BIMBINGAN KONSELING
Jumat, 09 Oktober 2015
asass dan kode etik BK
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling secara profesional di Indonesia sampai saat ini masih
terfokus pada generasi muda yang masih duduk dibangku pendidikan formal atau di sekolah.
itupun nampaknya yang paling terrealisasi hanyalah pada jenjang pendidikan sekolah menegah
dan perguruan tinggi saja. Hampir semua tenaga bimbingan konseling profesional yang telah
mendapat pendidikan formal di bidang bimbingan dan konseling, bertugas dilembaga-lembaga
pendidikan di atas jenjang pendidikan dasar.
Diantara tenaga-tenaga bimbingan dan konseling itu sebagian terbesar terlibat didalam
jenjang pendidikan menegah. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang diwujudkan
dalam suatu program bimbingan dan konseling yang terorganisasi dan terencana, sampai saat ini
lebih banyak dikembangkan untuk jenjang pendidikan ditingkat menengah. sehingga seakan-
akan ia menjadi urutan yang pertama. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga profesional dijenjang pendidikan tinggi menempati urutan ke
dua dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan di jenjang pendidikan dasar
menempati urutan ketiga. Kenyataan ini hendaknya tidak harus berarti bahwa, urutan prioritas
yang terdapat dilapangan, sebagaimana dijelaskan di atas, tidak dapat diubah menjadi urutan
prioritas yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja asas-asas bimbingan dan konseling?
2. Apa saja peran guru Mata Pelajaran dalam penerapan asas BK?
3. Apa yang dimaksud dengan kode etik?
4. Apa saja kode etik bimbingan dan konseling?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami asas-asas bimbingan dan konseling.
2. Dapat mengetahui peran dari guru mata pelajaran dalam penerapan asas BK.
3. Dapat mengetahui pengertian dari kode etik tersebut.
4. Dapat mengetahui kode etik bimbingan dan konseling.
D. Manfaat Penulisan
Asas-asas dan kode etik Bimbingan dan konseling sangat diperlukan oleh konselor sebagai
pedoman baginya dirinya dalam menjalankan tugas tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Asas Kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah tertanam pada diri (calon)
terbimbing/siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah
akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta bimbingan.
Bagaimana halnya dengan klien kiriman, apakah dalam hal ini asas kesukarelaan dilanggar?
Dalam hal ini pembimbing berkewajiban mengembangkan sikap sukarela pada diri klien itu
sehingga klien itu mampi menghilangkan rasa keterpaksaannya saat memberikan data dirinya
kepada pembimbing. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon) terbimbing/siswa atau
klien saja, tetapi hendaknya berkembang pada diri penyelenggara. Para penyelenggara
bimbingan hendaknya mampu menghilangkan rasa bahwa tugas ke-BK-annya itu merupakan
suatu yang memaksa diri mereka. Lebih disukai lagi apabila para petugas itu merasa terpanggil
utnuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.
3. Asas Keterbukaan
Bimbingan dan Konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan.
Baik yang dibimbing/dikonsel maupun pembimbing/konselor bersifat terbuka. Keterbukaan ini
bukan hanya sekadar berarti bersedia menerima saran-saran dari luar tetapi dan hal ini lebih
penting masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan
masalah yang dimaksud. Dalam konseling misalnya, diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin
dan terbuka tentang dirinya sendiri. Dengan keterbukaan ini penelaahan masalah serta
pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien menjadi mungkin. Perlu diperhatikan bahwa
keterbukaan hanya akan terjadi bila klien tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan yang
semestinya diterapkan oleh konselor. Untuk keterbukaan klien harus terus menerus membina
suasana hubungan konseling sedemikian rupa, sehingga klien yakin bahwa konselor juga
bersikap terbuka dan yakin bahwa asas kerahasiaan memang terselenggarakan. kesukarelaan
klien tentu saja menjadi dasar bagi keterbukaannya.
