Anda di halaman 1dari 11

ASAS DAN KODE ETIK BK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Resume Bimbingan Konseling

Disusun Oleh
Lukman Hakim
18004128

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
RESUME

A. ASAS ASAS BK (12 ASAS BK)


(Maharani, 2014) Dalam usaha memberikan layanan berupa bimbingan dan
konseling di sekolah hendaknya selalu mengacu kepada asas-asas bimbingan dan
konseling. Hal ini harus diterapkan di dalam proses penyelenggaraan layanan bimbingan
dan konseling. Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008: 14-19) menjelaskan tentang
pembagian dari asas-asas bimbingan konseling yaitu sebagai berikut :

1. Asas Kerahasiaan
Merupakan ketentuan dari layanan bimbingan dan konseling berupa sikap guru
pembimbing (konselor) yang dapat dipercaya, artinya bisa menyimpan kerahasiaan
masalah yang dihadapi peserta didik (konseli) dengan baik. Asas ini penting
diterapkan karena berbagai macam masalah belum tentu perlu untuk diketahui oleh
umum, atau pihak yang tidak berkepentingan dalam penanganan masalah.

Asas kerahasiaan ini merupakan salah satu kunci utama dalam usaha pelayanan
bimbingan dan konseling, dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab oleh konselor atau guru pembimbing. Hal tersebut perlu diperhatikan
dengan seksama, karena bagi peserta didik yang bermasalah dan sedang
membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan masalahnya tentu akan sangat
memerlukan bantuan dari orang yang tepat dan dapat dipercaya.

2. Asas Kesukarelaan
Merupakan ketentuan dalam proses mencapai keberhasilan pelayanan bimbingan dan
konseling bagi peserta didik, atas dasar sukarela. Kesukarelaan itu harus ada pada diri
peserta didik maupun guru pembimbing. Artinya, peserta didik secara sukarela tanpa
adanya perasaan terpaksa, mau menyampaikan masalah yang dihadapinya dengan
terbuka. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut. Selain itu guru pembimbing juga hendaknya
dapat memberikan bantuan dengan sukarela, tanpa adanya keterpaksaan.

3. Asas Keterbukaan
Merupakan keterbukaan antara guru pembimbing dengan peserta didik dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling. Asas ini sangat diperlukan, karena akan lebih
mempermudah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling. Asas ini menghendaki
agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan bersifat terbuka dan tidak berpura-
pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Dalam hal ini, guru pembimbing mengembangkan keterbukaan murid.
Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada murid yang menjadi sasaran layanan. Agar murid dapat terbuka,
guru pembimbing juga terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura
dalam hal menjawab pertanyaan atau saat diminta pendapat oleh peserta didik.

4. Asas Kekinian
Merupakan asas yang menghendaki agar guru pembimbing mengetahui tentang apa
permasalahan yang dialami peserta didik dalam kondisinya sekarang. Layanan yang
berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak atau
kaitannya dengan kondisi yang ada, dan hal apa saja yang diperbuatnya sekarang.
Asas ini juga sangat mendukung salah satu fungsi dari layanan bimbingan dan
konseling yaitu fungsi pencegahan. Dimana dalam fungsi pencegahan perlu untuk
mengetahui tentang hal-hal apa yang harus dilakukan sekarang, sehingga
kemungkinan yang kurang baik di masa mendatang dapat dihindari.

5. Asas Kemandirian
Merupakan asas yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni:
peserta didik sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
individu-individu yang mandiri. Kemandirian ini dapat dicapai dengan cara-cara
mengenal dan menerima diri sendiri atau lingkungannya, mampu mengambil
keputusan yang mengarahkan diri ke hal yang positif, serta mewujudkan kepribadian
diri yang baik. Oleh karena itu, guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan
segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
perkembangan kemandirian peserta didik.

6. Asas Kegiatan
Merupakan asas yang menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan
berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling
yang telah diprogramkan. Dalam hal ini, guru perlu mendorong peserta didik untuk
aktif dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya.

