Anda di halaman 1dari 19

Tugas 9

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PELAYANAN KONSELING


“Pelaksanaan layanan – kegiatan pendukung terhadap masalah yang ditentukan”

Oleh :
Vanny Anggraini
20010049

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Prayitno, M.Sc. Ed.
Dr. Marjohan, M.Pd., Kons.
Ifdil, S.HI, S.Pd., M.Pd., Ph.D Kons
Indah Sukmawati, M.Pd., Kons.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KONSELOR


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PEMBAHASAN

Pelaksanaan layanan – kegiatan pendukung terhadap masalah yang


ditentukan

A. Kegiatan pelayanan
Setelah mengetahui Setelah mengetahui permasalahan yang dialami oleh
siswa guru BK memberikan bantuan dalam bentuk pelaksanaan layanan yang
sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh siswa pelaksanaan layanan
kegiatan pendukung dalam rangka pembinaan pos PERPOSTUR menjamin
keberhasilan anggaran layanan yang terbina dan terlaksana dengan mengetahui
permasalahan yang dialami siswa dan solusi atau alternatif bantuan yang akan
diberikan oleh guru BK.
Prayitno, (2012) menjelaskan layanan bimbingan dan konseling terdiri dari
10 layanan yaitu:
1. Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk

memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang

baru dimasukinya. pemberian layanan ini bertolak dari anggapana bahwa

memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung

dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang. Demikian juga bagi

siswa baru disekolah dan atau bagi orang-orang yang baru memasuki suatu

dunia kerja, mereka belum banyak mengenal tentang lingkungan yang baru

dimasukinya.

a. Layanan Orientasi Di Sekolah

Bagi siswa, ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap

lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang disekolah baru

dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya

dan membuatnya tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan. Oleh


sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan berbagai hal tentang

lingkungan lembaga pendidikan yang baru.

b. Layanan Orientasi Di Luar Sekolah

Iindividu-individu yang memasuki lingkungan baru seperti (pegawai

baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang kembali

kemasyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan

tidak terkecuali pengantin baru) memerluka orientasi tentang lingkungan

barunya itu, dengan orientasi itu proses penyesuaian diri atau

penyesuaian diri kembali akan memperoleh dukungan dari lingkungan

masyarakat.

Tujuan layanan orientasi berupaya mengantarkan individu untuk

memasuki suasana atau lingkungan baru. melalui layanan ini individu

mempraktikkan berbagai kesempatan untuk memahami dan mampu

melakukan kontak secara konstruktif dengan berbagai elemen suasana

beru tersebut. lebih jauh, individu mampu menyesuaikan diri dan/atau

mendapatkan manfaat tertentu dari berbagai sumber yang ada pada

suasana atau lingkungan baru tersebut.

2. Layanan Informasi

Layanan Informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada

individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan

untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan untuk menentukan arah suatu

tujuan atau rencana yang dikehendaki.

Tujuan umum layanan informasi adalah dikuasainya informasi tertentu

oleh peserta layanan. informasi tersebut selanjutnya digunakna oleh peserta


untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya. Untuk

membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang

berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan

mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan

masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi

digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan prestasi belajar,

mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dalam

mengambil sebuah keputusan.

3. Layanan Penempatan Dan Penyaluran

Individu sering mngalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga

tidak sedikit individu yang bakat kemmapuan minat, dan hobinya tidak

tersalurkan dnegan baik. individu seperti itu tidak mencapai perkembangan

secara optimal. mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-

orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan

mengembangkan dirinya.

Tujuan umum layanan penempatan dan penyaluran adalah diperolehnya

tempat yang sesuai bagi individu untuk pengembangan potensi dirinya.

tempat yang dimaksudkan itu adalah kondisi lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan sosio emosional dan lebih luas lagi seperti

lingkungan akademik, lingkungan sosial, lingkungan budaya yang secara

langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan individu.

4. Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang

memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan


kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan

dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar

lainnya.

