Anda di halaman 1dari 18

JENIS – JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya., perlu
ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram dan terarah. Disamping
itu, dituntut keahlian dari guru pembimbing ,dan tersediannya dana serta sarana yang memadai.
Perhatian utama sekolah yang biasanya kepada para siswa yang bermasalah, kini dipusatkan kepada
siswa yang normal, tidak bermasalah, jumlahnya terbanyak dan potensial untuk dikembangkan.

Melayani siswa disekolah terutama yang jumlahnya banyak, perlu memperbanyak guru pembimbing
professional lulusan S1 bimbingan dan konseling. Hal ini akan menjaga citra sekolah tersebut dan
citra bimbingan dan konseling yang selama ini banyak tercemar berhubung dilakukan oleh bukan
guru bimbingan yang tidak bekerja secara professional. Perbandingan antara seorang guru
pembimbing dengan siswa adalah 1:200, artinya setiap guru pembimbing melayani 200 siswa selama
satu tahun. Dengan demikian, pembimbing akan dapat memberikan layanan konseling individual dan
bimbingan kelompok secara terencana.

Terdapat 9 Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yang dibahas dalam makalah ini yaitu,
layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan
konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok,
layanan konsultasi, layanan mediasi dan layanan advokasi.

Uraian yang ada dalam makalah ini berkenaan dengan jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling
ini diharapakan dapat menjadi dasar dan titik tolak pembahasan tentang layanan dan kegiatan yang
dimaksudkan, yang selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan pengembangan
keterampilan dalam pembahasan dan pelatihan tersendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses bimbingan Konseling ?

2. Apa saja kah layanan Bimbingan dan konseling ?

3. Apa tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan Dan Konseling


Layanan Bimbingan dan Konseling

Secara umum tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu
siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta
menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.

Jenis layanan bimbingan dan konseling terselenggara harus sesuai dengan empat bidang bimbingan
yaitu: (1). Bidang bimbingan Pribadi (2). Bidang bimbigan sosial (3). Bidang bimbingan belajar (4).
Bidang bimbingan karier. Jenis-jenis layanan bimbingan dan konselin terbagi menjadi Sembilan yaitu:

1. Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan
atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. pemberian layanan ini bertolak dari
anggapana bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan
mudah dan menyenangkan bagi setiap orang.

a. Layanan Orientasi Di Sekolah

Bagi siswa, ketidakk enalan atau ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan
(sekolah) yang disekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya
kelak. bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan berbagai hal tentang lingkungan lembaga
pendidikan yang baru itu.

lsyarakat.

Dengan ketiga alasan itu, layanan informasi merupakan kebutuhan yang amat tinggi tingkatannya.
lebih-lebih apabila diingat bahwa “ masa depan adalah abad informasi”, maka barang siapa tidak
memperoleh informasi, maka ia tertinggal dan akan kehilangan masa depan.

Materi layanan informasi meliputi:

1. Informasi pendidikan

2. Informasi pekerjaan/jabatan

3. Informasi sosial budaya

4. Informasi diri siswa

Tujuan

Tujuan umum layanan informasi adalah dikuasainya informasi tertentu oleh peserta layanan.
informasi tersebut selanjutnya digunakna oleh peserta untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
perkembangan dirinya.

Asas

Layanan informasi pada umumnya merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah peserta dalam
suatu forum terbuka. asas kegiatan mutlak diperlukan, didasarkan pada kesukarelaan dan
keterbukaan , baik dari para peserta maupun konselor. dan asas kerahasiaan diperlukan dalam
layanan informasi yang diselenggarakan untuk peserta atau klien khususnya dnegan informasi yang
sangat mempribadi.

3. Layanan Penempatan Dan Penyaluran


Individu sering mngalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang
bakat kemmapuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan dnegan baik. individu seperti itu tidak
mencapai perkembangan secara optimal. mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-
orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.

a. Penempatan dan penyaluran siswa disekolah

1) Layanan penempatan didalam kelas

Layanan penempatan didalam kelas merupaka jenis layanan yang paling sederhana dan mudah
dibandingkan dengan layanan penempatan penyaluran lainnya. Namun demikian,
penyelenggaraannya tidak boleh diabaikan. penempatan masing-masing anak secara tepat akan
membawa keuntungan:

a) Bagi siswa yang bersangkutan, yaitu memberikan penyesuaian dan pemeliharaan terhadap
kondisi individual siswa (Kondisi fisik, mental dan sosial).

b) Bagi guru, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, dengan penempatan yang
tepat menjadi lebih mudah menggerakkan dan mengembangkan semangat belajar siswa.

