Bimbingan dan konseling adalah serangkaian aktivitas yang berupa bantuan dan
dilakukan oleh seorang ahli pada konseling dengan cara tatap muka, baik itu secara
individu ataupun kelompok dengan memberikan pengetahuan tambahan. Pengetahuan
tambahan itu nantinya diharapkan bisa menjadi jalan keluar untuk mengatasi dan
menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh konseli, yakni dengan cara terus-menerus
dan sistematis. Bimbingan dan konseling ini juga telah diatur di dalam Surat Keputusan
Mendikbud No. 025/1995 mengenai Petunjuk Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Disebutkan juga bahwa bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan
yang ditujukan untuk peserta didik, baik itu individu ataupun kelompok agar lebih mandiri
dan tetap bisa berkembang secara optimal. Tak hanya itu saja, bimbingan yang diberikan
juga meliputi bimbingan sosial, karir, belajar, dan lainnya melalui berbagai macam
layanan dan juga kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pada
intinya, bimbingan dan konseling adalah sebuah proses interaksi antara konselor dan juga
konseli. Baik itu secara langsung ataupun tidak langsung dalam rangka membantu para
konseli supaya bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya atau bisa
memecahkan masalah yang sedang mereka alami.
Selain itu, bimbingan konseling juga bisa disebut sebagai salah satu upaya yang
sistematis, objektif, berkelanjutan, logis, dan terprogram, yang mana dilakukan oleh para
konselor untuk memberikan fasilitas pengembangan pada diri konseli agar mereka mampu
mencapai kemandirian dan mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
Berikut adalah pengertian bimbingan dan konseling menurut para ahli ;
Prinsip Umum
- Melayani semua individu tanpa memandang usia, gender, suku, agama, status sosial,
dan lain sebagainya.
- Memperhatikan tahapan perkembangan dari si konseli.
- Perhatian terhadap perbedaan individu dalam pemberian layanan.
Prinsip Khusus (Yang berkenaan dengan sasaran pelayanan)
- Bimbingan dan konseling adalah bagian integral dari pendidikan dan pengembangan
individu (Diatur dalam SISDIKNAS tentang tujuan pendidikan, dan UUD guru dan
dosen yang menjelaskan tentang posisi guru profesional).
- Fleksibel, menyesuaikan kebutuhan peserta didik dan lingkungan.
- Bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap
perkembangan individu.
- Perlu adanya penilaian hasil layanan bimbingan dan konseling.
- Diarahkan untuk pengembangan diri, agar secara mandiri dapat membimbing dirinya
sendiri.
- Pengambilan keputusan oleh klien (konseli) atas kemauan diri sendiri.
- Permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dihadapi oleh individu.
- Adanya kerja sama dengan personil sekolah dan orangtua dan pihak lain bila
diperlukan.
1. Kerahasiaan
2. Kesukarelaan
3. Kekinian
4. Keterbukaan
5. Kemandirian
6. Kegiatan
7. Kedinamisan
8. Keterpaduan
9. Kenormatifan
10. Keahlian
11. Alih tangan
12. Tut Wuri Handayani
1. Kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien
atau konseli) yang menjadi sasaran pelayanan.
2. Kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien atau
konseli) dalam mengikuti / menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukkan baginya.
3. Kekinian
Asas yang menuntut sang konselor dalam pemberian layanan dan bimbingan agar
mengedapankan teknik-teknik dan pendekatan yang lebih relevan dan lebih terupdate
(terkini), sehingga tidak ada kesan monoton dalam proses pelayanan yang diberikan.
4. Keterbukaan
Asas yang mengharuskan adanya keterbukaan dari si konseli kepada sang konselor
dalam pemberian keterangan dan informasi mengenai permasalahan yang dihadapinya.
5. Kemandirian
Asas yang menuntut si konseli agar dapat mandiri dalam proses pengembangan diri
serta potensi yang ia miliki, dan juga dalam pemilihan keputusan tanpa membiarkan
terjadinya intervensi dari sang konselor.
6. Kegiatan
Asas yang menuntut proses pelayanan bimbingan dan konseling yang lebih interaktif,
solutif, dan lain sebagainya dari pada hal-hal yang dapat membuat layanan tersebut
menyenangkan dan efektif.
7. Kedinamisan
Asas yang menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah
laku ke arah yang lebih baik, tentunya dengan hal-hal yang sifatnya mengarah kedepan
dan tidak monoton.
8. Keterpaduan
Asas yang menghendaki terjalinnya keterpaduan dalam berbagai aspek dari individu
yang dibimbing.
9. Kenormatifan
Asas yang menuntut tidak bolehnya pelayanan bimbingan dan konseling yang
bertentangan dengan norma- norma yang berlaku.
10. Keahlian
Asas yang menuntut pelayanan bimbingan dan konseling secara teratur, sistematik
dengan menggunakan teknik serta alat yang memadai, dan tenaga yang ahli dan
berkompeten dalam bidang tersebut.
1. Fungsi Pemahaman
2. Fungsi Pencegahan
Mencegah si klien agar tidak masuk dalam pusaran masalah-masalah yang baru
atau mencegahnya jatuh lagi pada masalah yang sama.
3. Fungsi Pengentasan
Membuat si klien keluar dari situasi dan kondisi yang tidak mengenakkannya
dalam proses penyelesaian masalah.
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu para
peserta didik dalam mencapai tugas perkembangannya dengan optimal sebagai pribadi,
sosial dan sebagai makhluk ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berikut beberapa tujuan
utama bimbingan konseling di sekolah: