Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASAS – ASAS BIMBINGAN KONSELING

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Fatimah, M. Pd

Di Susun Oleh:

Yuyun Marliana (1220028)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pelayanan-pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang
profesional. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terdapat kaidah-
kaidah didalamnya, kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan
konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan
layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu bisa diterapkan dengan baik,
maka diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan,
sebaliknya jika asas-asas itu diabaikan atau dilanggar, maka akan sangat dikhawatirkan
kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan dari bimbingan dan
konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam
pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan
arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang
bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling tidak
terbatas pada peserta didik tertentu  atau yang perlu  ‘dipanggil’  saja, melainkan untuk
seluruh peserta didik.

Dalam keterlaksanaan dan keberhasilan layanan bimbingan dan konseling tetap


mengacu pada beberapa asas dan landasan bimbingan dan konseling. Agar dalam
pelayanan bimbingan dan konseling tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan.

B.     Rumusan Masalah
Apa saja asas-asas bimbingan dan konseling ?

C.    Tujuan
Untuk mengetahui asas-asas bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah


hendaknya mengacu pada asas-asas bimbingan konseling, karena pelayanan bimbingan
dan konseling adalah pekerjaan professional. Asas-asasbimbingan dan konseling yaitu
ketentuan ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan layanan itu. Apabila
asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik dapat diharapkan proses pelayanan
mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan, sebaliknya asas-asas itu diabaikan
sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu akan berlawanan dengan tujuan
bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat dalam
pelayanan, serta profesis dan bimbingan dan konseling itu. Berikut ini adalah  asas-asas
dalam pelayanan bimbingan dan konseling:
1.      Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan adalah asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
oleh orang lain. Secara khusus pelayanan bimbingan dan konseling adalah melayani
individu-individu yang bermasalah. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa
seseorang yang mempunyai sebuah masalah itu dianggap sebagai sebuah aib yang harus
ditutup-tutupi. Keadaan yang seperti itu akan menghambat pemanfaatan proses pemberian
bimbingan di masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah. Akan tetapi, jika masyarakat
sekolah harus mengetahui masalah-masalah yang dihadapi para sisiwanya, maka peran
sekolahlah yang penting, yaitu menerapkan asas kerahasiaan secara penuh. Asas
kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha pelayanan bimbingan dan konseling.
Jika asas-asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggaraan atau pemberian
bimbingan dan konseling akan mendapatkan kepercayaan dari semua pihak, terutama para
klien (konseli) . Begitupun dengan sebaliknya, jika dalam pelayanan bimbingan dan
konseling tidak bisa menjaga asas kerahasiaannya, maka kepercayaan itupun akan hilang.
Oleh karena itu, segala sesuatuvyang dibicarakan konseli kepada konselor tidak boleh
disebarluaskan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
2.      Asas kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan sudah bisa terlaksana dengan baik, maka dapat diharapkan
bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu
kepada konselor ataupun pembimbing untuk dibimbing. Asas kesukarelaan adalah asas
bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik
(klien) untuk mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukan baginya.
Proses bimbingan dan konseling itu harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari
pihak klien ataupun dari konselornya. Dalam hal ini klien diharapkan secara suka rela
tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya
berdasarkan fakta, data, dan seluk beluk yang berkenaan dengan masalahnya itu kepada
konselor. Dan hendaknya konselor dapat memberikan bantuan yang tidak terpaksa serta
disampaikan secara terbuka pula. Dalam asas kesukarelaan, seharusnya para pembimbing
juga harus mampu untuk menghilangkan rasa bahwa tugas menjadi seorang guru
bimbingan dan konseling itu merupakan paksaan pada diri mereka.
3.      Asas keterbukaan
Asas keterbukaan adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi atau materi dari luar yang berguna untuk dirinya. Pelayanan
bimbingan dan konseling yang efisien hanya akan berlangsung dalam suasana
keterbukaan, baik yang dibimbing (klien) maupun konselornya. Keterbukaan ini bukan
hanya sekedar dalam menerima saran-saran dari luar, tapi diharapkan masing-masing
pihak yang bersangkutan bersedia untuk membuka diri demi kepentingan pemecahan
masalah. Dengan keterbukaan inilah pengkajian serta penelaahan berbagai kekuatan dan
kelemahan si terbimbing dapat terlaksana dengan baik. Keterbukaan akan terjadi apabila
klien/konseli tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan yang semestinya sudah
diterapkan oleh konselor. Untuk keterbukaan klien, seorang konselor harus terus membina
hubungan sedemikian rupa sehingga klien yakin bahwa konselor juga bersikap terbuka dan
yakin bahwa asas kerahasiaan memang terselenggara dengan baik. Keterbukaan disini
ditinjau dari 2 arah. Dari pihak klien diharapkan pertama-tama mau untuk membuka diri
sendiri apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh konselor, dan yang kedua harus
mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan lainnya dari pihak
luar. Dari pihak konselor, keterbukaan terwujud dengan kesediaan konselor untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan klien dan mau mengungkapkan diri konselor sendiri jika
hal itumemang dikehendaki oleh klien.
4.      Asas kekinian
Asas kekinian adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien)
dalam kondisinya sekarang. Masalah klien yang langsung ditanggulangi adalah masalah
sekarang bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang akan terjadi
dimasa yang akan datang. Apabila layanan berkenaan dengan masa depan atau masa
lampau, maka akan dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa
yang dibuat sekarang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak
boleh menunda-nunda pemberian bantuan kepada konseli.
5.      Asas kemandirian
Asas  kemandirian adalah asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan
bimbingan dan konseling diharapkan bisa menjadi individu-individu yang mandiri dengan
ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya. Dalam pelayanan
bimbingan dan konseling bertujuan untuk menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri,
tidak bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Dalam memberikan
bimbingan, hendaknya para petugas bimbingan dan konseling selalu berusaha
menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan membiarkan orang
yang dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya pada konselor.
Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok,
diantaranya:
a.       Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya,
b.      Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis,
c.       Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri,
d.      Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu,
e.       Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas juga haruslah disesuaikan dengan
tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian
sebagai hasil dari konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan itu harus
disadari baik oleh konselor maupun konseli.
6.      Asas kedinamisan
Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,
tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. Usaha bimbingan dan konseling
menghendaki terjadinya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik. Dan perubahan yang terjadi adalah perubahan yang selalu menuju ke
suatu pembaruan dan lebih maju. Asas kedinamisan ini hendaknya mengacu pada hal-hal
baru yang hendaknya terdapat pada proses konseling dan hasil-hasilnya.
7.      Asas kegiatan
Asas kegiatan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi secara aktif di
dalam penyelenggaraan layanan bimbingan. Usaha bimbingan dan konseling akan
menghasilkan buah yang berarti jika klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam
mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Para konselor seharusnya bisa menimbulkan
suasana agar konseli yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang
dimaksudkan dalam penyelesaian masalah. Asas kegiatan ini merujuk pada pola konseling
yang multi dimensional, yang tidak hanya mengandalkan transaksi verbal antara klien dan
konselor. artinya klien harus aktif dalam menjalani proses konseling dan aktif pula dalam
melaksanakan/menerapkan hasil-hasil dari konseling.