Layanan Penguasaan Konten (PKO) merupakan layanan bantuan kepada

individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) ntuk menguasai

kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Kemampuan

atau kompetensi yang dipelajari itu merupakan satu unit konten yang

didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum dan aturan,

nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan yang terkait di dalamnya. Dengan

penguasaan konten, individu diharapkan mampu memiliki sesuatu yang

berguna untuk memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah

yang dialaminya.

Tujuan layanan PKO adalah dikuasainya suatu konten tertentu.

Penguasaan konten ini perlu bagi individu atau klien untuk menambah

wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilain dan sikap, menguasai

cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan

mengatasi masalah masalahnya. Dengan penguasaan konten yang dimaksud

itu individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya

secara efektif.

5. Layanan Konseling Perorangan

Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus

secara pribadi dalam wawancara antara konselor dan klien. Klien

mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri,

kemudian meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional


dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi.

Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi

kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial

dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri.

Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar siswa memahami

kondisi dirinya sendiri lingkungannya, permasalahan yang di alami,

kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga siswa mampu mengatasinya.

Dengan kata lain konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan

masalah yang di alami siswa.

6. Layanan Bimbingan Kelompok 

Layanan Bimbingan Kelompok merupakan layanan yang

memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika

kelompok memperoleh bahan dan membahas topik tertentu. Layanan yang

memungkinan sejumlah siswasecara bersama-sama melalui dinamika

kelompok. Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang

diberikan kepada sekelompok siswa untuk memecahkan secara bersama-

sama masalah-masalah yang menghambat perkembangan siswa. Bimbingan

kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat

personal, vokasional dan sosial. telah lama dikenal bahwa berbagai

informasi berkenaan dengan orientasi siswa baru, pindah program dan peta

sosiometri siswa serta bagaimana mengembangkan hubungan antarsiswa

dapat disampaikan dan dibahas dalam bimbingan kelompok. dengan

demikian jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah pemberian

informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok.


7. Layanan Konseling kelompok

Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswadalam

rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat

penyembuhan.

Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling

yang memungkinkan siswa(konseli) memperoleh kesempatan untuk

pembahasan dan pengentasana permasalahan yang dialaminya melalui

dinamika kelompok. Masalah yang dibahas merupakan masalah-masalah

pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Mengenai

masalah yang dibahas dalam konseling kelompok, selain masalah yang

bervariasi seperti tersebut, konselor dapat menetapkan (melalui persetujuan

para anggota kelompok) masalah tertentu yang akan dibahas dalam

kelompok. pengajuan masalah atau topic tunggal seperti itu dilakukan

apabila tujuan utama konseling kelompok ialah pengembangan keterampilan

komunikasi dan interaksi sosial para anggota. dengan pembahasan satu topic

itu konselor membawa dan mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk

terlibat langsung dalam dinamika interaksi sosial kelompok. dengan tujuan

seperti itu topic atau masalah yang diajukan haruslah topic yang hangat,

merangsang dan menantang serta sesuai dengan tingkat kemampuan

anggota, sehingga oleh karenanya seluruh anggota merasa terpanggil untuk

ikut membicarakannya.
Tujuan umum layanan BKp dan KKp adalah berkembangnya

kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemmapuan komunikasi peserta

layanan.

8. Layanan Konsultasi

Layanan konsultasi adalah layanan konseling ynag dilaksanakan oleh

konselor terhadap seorang pelanggan di sebut konsulti yang memungkinkan

konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu

dilaksanakannya dalam menangani kondisi dan/atau permasalahan pihak

ketiga. konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam

format tatap muka antara konsultan dan konsulti.

Konsultasi dapat dilaksanakan diberbagai tempat dan berbagai

kesempatan, seperti disekolah atau dikantor tmpat konsultan bekerja,

dilingkungan keluarga yang mengundang konselor, ditempat konselor

praktik mandiri (privat) atau tempat-tempat lain yang dikehendaki konsulti

dan disetujui konselor. dimanapun konsultasi diadakan, suasana yang

tercipta haruslah relaks dan kondusif serta memungkinkan terlaksananya

asas-asas konseling dan teknik-teknik konsultasi.

Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya

sendiri dapat menangani kondisi dan /alat permasalahan yang dialami pihak

ketiga.

9. Layanan Mediasi

Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

dilaksanakan konselor (guru) terhadap dua orang atau lebih yang sedang

dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Ketidakcocokan itu


menjadikan mereka saling berhadapan dan saling bertentangan,serta saling

bermusuhan. dengan layanan mediasi konselor berusaha mengantarkan atau

membangun hubungan diantara mereka, sehingga mereka menghentikan dan

terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang merugikan semua pihak.

Layanan mediasi pada umumnya bertujuan agar tercapai kondisi

hubungan yang positif dan kondusif diantara klien, yaitu pihak-pihak yang

berselisih.

10. Layanan Advokasi

Layanan Advokasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang

membantu konseli untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak

diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang menyalahi hak-haknya.

Salah satu fungsi umum konseling adalah fungsi advokasi yang artinya

membela hak seseorang yang tercederai. sebagaimana diketahui bahwa

setiap orang memiliki berbagai hak yangs ecraa umum dirumuskan

didalam dokumen HAM. Fungsi advokasi dalam konseling berupaya

memberikan bantuan agar hak-hak keberadaan, kehidupan dan

perkembangan orang atau individu atau klien yang bersangkutan kembali

memperoleh hak-haknya yang selama ini dirampas, dihalangi, dihambat,

dibatasi atau dijegal.

Layanan advokasi dalam konseling bermaksud mengentaskan klien dari

suasana yang menghimpit dirinya karena hak-hak yang hendak

dilaksanakan terhambat dan terkekang sehingga keberadaan, kehidupan

dan perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan menjadi tidak

lancar, terganggu atau bahkan terhenti atau terputus.


Pilihan layanan konseling (pilih satu dari 10 jenis layanan) yang
digunakan dalam pembinaan PERPOSTUR pada diri klien/sasaran layanan
dalam kegiatan layanan konseling yang dimaksutkan, dan bagaimana
dinamika BMB3 yang dilaksanakan dalam proses layanan.

Jawaban :
Layanan yang diberikan adalah layanan konseling individual
Layanan konseling individual adalah layanan konseling yang diberikan
secara langsung dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara
langsung antara konselor dengan klien yang membahas berbagai masalah
yang dialaminya. Pembahasan masalah dalam konseling individual bersifat
holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting tentang diri klien
(sangat mungkin menyentuh rahasia pribadi klien), tetapi juga bersifat
spesifik menuju kearah pemecahan masalah.
Malalui konseling individual ini klien akan memahami kondisi diri
sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan
kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatasi
masalahnya, kegiatan pendukung yang digunakan adalah kunjungan rumah
karena Kunjungan Rumah (KR) merupakan upaya untuk mendeteksi
kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu yang
menjadi tanggungjawab konselor dalam pelayanan BK. Dengan KR akan
diperoleh berbagai informasi atau data yang dapat diguunakan untuk lebih
mengefektifkan pelayanan BK. Lebih dari itu, dengan KR konseor dapat
mendorong partisipasi orang tua (anggota keluarga yang lain) untuk
sebesar-besarnya memenuhi kebutuhan individu/klien yang dimaksudkan
itu.

