Anda di halaman 1dari 11

TENAGA BIMBINGAN KONSELING DI MADRASAH

Fa’iqotus Sofiyah
06010120006@student.uinsby.ac.id
Rifdatus Tsalatsah Safina
06010120020@student.uinsby.ac.id

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abstract
The classification of guidance and counseling personnel has types of services
which are basically the operationalization of the concept of guidance and
counseling in order to fulfill various principles, principles, functions and
objectives of guidance and counseling. Likewise the teacher who also plays a role,
the teacher is obliged to prepare and organize the student learning environment to
socialize himself, in this connection the teacher assumes quite large roles.
Counseling guidance staff also deal with cases faced by their students. Cases in
the sense of guidance and counseling in schools are just to show there are
problems in students who need attention, solutions and assistance from the school.
Keywords: Counseling Guidance Personnel, Teachers, Cases.

Abstrak
Klasifikasi tenaga bimbingan konseling memiliki Jenis-jenis layanan yang pada
dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep bimbingan dan konseling dalam
rangka memenuhi berbagai asas, prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan
konseling. Begitupun guru yang juga turut berperan, Guru berkewajiban
mempersiapkan dan mengorganisasikan lingkungan belajar siswa untuk
mensosialisasikan dirinya, dalam hubungan ini guru mengemban peranan-peranan
yang cukup besar. Tenaga bimbingan konseling juga menghadapi kasus yang
dihadapi oleh peserta didiknya, Kasus dalam pengertian bimbingan dan konseling
di sekolah sekedar untuk menunjukkan ada permasalahan pada peserta didik yang
perlu mendapat perhatian, pemecahan dan pendampingan dari sekolah.
Kata Kunci : Tenaga Bimbingan Konseling, Guru, Kasus.

A. Pendahuluan
Pelayanan bimbingan dan konseling membantu individu untuk
menjadi insan yang berguna dalam kehidupan yang memiliki berbagai
wawasan, pandangan, interprestasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan
yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungan. Bimbingan dan
konseling merupakan proses yang menunjang pelaksana program pendidikan
di sekolah, karena program-program bimbingan dan konseling meliputi
aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya menyangkut kawasan

1
kematangan pendidikan dan karir, kematangan personal dan emosional, serta
kematangan social. Hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu
menunjang keberhasilan pendidikan umumnya. Bimbingan dan konseling
sebagai professi yang sedang berkembang di negara Indonesia, harus dapat
merebut kepercayaan publik (public trust) melalui peningkatan mutu unjuk
kerja yang dilakukan oleh guru BK atau konselor yang profesional dalam
bidang tugasnya. Masyarakat akan percaya bahwa layanan yang diperlukan
itu hanya dapat diperoleh dari guru BK atau konselor yang memiliki
kompetensi dan keahlian yang terandalkan. Kepercayaan publik inilah yang
menjadi faktor kunci untuk mengokohkan identitas profesi. Kepercayaan ini
dapat memberikan makna terhadap profesi dan memungkinkan anggota
profesi akan menjalankan fungsinya di dalam cara-cara profesional.1
B. Klasifikasi Tenaga Bimbingan Konseling
Jenis-jenis layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari
konsep bimbingan dan konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas,
prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan. Namun
sangat mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis
layanan maupun kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat
ini sudah mulai meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi
dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum dijadikan sebagai
kebijakan formal dalam sistem pendidikan di sekolah. Untuk lebih jelasnya,
di bawah ini akan diuraikan kesembilan jenis layanan bimbingan dan
konseling yang saat ini diterapkan dalam pendidikan nasional.
Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling:
1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta
didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan
obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu. Tujuan layanan
orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan

1
I Made Olas Astawa, Profesi Tenaga Bimbingan dan KonselingYang Bermartabat,. Hal 49

2
diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi
untuk pencegahan dan pemahaman.2
2. Layanan Informasi
Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta didik
menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi diri,
sosial, belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan
informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil
keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial,
belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang
memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan
pemahaman.3
3. Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang
cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek
tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik
dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan
pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.4
4. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di
dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan,
magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat,
minat erta kondisi pribadinya, dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.
Layanan penempatan dan penyaluran berfungsi untuk pengembangan.5
5. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling merupakan layanan untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi peserta didik terutama masalah
2
Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah., hal. 113.
3
WS Winkel dan M M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan., hal. 316
4
Saring Marsudi, Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah., hal. 91
5
Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusumawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah., hal. 61.