4. Asas Kekinian
Masalah klien yang langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan konseling ialah
masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masalah yang sudah lampau, dan
juga masalah yang mungkin yang akan dialami di masa mendatang. Bila ada hal-hal tertentu
yang menyangkut masa lampau, dan/atau , masa yang akan datang perlu dibahas dalam upaya
bimbingan dan konseling yang sedang diselenggarakan, pembahasan hal itu hanyalah merupakan
latar belakang/latar depan dari masalah yang akan dihadapi sekarang sehingga masalah yang
dihadapi itu teratasi. Dalam usaha yang bersifat pencegahan punpada dasarnya pertanyaan yang
perlu dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang, sehingga kemungkinan yang kurang
baik dimasa yang akan mendatang dapat terhindari.
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda
pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klein atau jelas terlihat misalnya adanya siswa
yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. konselor tidak
selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan berbagai dalih. Dia harus mendahulukan
kepentingan klien daripada yang lain-lain. Jika dia benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk
tidak memberikan bantuannya kini, maka dia harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa
penundaan yang dilakukan itu justru untuk kepentingan klien.
5. Asas Kemandirian
Seperti dikemukan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha layanan bimbingan
dan konseling. Dalam memberika layanan para petugas hendaklah selalu berusaha
menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan hendaknya orang yang
dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya para pembimbing/konselor.
Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok
mampu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d. Mengarahkan diris esuai dengan keputusan.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan yang
dimilikinya.
6. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti, bila
individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu
yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan konseling hendaknya menimbulkan
suasana individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
7. Asas Kedinamisan
Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan
tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan
yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
8. Asas Keterpaduan
Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai asoek individu yang dibimbing,
sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaanya
tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di samping keterpaduan pada
diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan. Hendaknya, jangan aspek layanan yang satu tidak serasi atau bahkan bertentangan
dengan aspek layanan yang lain.
9. Asas Kenormatifan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan bimbingan dan konseling tidak
boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma
adat, norma hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini
diterapkan tehadap isis maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi
layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula proses, teknik, dan peralatan
yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan.
Ditilik dari permasalahan klien, barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan
konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggar
norma-norma tertentu), namun justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah tingkahlaku
yang melanggar norma itu diarahkan kepada yang lebih bersesuaian dengan norma.
A. Kesimpulan
Dalam bimbingan dan konseling terdapat 12 asas diantaranya:
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kegiatan
7. Asas Kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10. Asas Keahlian
11. Asas Ahli Tangan
12. Asas Tut Wuri Handayani
Di sekolah guru mata pelajaran pun sangat berperan penting dalam proses bimbingan dan
konseling karena siswa yang mempunyai masalah yang terlebih dahulu mengetahuinya ialah
guru mata pelajan tersebut. Untuk itu bk bekerjasama dengan guru mata pelajaran dalam
membimbing siswa yang mempunyai masalah sesuai dengan kode etik yang ada dalam
bimbingan dan konseling tersebut.
B. Saran
Asas-asas serta kode etik bimbingan dan konseling haruslah sejalan karena tanpa mengetahui
atau memahami hal-hal tersebut seorang pembimbing belumlah disebut sebagai konselor yang
ahli dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hikmawati, Fenti.2011.Bimbingan Konseling edisi Revisi.Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.
Sukardi, Dewa Ketut.2010.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah.Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Walgito, Bimo.2010.bimbingan + Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta:ANDI Yogyakarta.
/17/12
ASAS-ASAS DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING
(Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling)
Dosen: Sugiyatno, M.Pd.
Disusun oleh:
1. Marina Ramadani 09312241005
2. Miftakhul Riska Fathimah 09312241010
3. Andi Wibowo 09312241021
4. Duria Fikasari 09312241022
5. Leily Fatonah 09312241043
6. Dyah Ana Rahmayani 09312241044
7. Kurnia Dewi Saputri 09312241048
BAB II
PEMBAHASAN
D. Pelaksanaan Asas dan Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah Saat Ini
Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang
dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur karena
sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang
tinggi. Para siswa yang sedang dalam tahap perkembangan memerlukan segala jenis layanan
bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya.
