Anda di halaman 1dari 10

PERSEPSI DAN PERANAN GURU BIDANG STUDI

DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


DI SEKOLAH

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bimbingan dan Konseling
rombel 32

Disusun oleh:
Wiras Walmiki / 4101416079

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
bukan hanya menjadi tanggung jawab guru BK melainkan menjadi
tanggung jawab bersama semua guru, baik guru kelas maupun guru bidang
studi di bawah koordinasi guru BK. Oleh karena itu, perlunya kerjasama
yang baik antara guru BK di sekolah dengan guru bidang studi.
Dikarenakan guru bidang studi merupakan orang yang sering bertatap
muka dengan siswa di kelas. Dengan demikian, guru bidang studi
memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk mengetahui sikap,
kemampuan, bakat, minat, dan cara belajar siswa. Guru BK dapat
memberikan dorongan agar siswa mampu mengikuti proses belajar dengan
baik, dapat menangani keluhan yang dialami siswa dalam proses
belajarnya serta mampu menyusun perencanaan layanan yang sesuai untuk
mengatasi masalah tersebut.
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam
itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih
berkembang ke arah yang semaksumal mungkin. Dengan demikian
bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan
pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam
bidangnya. Melihat begitu kompleksnya tugas seorang guru bindang studi
serta begitu pentingnya bimbingan dan konseling bagi siswa-siswi di
sekolah, maka saya bermaksud untuk memaparkan sebuah makalah yang
akan membahas lebih jauh tenyang peranan guru bidang studi dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kegiatan BK di sekolah?
2. Bagaimanakah peran guru bidang studi dalam pelaksanaan BK di
sekolah?
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi kegiatan BK di sekolah.
2. Untuk mengidentifikasi peran guru bidang studi dalam pelaksaan BK
di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Abycihuyhua (2012) menuliskan bahwa dalam rangka pencapaian
tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah, terdapat beberapa jenis
layanan yang diberikan kepada siswa, diantaranya:
1. Layanan Orientasi
Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara
tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
2. Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti :
informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan
layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat
mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang
pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang
diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk
pencegahan dan pemahaman.
3. Layanan Konten
Layanan konten merupakan layanan yang memungkinan peserta
didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam
penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan
dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya,
dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik.

4. Layanan Penempatan dan Penyaluran


Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran
di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar
peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap
potensi lainnya. Layanan penempatan dan penyaluran berfungsi untuk
pengembangan.
5. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap
muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang
dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling
perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah
yang dihadapinya. Layanan konseling perorangan berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang
memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan
(topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan
kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan
tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik
dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik)
tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan
sosial, serta untukpengambilan keputusan atau tindakan tertentu
melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi
untuk pemahaman dan Pengembangan
7. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok)
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar
peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.
Layanan konseling kelompok berfungsi untuk pengentasan dan
advokasi..
Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti
yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan
pendukung yang mencakup:
1. Aplikasi Instrumentasi Data; merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang
lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun
non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala
karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
2. Himpunan Data; merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data
dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta
didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
3. Konferensi Kasus; merupakan kegiatan untuk membahas
permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan
konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi
kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun
komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat
terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
4. Kunjungan Rumah; merupakan kegiatan untuk memperoleh
data,keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja
sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk
memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang
tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
5. Alih Tangan Kasus; merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang
dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain
yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau
konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik
dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas
permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.

B. Peran Guru Bidang Studi dalam Pelaksanan BK di Sekolah


Awalaya, dkk (2016: 138) mengatakaan bahwa dalam
kedudukannya sebagai personil pelaksana pembelajaran di sekolah, guru
memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing
atau konselor, mialnya, guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara
langsung, guru dapat mengamati secara rutin tentang perkembangan
kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin akan
langsung berhadapan dengan permasalahn siswa. Oleh karena itu tidak
salah jika dalam pelayanan bimbingan konseling guru ditempatkan sebgai
mitra kerja utama, disamping wali kelas.
Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh
seorang guru ketika diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan
program bimbingan dan konseling di sekolah.
1. Guru sebagi Informator
Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan sebagi
informator, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru
pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan
bimbingan dan konseling kepada sisa pada umumnya. Melalui peranan
ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layayan
bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa.
2. Guru sebagi Fasilitator
Guru dapat berperan sebagi fasilitator terutama ketika
dilangsungkan layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif
ataupun kuratif. Dibandingkan guru pembimbing, guru lebih
memahami tentang keterampilan belajar siswa yang perlu dikuasai
siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka, pada saat siswa
mengalami kesulitan belajar, guru dapat merancang program perbaikan
(remedial teching) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang
dialami dan menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi
siswa yang pandai guru dapar memprogramkan tindak lanjut berupa
kegiatan pengayaan (enrichment).
3. Guru sebagi Mediator
Dalam kedudukannya yang strategis, yakni berhadapan langsung
dengan siswa, guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa
dengan guru pembimbing. Hal itu tampak misalnya pada saat seorang
guru diminta untuk melakukan kegiatan indentifikasi siswa yang
memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor
sekolah.
4. Guru sebagi Motivator
Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagi pemberi motivasi
siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di
seolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperolaeh layanan konseling, misalnya pada saat siswa seharusnya
mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dalm memberi
kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling
perorangan akan sulit terlaksana mengingan terbatasnya jam khusus
bimbingan pada sekolah-sekolah kita.
5. Guru sebagi Kolaborator
Sebagi mitra seprofesi yakni sama-sama sebgai tenaga pendidik
di sekolah, guru dapat berperan sebagi kolaborator konselor di sekolah,
misalnya dalam penyelenggaraan berbagi jenis layanan orientasi
informasi,layanan pembelajaran atau dalam pelaksaaan kegiatan
pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data, dan kegiatan
lainnya yang relevan.
BAB III
PENUTUP

Guru dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana


pembelajaran di sekolah memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan
dengan guru pembimbing atau konselor, guru dapat mengamati secara
rutin tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan
bukan tidak mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahn
siswa. Oleh karena itu tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan
konseling guru ditempatkan sebgai mitra kerja utama, disamping wali
kelas. Beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh guru bidang studi
adalah sebagi informator, fasilitator, mediator, motivator, dan kolaborator.
DAFTAR PUSTAKA

Awalaya, dkk. 2016. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.

Abycihuyhua. 2012. “Peranan BK dan Guru Bidang Studi” (diakses pada 6


Desember 2017)

Anda mungkin juga menyukai