keterampilan hidup yang dibutuhkan.
Bimbingan kelompok harus dirancang sebelumnya dan harus sesuai dengan
kebutuhan nyata anggota kelompok. Topik bahasan dapat ditetapkan
berdasarkan kesepakatan angggota kelompok atau dirumuskan sebelumnya
oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor berdasarkan pemahaman atas
data tertentu. Topik bimbingan kelompok bersifat umum (common masalah)
dan tidak rahasia, seperti: cara belajar, kiat-kiat menghadapi ujian, pergaulan
sosial, persahabatan, penanganan konflik, mengelola stress. Bimbingan
kelompok dapat dilakukan pada peserta didik kelas tinggi. Pelaksanaan satu
pertemuan bimbingan kelompok selama 40-45 menit atau selama 20-39 menit
dengan dua kelompok dihargai setara dengan dua jam pelajaran.

48
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

47
d. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah kegiatan layanan yang diberikan kepada
sejumlah peserta didik atau konseli dalam satu rombongan belajar dan
dilaksanakan di kelas dalam bentuk tatap muka antara guru BK atau konselor
dengan peserta didik atau konseli.49 Winkel dan Hastuti menyatakan bahwa
bimbingan klasikal merupakan usaha-usaha yang dilakukan konselor untuk
membekali siswa dengan pengetahuan maupun pemahaman pesrta didik
mengenai lingkungan hidupnya dan proses perkembangannya. Layanan
bimbingan klasikal diberikan kepada peseta didik untuk memberikan informasi
terkait lingkungan hidupnya seperti informasi tentang lingkungan sekolahnya,
keluarga, sekolah lanjutan, dunia pekerjaan maupun lingkungan masyarakat.50
Tujuan dari layanan bimbingan klasikal ini adalah untuk membantu
peserta didik atau konseli agar dapat mencapai kemandirian dalam
kehidupannya, perkembangan yang utuh dan optimal. Dalam pelaksanaan
bimbingan klasikal, guru bimbingan dan konseling atau konselor perlu
menyusun RPL dan laporan pelaksanaan bimbingan klasikal
e. Bimbingan Kelas Besar atau Lintas Kelas
Bimbingan kelas besar/lintas kelas merupakan layanan bimbingan
klasikal yang melibatkan peserta didik/konseli dari sejumlah kelas pada
tingkatan kelas yang sama dan atau berbeda sesuai dengan tujuan layanan.
Bimbingan lintas kelas merupakan kegiatan yang bersifat pencegahan,
pemeliharaan, dan pengembangan. Materi bimbingan kelas besar atau lintas
kelas diantaranya pengenalan lingkungan sekolah, bridging course (masa
orientasi sekolah), hari karir, seminar bahaya narkoba, keamanan berlalu lintas,
talkshow reproduksi sehat, internet sehat, literasi digital, dan kunjungan ke
SMA/SMK juga ke perguruan tinggi. Nara sumber bimbingan kelas

49
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (SD), (Jakarta: Kementran Pendidikan dan Kebudayaan,
2016), hlm. 71-72. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP), hlm. 63.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas (SMP), hlm. 62.
50
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

48
besar/lintas kelas adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor, alumni,
tokoh masyarakat/agama, dan ahli atau pihak yang relevan lainnya. Dalam
pelaksanaan bimbingan kelas besar/lintas kelas, guru bimbingan dan konseling
atau konselor perlu menyusun RPL dan laporan pelaksanaan bimbingan kelas
besar atau lintas kelas.
f. Konsultasi
Konsultasi merupakan proses pemberian masukan kepada konsulti atau
upaya memperoleh dukungan dalam perencanan, pelaksanaan dan evaluasi
program layanan. Artinya, guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat
berperan baik sebagai konsultan maupun konsulti. Konsultasi dalam KBBI
diartikan sebagai pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (nasihat,
saran) yang sebaik baiknya. Menurut Prayitno, konsultasi adalah layanan
konseling oleh guru pembimbing terhadap pelanggan (konsulti) yang
memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang
perlu dilaksanakan untuk menangani masalah pihak ketiga.51
Konsultasi merupakan kegiatan yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling atau konselor untuk dua fungsi yaitu:
a. Sebagai konsultan, konselor memberi masukan, saran, berbagi akses bagi
peserta didik yang berperan sebagai peer konselor, guru matapelajaran,
orang tua, pimpinan satuan pendidikan atau pihak lain yang berkepentingan
untuk membangun pemahaman dan kepedulian, kesamaan persepsi dan
memberikan dukungan terhadap penyelesaian masalah peserta didik/konseli.
b. Sebagai konsulti, konselor menyampaikan kebutuhan dukungan dalam
memperlancar pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling
kepada pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, pimpinan satuan
pendidikan, personal ahli/profesi lain yang memiliki kapasitas member
masukan dalam membantu pengembangan potensi atau pengentasan
masalah peserta didik.
Adapun tujuan dari konsultasi diantaranya adalah: 1) Sebagai konsultan:
memberi masukan terhadap konsulti, 2) Sebagai konsulti: memperoleh