Namun, harapan akan tumbuh kembangnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
sering kali masih tetap harapan saja. Pelayanan bimbingan dan konseling secara resmi memang
ada di sekolah, tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam kaitan ini, Belkin (1975)
menegaskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuh kembangkan pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah.
1. Pertama, konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas dan
memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut. Konselor juga
memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk mengetahui program-
program yang hendak dijalankan itu.
2. Kedua, konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu
keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal
ini, konelor harus menonjolkan keprofesionalannya, tetapi tetap menghindari sikap elitis atau
kesombongan atau keangkuhan profesional.
3. Ketiga, konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor
profesional dan menerjemahkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata. Konselor harus juga
mampu dengan sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa akan bekerja sama
tentang tujuan yang hendak dicapai oleh konselor serta tanggung jawab yang terpikul di pundak
konselor.
4. Keempat, konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal,
yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami
permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki
bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai,
serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor dan personal
sekolah lainnya.
5. Kelima, konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-
siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang menderita
gangguan emosional, khususnya melalui penerapan program-program kelompok, kegiatan
pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya.
6. Keenam, konselor harus mampu bekerja sama secara efektif dengan kepala sekolah,
memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya.
Konselor memiliki kesempatan yang baik untuk menegakkan citra bimbingan dan konseling
profesional apabila memiliki hubungan yang saling menghargai dan saling memperhatikan
dengan kepala sekolah. (Sukmadinata, 2007: 29-30)
Prinsip-prinsip tersebut menegaskan bahwa penegakan dan penumbuhkembangan pelayan
bimbingan dan konseling disekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor professional yang
tahu dan mau bekerja, memiliki program nyata dan dapat dilaksanakan, sadar akan profesinya,
dan mampu menerjemahkannya ke dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal
sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap
variasinya di sekolah, dan mampu bekerja sama, serta membina hubungan yang harmonis
dinamis dengan kepala sekolah. Konselor yang demikian itu tidak akan muncul dengan sendiri,
melainkan melalui pengembangan dan peneguhan sikap dan keterampilan serta wawasan dan
pemahaman professional yang mantap.
Ada beberapa prinsip yang menjadi pegangan konselor dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling di sekolah, antara lain. Bimbingan dan konseling membantu peserta didik
mengembangkan kemampuannya setinggi-tingginya untuk kepentingan dirinya dan kepentingan
masyarakat.
1. Bimbingan dan konseling memberikan layanan kepada semua siswa
2. Layanan bimbingan dan konseling diberikan secara kontinu.
3. Layanan bimbingan dan konseling diberikan dengan berpusat kepada siswa.
4. Layanan bimbingan dan konseling melayani semua kebutuhn peserta didik secara meluas.
5. Proses bimbingan dilaksanakan secara demokratis dan diarahkan agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk mencari keputusan akhir oleh peserta didik sendiri.
6. Dalam bimbingan dan konseling peserta didik dibantu untuk mengembangkan kemampuan
membimbing diri sendiri.
7. Kepribadian, keahlian, dan pengalaman konselor sangat memegang peranan penting dalam
keberhasilan pemberian layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa.
8. Faktor-faktor lingkungan siswa, baik lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat
hendaknya diperhatikan dalam membimbing siswa.
9. Dalam proses bimbingan dan konseling, konselor hendaknya menggunakan teknik bimbingan
dan konseling yang bervariasi
10. Pelaksanaan bimbingan dan konseling membutuhkan kerjasama yang erat dengan seluruh
staf sekolah, orang tua, maupun lembaga-lembaga sekolah.
