Anda di halaman 1dari 8

Asas Asas BK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: BIMBINGAN

KONSLING Manajemen pendidikan Islam

Dosen pengajar: SYARIFUDDIN, M.PD

Disusun oleh:

Amir Hamzah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AR-RISALAH INHIL

RIAU 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan-pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang profesional. Dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terdapat kaidah-kaidah didalamnya, kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu
bisa diterapkan dengan baik, maka diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan
yang diharapkan, sebaliknya jika asas-asas itu diabaikan atau dilanggar, maka akan sangat
dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan dari bimbingan dan
konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan bimbingan
dan konseling.

B. Rumusan Masalah
Apa saja asas-asas bimbingan dan konseling ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui asas-asas bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya


mengacu pada asas-asas bimbingan konseling, karena pelayanan bimbingan dan konseling adalah
pekerjaan professional. Asas-asasbimbingan dan konseling yaitu ketentuan ketentuan yang harus
diterapkan dalam penyelenggaraan layanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara
dengan baik dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang
diharapkan, sebaliknya asas-asas itu diabaikan sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu
akan berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-
orang yang terlibat dalam pelayanan, serta profesis dan bimbingan dan konseling itu. Berikut ini
adalah asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling:
1. Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan adalah asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya
segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data
atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Secara khusus
pelayanan bimbingan dan konseling adalah melayani individu-individu yang bermasalah. Masih
banyak orang yang beranggapan bahwa seseorang yang mempunyai sebuah masalah itu dianggap
sebagai sebuah aib yang harus ditutup-tutupi. Keadaan yang seperti itu akan menghambat
pemanfaatan proses pemberian bimbingan di masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah. Akan
tetapi, jika masyarakat sekolah harus mengetahui masalah-masalah yang dihadapi para sisiwanya,
maka peran sekolahlah yang penting, yaitu menerapkan asas kerahasiaan secara penuh. Asas
kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha pelayanan bimbingan dan konseling. Jika asas-
asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggaraan atau pemberian bimbingan dan konseling
akan mendapatkan kepercayaan dari semua pihak, terutama para klien (konseli) . Begitupun dengan
sebaliknya, jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling tidak bisa menjaga asas
kerahasiaannya, maka kepercayaan itupun akan hilang. Oleh karena itu, segala sesuatuvyang
dibicarakan konseli kepada konselor tidak boleh disebarluaskan kepada orang lain yang tidak
berkepentingan.

2. Asas kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan sudah bisa terlaksana dengan baik, maka dapat diharapkan bahwa
mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada konselor
ataupun pembimbing untuk dibimbing. Asas kesukarelaan adalah asas bimbingan dan konseling
yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) untuk mengikuti atau
menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukan baginya. Proses bimbingan dan konseling itu
harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak klien ataupun dari konselornya. Dalam
hal ini klien diharapkan secara suka rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa untuk
menyampaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan fakta, data, dan seluk beluk yang berkenaan
dengan masalahnya itu kepada konselor. Dan hendaknya konselor dapat memberikan bantuan yang
tidak terpaksa serta disampaikan secara terbuka pula. Dalam asas kesukarelaan, seharusnya para
pembimbing juga harus mampu untuk menghilangkan rasa bahwa tugas menjadi seorang guru
bimbingan dan konseling itu merupakan paksaan pada diri mereka.
3. Asas keterbukaan
Asas keterbukaan adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik
didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi atau materi dari luar yang berguna untuk dirinya. Pelayanan bimbingan dan konseling
yang efisien hanya akan berlangsung dalam suasana keterbukaan, baik yang dibimbing (klien)
maupun konselornya. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar dalam menerima saran-saran dari luar,
tapi diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia untuk membuka diri demi
kepentingan pemecahan masalah. Dengan keterbukaan inilah pengkajian serta penelaahan berbagai
kekuatan dan kelemahan si terbimbing dapat terlaksana dengan baik. Keterbukaan akan terjadi
apabila klien/konseli tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan yang semestinya sudah diterapkan
oleh konselor. Untuk keterbukaan klien, seorang konselor harus terus membina hubungan
sedemikian rupa sehingga klien yakin bahwa konselor juga bersikap terbuka dan yakin bahwa asas
kerahasiaan memang terselenggara dengan baik. Keterbukaan disini ditinjau dari 2 arah. Dari pihak
klien diharapkan pertama-tama mau untuk membuka diri sendiri apa yang ada pada dirinya dapat
diketahui oleh konselor, dan yang kedua harus mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-
saran dan masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak konselor, keterbukaan terwujud dengan
kesediaan konselor untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan klien dan mau mengungkapkan diri
konselor sendiri jika hal itumemang dikehendaki oleh klien.
4. Asas kekinian
Asas kekinian adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek
sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam
kondisinya sekarang. Masalah klien yang langsung ditanggulangi adalah masalah sekarang bukan
masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Apabila layanan berkenaan dengan masa depan atau masa lampau, maka akan dilihat dampak dan
atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dibuat sekarang. Asas kekinian juga
mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan kepada
konseli.
5. Asas kemandirian
Asas kemandirian adalah asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan
konseling diharapkan bisa menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan
untuk menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau
tergantung pada konselor. Dalam memberikan bimbingan, hendaknya para petugas bimbingan dan
konseling selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan
membiarkan orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya pada
konselor. Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri
pokok, diantaranya:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya,
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis,
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri,
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu,
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas juga haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil dari
konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan itu harus disadari baik oleh konselor
maupun konseli.
6. Asas kedinamisan
Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu. Usaha bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan dalam diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dan perubahan yang terjadi adalah
perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan dan lebih maju. Asas kedinamisan ini
hendaknya mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada proses konseling dan hasil-
hasilnya.
7. Asas kegiatan
Asas kegiatan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
layanan bimbingan. Usaha bimbingan dan konseling akan menghasilkan buah yang berarti jika
klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Para
konselor seharusnya bisa menimbulkan suasana agar konseli yang dibimbing mampu
menyelenggarakan kegiatan yang dimaksudkan dalam penyelesaian masalah. Asas kegiatan ini
merujuk pada pola konseling yang multi dimensional, yang tidak hanya mengandalkan transaksi
verbal antara klien dan konselor. artinya klien harus aktif dalam menjalani proses konseling dan
aktif pula dalam melaksanakan/menerapkan hasil-hasil dari konseling.