Tujuan dilaksanakannya KR adalah diperolehnya data yang lebih


lengkap dan akurat berkenaan dengan masalah klien serta digalangkannya
komitmen orang tua dan anggota keluarga yang lainnya dalam rangka
penanggulangan masalah klien. Dengan data dan komitmen itu
penanganan masalah klien khususnya dan penyelenggaraan pelayanan BK
pada umumnya akan lebih efektif dan efisien.
Selain itu perlunya penerapan BMB3 dalam proses berjalannya
konseling yaitu bagaimana klien berfikir, merasa, bersikap, bertindak dan
bertanggung jawan atas apa yang dialaminya, dengan begitu proses
konseling akan berjalan dengan baik dan efektif sehingga PERPOSTUR
pada klien akan mudah tercapai

Contoh :

Konselor membarikan konseling individual kepada seorang klien yang


didapatkan dari hasil need assesmend terkait tentang masalah kurang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan, untuk mendapatkan data atau
informasi tentang klien, konselor dapat melakukan kunjungan rumah
dengan mendatangi orang tua atau saudara klien dengan melihat kondisi
keluarga dan bagaimana posisi klien dalam keluarga tersebut, hal ini
mempermudah konselor untuk mendiagnosis serta mengetahui prognosis
terkait masalah klien, sehingga mempermudah konselor dalam
memberikan layanan atau mempermudah konselor dalam menyelesaikan
malasalah klien, dengan dinamika BMB3 terhadap klien, kita dapat
menjelaskan langkah apa yang tepat untuk proses belajar yang akan
membuat klien merasa lebih baik dan masalahnya terselesaikan

e. Bagaimana hasil penilaian segera (laiseg), apakah laiseg itu diikuti


oleh laijapen dan laijapang ?
Hasil penilaian dapat kita lihat dari perkembangan klien itu sendiri,
setelah konselor memberikan layanan untuk melihat perkembangan maka
diberikan laiseg atau disebut dengan layanan segera, untuk melihat sejauh
mana perubahan terhadap diri klien setelah diberikan layanan, dari hasil
laiseg yang diberikan konselor biar menindaklanjuti tindakan apa yang
akan diberikan setelah melihat perkembangan pada diri klien.
Setelah proses pemeberian laiseg selesai jika masih ditemukan
kendala atau belum ada perubahan pada diri klien, maka konselor
memberikan penilaian jaka panjang atau disebut dengan laijapang, ini
bertujuan untuk melihat perkembangan pada diri klien dalam jaka panjang,
sehingga perubahan pada diri klien dapat dilihat dalam jaka waktu jaka
panjang.
Kegiatan pendukung dalam layanan BK dipilih konselor sesuai dengan
kecocokannya dengan jenis layanan yang diberikan. Hal ini akan mempengaruhi
kesuksesan pelayanan konseling nantinya. Kegiatan pendukung dalam layanan
BK (Permendikbud Tentang Implementasi Kurikulum, 2013) meliputi:
1. Aplikasi Instrumentasi
Kegiatan mengumpulkan data tentang diri siswa dan lingkungannya
melalui aplikasi berbagai instrumen baik tes maupun non tes, tujuannya adalah
untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami
karakteristik lingkungan. Prayitno (2017) mengemukakan aplikasi
intrumentasi adalah pengungkapan melalui pengukuran yang dilakukan oleh
seorang tenaga yang ahli dalam mengaplikasikan untuk mendapatkan berbagai
informasi yang dibutuhkan tentang kondisi klien guna mempermudah konselor
dalam memberikan bantuan layanan bimbingan dan konseling. Sehubungan
dengan hasil perolehan data yang diperoleh dari hasil instrumentasi ini, maka
dibutuhkan kecermatan dan keterampilan konselor dalam mempergunakan
data yang telah didapat dan tidak akan menyampaikan data yang diperoleh
tersebut keopada siapapun kecuali kepada kliennya (Syafaruddin, Syarqawi, &
Siahaan, 2019).
Prayitno (2017) mengemukakan informasi yang dapat diungkapkan dari
hasil aplikasi instrumentasi adalah sebagai berikut.
a. Kondisi fisik individu: keadaan jasmani dan kesehatan
b. Kondisi dasar psikologis: potensi dasar, bakat, minat dan sikap
c. Kondisi dinamik-fungsional psikologis
d. Kondisi kegiatan dan hasil belajar
e. Kondisi hubungan sosial
f. Kondisi lingkungan dan keluarga
g. Kondisi arah pengembangan pilihan dan kenyataan karir
h. Kondisi keberagamaan
i. Kondisi berwarganegaraan dan
j. Kondisi yang berpotensial bermasalah dan atau mengalami masalah
2. Himpunan Data
Kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan
peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis,
komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia. Dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling, data sangat dibutuhkan sebagai alasan dan landasan
bagi para konselor untuk memberikan perlakuan (treatment) yang sesuai
dengan kondisi klien saat sedang terjadinya masalah. Data yang diperoleh dari
berbagai sumber dihimpun, dikelompokkan oleh konselor untuk dijadikan
menjadi satu agar konselor dapat dengan mudah memahami data tersebut baik
secara individual maupun secara kelompok, agar sewaktu-waktu apabila
konselor membutuhkan informasi yang penting tentang sesuatu, konselor
dengan mudah mendapatkan data yang telah terhimpun. Operasionalisasi
pelaksanaan himpunan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