7. Asas Kedinamisan
Merupakan asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
bimbingan dan konseling bagi peserta didik dapat bergerak maju, tidak monoton,
terus berkembang, serta diharapkan selalu berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan
Merupakan asas yang menghendaki agar berbagai kegiatan layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak
lain dengan saling menunjang, harmonis, serta terpadu. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan kerjasama antara guru dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Koordinasi dari segenap pihak
yang berperan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
Merupakan asas yang menghendaki agar segenap layanan bimbingan dan konseling
didasarkan pada nilai dan norma yang ada. Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma, yaitu nilai dan norma
agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, serta kebiasaan yang
berlaku dalam lingkungan atau masyarakat. Layanan bimbingan dan konseling tidak
dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaanya tidak berdasarkan nilai
dan norma yang dimaksudkan tersebut. Lebih jauh, layanan bimbingan dan konseling
justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan nilai dan norma yang berlaku.

10. Asas Keahlian


Merupakan asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam
bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud
dalam layanan bimbingan dan konseling dengan kemampuan yang cukup untuk
menyelenggarakannya.

11. Asas Alih Tangan


Merupakan asas yang mengisyaratkan bahwa bila guru pembimbing yang sudah
berusaha sebisa mungkin untuk membantu peserta didik yang sedang mengalami
masalah, tetapi peserta didik belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan,
dapat mengalih tangankan permasalahan tersebut kepada pihak atau badan lain yang
lebih ahli. Seperti konselor khusus, psikolog ataupun pihak-pihak lain. Karena
kemungkinan masalah yang dialami di luar kemampuan dan kewaenangan guru
pembimbing di sekolah.

12. Asas Tut Wuri Handayani


Merupakan asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberi rasa aman),
mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju. Hal tersebut
bertujuan agar layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh guru
tidak hanya dirasakan keberadaanya pada saat peserta didik mengalami masalah saja,
namun dapat dirasakan keberadaan dan manfaatnya di luar keadaan tersebut.
B. PERAN GURU MATA PELAJARAN DALAM PENERAPAN ASAS BK
1. Asas Kerahasiaan
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kerahasiaan
dari permasalahan peserta didik, dengan tidak menyambung pembahasan mengenai
suatu permasalahan di dalam kelas, khususnya saat terjadi proses pembelajaran di
kelas. Guru diharapkan cukup memahami karakteristik si peserta didik yang
bersangkutan, untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menerapkan serangkaian
pendekatan khusus yang dissuaikan dengan karakteristik dirinya

2. Asas Kesukarelaan
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan membinbing peserta
didik dengan penuh kerelaan, memahami bahwa dalam proses memahami serta
memberikan dukungan kepada peserta didik bukanlah sebagai pemenuhan tugas dan
kewajiban yang dituntut oleh profesi guru saja, tetapi murni untuk meningkatkan
kualitas peserta didik yang nantinya akan berdampak pada pencapaian tujuan yang
sesuai dengan harapan.

3. Asas Keterbukaan
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan selalu menunjukan
sikap yang terbuka kepada peserta didik. Maksud dari terbuka disini adalah guru mata
pelajaran diharapkan dapat memberikan layanan serta dukungan kepada peserta didik
dengan sepenuh hati, ia akan menjelaskan secara objektif, jujur dan tidak dibuat buat
jika peserta didik menanyakan mengenai suatu hal.

4. Asas Kekinian
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan memahami mengenai
permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh peserta didik. Fungsi pencegahan
perlu diterapkan oleh setiap pendidik untuk mengetahui tentang hal-hal apa yang
harus dilakukan di masa sekarang, sehingga kemungkinan yang kurang baik di masa
mendatang dapat terhindarkan.

5. Asas Kemandirian
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan mengarahkan segenap
layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi perkembangan
kemandirian peserta didik. Berupa usaha usaha yang dilakukan untuk memicu
kemandirian siswa.

6. Asas Kegiatan
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk aktif dalam kegiatan layanan bimbingan dan
konseling yang diperuntukkan baginya.
7. Asas Kedinamisan
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan
serangkaian metode pelayanan BK yang bervariasi, terus berkembang dan
berkelanjutan, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan
kerjasama antara guru dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
layanan bimbingan dan konseling. Dengan saling menunjang, harmonis, serta terpadu
Koordinasi dari segenap pihak yang berperan harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.