51
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

49
dukungan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program layanan.
g. Kolaborasi
Kolaborasi merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Kolaborasi
merupakan suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas
tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling
membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Kolaborasi adalah
suatu kegiatan kerjasama interaktif antara guru bimbingan dan konseling atau
konselor dengan pihak lain (guru mata pelajaran, orang tua, ahli lain dan
lembaga), yang dapat memberikan sumbangan pemikiran dan atau tenaga
untuk mengembangkan dan melaksanakan program layanan bimbingan dan
konseling. Kerjasama tersebut dilakukan dengan komunikasi serta berbagi
pemikiran, gagasan dan atau tenaga secara berkesinambungan.52
Adapun tujuan dari kolaborasi ini adalah: 1) Menjalin hubungan baik
dengan pihak lain yang dilibatkan dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling, 2) Memperoleh sumbangan pemikiran, gagasan dan tenaga yang
diperlukan dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. 53
h. Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus adalah suatu tindakan mengalihkan penanganan
masalah peserta didik/konseli dari satu pihak kepada pihak lain yang lebih
berwenang dan memiliki keahlian. Guru bimbingan dan konseling atau
konselor melakukan alih tangan kasus kepihak lain karena keahlian dan
kewenangannya baik di sekolah (guru mata pelajaran) maupun di luar sekolah
(psikolog, dokter, psikiater). Sebaliknya guru bimbingan dan konseling atau
konselor menerima alih tangan kasus peserta didik dari wali kelas, guru
matapelajaran, dan pimpinan sekolah.
Guru kelas melakukan alih tangan kasus pada guru bimbingan dan
konseling atau konselor dan pada ahli lain atas persetujuan orang tua sesuai

52
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).
53
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (SD), hlm. 78-79.

50
dengan permasalahan atau kebutuhan bantuan peserta didik.54 Tujuan utama
dari alih tangan kasus ini adalah agar siswa mendapatkan penanganan yang
lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan cara
memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lain.
i. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan klien melalui kunjungan kerumah. Kunjungan
rumah adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau
konselor atau guru kelas dalam rangka melengkapi data, klarifikasi, konsultasi
dan kolaborasi melalui pertemuan tatap muka dengan orang tua/wali peserta
didik/konseli di tempat tinggal yang bersangkutan. Pelaksanaan satu kali
kunjungan rumah dihargai setara dengan satu jam pelajaran.
Adapun tujuannya adalah: 1) Membangun hubungan baik dengan
orangtua/ wali peserta didik/ konseli 2) Melengkapi dan klarifikasi data tentang
peserta didik/konseli 3) Mengkonsultasikan serta membangun kolaborasi untuk
pemecahan masalah peserta didik/konseli.
j. Layanan Advokasi
Advokasi adalah pendampingan kepada peserta didik/konseli yang
mengalami permasalahan (konflik) dengan orang lain (teman, guru, orang tua,
dan lain-lain), perlakuan tidak mendidik, salah, diskriminatif, malpraktik,
kekerasan, pelecehan, dan tindak kriminal dengan cara mempengaruhi cara
berpikir, berperasaan dan bertindak untuk mendukung pencapaian
perkembangan optimal peserta didik. Pelaksanaan satu kali advokasi dihargai
setara dengan satu jam pelajaran.
Adapun tujuan dari Advokasi ini adalah Mengubah cara pandang dan
cara bertindak peserta didik, orang tua, pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, serta stakeholder lain yang berkepentingan dalam
rangka menyelesaikan permasalahan peserta didik/konseli.