a. Perencanaan menetapkan jenis dan klasifikasi data serta sumbersumbernya


menetapkan bentuk himpunan data, menata fasilitas, menetapkan
mekanisme pengisian, pemeliharaan dan penggunaan yang sesuai dengan
kebutuhan yang diharapkan oleh konselor
b. Pelaksanaan memetik dan memasukkan kedalam file sesuai dengan
klasifikasi, memanfaatkan data, memelihara dan mengembangkan file
c. Evaluasi dan analisis keefektifan dan keefesiensian data yang telah
dikumpulakan serta tingkat kebermanfaatannya
d. Tindak lanjut, yaitu sebagai respon yang diberikan terhadap kondisi
himpunan data (Syafaruddin, 2019)
3. Konferensi Kasus
Kegiatan yang membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan
khusus dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan
dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan
yang bersifat terbatas dan tertutup. Penyelenggaraan konferensi kasus
bersifat ad hoc non formal, artinya khusus berkenaan dengan kasus tertentu
saja. Konferensi kasus tidak dibentuk secara formal dengan organisasi formal.
Oleh karena itu, penyelenggaraan konferensi kasus juga tidak terikat pada
jumlah hadirin tertentu,serta keharusan membuat keputusan tertentu.Konselor
berkewajiban penuh membawa dan menegakkan kaidah-kaidah konseling ke
dalam pertemuan konferensi kasus (Syafaruddin, 2019).
Selanjutnya Prayitno (2017) menjelaskan tujuan konferensi kasus adalah
untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan lebih akurat serta
menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan. Data
dan komitmen itu sebesar-besarnya digunakan demi kepentingan klien
dan/atau individu yang terkait dengan permasalahan yang dibahas.
Berdasarkan Panduan operasional penyelenggaraan bimbingan dan konseling
sekolah menengah atas (SMA) (2016) dikemukakan tujuan konferensi kasus
yaitu memperoleh pengertian, penerimaan, persetujuan, dan komitmen peran
dari para peserta konferensi sebagai upaya mengatasi masalah yang dihadapi
peserta didik/konseli.
Adapun fungsi utama bimbingan dan konseling yang diemban oleh
konferensi kasus adalah fungsi pemahaman dan fungsi pengentasan . Dalam
konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh
siswa tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak
terkait seperti guru BK atau guru kelas di SD, wali kelas, guru mata pelajaran,
kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lainnya yang diharapkan dapat
memberikan data dan keterangan. Konferensi kasus dapat ditempuh melalui
langkah langkah berikut :
a. Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor mengundang para peserta
konferensi kasus, baik atas insiatif guru, wali kelas atau konselor itu
sendiri. Mereka yang diundang adalah orang-orang yang memiliki
pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa (klien) dan mereka yang
dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan permasalahan yang
dihadapi siswa (klien), seperti: orang tua, wakil kepala sekolah, guru
tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalah siswa (klien), wali
kelas, dan bila perlu dapat menghadirkan ahli dari luar yang
berkepentingan dengan masalah siswa (klien), seperti: psikolog, dokter,
polisi, dan ahli lain yang terkait.
b. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala sekolah atau konselor
membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan
dilaksanakan konferensi kasus dan permintaan komitmen dari para peserta
untuk membantu mengentaskan masalah yang dihadapi siswa (klien), serta
menyampaikan pentingnya pemenuhan asas–asas dalam bimbingan dan
konseling, khususnya asas kerahasiaan.
c. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan permasalahan yang
dihadapi siswa (klien). Mendekripsikan masalah siswa (klien), seyogyanya
terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa (klien),
misalkan tentang potensi, sikap, dan perilaku positif yang dimiliki siswa
(klien), sehingga para peserta bisa melihat hal-hal positif dari siswa (klien)
yang bersangkutan. Selanjutnya, disampaikan berbagai gejala dan
permasalahan siswa (klien) dan data/informasi lainnya tentang siswa
(klien) yang sudah terindentifikasi/ terinventarisasi, serta upaya-upaya
pengentasan yang telah dilakukan sebelumnya.
d. Setelah pemaparan masalah siswa (klien), selanjutnya para peserta lain
mendiskusikan dan dimintai tanggapan, masukan, dan konstribusi
persetujuan atau penerimaan tugas dan peran masing-masing dalam rangka
pengentasan/remedial atas masalah yang dihadapi siswa (klien).
e. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya
konferensi menyimpulkan beberapa rekomendas/keputusan berupa
alternatif-alternatif untuk dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan
siswa (klien) yang bersangkutan, untuk mengambil langkah-langkah
penting berikutnya dalam rangka pengentasan masalah siswa (klien).