9. Asas Kenormatifan
Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan selalu menerapkan
nilai nilai dan norma yang terpuji dalam segala situasi. Pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma, yaitu nilai
dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, serta
kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan atau masyarakat. Diharapkan guru
membimbing siswanya agar lebih meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma yang berlaku.

10. Asas Keahlian


Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah memastikan bahwa layanan
bimbingan konseling yang sdang diikuti oleh anak , ditangani oleh orang-orang yang
memiliki kualifikasi dalam menyediakan layanan bimbingan konseling

11. Asas Alih Tangan


Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan ikut bekerja sama
dengan pihak yang lain, jika dirasa belum dapat tertangani persoalan yang dihadapi
oleh peserta didik. Seperti dengan mengalih tangankan permasalahan tersebut kepada
pihak atau badan lain yang lebih ahli. Seperti konselor khusus, psikolog ataupun
pihak-pihak lain. Karena kemungkinan masalah yang dialami di luar kemampuan dan
kewaenangan guru pembimbing di sekolah.

12. Asas Tut Wuri Handayani


Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan esensi
dari motto Dinas Pendidikan, yaitu Tutwuri Handayani (atau lengkapnya yaitu Ing
Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tutwuri Handayani). Dimana
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
yang mengayomi (memberi rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik
untuk maju.

C. KODE ETIK BK

Bimbingan dan konseling sebagai keilmuan yang memiliki nilai dan tujuan bagi
kemajuan manusia dalam pendidikan dan proses belajar, memiliki nilai etika dan estetika
dalam prinsip dan proses keilmuannya bagi manusia sebagai makhluk yang holistik. Oleh
karena itu, pada artikel ini dijelaskan mengenai pertimbangan etika dalam keilmuan
bimbingan dan konseling sebagai sebuah ilmu.

Aristoteles telah fokus pada bagaimana memahami manusia dan alam bekerja
dilihat dari segi moral yang dikenal dengan filsafat moral. Filsafat moral disebut juga
dengan etika, hal ini karena etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang
nilai baik-buruk. Etika membicarakan pertimbangan tentang tindakan dan sikap baik-
buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia (Wilujeng, 2013). Etika
merupakan pengkajian mengenai sistem nilai (moral) yang berlaku. Berlaku dalam
kehidupan sosial, budaya, serta dalam suatu sistem keilmuan yang ada dalam kehidupan
manusia
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bahwa bimbingan dan konseling sebagai
disiplin ilmu yang merupakan cabang dari rumpun ilmu pendidikan yang dipadankan
dengan psikologi, memiliki dimensi filsafat moral (etika) dalam proses ilmu pengetahuan,
pelaksanaan ilmu tersebut baik bagi pelaku keilmuan tersebut maupun dalam
implementasinya bagi konseli. Nilai etika dikembangkan lebih jauh dalam bentuk
perumusan aturan kode etik agar keilmuan bimbingan dan konseling berjalan aplikatif,
juga dapat terlegalisasi oleh pemerintah. Selain kode etik yang berlaku global, dasar kode
etik bimbingan dan konseling di Indonesia tidak lepas dari nilai Pancasila dan norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Tuntutan profesi mengacu pada
kebutuhan dan kebahagiaan konseli sesuai dengan norma yang berlaku, maka kode etik
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Memiliki wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai dan Sikap; hal ini meliputi
konselor memiliki wawasan dan pemahaman sebaik-baiknya mengerti dan menyadari
kelemahan dan kelebihan diri serta melakukan perubahan diri dan menyingkirkan
prasangka, memiliki pengathuan tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain
dari segi keilmuan dan memiliki nilai sikap yang sederhana, sabar, dapat dipercaya
(amanah), disiplin, dan tertib, serta memiiki kewibawaan sebagai konselor.
2. Memiliki pengakuan dan wewenang yang diatur oleh pemerintah dengan bukti
legalitas sebagai tenaga konselor dan ahli konseling.
3. Memiliki kemampuan dalam penyimpanan dan penggunaan informasi konseli, mampu
menjaga kerahasiaan data dan informasi tentang konseli, sehingga jika tetap disampaikan
juga informasi tersebut harus persetujuan konseli, serta bisa menyelenggarakan
instrumentasi pengungkaapan data konseli sesuai dengan mtode yang terukur dan
terpercaya.
4. Mampu membangun hubungan konseling yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan
dan tahap konseling yang telah baku, dan mampu membangun hubungan baru dengan
konseli tanpa perilaku yang dibuat-buat melainkan secara alamiah.
5. Mampu berinteraksi dan menjalin komunikasi dengan rekan sejawat sebagai bentuk
diskusi keilmuan dan sebidang untuk kemajuan kondisi konseli dan kemajuan dan
pengembangan diri konselor sendiri. Secara profesional konselor harus bisa
melaksanakan alih tangan kasus ketika tidak mampu membantu konseli kepada konselor
yang lebih mampu dan lebih kompeten