8.      Asas keterpaduan
Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadukan. Pelayanan
bimbingan dan konseling berusaha untuk memadukan berbagai aspek pribadi dari klien.
Sebagaimana diketahui, bahwa setiap klien itu memiliki berbagai aspek kepribadian yang
tidak seimbang, serasi, dan terpadu, sehingga hal itu bisa menimbulkan masalah.
Keterpaduan yang diharapkan adalah keterpaduan dari diri konseli itu sendiri dan juga
keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan. Untuk mewujudkan asas keterpaduan
ini, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-
aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani
masalah klien.
9.      Asas kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang ada. Norma-norma ini adalah norma
agama, hukum, kesopanan, kesusilaan, kebiasaan berperilaku, dan adat istiadat. Asas
kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Selain itu,
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling juga harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan
norma-norma tersebut.
10.  Asas keahlian
Asas keahlian adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Untuk itu para konselorperlu mendapat keahlian yang secukupnya, sehingga
dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan. Keprofesionalan seorang guru
pembimbing/konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan
konseling. Asas keahlian selain mengacu pada kualifikasi konselor, juga kepada
pengalaman yang ada pada diri konselor. Teori dan praktek bimbingan dan konseling perlu
dipadukan satu sama lain. Maka dari itu, seorang konselor harus benar-benar ahli dalam
menguasai teori dan praktek konseling secara baik.
11.  Asas alih tangan
Asas alih tangan ialah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) agar bisa
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Asas ini
mengisyaratkan jika seorang konselor sudah mengerahkan kemampuannya untuk
membantu klien, namun klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
konselor boleh mengalihtangankan kepada klien (konseli). Disamping itu asas ini juga
mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling hanya menangani masalah-
masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas/konselor yang bersangkutan, dan
setiap ada masalah harus ditangani oleh pihak yang berwenang untuk hal itu.
Konselor  juga dapat menerima pengalihtanganan kasus dari orang tua, guru-guru lain,
ataupun ahli lain, dan pada guru mata pelajaran.
12.  Asas tut wuri handayani
Asas tut wuri handayani adalah asas bimbingan dan konseling yang menghedaki
agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
yang mengayomi, mengembangan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan,
serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk
maju. Demikian juga dengan segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana
pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu. Asas ini menuntut agar pelayanan
bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan
saat menghadap kepada konselor saja, namun juga saat diluar hubungan proses bimbingan
dan konselingpun hendaknya bisa dirasakan adanya manfaat pelayanan bimbingan dan
konseling.
            Asas-asas tersebut harus saling terkait satu sama lain, dan segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, artinya yang satu tidak boleh didahulukan
atau dikemudiankan daripada yang lain. Asas-asas itu sangat penting, sehingga dapat
dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan
bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu tidak dilaksanakan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan tersendat atau bahkan bisa terhenti.
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
            Asas-asas bimbingan apabila dipenuhi akan memperlancar pelaksanaan dan lebih
menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, dan pengingkarannya akan dapat menghambat
atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Betapa pentingnya asas-asas
bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan
layanan bimbingan dan konseling.

B.     Saran
            Setelah mengetahui akan bagian-bagian azaz bimbingan dan kegunaannya,
diharapkan bagi seorang guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat menerapkan
semuanya agar tercipta keberhasilan suatu layanan atau kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru dkk. 2010. Bimbingan dan Konseling. Semarang:


UPT UNNES Press.

http://didingnurarifin.blogspot.co.id/2014/10/makalah-asas-bimbingan-konseling.html

Awaliya dkk.2013.Bimbingan Konseling. Semarang UNNES Press.

Anda mungkin juga menyukai