4. Kunjungan Rumah
Kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan
atau anggota keluarganya. Lebih tegas dijelaskan bahwasanya kunjungan
rumah adalah upaya yang dilakukan konselor untuk mendeteksi kondisi
keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan anak agar mendapat berbagai
informasi yang dapat digunakan lebih efektif. Kegiatan ini dilakukan hanya
untuk siswa tertentu saja yang data dan keterangan tentang siswa tersebut
sangat dibutuhkan oleh konselor, sementara data itu hanya dapat diperoleh
dengan melaksanakan kunjungan rumah saja. Dalam melaksanakan kegiatan
ini, hal yang menjadi fokus perhatian sesaat dalam pelaksanaan kunjungan
rumah adalah sebagai berikut:
a. Orang tua/wali
b. Anggota keluarga yang lainnya
c. Orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga
d. Kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya
e. Kondisi ekonomi dan hubungan sosio-emosional yang terjadi dalam
keluarga (Prayitno & Amti, 2004)
Langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh konselor dalam melakukan
kunjungan rumah yaitu:

a. Persiapan
1) Menentukan tujuan dan waktu pelaksanaan,
2) Mendapat ijin dan surat tugas dari kepala sekolah,
3) Mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, misalnya daftar
pertanyaan dan pedoman observasi,
4) Membuat kontak awal dengan orang tua/wali untuk kunjungan rumah.
b. Pelaksanaan
1) Melakukan komunikasi dengan orang tua/wali menjelaskan maksud
kunjungan rumah.
2) Melakukan wawancara dan observasi.
c. Mengakhiri kunjungan rumah.
d. Membuat laporan hasil kunjungan rumah