8. Asas keterpaduan
Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadukan. Pelayanan bimbingan dan
konseling berusaha untuk memadukan berbagai aspek pribadi dari klien. Sebagaimana diketahui,
bahwa setiap klien itu memiliki berbagai aspek kepribadian yang tidak seimbang, serasi, dan
terpadu, sehingga hal itu bisa menimbulkan masalah. Keterpaduan yang diharapkan adalah
keterpaduan dari diri konseli itu sendiri dan juga keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan. Untuk mewujudkan asas keterpaduan ini, konselor perlu memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat
diaktifkan untuk menangani masalah klien.
9. Asas kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan
dengan nilai dan norma-norma yang ada. Norma-norma ini adalah norma agama, hukum,
kesopanan, kesusilaan, kebiasaan berperilaku, dan adat istiadat. Asas kenormatifan ini diterapkan
terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus
sesuai dengan norma-norma yang ada. Selain itu, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
juga harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati,
dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas keahlian
Asas keahlian adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Untuk itu
para konselorperlu mendapat keahlian yang secukupnya, sehingga dapat dicapai keberhasilan usaha
pemberian layanan. Keprofesionalan seorang guru pembimbing/konselor harus terwujud baik
dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling. Asas keahlian selain mengacu pada kualifikasi
konselor, juga kepada pengalaman yang ada pada diri konselor. Teori dan praktek bimbingan dan
konseling perlu dipadukan satu sama lain. Maka dari itu, seorang konselor harus benar-benar ahli
dalam menguasai teori dan praktek konseling secara baik.
11. Asas alih tangan
Asas alih tangan ialah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien) agar bisa mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli. Asas ini mengisyaratkan jika seorang konselor sudah mengerahkan
kemampuannya untuk membantu klien, namun klien belum dapat terbantu sebagaimana yang
diharapkan, maka konselor boleh mengalihtangankan kepada klien (konseli). Disamping itu asas ini
juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling hanya menangani masalah-
masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas/konselor yang bersangkutan, dan setiap ada
masalah harus ditangani oleh pihak yang berwenang untuk hal itu. Konselor juga dapat menerima
pengalihtanganan kasus dari orang tua, guru-guru lain, ataupun ahli lain, dan pada guru mata
pelajaran.
12. Asas tut wuri handayani
Asas tut wuri handayani adalah asas bimbingan dan konseling yang menghedaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi, mengembangan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan, serta
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju. Demikian
juga dengan segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya
disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti
itu. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu
klien mengalami masalah dan saat menghadap kepada konselor saja, namun juga saat diluar
hubungan proses bimbingan dan konselingpun hendaknya bisa dirasakan adanya manfaat
pelayanan bimbingan dan konseling.
Asas-asas tersebut harus saling terkait satu sama lain, dan segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, artinya yang satu tidak boleh didahulukan atau
dikemudiankan daripada yang lain. Asas-asas itu sangat penting, sehingga dapat dikatakan bahwa
asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan
konseling. Apabila asas-asas itu tidak dilaksanakan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan
dan konseling akan tersendat atau bahkan bisa terhenti.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Asas-asas bimbingan apabila dipenuhi akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin
keberhasilan layanan/kegiatan, dan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan
menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling itu sendiri. Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan
sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling.

B. Saran
Setelah mengetahui akan bagian-bagian azaz bimbingan dan kegunaannya, diharapkan bagi
seorang guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat menerapkan semuanya agar tercipta
keberhasilan suatu layanan atau kegiatan.
1. Apa yang dimaksud dengan asas-asas BK?
Jawaban: Asas-asas BK adalah prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan
dalam praktik bimbingan dan konseling. Asas-asas ini meliputi kebebasan,
percaya, dan kerahasiaan.
2. Mengapa asas kebebasan penting dalam bimbingan dan konseling?
Jawaban: Asas kebebasan memastikan bahwa siswa memiliki hak untuk
membuat keputusan dan mengekspresikan diri secara bebas. Hal ini membantu
siswa merasa didengar dan diperlakukan secara adil, sehingga proses
bimbingan dan konseling dapat berjalan efektif.
3. Bagaimana konselor membangun kepercayaan dengan siswa?
Jawaban: Konselor dapat membangun kepercayaan dengan siswa melalui
pendekatan yang empati, mendengarkan secara aktif, mempertahankan
kerahasiaan, dan memberikan dukungan tanpa menghakimi. Dengan
mendemonstrasikan sikap yang terbuka dan dapat dipercaya, konselor dapat
memperkuat hubungan dengan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru dkk. 2010. Bimbingan dan Konseling. Semarang:


UPT UNNES Press.

http://didingnurarifin.blogspot.co.id/2014/10/makalah-asas-bimbingan-konseling.html

Awaliya dkk.2013.Bimbingan Konseling. Semarang UNNES Press.

Anda mungkin juga menyukai