Holins dan Hollins (dalam Laksmi, 2003: 3-4) mengemukakan beberapa prinsip bimbingan yang
disebutnya sebagai principles of guidance philosophy (prinsip-prinsip filsafat bimbingan), yaitu:
1. Penghargaan terhadap individu merupakan yang paling utama.
2. Tiap individu berbeda dari individu yang lainnya.
3. Perhatian pertama dari bimbingan adalah individu dalam konteks sosial.
4. Sikap dan persepsi pribadi dari individu merupakan dasar dari perbuatan individu.
5. Individu umumnya berbuat untuk memperkuat gambaran pribadinya.
6. Individu memiliki kemampuan bawaan untuk dan dapat dibantu dalam melakukan pilihan
yang akan menuntunnya kepada pengarahan diri yang sejalan dengan penyempurnaan sosial.
7. Individu membutuhkan proses bimbingan sejak masa kanak-kanak sampai usia dewasa.
8. Tiap individu pada suatu saat membutuhkan bantuan yang bersifat informasi dan pribadi yang
diberikan oleh ahli yang profesional.
E. Penerapan Asas dan Prinsip Bimbingan dan Konseling oleh Guru IPA dalam Kegiatan Belajar
Mengajar di Kelas
Sebagai seorang guru IPA yang baik, pemenuhan atas asas dan prinsip Bimbingan Konseling
merupakan hal yang penting dan tidak boleh ditinggalkan. Apabila asas dan prinsip bimbingan
dan konseling tidak dijalankan dengan baik, maka kegiatan belajar mengajar di kelas akan
kurang optimal. Pemenuhan atas asas-asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih
menjamin keberhasilan kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau
bahkan menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi keoptimalan pembelajaran.
Penerapan dari asas-asas bimbingan konseling dalam kegiatan belajar mengajar di kelas antara
lain:
1. Penerapan Asas Kerahasiaan
Guru IPA ikut menjaga kerahasiaan segenap data dan keterangan tentang konseli (peserta didik)
yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain. Dalam pembelajaran IPA, data mengenai perilaku peserta didik,
catatan mengenai latar belakang peserta didik, dan hal lain yang menunjang untuk diagnosis
dalam layanan bimbingan dan konseling serta segenap data yang tidak layak diketahui orang lain
cukup menjadi catatan bagi guru untuk lebih mengetahui karakter peserta didik dan menyiapkan
pembelajaran yang sesuai untuknya.
2. Penerapan Asas Kesukarelaan
Sebagaimana asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
peserta didik mengikuti pelayanan dan kegiatan yang diperlukan baginya, maka guru IPA dalam
pembelajarannya pun juga perlu mengedepankan stimulus untuk peserta didik agar tercipta rasa
suka dan rela dalam mengikuti pembelajaran dan menanamkan rasa butuh dan perlu terhadap
keilmuan IPA bagi kehidupannya. Guru IPA sedapat mungkin mengkondisikan situasi belajar
yang inovatif dan kreatif dalam setiap pertemuan.
3. Penerapan Asas Keterbukaan
Guru IPA menerapkan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bersifat terbuka dan
tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Pengembangan karakter keterbukaan ini dapat dilakukan mengenai pelatihan pembuatan laporan
praktikum dimana siswa dituntut untuk mengkomunikasikan hasil praktikum dan diskusi dalam
kelompoknya dan memaparkannya di depan kelas.
4. Penerapan Asas Kegiatan
Dalam hal ini, guru IPA perlu mengkondisikan peserta didik untuk aktif dalam setiap kegiatan di
kelas yang diperuntukkan baginya. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dapat dilatih
melalui metode-metode pembelajaran yang sekarang ini sedang berkembang, misalnya model
cooperative jigsaw.
5. Penerapan Asas Kemandirian
Sesuai dengan asas ini, guru IPA hendaknya mampu mengarahkan kegiatan pembelajaran IPA
yang memungkinkan berkembangnya kemandirian peserta didik, yaitu peserta didik sebagai
sasaran pembelajaran diharapkan menjadi siswa yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri. Pelatihan mengenai karakter ini dapat dilakukan dengan pemberian
tugas individu misalnya praktikum mandiri di rumah, kemudian secara individu pula
mengumpulkan laporan tentang penelitian tersebut.
6. Penerapan Asas Kekinian
IPA merupakan ilmu yang terus mengalami dinamika dan perkembangan, maka perlu
menyajikan fenomena aktual untuk pembahasan tematik di kelas. Sesuai dengan asas kekinian,
yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peseta didik dalam kondisinya sekarang, maka pembelajaran IPA selain bertumpu pada kekinian
fenomena juga pada kekinian peserta didik. Dua hal ini perlu menjadi perhatian karena peserta
didik merupakan subjek didik yang mengalami perubahan dan tidak menentu kondisi psikisnya.
Pelayanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak
dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang untuk dapat
membantu peserta didik dalam mengoptimalkan pencapaian pembelajaran IPA yang baik.
7. Penerapan Asas Kedinamisan
Sebagai mana dalam bimbingan konseling menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayana yang sama kehendaknya selalu bergerak dan dinamis, maka seorang guru IPA juga
perlu menerapkan sebuah pembelajaran yang selalu maju, tidak monoton, dan terus berkembang
dengan menghadirkan metode-metode yang beragam dalam tiap pertemuan. Misalnya, pekan
pertama siswa dilatih dengan eksperimen, pekan kedua dengan metode diskusi kelas, pekan
ketiga dengan model jigsaw, dan pekan ke empat dengan metode team game tournament.
8. Penerapan Asas Keterpaduan
Guru IPA dalam pembelajarannya sedapat mungkin menciptakan situasi belajar yang saling
menunjang, harmonis, dan terpadu. IPA sendiri yang merupakan ilmu yang terpadu mengandung
keterkaitan dalam aspek biologi, fisika, dan kimia, mampu tersaji dalam konsep ilmu IPA.
Sebagaimana konsep keterpaduan itu, pembelajaran IPA sebagai penunjang keberhasilan
pelayanan BK juga perlu diterapkan oleh guru IPA menjadi pembelajaran yang harmonis dan
terpadu, misalnya dengan lebih aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
9. Penerapan Asas Keharmonisan
Sebagaimana bimbingan dan konseling menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma
yang ada, maka dalam pembelajarannya seorang guru IPA mempunyai tanggung jawab dalam hal
peningkatan kemampuan peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan
norma yang ada. Sebagai contoh, dalam prosedur ilmiah telah tertata urutan-urutan yang
sistematis mengenai cara pembuktian maupun pemecahan masalah. Dalam hal ini, nilai-nilai
yang diterapkan di dalamnya antara lain nilai kejujuran, kedisiplinan, kehati-hatian, saling
membantu, dan kekompakan kelompok. Nilai-nilai tersebut dimasukkan sebagai pengembangan
karakter peserta didik dalam pembelajaran IPA dan termasuk esensi dalam aspek penilaian
seorang guru yaitu aspek afektif dan psikomotor.
10. Penerapan Asas Keahlian
Seorang guru IPA dalam pembelajarannya tentu tidak lepas dari unsur keprofesionalan. Dalam
hal ini, seorang guru IPA hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan alam. Keprofesionalan guru IPA ini tercermin dari kemampuan menyampaikan
materi pembelajaran yang dapat membimbing siswa menemukan konsep ilmu IPA pada setiap
kajiannya.
11. Penerapan Asas Alih Tangan Kasus
Dalam pembelajaran IPA, apabila seorang guru IPA menemui permasalahan peserta didik (baik
individu maupun kelompok), sebisa mungkin mendiagnosis permasalahan tersebut dan mencoba
mencari solusi atas permasalahan itu. Jika dalam sebuah kasus ternyata disadari bahwa
permasalahan tersebut tidak dapat secara intensif terselesaikan, maka wajib bagi seorang guru
IPA untuk mengalihtangankan kasus tersebut kepada pihak yang benar-benar lebih mampu,
dalam hal ini yaitu guru pembimbing BK. Alih tangan kasus ini tidak sepenuhnya berhenti di sini
karena dalam penyelesaian masalah tersebut nantinya sangat dipengaruhi bagaimana peserta
didik kemudian dikondisikan lagi dalam ruang pembelajaran yang lebih kondusif dan
pengurangan terhadap beban psikisnya, sehingga mampu kembali berkonsentrasi dalam
pembelajaran sebagaimana teman-teman sekelasnya.
