Disusun Oleh :
Nadyah Khalilah
Kelas : 2022 A
SOSIAL
PENDIDIKAN UNIVERSITAS
LAMPUNG
2023
PRINSIP, FUNGSI, ASAS, LAYANAN, DAN BIDANG BK
1. Prinsip-Prinsip BK
a) Bimbingan harus berpusat pada individu yang di bimbingnya.
b) Bimbingan diberikan kepada memberikan bantuan agar individu yang dibimbing
mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan- kesulitan dalam hidupnya.
c) Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing.
d) Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
e) Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan
yang dirasakan individu yang dibimbing.
f) Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
g) Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan
dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
h) Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pe;laksanaannya
harus
bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dokter psikiater, serta pihak- pihak
yang terkait lainnnya.
i) Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan
konseling, harus diadakan penilaian atau ekuivalensisecara teratur dan
berkesinambungan.
2. Fungsi BK
Winkel & Hastuti dalam Kristianto Winkel & mengemukakan, fungsi pokok pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah sebagai berikut
1. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi dalam membantusiswa mendapatkanprogram studi yang
sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disediakan di sekolah, memilih
kegiatan ekstrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi peserta didik di sekolah
yang bersangkutan, menentukan program studi lanjutan yang sesuai baginya setelah
tamat, dan merencanakan bidang pekerjaan yang cocok baginya di masa mendatang.
Semua ini kerap berarti bahwa siswa kerap dibantu untuk memilih di antara alternatif
yang tersedia (decision making).
2. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi dalam membantu siswa menemukan cara menempatkan
diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi. Misalnya, siswa harus
dibantu untuk bergaul secara memuaskan dengan menentukan sikap di tengah-tengah
kehidupant keluarganya keluarganya.
3. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi sebagai nara sumber bagi tenaga tenaga pendidik
yang lain di sekolah, khususnya pimpinan sekolah dan staf pengajar, dalam hal
mengarahkan rangkaian kegiatan pendidikan dan pengajaran supaya sesuai dengan
kebutuhan para siswa. Pelayanan ini tidak langsung diberikan kepada siswa, seperti pada
fungsi (1) dan (2), tetapi tenaga bimbingan memberikan informasi dan usulan kepada
sesama tenaga pendidik demi keberhasilan program pendidikan sekolah serta terbinanya
kesejahteraan para siswa.
3. Asas-asas BK
Menurut Prayetno (2009:115), asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut wuri handayani. Adapun penjelasan mengenai asas-
asas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asas Kerahasiaan. Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan. Dalam hal ini
guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan. Jika asas kerahasiaan benar-benar sudah tertanam pada diri siswa
atau klien, maka sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan
dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta
bimbingan.
3. Asas Keterbukaan. Bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam
suasana keterbukaan. Baik klien maupun konselor harus bersifat terbuka. Keterbukaan ini
bukan hanya sekadar berarti bersedia menerima saran-saran dari luar tetapi dalam hal ini
lebih penting dari masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.
4. Asas Kekinian. Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah yang sedang
dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang akan dialami
masa mendatang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh
menunda-nunda pemberian bantuan. Dia harus mendahulukan kepentingan klien dari
pada yang lain.
5. Asas Kemandirian. Dalam memberikan layanan pembimbing hendaklah selalu
menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan sampai orang yang
dibimbing itu menjadi tergantung kepada orang lain, khususnya para pembimbing/
konselor.
6. Asas Kegiatan. Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang
tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai
tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya
tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan.
7. Asas Kedinamisan. Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya
perubahan dalam individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik. Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat
monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang
lebih maju.
8. Asas Keterpaduan. Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai aspek
individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki
berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan
masalah.
9. Asas Kenormatifan. Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma
hukum/negara, norma ilmu ataupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini
diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
10. Asas Keahlian. Usaha layanan bimbingan dan konseling secara teratur, sistematik dan
dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu
mendapatkan latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan
usaha pemberian layanan.
