Anda di halaman 1dari 3

Asas-asas Bimbingan Konseling

Karena bimbingan dan konseling merupakan suatu pekerjaan yang sangat dibutuhkan
keprofesionalannya, dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya
mengacu pada asas-asas bimbingan konseling. Asas-asas bimbingan dan konseling
merupakan ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling. Apabila dalam penyelenggaraan mengikuti dan menerapkan dengan
baik asas-asas yang ada maka dalam proses pelayanan diharapkan dapat mengarah pada
pencapaian tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri, namun sebaliknya jika
pada penyelenggaraan mengabaikan akan asas-asas yang ada dikhawatirkan nantinya kegiatan
yang terlaksana tidak dapat sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling, bahkan ditakutkan
akan merugikan orang-orang yang terlibat hingga profesi dari bimbingan dan konseling itu
sendiri.
Asas-asas yang terdapat di dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang dimaksudkan
adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan,
kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani
(Prayitno, 1999:115).

1. Asas Kerahasiaan
Pada pelayanan bimbingan dan konseling pasti erat kaitannya dengan konseli yang sedang
mengalami masalah, dalam menyelesaikan masalahnya konseli akan sangat membutuhkan
bantuan dari orang yang dapat menyimpan kerahasiaan masalah yang sedang dihadapinya.
Oleh karena itu segala sesuatu yang dibicarakan konseli kepada konselor tidak boleh
disebarluaskan kepada siapapun. Karena jika asas ini tidak diterapkan akan timbul banyak
permasalahan terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling, bahkan akan sangat fatal
akibatnya dimasa mendatang seperti halnya hilangnya kepercayaan konseli pada konselor.
Maka dari itu asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalamusaha bimbingan dan
konseling, dan harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

2. Asas Kesukarelaan
Untuk mencapai keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling, maka proses
bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan. Kesukarelaan pada
konselor maupun pada konseli yang mempunyai masalah artinya dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling konselor secara sukarela memberikan bantuan pada konseli dan
konseli secara sukarela menyampaikan masalah yang sedang dihadapi kepada konselor.
Dalam hal konseli yang dikirim oleh pihak lain nantinya akan menjadi kewajiban bagi
konselor untuk menumbuhkan sikap sukarela pada diri klien.

3. Asas Keterbukaan
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling dibutuhkan keterbukaan antara konseli dan
konselor, karena nantinya akan mudah dalam pencapaian tujuan bimbingan dan konseling itu
sendiri. Keterbukaan tidak hanya pada konseli yang terbuka dalam menceritakan masalah-
masalahnya namun juga pada konselor ada kesediaan untuk menjawab pertanyaan konseli
agar dapat dilakukan pemecahan masalah dengan baik. Dalam proses konseling konseli juga
diharapkan dapat berbicara jujur dan terbuka tentang keadaan dirinya. Oleh karena itu agar
konseli yakin bahwa konselor juga bersikap terbuka dan secara sukarela maka dalam
pelayanan bimbingan dan konseling konselor harus dapat membina suasana hubungan yang
sedemikian rupa dan dapan menjaga kerahasiaan.

4. Asas Kekinian
Kekinian dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah masalah-
masalah yang ditangani atau dipecahkan adalah masalah-masalah yang saat ini sedang
dirasakan atau kemungkinan yang akan dialami pada masa yang akan datang, bukan yang
pernah dialami pada masa lampau.

5. Asas Kemandirian
Tujuan pelayanan bimbingand an konseling akan tercapai bilamana konseli dapat berdiri
sendiri tidak tergantung pada orang lain atau pada konselor. Kemandirian merupakan tujuan
dari usaha layanan bimbingan dan konseling. Maka dari itu para konselor hendaknya
senantiasa menghidupkan kemandirian pada diri klien agar tidak bergantung pada orang lain
apalagi pada konselor. Ciri-ciri pokok pada individu yang setelah dibimbing dan dapat
mandiri adalah sebagai berikut.
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
c. Mengambila keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d. Mengerahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan itu.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya.
6. Asas Kegiatan
Hasil usaha layanan bimbingan dan konseling tidak akan berarti bila konseli yang
dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan.para konselor
hendaknya menimbulkan suasana agar konseli yang dimbing mampu mau menjalankan
kegiatan demi tercapainya penyelesaiaan masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam
konseling.

Anda mungkin juga menyukai