12. Penerapan Asas Tut Wuri Handayani
Guru IPA perlu untuk menciptakan sebuah suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan, dan dorongan serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju. Pemanfaatan asas ini merupakan peluang bagi
guru BK pula dalam menerapkan sistem pelayanan terhadap siswa berprestasi, maupun dalam
pengembangan potensi siswa prestasinya yang di bawah rata-rata. Diharapkan pembelajaran IPA
mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju, melalui
metode belajar yang menekankan inquiry dan discovery, sehingga peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. (Ade Sanjaya, 2011)
Selain menerapkan asas-asas dalam bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip yang berkenaan
dengan bimbingan dan konseling juga menjadi hal yang penting dalam pembelajaran IPA. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan seorang guru terhadap pribadi masing-masing
peserta didik dalam pembelajarannya. Penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling ini
antara lain:
1. Seorang guru IPA hendaknya melayani semua peserta didik tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi. Guru IPA juga harus memiliki kesadaran akan
pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. Diharapkan dalam pembelajaran IPA di
kelas memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Oleh karena
itu, guru IPA harus mampu memberikan perhatian kepada perbedaan individual peserta didiknya.
Penerapan prinsip ini dapat dilatihkan pada siswa dengan pemberian tugas mandiri berupa
perancangan eksperimen, sehingga masing-masing individu dapat menunjukkan keunikannya
masing-masing.
2. Seorang guru IPA hendaknya memperhatikan masalah-masalah yang berkenaan dengan
kondisi mental maupun fisik individu atau kelompok subjek didik terhadap penyesuaian dirinya
dalam masalah kesenjangan sosial, ekonomi, maupun kebudayaan. Seorang siswa sangat
mungkin memiliki rasa kurang percaya diri maupun masalah keterisoliran dalam kelompoknya
karena suatu kesenjangan. Dalam pembelajaran IPA, guru perlu menciptakan situasi belajar yang
mendorong leburnya perbedaan dan kesenjangan antarindividu peserta didik. Metode belajar
yang menerapkan sistem cooperative learning penting untuk dikembangkan dalam rangka
meningkatkan kekompakan, kepedulian, rasa kekeluargaan, dan saling membantu antarpeserta
didik, sehingga pelaksanaan pembelajaran IPA dapat optimal dan memiliki daya dukung berupa
keharmonisan hubungan sosial dalam suatu kelas.
3. Pembelajaran IPA perlu diselaraskan dan dipadukan dengan program bimbingan dan konseling
dalam hal pengembangan peserta didik. Pembelajaran IPA juga harus fleksibel sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan (kurikulum) tingkat satuan pendidikan serta disusun secara berkelanjutan,
teratur, dan terarah. Sebagai sorang guru IPA, penting memperhatikan prinsip pertimbangan akan
adanya tahap perkembangan individu, sehingga dalam menyiapkan metode pembelajarannya
dapat tersaji sesuai dengan kondisi peserta didik. Selain itu, perlu pula mengadakan penilaian
hasil belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar IPA di kelas, guru harus mampu mengarahkan untuk
pengembangan peserta didik yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahan. Dalam proses pengambilan keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh
peserta didik hendaknya atas kemampuan peserta didik itu sendiri bukan karena kemauan atau
desakan dari guru IPA atau guru pembimbing. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga
ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, kerjasama
antara guru IPA, guru pembimbing, guru lain, dan orang tua yang akan menentukan keoptimalan
hasil belajar. (Putu Sutrisna, 2010 )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, sedangkan prinsip bimbingan dan
konseling merupakan hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling, antara lain:
a. Asas Kerahasiaan
b. Asas Kesukarelaan
c. Asas Keterbukaan
d. Asas Kekinian
e. Asas Kemandirian
f. Asas Kegiatan
g. Asas Kedinamisan
h. Asas Keterpaduan
i. Asas Kenormatifan
j. Asas Keahlian
k. Asas Alih Tangan
l. Asas Tut Wuri Handayani
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling, antara lain:
a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan.
b. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu.
c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan.
