Anda di halaman 1dari 17

DIKTAT MATA KULIAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh:
Siti Fatimahtun Zahra S.Sos M.Pd

Ringkasan:
Kurnia Safitri

Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)


Muhammadiyah Manokwari
2023
BAB I
DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan

Beberapa pendapat mengenai bimbingan dapat diuraikan sebagai


berikut: Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu
guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan dalam membuat pilihan, rencana dan interpretasi yang
diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana.
WwwDalam rumusan diatas dapat disimpulkan; (1) Bimbingan merupakan
proses bantuan, (2) Bimbingan diberikan kepada individu, (3) Bimbingan
bertujuan agar klien dapat membuat pilihan dan keputusan secara
bijaksana. Dapat dikemukakan unsur-unsur pokok bimbingan sebagai
berikut :
1) Pelayanan bimbingan adalah suatu proses.
2) Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan, yang bersifat
menunjang bagi pengembangan individu yang dibimbing.
3) Bantuan diberikan kepada individu dan kelompok.
4) Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas
kelakuan klien sendiri.
5) Bimbingan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai bahan
interaksi, nasihat, atau gagasan yang berasal dari klien sendiri,
konselor maupun lingkungan.
6) Bimbingan diberikan oleh orang yang ahli, yaitu orang yang
memiliki kepribadian yang terpilih dan telah memperoleh
pendidikan serta latihan yang memadai dalam bidang bimbingan
dan konseling.
7) Sebagai pemimpin tidak boleh memaksakan kehendak dan
keinginan kepada klien, karena klien sendiri yang berkewajiban
dan berhak untuk menentukan arah dan tujuan hidupnya sendiri.

Berdasarkan butir-butir pokok tersebut maka yang dimaksud


dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu, baik
anak, remaja maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri; dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan;
berdasarkan norma yang berlaku.

2. Pengertian Konseling

Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu


mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, untuk mencapai
perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses
tersebut dapat terjadi setiap waktu.
Dalam rumusan diatas dapat disimpulkan; (1) Konseling merupakan
proses pemberian bantuan, (2) bantuan diberikan kepada individu yang
sedang mengalami hambatan atau gangguan dalam proses perkembangan,
(3) konseling dapat dilakukan setiap waktu, (4) konseling bertujuan agar
individu dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Berdasarkan butir-butir pokok tersebut maka yang dimaksud dengan
konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu
yang sedang mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Beberapa pendapat ahli tentang tujuan dari bimbingan dan konseling dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Hamrin & Clifford : tujuan dilakukannya bimbingan dan konseling adalah
agar individu dapat membuat pilihan, penyesuaian, interpretasi.
2. Broadshow dalam McDaniel : fungsinya adalah untuk memperkuat fungsi-
fungsi pendidikan.
3. Tiedeman dalam Bernard & Fullmer : tujuannya membuat orang menjadi
insan yang lebih berguna.
4. Colleman dalam Thompson & Rudolph : tujuannya adalah memberikan
dukungan, memberikan dukungan, wawasan, pandangan, pemahaman,
keterampilan, dan alternatif baru serta mengatasi masalah yang dihadapi.
5. Myers : tujuannya adalah membantu individu memperkembangkan dirinya
(mengadakan perubahan-perubahan positif pada diri individu tersebut).

Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu


memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang
dimilikinya (kemampuan dasar dan bakatnya) berbagai latar belakang yang ada
(keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai tuntunan positif dari
lingkungannya. Tujuan khusus ini merupakan penjabaran tujuan umum yang
dikaitkan dengan permasalahan yang dialami individu baik yang menyangkut
perkembangan maupun kehidupannya.