54
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (SD), hlm. 79-80.

51
k. Konferensi Kasus
Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas dan menemukan
penyelesaian masalah yang dihadapi peserta didik/konseli dandilakukan secara
bersama-sama dengan pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,
kemudahan dan komitmen. Konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup
(rahasia), setiap pembicaraan yang terjadi hanya untuk diketahui oleh para
peserta konferensi serta dalam suasana mencari solusi dan berbagi peran bukan
untuk menghakimi peserta didik.
Adapun Tujuannya adalah: 1) Untuk mengusahakan cara yang terbaik
bagi pemecahan masalah yang dialami peserta didik/konseli. 2) Mendapatkan
konsistensi, apabila berbagai data/informasi yang didapat oleh guru bimbingan
dan konseling atau konselor saling bertentangan sehingga dibutuhkan
klarifikasi. 3) Mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan, dan
komitmen peran dari para peserta konferensi tentang masalah yang dihadapi
peserta didik/konseli. 4) Memperoleh gambaran lebih jelas, mendalam dan
menyeluruh tentang masalah yang dihadapi peserta didik konseli.55
2. Layanan Melalui Media
Layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui media, baik
media informasi, media cetak, maupun media digital. Media membantu guru
bimbingan dan konseling atau konselor menyajikan informasi lebih menarik,
menerima informasi/keluhan/kebutuhan/bantuan lebih cepat serta menjangkau
peserta didik/ konseli lebih banyak.
a. Papan Bimbingan dan Konseling
Papan bimbingan dan konseling merupakan sarana dan prasarana untuk
memberikan informasi dan melakukan komunikasi interaktif melalui tulisan
atau yang memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta
didik. Sekolah yang sudah memiliki WEB Bimbingan dan Konseling atau jenis
aplikasi digital lain, informasi dapat menjadi menu dari aplikasi digital.

55
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (SD), hlm. 83.

52
Papan bimbingan dan konseling atau WEB digunakan untuk: 1)
Memberikan informasi yang menfasilitasi perkembangan pribadi, sosial,
belajar dan karir yang dibutuhkan peserta didik 2) Memberikan informasi
tentang aktivitas yang direncanakan oleh guru bimbingan dan konseling atau
konselor untuk aktivitas bimbingan kelompok, klasikal, dan lintas kelas. 3)
Memberi peluang bagi peserta didik untuk memanfaatkan papan bimbingan
sebagai ajang menampilkan kreativitas mereka.56
b. Kotak Masalah
Kotak masalah kebutuhan peserta didik adalah salah satu instrumen
media bimbingan dan konseling yang berbentuk kotak surat yang disiapkan
untuk menampung harapan, kebutuhan, keluhan, dalam bentuk tertulis. Kotak
tersebut ditempatkan dilokasi yang paling mudah dijangkau. Tanggapan atas isi
surat yang dikemukakan peserta didik, konselor memberikan layanan sesuai
kebutuhan konseli dan pertimbangan konselor berupa layanan konseling,
konsultasi, bimbingan klasikal, advokasi, mediasi, papan bimbingan. Apabila
satuan pendidikan telah menggunakan website, maka kotak kebutuhan dapat
dibuat sebagai salah satu menu dari web sekolah. Peserta didik atau konseli
dapat mengirimkan deskripsi masalah pada forum umum apabila dipersepsi
oleh peserta didik/konseli boleh dibaca peserta didik/konseli yang lain atau
pada forum khusus/alamat khusus guru bimbingan dan konseling atau konselor
yang diproteksi dan hanya dapat dibuka oleh guru bimbingan dan konseling
atau konselor. Adapun tujuannya adalah menyediakan fasilitas bagi peserta
didik yang ingin menyampaikan pikiran dan perasaan namun tidak mampu
disampaikan melalui komunikasi langsung kepada guru bimbingan dan
konseling atau konselor.
c. Leaflet
Leaflet bimbingan dan konseling adalah media layanan bimbingan dan
konseling dalam bentuk cetak, dapat dilipat, dan berisi informasi dalam bidang
pribadi, sosial, belajar, atau karir. Tujuan Leaflet bimbingan dan konseling
dibuat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan peserta didik/konseli.