4. Pelaksanaan asas dan prinsip Bimbingan dan Konseling di sekolah saat ini, yaitu penegakan
dan penumbuhkembangan pelayan bimbingan dan konseling disekolah hanya mungkin dilakukan
oleh konselor professional yang tahu dan mau bekerja, memiliki program nyata dan dapat
dilaksanakan, sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkannya ke dalam program dan
hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan
untuk membantu siswa dengan segenap variasinya di sekolah, dan mampu bekerja sama, serta
membina hubungan yang harmonis dinamis dengan kepala sekolah.
5. Penerapan asas dan prinsip Bimbingan dan Konseling oleh guru IPA dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, yaitu apabila asas dan prinsip bimbingan dan konseling tidak dijalankan
dengan baik, maka kegiatan belajar mengajar di kelas akan kurang optimal. Pemenuhan atas
asas-asas dan prinsip-prinsip itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin
keberhasilan kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan
menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi keoptimalan pembelajaran.
B. Saran
Bimbingan dan konseling baik sebagai konsep maupun proses merupakan bagian integral dari
program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling haruslah dirancang
untuk melayani semua siswa, bukan hanya siswa yang bermasalah atau siswa yang berbakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Asas dan Prinsip. Diakses pada tanggal 24 November 2011 dari,
http://www.artikata.com/arti-319710-asas.html.
Priyatno dan Erman Anti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.
Sanjaya, Ade. 2011. Prinsip dan Asas Bimbingan Konseling. Diakses pada tanggal 26 November
2011 dari, http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/prinsip-dan-asas-bimbingan-konseling.html.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung :
Maestro.
Sutrisna, Putu. 2010. Fungsi Bimbingan dan Konseling. Diakses pada tanggal 26 November
2011 dari, http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/fungsi-bimbingan-dan-konseling.html.
Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press.
MAKALAH ASAS-ASAS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
di 9:10 AM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan pekerjaan pelayanan yang professional, yang
menguraikan kefahaman, penanganan dan penyikapan tentang keadaan seseorang yang meliputi
unsur kognisi, afeksi, dan psikomotori. Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia
pendidikan, agar tercipta keserasian atau keharmonisan antara guru dengan siswa. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1
dan 6 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh kaidah-kaidah
yang berlaku atau dalam kata lain disebut asas. Asas-asas bimbingan dan konseling adalah
merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing/
konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Asas-asas
tersebut adalah sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan
konseling.Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan
dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan asas bimbingan dan konseling?
2. Apa saja asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana Deskripsi asas-asas bimbingan dan konseling tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asas bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Untuk dapat memahami asas-asas bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling
Dalam kamus besar bahasa Indonesia asas berarti Dasar. Tetapi asas dalam pengertian disini
adalah bukan dasar tetapi Rukun. Jadi asas bimbingan dan konseling berarti Rukun yang
harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing atau konselor dalam
menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Setiap kegiatan kadang-kadang
ada asas yang dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Demikian pula dalam layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling, ada asas yang dijadikan
pegangan dalam menjalankan kegiatan itu. Menurut Prayitno ada dua belas asas yang harus
menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling. Asas-asas
bimbingan dan konseling itu adalah : Asas kerahasiaan, Asas Kesukarelaan, Asas Keterbukaan,
Asas kekinian, Asas Kemandirian, Asas Kegiatan, Asas Kedinamisan, Asas Keterpaduan, Asas
Kenormatifan, Asas Keahlian, Asas Alih Tangan, Asas Tut Wuri Handayani.
B. Asas Asas Bimbingan Konseling
Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas
dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan
dengan baik, penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau
bahkan terhenti sama sekali.