C. Asas-Asas Bimbingan Dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional dan harus


dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisiensi dan
efektifitas prosesnya. Asas-asas yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang disampaikan oleh klien kepada konselor tidak boleh
disampaikan kepada orang lain.
2. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari klien maupun dari pihak konselor.
3. Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling harus ada suasana
keterbukaan baik dari klien maupun konselor.
4. Asas Kekinian
Asas ini mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda
memberikan bantuan.
5. Asas Kemandirian
Pelayanan yang diberikan bertujuan menjadikan klien dapat mandiri, tidak
tergantung pada orang lain.
6. Asas Kegiatan
Hasil kegiatan bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan
sendirinya melainkan harus ada kerja yang giat dari klien itu sendiri.
7. Asas Kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki perubahan pada
diri klien yaitu perumahan tingkah laku kearah yang lebih baik.
8. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling harus memadukan berbagai aspek
kepribadian klien.
9. Asas Kenormatifan
Kegiatan bimbingan konseling yang dilakukan tidak boleh bertentangan
dengan norma yang berlaku baik norma agama, adat, hukum, norma ilmu
dan kebiasaan sehari-hari.
10. Asas Keahlian
Kegiatan bimbingan konseling yang dilakukan harus teratur dan sistematik
dengan menggunakan prosedur, teknik dan instrument bimbingan
konseling yang memadai.
11. Asas Alih Tangan
Asas ini mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan konseling hanya
menangani masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang
bersangkutan, dan setiap masalah yang ditangani oleh ahli yang
berwenang.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan konseling tidak hanya
dirasakan pada waktu klien mendapat masalah dan menghadap konselor
saja, namun diluar proses bantuan pun hendaknya dirasakan adanya
manfaat pelayanan bimbingan dan konseling.

D. Kesalahpahaman dalam Bimbingan Dan Konseling

Kesalahpahaman yang sering kita jumpai dilapangan antara lain :


1. Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama
sekali dengan pendidikan
Pada kenyataannya untuk menjadi konselor yang baik seseorang perlu
mengetahui keterampilan-keterampilan dasar, baik keterampilan pribadi
dalam memberikan konseling perseorangan, kelompok, pemberian
informasi pendidikan dan jabatan, kemampuan berkomunikasi, maupun
kematangan, dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di
sekolah. Namun keterampilan tersebut pada hakikatnya sama derajatnya
dengan keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai para petugas atau
ahli dibidang-bidang lainnya.
2. Konselor Di Sekolah Dianggap Sebagai Polisi Sekolah
Konselor akan ditugasi mencari siswa yang bermasalah dan diberi
wewenang untuk mengambil tindakan kepada siswa yang bermasalah. Jika
kondisinya seperti itu adalah wajar jika siswa menjadi takut untuk
berurusan dengan konselor.
3. Bimbingan Dan Konseling Di Anggap Semata-mata Sebagai Proses
Pemberian Nasehat
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang memberikan
nasehat. Itu hanya merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan
dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh
kepentingan klien dalam rangka pengembangan diri klien secara optimal.
4. Bimbingan Dan Konseling Dibatasi Hanya Pada Menangani Masalah Yang
Bersifat Insidental
Pada hakikatnya bimbingan dan konseling harus menjangkau dimensi
waktu yang luas yaitu lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Untuk
itu bimbingan dan konseling harus membangun suasana bimbingan dan
konseling serta mampu melihat hal-hal tertentu yang perlu diolah,
ditanggulangi, diarahkan, dibangkitkan, dan secara umum diperhatikan
demi perkembangan individu yang menjadi tanggung jawabnya secara
penuh dan menyeluruh.
5. Bimbingan Dan Konseling Dibatasi Hanya Untuk Klien Tertentu
Pelayanan bimbingan dan konseling terbuka untuk segenap individu
atau kelompok yang memerlukannya. Disekolah, misalnya pelayanan
bimbingan dan konseling tersedia untuk semua siswa.
6. Bimbingan Dan Konseling Melayani “Orang Sakit” Dan/Atau “Kurang
Normal”
Bimbingan dan konseling hanya melayani orang-orang yang normal
dan yang mempunyai masalah tertentu.
7. Bimbingan Dan Konseling Bekerja Sendiri
Konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan
dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang dihadapi klien.
8. Konselor Harus Aktif Sedangkan Pihak Lain Pasif
Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah usaha
bersama yang beban kegiatannya tidak semata-mata adalah urusan
konselor saja.
9. Mengganggap Pekerjaan Bimbingan Dan Konseling Dapat Dilakukan
Oleh Siapa Saja
Kegiatan bimbingan konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip keilmuan (mengikuti filosofi, tujuan, metode, dan asas-asas
tertentu) dengan kata lain dilakukan secara profesional.
10. Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Berpusat Pada Keluhan Pertama
Saja
Konselor tidak boleh terpukau oleh keluhan atau masalah yang
pertama disampaikan. Konselor harus mampu menyelami masalah klien
yang sebenarnya.
11. Menyamakan Pekerjaan Bimbingan Dan Konseling Dengan Pekerjaan
Dokter dan Psikiater
Dokter atau psikiater bekerja dengan orang yang sakit sedangkan
konselor bekerja dengan orang sehat yang sedang mengalami masalah.
Dokter dan psikiater memberikan resep obat sedangkan konselor
memberikan pemecahan masalah melalui perubahan orientasi pribadi,
penguatan mental/psikis, tingkah laku, pengubahan lingkungan, upaya-
upaya perbaikan serta teknik-teknik bimbingan konseling lainnya.
12. Menganggap Hasil Pekerjaan Bimbingan Dan Konseling Harus Segera
Dilihat
Usaha-usaha dalam bimbingan dan konseling bukanlah usaha yang
langsung dapat dilihat hasilnya, karena menyangkut aspek-aspek
mental/psikologis dan tingkah laku.
13. Menyamaratakan Cara Pemecahan Masalah bagi Semua Klien
Pada dasarnya pemakaian sesuai cara tergantung pada diri klien, jenis
dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas
bimbingan dan konseling dan sarana yang tersedia.
14. Memusatkan Usaha Bimbingan Dan Konseling Hanya Pada Penggunaan
Intrumentasi
Sarana utama dalam kegiatan bimbingan konseling adalah
keterampilan pribadi, instrumen hanyalah alat bantu.
15. Bimbingan Dan Konseling Dibatasi Hanya Pada Menangani Masalah Yang
Ringan Saja
Jika konselor sudah mengarahkan seluruh kemampuan tapi masalah
belum terselesaikan, maka perlu pengalihtanganan klien. Diupayakan
kepada konselor yang ahli.

E. Prinsip-prinsip Bimbingan Dan Konseling


1. Prinsip-prinsip Berkenaan Dengan Sasaran Pelayanan
2. Prinsip Yang Berkenaan Dengan Masalah Individu
3. Prinsip-prinsip Berkenaan Dengan Program Pelayanan
4. Prinsip-prinsip Berkenaan Dengan Pelaksanaan Layanan
5. Prinsip-prinsip Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
BAB II
ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP KERJA
BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Orientasi Bimbingan Dan Konseling


a. OkOrientasi Perseorangan
Orientasi Perseorangan bimbingan dan konseling menghendaki konselor
menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu persatu siswa
perlu mendapatkan perhatian.
b. Orientasi Perkembangan
Peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan bagi gerak
individu dalam menjalani alur perkembangannya. Tugas bimbingan dan
konseling adalah menghalangi hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada
individu.
c. Orientasi Permasalahan
Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-
masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan
menginginkan agar individu yang sudah terlanjur masalah dapat terentaskan
masalahnya. Fungsi lainnya adalah fungsi pemahaman dan fungsi
pemeliharaan/pengembangan.

B. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan Dan Konseling


a. Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Di sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan
bimbingan dan konseling, yang mempunyai kedudukan dan peranan yang
khusus.
1) Ketertarikan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang
lainnya
2) Tanggung jawab konselor sekolah
Konselorlah yang mengendalikan dan melaksanakan berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung
jawabnya. Konselor menjadi “ pelayan” bagi pencapaian tujuan
pendidikan secara menyeluruh khususnya bagi tercapainya tujuan
perkembangan masing-masing peserta didik.

b. Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Luar Sekolah


1. Bimbingan Dan Konseling Keluarga
Bimbingan dan konseling keluarga adalah pelayanan yang
ditujukan kepada seluruh anggota keluarga yang memerlukan.
2. Bimbingan Dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangkau daerah
kerja yang lebih luas perlu diselenggarakan oleh konselor yang bersifat
multidimensional, yaitu yang mampu bekerja sama dengan guru,
administrator, orang tua dan berbagai komponen dan lembaga di
masyarakat yang lebih luas.
BAB III
KARAKTERISTIK SISWA DI SEKOLAH DASAR

a. Karakteristik Siswa

Untuk dapat melakukan tugas dengan baik, guru tidak saja perlu memahami dan
menguasai materi yang akan diajarkan, tetapi guru perlu memiliki pengetahuan
mengenai siswa dengan segala karakteristiknya. Guru harus mengakomodasi
keragaman siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan pendidikan.
Adapun karakteristik murid SD, dapat dilihat dari beberapa dimensi berikut :
a. Karakteristik Pribadi dan Sosial
1. Umur
2. Umur merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena
berkaitan dengan tingkat perkembangan dan kematangan. Siswa
yang usianya lebih tua akan memiliki kesiapan belajar yang lebih
tinggi dibandingkan siswa yang lebih muda.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki tempo dan ritme perkembangan
yang relatif berbeda; anak perempuan lebih cepat memasuki masa
keremajaannya, lebih cepat mengenal hidup teratur dan lebih cepat
mandiri.
4. Pengalaman
Kelompok Bermain (KB) memiliki prestasi dalam membaca,
menulis, dan berhitung lebih tinggi dari pada yang tidak menempuh
pendidikan prasekolah.
5. Status Sosial Ekonomi
Latar belakang status sosial ekonomi memiliki indikator pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua dan lingkungan
tempat tinggal. Karena kemiskinan secara ekonomi mempengaruhi
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional. Secara fisik anak-
anak miskin lebih sering sakit-sakitan, kurang bersemangat, kurang
motivasi, mengantuk, lusuh.

b. Karakteristik Psikologis
1. Tingkat Kecerdasan
Setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ada
orang yang tingkat kecerdasannya tinggi atau superior dinyatakan
dalam hasil teks IQ mencapai 120 atau lebih (jumlahnya hanya 10-20%
dari populasi), orang dengan IQ rata-rata dan sisanya memiliki IQ
dibawa rata-rata atau normal yaitu sekitar 90-119 (60-70% dari
populasi), dan sisanya yang memiliki IQ dibawah rata-rata.
2. Kreatifitas
Siswa yang cerdas pada umumnya memiliki tingkat kreatifitas yang
tinggi dibandingkan siswa yang kurang cerdas. Anak yang cerdas akan
berusaha menemukan jalan dalam menyelesaikan tugasnya yang
mungkin menemukan jalan buntu.
3. Bakat dan Minat
Siswa di SD memiliki bakat khusus yang akan terlihat pada proses
belajarnya. Ada siswa yang menunjukkan bakat berbahasa, ada pula
yang gemar dalam berhitung, dan ada pula siswa terlibat memiliki
kegemaran merata dalam semua mata pelajaran.
4. Pengetahuan Dasar dan Pengetahuan Terdahulu
Belajar adalah proses yang berkesinambungan. Kesinambungan ini
adalah dari segi urutan materi, juga tingkat pencapaian siswa, karena
tidak semua siswa memiliki pencapaian yang sama dalam semua mata
pelajaran.
5. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan faktor yang cukup besar dalam mempengaruhi
proses keberhasilan siswa. Jika kurang motivasi bukan tidak mungkin
ia memiliki kesulitan bahkan kegagalan dalam proses belajarnya.
6. Sikap siswa
Ada siswa yang memandang sekolah sebagai suatu keharusan agar
masa depan jadi lebih baik, adapula siswa yang bersekolah atas
suruhan orang tua. Ada yang memandang sekolah sebagai sesuatu yang
positif, ada yang sebaliknya.