56
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

53
d. Pengembangan Media (Inovatif) Bimbingan dan Konseling
Pengembangan media (inovatif) bimbingan dan konseling adalah usaha
kreatif dan inovatif guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk
menghasilkan produk yang mampu menjembatani penyampaian pesan
bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan peserta didik/konseli untuk menangkap pesan dengan tepat.
Media bimbingan dan konseling tersebut dalam bentuk cetak atau
elektronik/digital.
Pengembangan media BK (leaflet, poster, booklet, banner, web blog,
video interaktif, photo voice, dan lain-lain) memperhatikan dukungan
sarana/fasilitas, setting/lay out, daya tarik, konten media, penempatan,
keterbacaan, komposisi, daya tarik. Adapun tujuannya adalah guru bimbingan
dan konseling atau konselor mampu membuat media secara kreatif dan inovatif
dan memanfaatkan media sebagai upaya memaksimalkan layanan bimbingan
dan koseling kepada peserta didik/konseli.57
3. Peminatan Peserta didik
Peminatan merupakan upaya untuk membantu siswa dalam memilih dan
menjalani program atau kegiatan studi dan mencapai hasil sesuai dengan
kecenderungan hati atau keinginan yang cukup atau bahkan sangat kuat terkait
dengan program pendidikan/ pembelajaran yang diikuti pada satuan dasar dan
menengah.
Peminatan berasal dari kata minat yang berarti kecenderungan atau
keinginan yang cukup kuat berkembang pada diri individu yang terarah dan
terfokus pada terwujudkannya suatu kondisi dengan memepertimbangkan
kemampauan dasar, bakat, minat, dan kecenderungan pribadi individu. Dalam
dunia pendidikan, peminatan individu atau peserta didik pertama-tama terarah dan
terfokus pada peminatan studi dan karir atau pekerjaan.
Tujuan layanan peminatan pada sekolah dasar adalah untuk membantu
peserta didik mengenali potensi dan peluang pendidikan dan karir masa depan,
terampil membua keputusan, mengembangkan tujuan, dan menyelesaian berbagai

57
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

54
persoalan secara bijak.58
Adapun langkah-langkah Layanan peminatan pada sekolah dasar mengikui
langkahh-langkah sebagai berikut.
a. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam layanan peminatan peserta
didik antara lain prestasi belajar, prestasi non akademik, nilai ujian nasional,
pernyataan minat peserta didik, cita-cita, perhatian orang tua dan diteksi
potensi peserta didik. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data
peminatan dibahas pada Bab II naskah panduan ini. Semakin banyak data yan
dikumpulkan dan dapat dianalisis secara benar, maka ketepatan penetapan
peminaan peserta didik akan semakin tinggi.
b. Pemilihan dan Penetapan Peminatan Pada jenjang pendidikan dasar yaitu SD
tidak ada pilihan peminatan mata pelajaran. Pelayanan BK di SD dilakukan
oleh Guru Kelas untuk membantu peserta didik menanamkan minat belajar,
mengatasi masalah minat belajar dan mengalami kesulitan belajar secara
antisipatif (preventive).
c. Pendampingan Pelayanan peminatan peserta didik merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam program pelayanan BK pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar. Artinya, program pelayanan BK pada
setiap satuan pendidikan harus memuat kegiatan peminatan peserta didik.
d. Pengembangan dan Penyaluran Mengarahkan peserta didik SD untuk
memahami bahwa pendidikan di SD merupakan pendidikan wajib yang harus
dikuti oleh seluruh warga negara Indonesia dan setamatnya dari SD/MI harus
dilanjutkan ke studi di SMP, dan oleh karenanya peserta didik perlu belajar
dengan sungguh-sungguh dan meminati semua mata pelajaran.
e. Monitoring dan Tindak Lanjut Guru bimbingan dan konseling/konselor dan
guru kelas secara kolaboratif melakukan monitoring kegiatan peserta didik
secara keseluruhan dalam menjalani program pendidikan yang diikutinya,
khususnya peminatan pendalaman mata pelajaran. Perkembangan dan berbagai
permasalahan peserta didik di dalam mengikuti program pendidikan di sekolah
perlu diantisipasi, dievaluasi dan ditindaklanjuti melalui pelayanan bimbingan