3
sosial pribadi, belajar ataupun karier.6 Layanan konseling perorangan
merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan
layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru
pembimbing untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang
dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling
perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang
dihadapinya. Layanan konseling perorangan berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang
memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan
(topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan
kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,
kegiatan belajar, karir/jabatan, serta untuk pengambilan keputusan atau
tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan bimbingan
kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan.
7. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok)
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Masalah yang
dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-
masing anggota kelompok. Layanan konseling kelompok berfungsi
untuk pengentasan dan advokasi.
8. Layanan Konsultasi
Layanan Konsultasi merupakan layanan yang membantu peserta
didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman,
dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan
atau masalah peserta didik. Pengertian konsultasi dalam program BK
adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor,
6
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung:
Refika Aditama, 2007), hal. 20

4
orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik
atau sekolah konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak
merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara
tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang
lain.
9. Layanan Mediasi
Layanan mediasi merupakan layanan yang membantu peserta didik
menyelesaikan permasalahan ataupun perselisihan dan memperbaiki
hubungan antar peserta didik dengan konselor sebagai mediator.
C. Guru Sebagai Tokoh Kunci Dalam Bimbingan
Oemar hamalik (1990: 52-57) menyatakan bahwa dalam sistem dan
proses pendidikan manapun, guru tetap memegang peranan penting. Para
siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu
mengemban tugasnya dengan baik. Walaupun pada saat ini konsep CBSA
telah banyak dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru
tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada hakikatnya, para siswa mungkin
belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi
mereka untuk belajar.
Peranan guru yang begitu basar dapat ditinjau dalam arti luas maupun
arti sempit. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai
ukuran kognitif, sebagai agen moral, dan kooperatif.
1. Guru sebagai ukuran kognitif.
Tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai
keterampilan pada siswa. Hal-hal yag akan diwariskan itu tentu harus
sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh masyarakat
dan merupakan gambaran tentang keadaan social, ekonomi, dan politik
masyarakat bersangkutan.
Hasil pengajaran adalah merupakan hasil interaksi antara unsure-unsur,
motivasi dan kemampuan siswa, isi atau materi pelajaran yang
disampaikan dan dipelajari oleh siswa , keterampilan guru

5
menyampaikan dan alat bantu pengajaran yang membantu pewarisan
itu.
2. Guru Sebagai Agen Moral Dan Politik.
Guru bertindak sebagai agen moral masyarakat karena fungsinya
mendidik warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung, dan
memiliki berbagai keterampilan kognitif lainnya.
3. Guru sebagai innovator.
Semakin majunya ilmu pengetahuan teknologi, masyarakat senan tiasa
Berubah Dan Berkembang dalam semua aspek. Perubahan dan
perkembangan itu menuntut terjadinya inovasi pendidikan yang
menimbulkan perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal yang
sebelumnya.
4. Guru memegang peranan kooperatif.
Dalam melaksanakan tugasnya guru tidak bekerja sendiri dan
mengandalkan kemampuan nya secara individual. Karena itu para
gguru harus bekerja sama, baik bekerja sama antar sesame guru,
pekerjaan-pekerjaan social, lembaga-lembaga kemasyarakatan maupun
dengan peraturan orang tua murid.
Guru berkewajiban mempersiapkan dan mengorganisasikan lingkungan
belajar siswa untuk mensosialisasikan dirinya, dalam hubungan ini guru
mengemban peranan-peranan sebagai berikut:
a. Guru sebagai model
anak atau siswa berkembang kearah idealism dan kritis, mereka
membutuhkan guru sebagai model yang dapat dicontoh dan dijadikan
teladan. Oleh karena itu guru harus mempunyai kelebihan, baik
pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Kelebihan ini tampak
dalam disiplin yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, emosional,
kebiasaan-kebiasaa yang sehat, sikap yang demokratis, terbuka dan
sebagainya.
b. Guru sebagai perencana
Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi
rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum harus

6
diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan
operasional. Dalam perencanaan harus melibatkan siswa sehingga
menjamin relefansinya dengan perkembangan, pertumbuhan dan tingkat
pengalaman mereka. Peranan ini menuntut agar perencanaan agar
direlevansikan dalam kondisi asyarakat, kebiasaan belajar siswa,
pengalaman dan pengetahuan siswa, metode belajar yang serasi dengan
materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya.
D. Masalah-Masalah yang Dihadapi Bimbingan Konseling
Permasalahan yang dialami peserta didik baik pribadi maupun
kelompok sering disebut dengan istilah “kasus”. Kasus dalam hal ini bukan
perkara kriminal, perdata atau persoalan yang berkaitan pihak berwajib.
Kasus dalam pengertian bimbingan dan konseling di sekolah sekedar untuk
menunjukkan ada permasalahan pada peserta didik yang perlu mendapat
perhatian, pemecahan dan pendampingan dari sekolah.7 Permasalahan peserta
didik dapat dikategorikan menjadi permasalahan yang tergolong ringan,
sedang dan berat. Permasalahan yang tergolong ringan contohnya mengantuk
saat pelajaran atau kesulitan belajar. Permasalahan yang tergolong sedang
seperti melanggar tata tertib sekolah, terlambat sekolah atau kurang bergaul.
Sedangkan yang tergolong berat seperti merokok, berkelahi, membolos atau
memakai narkoba.8
Yusuf Gunawan mengungkapkan bahwa secara umum ada empat
masalah yang dihadapi oleh peserta didik di sekolah menengah dan ditangani
oleh bimbingan dan konseling.9 Adapun macam-macam permasalahan yang
ditangani bimbingan dan konseling dan contoh kegiatannya di antaranya
sebagai berikut:
a. Masalah keputusan meninggalkan sekolah
Banyak peserta didik yang terpaksa meninggalkan bangku
sekolah sebelum waktunya. Kemudian mendapatkan kesukaran untuk
mendapatkan pekerjaan. Menghadapi masalah ini maka bimbingan
konseling melakukan bimbingan belajar agar terdapat penyesuaian