1. Asas Kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannyasegenap data dan keterangan siswa (klien) yang
menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga
semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa (klien)
mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya.Guru pembimbing (konselor)
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya
sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan
keterbukaan siswa (klien). Agar siswa (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih
dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas
kerahasiaan dan kesukarelaan.
4. Asas Kegiatan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat
berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru pembimbing (konselor)
harus mendorong dan memotivasi siswa untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang
diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu siswa (klien)
sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu
yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing (konselor)
hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian siswa.
6. Asas Kekinian
Asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling , yakni
permasalahanyang dihadapi siswa/klien adalah dalam kondisi sekarang. Adapun kondisi masa
lampau dan masa depa dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada
dan diperbuat siswa (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layana (siswa/klien)
hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling,
baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan
terpadu. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan
bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan,lebih jauh lagi, layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan siswa (klien) dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar
ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus
terwujud, baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
maupun dalam penegakkan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa(klien) dapat
mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor ) dapat menerima
alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru
pembimbing (konselor), dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten,
baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa
(klien) untuk maju.
Kedua belas asas bimbingan dan konseling tersebut pada dasarnya menegaskan bahwa
para konselor merupakan para ahli yang memiliki kemampuan untuk membimbing kliennya,
baik secara ikhlas maupun profesional sehingga mereka mampu meningkatkan taraf
kehidupanny yang lebih baik, terutama berkaitan dengan persoalan mentalitas klien, baik dalam
menghadapi lingkungannya maupun orang-orang yang ada di sekelilingnya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Asas-asas bimbingan dan konseling adalah merupakan subuah dasar yang dijadikan
pedoman dalam melaksanakan pelayanan/ kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno
ada dua belas asas yang mendasari layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, asas-asas
tersebut sesuai dengan apa yang sudah dikemukakan di atas.
Kedua belas asas bimbingan dan konseling tersebut pada dasarnya menegaskan bahwa
para konselor merupakan para ahli yang memiliki kemampuan untuk membimbing konselinya,
baik secara ikhlas maupun profesional sehingga mereka mampu meningkatkan taraf
kehidupannya yang lebih baik, terutama berkaitan dengan persoalan mentalitas konseli, baik
dalam menghadapi lingkungannya maupun orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Demikianlah beberapa asas-asas penting yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
B. Saran
Dari uraian tersebut di atas, asas bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat
penting yang harus dipegang teguh oleh para konselor/ guru pembimbing dalam memberikan
pelayanan pada konseli/ siswa. Maka dari itu penulis dapat memberikan saran kepada semua
pihak yang terlibat sebagai pelaksana pendidikan atau bisa disebut sebagai seorang guru
(pembimbing) dan calon guru (mahasiswa jurusan pendidikan), agar tetap selalu
bertanggungjawab atas keberhasilan siswa dalam rangka mencetak kepribadian yang luhur. Dan
bagi calon guru diharapkan mencari refrensi lain yang berkaitan dengan bimbingan dan
konseling, karena kami (penulis) merasa isi makalah ini ada kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc. Ed. , Drs.Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan
Konseling. Jakarta; PT. Rineka Cipta.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
B.I. Pentingnya azaz-azaz Bimbingan Konseling
B.II. Bagian azaz-azaz Bimbingan Konseling
C. Tujuan Pembahasan
C.I. Menjelaskan pentingnya azaz-azaz Bimbingan Konseling
C.II. Menjelaskan bagian azaz-azaz Bimbingan Konseling
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asas-asas bimbingan apabila dipenuhi akan memperlancar pelaksanaan dan lebih
menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, dan pengingkarannya akan dapat menghambat atau
bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu sendiri. Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini
sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan
konseling.
B. Saran
Setelah mengetahui akan bagian-bagian azaz bimbingan dan kegunaannya, diharapkan bagi
seorang guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat menerapkan semuanya agar tercipta
keberhasilan suatu layanan atau kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://belajarpsikologi.com/asa-bimbingan-konseling/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/fungsi-prinsip-dan-asas-bimbingan-dan-
konseling/.