11. Asas Alih tangan. Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan dan
konseling sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien belum
dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka petugas ini mengalih- tangankan
klien tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
12. Asas Tutwuri handayani. Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya
tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing.
4. Jenis Layanan BK
Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuh jenis layanan, yakni: layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan belajar,
layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok.
Layanan Orientasi.
Layanan Orientasi merupakan layanan yang diselenggarakan oleh Bimbingan dan
Konseling di sekolah untuk memperkenalkan kehidupan baru siswa di lingkungan
sekolah yang baru, biasanya layanan orientasi ini diberikan dalam Masa Orientasi
Sekolah (MOS) bagi siswa baru pada awal tahun ajaran sebelum Proses Belajar Mengajar
di mulai. Adapun tujuan pemberian layanan orientasi ini adalah untuk memperkenalkan
siswa mengenai kehidupan sekolah yang baru dimasuki termasuk di dalamnya
lingkungan sekolah, tata cara belajar, siswa lainnya, para guru, staf sekolah, dan tata nilai
sekolah, sehingga layanan orientasi ini menjadi peta atau kompas bagi siswa baru selama
menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Allan & McKean (1984) dalam Prayitno
(2013:256) menegaskan bahwa tanpa program-program orientasi, periode penyesuaian
untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira tiga sampai dengan empat bulan. Dalam
kaitan hal tersebut, penelitian Allan & McKean menunjukkan beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh para guru Bimbingan dan Konseling, yaitu: program orientasi yang
adaptasi efektif dan untuk memberikan mengembangkan pemecahan malah; murid-murid
yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil di sekolah; anak-anak
dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi.
Layanan Informasi.
Layanan mempercepat proses kemudahan kemampuan informasi merupakan layanan
yang diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling kepada siswa terkait dengan
informasi-informasi yang ada di sekolah maupun luar sekolah. Informasi yang ada di
sekolah, yakni mengenai tata cara atau aturan dalam sekolah dan kegiatan- kegiatan di
sekolah, sedangkan informasi di luar sekolah terkait dengan kehidupan di masyarakat,
isu-isu terkini tentang situasi sosial yang ada, informasi dunia kerja dan karir. Prayitno
(2013:260-261) menyebutkan ada tiga alasan utama mengapa permberian informasi perlu
diselenggarakan. Pertama, membekali siswa dengan berbagai pengetahuan tentang
lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan
dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial budaya. Dalam
masyarakat yang serba majemuk dan semakin kompleks, pengambilan keputusan yang
dapat dipertanggungjawabkan sebagian besar terletak ditangan siswa itu sendiri. Dalam
hal ini, layanan informasi berusaha merangsang siswa untuk secara kritis mempelajari
berbagai informasi berkaitan perkembangannya. Kedua, memungkinkan siswa dapat
menentukan arah hidupnya ke mana ia ingin pergi". Syarat dasar untuk dapat menentukan
arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta
bagaimana bertindak kreatif dan dinamis berdasarkan atas informasi-informasi yang ada
itu. Dengan kata lain, berdasarkan atas informasi yang diberikan itu siswa diharapkan
dapat membuat rencana- rencana dan keputusan tentang masa depannya serta tanggung
jawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya itu. Ketiga, setiap siswa adalah unik.
Keunikan itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak
berbeda-beda disesuaikan dengan aspek- aspek kepribadian masing-masing individu.
Pertemuan antara keunikan individu dan variasi kondisi yang ada di lingkungan dan
masyarakat yang lebih luas, diharapkan dapat menciptakan berbagai kondisi baru bagi
siswa yang bersangkutan maupun bagi masyarakat, yang semuanya itu sesuai dengan
keinginan siswa dan masyarakat. Dengan demikian akan terciptalah dinamika
perkembangan siswa dan masyarakat berdasarkan potensi positif yang ada pada diri siswa
dan masyarakat.