7
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling., hal. 40.
8
Ibid., hal. 58-76.
9
Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling., hal. 197-200.

7
peserta didik terhadap program sekolah. Layanan ini diupayakan untuk
mengurangi kemungkinan peserta didik meninggalkan sekolah sebelum
waktunya.
b. Masalah-masalah belajar
Masalah-masalah belajar sangat vital bagi peserta didik. Hal ini
berkaitan dengan masalah kesulitan belajar, kemalasan, kurangnya
minat, kemampuan membaca atau memahami, hubungan dengan guru
mata pelajaran dan lainnya. Untuk menghadapi masalah ini bimbingan
dan konseling melakukan program layanan bimbingan belajar. Hal ini
dilakukan untuk membantu peserta didik menemukan cara belajar yang
efektif.
c. Keputusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
Menjelang kelulusan sekolah, peserta didik selalu memiliki
masalah mengenai keputusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Berkaitan dengan masalah ini maka bimbingan dan konseling kemudian
melakukan program layanan penempatan (placement). Hal ini dilakukan
untuk membantu peserta didik untuk bisa mengambil keputusan
berdasarkan bakat, minat dan kemampuannya.
d. Problem sosial di sekolah
Usia sekolah menengah adalah ketika usia remaja sedang
berlangsung. Pada masa ini tentu banyak problem sosial yang dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu problem umum dan problem khusus.
Maka dari itu remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan
normanorma sosial dan budaya di lingkungannya. Problem yang paling
menonjol berkaitan dengan pembentukan jati diri, benturan
normanorma, hubungan dengan lawan jenis, teman sebaya, orangtua,
sekolah dan masayrakat. Menghadapi permaslah ini maka bimbingan
dan konseling memberikan layanan bimbingan sosial baik dilakukan
secara kelompok untuk problem sosial yang bersifat umum. Namun
untuk problem sosial yang khusus biasanya dilakukan dengan konseling
individu.

8
E. Kesimpulan
Jenis-jenis layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari
konsep bimbingan dan konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas,
prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan. Namun
sangat mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis
layanan maupun kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat
ini sudah mulai meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi
dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum dijadikan sebagai
kebijakan formal dalam sistem pendidikan di sekolah.Untuk lebih jelasnya, di
bawah ini akan diuraikan ketujuh jenis layanan bimbingan dan konseling
yang saat ini diterapkan dalam pendidikan nasional.
Oemar hamalik (1990: 52-57) menyatakan bahwa dalam sistem dan
proses pendidikan manapun, guru tetap memegang peranan penting. Para
siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu
mengemban tugasnya dengan baik. Walaupun pada saat ini konsep CBSA
telah banyak dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru
tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada hakikatny, para siswa mungkin
belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi
mereka untuk belajar.
Permasalahan yang dialami peserta didik baik pribadi maupun
kelompok sering disebut dengan istilah “kasus”. Kasus dalam hal ini bukan
perkara kriminal, perdata atau persoalan yang berkaitan pihak berwajib.
Kasus dalam pengertian bimbingan dan konseling di sekolah sekedar untuk
menunjukkan ada permasalahan pada peserta didik yang perlu mendapat
perhatian, pemecahan dan pendampingan dari sekolah.10 Permasalahan
peserta didik dapat dikategorikan menjadi permasalahan yang tergolong
ringan, sedang dan berat. Permasalahan yang tergolong ringan contohnya
mengantuk saat pelajaran atau kesulitan belajar. Permasalahan yang tergolong
sedang seperti melanggar tata tertib sekolah, terlambat sekolah atau kurang

10
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling., hal. 40.

9
bergaul. Sedangkan yang tergolong berat seperti merokok, berkelahi,
membolos atau memakai narkoba.11

11
Ibid., hal. 58-76.

10
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Prayitno dan Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, Yogyakarta: Diva Press.
Marsudi, Saring. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah, Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai
Latar Kehidupan, Bandung: Refika Aditama.
Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusumawati. 2008. Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsu, Yusuf dan Nurihsan Juntika. 2009. Landasan Bimbingan dan
Konseling, Bandung, PT Remaja Rosda Karya.
Winkel, WS dan MM Sri Hastuti. 2004. Bimbingan Konseling di Institusi
Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi.

11

Anda mungkin juga menyukai