b. Implikasi Pemahaman Karakter Siswa

Siswa yang memiliki perbedaan karakter tertentu memerlukan layanan yang


berbeda pula. Siswa yang memiliki motivasi, kreativitas tinggi, guru dapat
membimbingnya dengan menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kreatifitasnya.
Siswa dengan motivasi belajar rendah maka guru dapat membimbingnya dengan
menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kreatifitasnya.
BAB IV

PARADIGMA INTEGRASI BIMBINGAN DAN KONSELING

DI SEKOLAH DASAR

Kemajuan teknologi terus berkembang dan mendorong manusia untuk dapat


meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satu cara meningkatkan kualitas hidup adalah lewat
pendidikan. Secara lebih khusus Prayitno merumuskan tujuan dilakukannya bimbingan di SD
agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa SD dapat berkembang secara optimal.
Tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

1) Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam


beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME.
2) Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
3) Mengembangkan konsep- konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-
hari.
4) Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5) Belajar menjadi pribadi yang mandiri
6) Mempelajari keterampilan fisik sederhana baik untuk permainan
maupun kehidupan.
7) Mengembangkan kata hati, moral, nilai-nilai sebagai pedoman
perilaku.
8) Membina hidup sehat untuk diri dan lingkungan
9) Menuntun agar mereka belajar menjalankan peranan sosial sesuai
dengan jenis kelaminnya.
10) Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga
sosial.
11) Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa
depan.

A. Karakteristik Proses Pembelajaran Dan Bimbingan Konseling Di SD

Beberapa karakteristik pembelajaran di SD, yaitu:


1. Mayoritas berpusat pada fungsi dan peran guru kelas
2. Menekankan pada pembelajaran melalui aktivitas fisik sebagai ciri
khasnya
3. Minat dan keterlibatan orang tua sangat besar
4. Peserta didik di SD sebagai sebuah kelompok yang relatif stabil dan
permasalahan yang muncul tidak sekompleks yang ada di sekolah
menengah.

Karakteristik peserta didik di SD adalah aktif bergerak, cepat bosan jika terlalu lama
mendengarkan ceramah, memiliki kecenderungan selalu bermain dan bersenang-
senang serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka guru dituntut memiliki
pendekatan dan metode mengajar yang khas.

B. Wilayah Integrasi Bimbingan Dan Konseling di SD

a. Aspek Program
b. Aspek Ketenagaan
c. Aspek Prosedur Dan Teknik
d. Aspek Daya Dukung Lingkungan

C. Bidang-bidang Layanan Bimbingan Dan Konseling di SD

1. Bidang bimbingan pribadi


2. Bidang bimbingan sosial
3. Bidang bimbingan belajar
4. Bidang bimbingan Karier

D. Tugas Personal Sekolah Dalam Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di SD

a. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah penanggung jawab kegiatan pendidikan serta layanan
bimbingan dan konseling, tugas-tugasnya antara lain:
1) Mengoordinasikan setiap kegiatan pendidikan yang mencakup pengajaran,
pelatihan, dan bimbingan konseling.
2) Menyediakan sarana, tenaga dan fasilitas lainnya yang diperlukan.

b. Guru Kelas Sekaligus Wali Kelas dan Pembimbing


Sebagai pelaksana pembelajaran sekaligus kegiatan bimbingan konseling, tugas
wali kelas antara lain:
1) Menginformasikan kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran tentang
peserta didik yang memerlukan perhatian khusus.
2) Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk program dan penilaian
bimbingan dan konseling.