5. Tampilan Kepustakaan
Kegiatan kepustaka digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/ jabatan. Tampilan Kepustakaan
adalah salah satu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling yang
membantu peserta didik (klien) dalam memperkaya dan memperkuat diri
berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan dibahas bersama konselor
pada khususnya dan dalam pengembangan diri pada umumnya.
Salah satu contoh tampilan kepustakaan adalah seorang klien yang baru
saja diberikan layanan konseling oleh seorang konselor, dengan masalah cara
untuk masuk perguruan tinggi. Untuk menyelesaikan masalah maka konselor
menyarankan kepada klien untuk membaca buku-buku tentang kumpulan dan
dunia perguruan tinggi yang ada di perpustakaan milik sekolah yang
ditempatkan diruangan BK.
Tampilan kepustakaan akan sangat membantu klien dalam memperkaya
dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan
dibahas bersama konselor pada khususnya dan dalam pengembangan diri pada
umumnya. Pemanfaatan tampilan kepustakaan dapat diarahkan oleh konselor
dalam rangka pelaksanaan pelayanan, dan atau klien secara mandiri
mengunjungi perpustakaan untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-
bahan yang ada disana sesuai dengan keperluan (Syafaruddin 2019). Secara
umum, tujuan dari pelaskanaan tampilan kepustakaan adalah sebagai berikut:
a. Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan tertulis
atau rekaman lainnya yang ada dalam tampilan kepustakaan
b. Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalam tampilan
kepustakaan untuk memperkuat pengentasan masalah dan pengembangan
dari pihak-pihak yang bersangkutan
c. Mendorong klien untuk dapat memanfaatkan pelayanan konseling secara
langsung dan berdaya guna
6. Alih Tangan Kasus
Kegiatan dalam penanganan terhadap permasalahan yang dialami klien
dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten,
seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya,
dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih
tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih
kompeten. Sebaliknya guru bimbingan dan konseling atau konselor menerima
alih tangan kasus peserta didik dari wali kelas, guru mata pelajaran,
manajemen sekolah, dan kepala sekolah (Panduan operasional
penyelenggaraan bimbingan dan konseling sekolah menengah atas (SMA),
2016).
Adapun Langkah-langkah alih tangan kasus berdasarkan Panduan
operasional penyelenggaraan bimbingan dan konseling sekolah menengah
atas (SMA) (2016), yaitu:
a. Alur alih tangan kasus dari guru bimbingan dan konseling atau konselor
kepada`pihak lain;
1) Komunikasi dengan peserta didk/konseli dan orang tua untuk
memperoleh persetujuan alih tangan kasus.
2) Konsultasi dengan kepala sekolah untuk menjelaskan dan memperoleh
ijin alih tangan kasus kepada ahli lain di luar sekolah.
3) Mengirim peserta didik/konseli untuk memperoleh layanan ahli.
4) Memantau perkembangan hasil layanan ahli.
5) Memperoleh dan mengadministrasikan laporan dari layanan ahli.
6) Apabila bantuan yang diberikan oleh ahlipun tidak berhasil mencapai
tujuan, maka perlu dilakukan analisis dan perencanaan penanganan
berikutnya antara lain melalui konferensi kasus, konsultasi dan
kolaborasi dengan pihak-pihak yang kompeten.
b. Alur alih tangan kasus dari wali kelas, guru mata pelajaran, manajemen
sekolah, dan atau kepala sekolah kepada guru bimbingan dan konseling
atau konselor ;
1) Meminta informasi tentang keadaan peserta didik/konseli yang
direferal,
2) Mengumpulkan data dan menganalisis sebagai bahan dalam
memberikan bantuan,
3) Membuat perencanaan bantuan seperti konseling, diagnosis kesulitan
belajar,
4) Membuat laporan sesuai dengan penanganan yang dilakukan,
5) Mengkomunikasikan hasil layanan kepada pihak yang mengirimkan
peserta didk/konseli
DAFTAR PUSTAKA

Panduan operasional penyelenggaraan bimbingan dan konseling sekolah


menengah atas (SMA) (2016).
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum (2013).
Prayitno. (2012). Jenis Layanan & Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: PPK
FIPUNP.
Prayitno. (2017). Konseling Profesional yang Berhasil: Layanan dan Kegiatan
Pendukung. Jakarta: Rajawali Press.
Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syafaruddin, S., Syarqawi, A., & Siahaan, D. N. A. (2019). Dasar-dasar
bimbingan dan konseling: Telaah Konsep, Teori dan Praktik. Perdana.

Anda mungkin juga menyukai