Menurut pendapat John McLeod (2010), terdapat empat etika yang penting dalam
konseling, yaitu :
Profesional Responsibility.
Selama proses konseling berlangsung, seorang konselor harus bertanggung jawab
terhadap konselinya dan dirinya sendiri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a.Responding fully, artinya konselor harus bertanggung jawab untuk memberi perhatian
penuh terhadap konseli selama proses konseling.
b.Terminating appropriately, dapat melakukan terminasi (menghentikan proses
konseling) secara tepat.
c.Evaluating the relationship, yakni relasi antara konselor dan konseli haruslah relasi
yang terapeutik namun tidak menghilangkan yang personal.
d.Counselor’s responsibility to themselves, dimana konselor harus dapat membangun
kehidupannya sendiri secara sehat, sehingga ia sehat secara spiritual, emosional dan
fisikal.
DAFTAR PUSTAKA

Faiz, A., Dharmayanti, A., & Nofrita, N. (2018). Etika Bimbingan dan Konseling dalam
Pendekatan Filsafat Ilmu. Indonesian Journal of Educational Counseling, 2(1), 1–12.
Maharani, A. P. (2014). Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islami Di SDIT Ar-Risalah
Kartasura. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pranoto, W. H. (2015). Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Oleh Guru Kelas di
Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier) . Yogyakarta : CV. ANDI
OFFSET
PERTANYAAN

1. Sikap guru pembimbing (konselor) yang dapat dipercaya, merupakan ciri dari asas . . .

a. Kerahasiaan

b.Kesukarelaan

c. kekinian

d. kedinamisan

2. Isi layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik dapat bergerak maju, tidak monoton,
terus berkembang, serta diharapkan selalu berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu, merupakan ciri dari asas . . .
a. Kerahasiaan

b. Kesukarelaan

c. Kekinian

d. Kedinamisan

3. Peserta didik tanpa adanya perasaan terpaksa, mau menyampaikan masalah yang dihadapinya
dengan terbuka, merupakan ciri dri asas . . .
a. Kerahasiaan
b. Kesukarelaan
c. Kekinian
d. Kedinamisan

4. Peran guru mata pelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan kerjasama
antara guru dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling merupakan ciri dari asas . . .
a. Kerahasiaan
b. Keterpaduan
c. Kekinian
d. Kedinamisan

5. Memiliki wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai dan Sikap; hal ini meliputi konselor
memiliki wawasan dan pemahaman sebaik-baiknya mengerti dan menyadari kelemahan dan
kelebihan diri serta melakukan perubahan diri dan menyingkirkan prasangka, memiliki
pengathuan tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain dari segi keilmuan dan
memiliki nilai sikap yang sederhana, sabar, dapat dipercaya (amanah), disiplin, dan tertib,
serta memiiki kewibawaan sebagai konselor.
Berikut ini merupakan ciri dari bagian . . .
a. Asas Asasa BK
b. Kegiatan Pendukung BK
c. Kode Pengawas BK
d. Kode Etik BK

Anda mungkin juga menyukai