58
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

55
dan konseling secara tepat.59
4. Kegiatan Administrasi
Guru bimbingan dan konseling atau konselor mengadministrasikan semua
kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan sesuai format laporan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling sebagai laporan kinerja profesi dan
dipergunakan sebagai perhitungan ekuivalensi jam kerja profesional.
a. Melaksanakan dan Menindaklanjuti Asesmen Kebutuhan
Guru bimbingan dan konseling atau konselor melakukan penyimpanan,
pemberkasan, pengklasifikasian, melaksanakan kegiatan mengenali kebutuhan
peserta didik/konseli, guru, orang tua dengan instrumen tes dan atau non tes.
b. Menyusun dan Melaporkan Program Bimbingan dan Konseling
Menyusun program bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
membuat program semesteran dan tahunan tahunan. Struktur program terdiri
atas kebutuhan disusun dalam struktur rasional, visi dan misi, deskripsi
kebutuhan, tujuan, komponen program, bidang layanan, rencana operasional,
pengembangan tema/topik, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut serta anggaran
biaya yang kemudian dilaporkan pada pimpinan sekolah dan disosialisasikan
kepada fihak yang berkepentingan di sekolah.
Program semesteran dan tahunan bimbingan dan konseling dilaporkan
secara tertulis maupun online untuk dijadikan standar pelaksanaan dan evaluasi
proses dan hasil. Akuntabilitas kinerja bimbingan dan konseling diukur dari
keterlaksanaan dan keberhasilan program semesteran dan tahunan tersebut.
c. Menyelengarakan Evaluasi Proses dan Hasil
Evaluasi bimbingan dan konseling merupakan proses pembuatan
pertimbangan secara sistematis mengenai efisiensi dan keefektifan efektifitas
pencapaian tujuan program bimbingan dan konseling berdasar pada ukuran
(standar) tertentu. Aktivitas evaluasi terdiri atas menentukan standar efisiensi
dan keefektifan program bimbingan dan konseling, mengumpulkan data dan
menganalisis data pelaksanaan dan hasil program, menginterpretasi melalui
membandingkan temuan dengan standar yang telah direncanakan, membuat

59
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

56
simpulan dan rekomendasi. Ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Tujuan evaluasi bimbingan dan konseling adalah untuk
mengetahui tingkat keterlaksanaan layanan bimbingan dan konseling dan
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan program bimbingan dan konseling
yang telah ditetapkan yang hasilnya berupa keputusan apakah suatu program
dilanjutkan, direvisi sebelum dilanjutkan, atau dihentikan.
5. Melaksanakan Administrasi dan Manajemen Bimbingan dan Konseling
Tata laksana bimbingan dan konseling mencakup penyimpanan,
pemberkasan, pengklasifikasian, serta prosedur akses, penemuan kembali,
pembaharuan, dan pemanfaatan data hasil asesmen kebutuhan, program
semesteran dan tahunan, pola organisasi dan peran anggota organisasi, sistem
sosialisasi program, penyiapan sarana dan prasarana, serta penyediaan
anggaran. Atas dasar uraian tersebut, maka disusunlah tata laksana bimbingan
dan konseling. Data-data diperoleh dari pelaksanaan administrasi bimbingan
dan konseling. Administrasi meliputi semua komponen, bidang maupun jenis
layanan. Berikut disajikan berbagai data.60

60
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Prenada Media Group, 2016).

57
DAFTAR PUSTAKA

Syafaruddin, Ahmad Syarqawi, dan Dina Nadira A. S. Dasar-Dasar Bimbingan


dan Konseling:Telaah Konsep, Teori Dan Praktik. Medan: Perdana
Publishing, 2019.
Fenti Hikmawati. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Grafindo Persada, 2016.
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan
Aplikasinya. Medan, LPPPI, 2019.
Rifda El Fiah. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Depok: Rajagrafindo
Persada, 2016.
Syukur, Yarmis dan Triave Nuzila Zahri. Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Purwokerto: IRDH Book Publisher, 2019.
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo,
2016.
Nur Fasikha. “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas V di SD
Negeri 1 Kedungrandu”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
2018.
Saring Marsudi. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surakarta: Cakap, 2016.
Kadek Ayu Astiti. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Andi, 2017.
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. Jakarta: Prenada Media
Group, 2016.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (SD). Jakarta:
Kementran Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. Jakarta: Prenada Media
Group, 2016.

58

Anda mungkin juga menyukai