c. Guru Mata Pelajaran


Tugasnya yaitu:
1) Bekerja sama dengan guru kelas/wali selaku guru pembimbing dalam
mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan konseling.
2) Melaksanakan bimbingan melalui proses belajar mengajar sesuai mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

E. Model Layanan Bimbingan Dan Konseling Terintegrasi di SD

Model bimbingan dan konseling di SD memiliki karakteristik yang khas dan


berbeda dengan layanan bimbingan konseling pada jenjang pendidikan lainnya.
Karakteristik layanan BK dapat dipahami dari beberapa hal yaitu:
1. BK di SD lebih menekankan pada peranan guru kelas dalam kegiatan-
kegiatan bimbingan yang diintegrasi dengan kegiatan pembelajaran.
2. Layana BK tidak dapat dipisahkan dari peran sentral orang tua yang
menjadi tempat bergantung peserta didik dalam banyak aspek.
3. Rekayasa lingkungan sekolah dan proses pembelajaran yang dapat
merangsang peserta didik mengembangkan diri dalam setiap aspek dan
tugas perkembangannya secara optimal.
4. Karakteristik BK adalah dilakukan secara terpadu dan terintegrasi
secara komfrehensif dengan proses pembelajaran atau KBM.
5. Meskipun tanggung jawab BK melekat pada guru kelas, masing-
masing personel sekolah mulai dari kepala sekolah sampai penjaga
sekolah wajib memberikan layanan BK sesuai dengan level dan
kemampuan masing-masing.
BAB V
KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING
BAGI GURU SEKOLAH DASAR

A. Pengertian Konseling

Beberapa pengertian Konseling yang dikemukakan oleh para ahli dapat diuraikan
antara lain sebagai berikut :
1. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pad a teratasinya masalah yang dihadapi klien (Prayitno dan
Amti,2015)
2. Konseling adalah bentuk pembelajaran yang intim, menuntut seorang
praktisi yang bersedia melepaskan stereotip dan menjadi orang yang
otentik dalam terapi hubungan. (Corey, 2005)
3. Willis mendefinisikan konseling sebagai upaya bantuan yang diberikan
oleh seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap
individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut
berkembang potensinya secara optimal mampu mengatasi masalahnya
dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu
berubah (Hartini, Bhakti, dan Hartono, 2017)

B. Keterampilan Komunikasi Konseling

a. Komunikasi Verbal: terdiri atas pesan-pesan yang dikirim konselor kepada


konseli dalam bentuk kata-kata. Dalam hal ini hendaknya konselor mampu
menggunakan perbendaharaan kata yang tepat dan memiliki analisis cermat
terhadap perbendaharaan kata yang digunakan konseli.
b. Komunikasi Vocal: penyampaian konselor tentang apa yang dirasakan dan
seberapa responsif konselor secara emosional memahami perasaan konseli.
c. Komunikasi Tubuh: yaitu pesan-pesan yang dikirim oleh anggota tubuh
menjadi ekspresi wajah, tatapan, kontak mata, gesture, postur atau tubuh,
kedekatan secara fisik, pakaian dan cara berdandan.
d. Komunikasi Sentuhan: beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya
mengirim pesan melalui sentuhan fisik, meliputi bagian tubuh apa dari konseli
yang digunakan untuk menyentuh, bagian tubuh mana dari konseli yang dapat
disentuh dan seberapa tegas sentuhan tersebut.
e. Komunikasi Mengambil Tindakan: yaitu pesan-pesan yang disampaikan
konselor dalam kondisi tidak bertatap muka, misal mengirim catatan tidak
lanjut kepada konseli.

C. Hubungan Komunikasi dengan Konseling


Konseling adalah proses bantuan dari seorang profesional kepada seorang
individu ataupun beberapa individu yang memerlukan bantuan. Aspek komunikasi
sangat kental dalam hubungan yang bercorak konseling dan membutuhkan keahlian
tersendiri dalam pelaksanaannya. Jika proses konseling yang terjadi diiringi dengan
kemampuan komunikasi konselor, tentu saja konseling akan berlangsung secara
efektif. Sebaliknya, jika kemampuan komunikasi konselor dalam melaksanakan
konseling tidak memadai maka akan sangat berpotensi pada kegagalan proses
konseling.

D. Jenis-jenis Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling

Beberapa pendapat tentang jenis-jenis keterampilan dalam komunikasi konseling


dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu:
1. Cormier & Cormier (Widodo,2012) mengemukakan keterampilan
komunikasi dasar Konseling yaitu: keterampilan membuka (opening),
penerimaan (acceptance), structuring, refleksi perasaan (reflection of
feelings), refleksi makna (reflection of meaning), pengulangan
(restatement), klarifikasi (clarification), parafrase (paraphrasing),
konfrontasi (confronting), bertanya (questioning), penguatan/dukungan
(reassurance), eksplorasi (eksploration), dan kesimpulan (summary).
2. Menurut Willis (2014) keterampilan-keterampilan tersebut meliputi :
attending, opening, acceptance, restatement, reflection of feeling,
clarification, paraphrasing, structuring, lead, silent, reassurance,
rejection, advice, summary, confrontation, interpretation, termination.
3. Sedangkan menurut Carkhuff (2008), keterampilan komunikasi
konseling diklasifikasikan lebih ringkas yang terdiri dari attending,
responding, personalizing, initiating.

E. Keterampilan Dasar

a. Attending
Perilaku attending usaha konselor untuk menempatkan diri sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan perhatian terhadap konseli secara penuh.
Ketika konselor penuh perhatian, konseli juga bisa menjadi penuh perhatian
dan terlibat dalam proses konseling. Keterampilan ini meliputi:

1) Persiapan Attending (Preparing for Attending) meliputi:


a) Mempersiapkan konseli; menyenangkan konseli dengan sapaan
ramah, mendorong konseli untuk mau menggunakan bantuan.
b) Mempersiapkan materi; mengatur furniture agar dapat
memfasilitasi komunikasi yang terbuka dengan memposisikan
kursi sehingga konselor dan klien dapat saling berhadapan,
berdampingan dan mengatur dekorasi agar nyaman dan
mencerminkan hal yang akrab.
c) Mempersiapkan diri (konselor); membuat rileks badan dan
fikiran sebelum berinteraksi dengan konseli, mengingat
kembali apa yang diketahui tentang konseli yang akan dihadapi
dari interaksi sebelumnya.
2) Terlibat secara pribadi (Attending Personally)
Terlibat secara pribadi melibatkan sikap diri kita untuk memberi
perhatian penuh dan tak terbagi terhadap klien.
3) Mengamati (observing)
Keterampilan mengamati melibatkan kemampuan konselor untuk
melihat dan untuk memahami perilaku nonverbal dari konseli.
4) Mendengarkan (listening)
Beberapa cara agar kita dapat mengembangkan kemampuan
mendengar antara lain:
a) Menemukan alasan untuk mendengarkan
b) Menehan memberikan penilaian pribadi
c) Mendengarkan tema
5) Empathy (empati)
Empati dilakukan bersamaan dengan attending. Dengan kata lain,
tanpa perilaku attending tidak akan ada empati. Ada 2 macam empati
yaitu: (1) Empati primer (Primary Empathy), yaitu suatu bentuk empati
yang hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman
klien. (2) Empati tingkat tinggi (Advance Accurate Empathy), yaitu
apabila pemahaman konselor terhadap perasaan, fikiran, keinginan
serta pengalaman klien lebih mendalam dan lebih menyentuh klien
karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
6) Minimum Encouragement (Dorongan Minimal)
Dorongan minimal adalah dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang telah dikatakan klien dan memberikan dorongan
yang singkat seperti (oh..,ya..,terus ..,lalu..,dan..,).

Anda mungkin juga menyukai