2) Penempatan dan penyaluran kedalam kelompok belajar

Pembentukan kelompok belajar mempunyai dua tujuan pokok. pertama, untuk memberikan
kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing dan yang kedua,
untuk wadah belajar bersama.

3) Penempatan dan penyaluran kedalam kegiatan Ko/Ekstra Kurikuler

Salah satu ciri yang menonjol dari kegiatan ko/ekstrakulikuler adlaah keanekaragamannya, mulai
dari memasak sampai music, dari pengumpulan perangko sampai dengan permainan hoki. hamper
semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan ko/ekstrakulikuler. banyak
kebutuhan siswa yang dapat dilayani melalui kegiatan ko/ekstrakulikuler. Misalnya, dlama
menyesuaikan diri dengan teman-teman dilingkungannya yang baru atau dalam usaha mendapatkan
teman-teman baru.

4) Penempatan dan penyaluran kejurusan/program studi

Usaha pemberian bantuan, diawali dengan menyajikan informasi pendidikan dan jabatan yang cukup
luas. informasi itu, sebagaimana telah digambarkan terdahulu, hendaknya dapat mengarahkan siswa
untuk memahami tujuan, isi (kurikulum) ,sifat, syarat-syarat memasuki program studi tertentu, cara
dan keterampilan belajar, kesempatan-kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, dan
kesempatan-kesempatan kerja setelah tamat dari setiap jurusan/program studi. selanjutnya, bagi
siswa-siswa yang memerlukan dapat diadakan konsultasi pribadi atau konseling perorangan.

b. Penempatan dan penyaluran lulusan

1) Penempatan dan penyaluran kedalam pendidikan lanjutan

Penempatan dan penyaluran siswa pada pendidikan lanjutan tidak dapat dilakukan secara acak,
tetapi memerlukan perencanaan yang matang sebelum siswa tamat dari bangku sekolah yangs
edang didudukinya. karena hal ini, baik langsung maupun tidak langsung, juga akan menyangkut
sekolah secara keseluruhan, maka sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
menyelenggarakan pelayanan penempatan dan penyaluran pada siswanya setelah mereka tamat
nanti.
2) Penempatan dan penyaluran kedalam jabatan/pekerjaan

Disamping penempatan dalam pendidikan, sekolah juga membantu para siswanya yang akan
memeasuki dunia kerja. layanan penempatan dan penyaluran bisa dikatakan khusus yang peling
nyata dari berbagai fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam segala pelayanan bimbingan dan
konseling. Demi suksesnya layanan penempatan dan penyaluran ini, kerja sma antara konselor, guru
dan orang tua sangat penting. apabila trio “guru-konselor-orang tua” kompak dan matang dalam
menangani layanan penempatan dan penyaluran demi kebahagiaan anak,sangat dapat diharapkan
perkembangan anak berada pada jalur yang tepat.

Tujuan

Tujuan umum layanan penempatan dan penyaluran adalah diperolehnya tempat yang sesuai bagi
individu untuk pengembangan potensi dirinya. tempat yang dimaksudkan itu adalah kondisi
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosioemosional dan lebih luas lagi seperti
lingkungan akademik, lingkungan sosial, lingkungan budaya yang secara langsung berpengaruh
terhadap kehidupan dan perkembangan individu.

Asas

Dalam hal ini, asas kesukarelaan dan keterbukaan subjek layanan (klien) sangat penting. posisi klien
untuk mengambil keputusan sendiri harus mendapatkan penguatan. setelah itu asas kekinian dan
asas kegiatan merupakan jaminan bagi kelancaran dan suksesnya layanan penempatan dan
penyaluran. asas kerahasiaan diterapkam untuk hal-hal yang bersifat pribadi, khususnya kondisi
pribadi yang tidak boleh dan tidak layak diketahui pihak lain.

4. Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan
diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan
kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

Dalam perkembangan dan kehidupannya setiap individu perlu menguasai berbagai kemampuan
ataupun kompetensi. Dengan kemampuan atau kompetensi itulah individu hidup dan berkembang.
Banyak atau bahkan sebagian besar dari kemampuan atau kompetensi itu harus dipelajari. Untuk itu
individu harus belajar, dan belajar. Kegiatan belajar ini tidak mengenal batas, waktu dan tempat
artinya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja untuk materi apa saja. Dalam kegiatan
pembelajaran dengan mengaktifkan dirisendiri dan/atau dengan bantuan individu lain, yaitu
mengaktifkan dinamika kehidupan BMB3.

Layanan Penguasaan Konten (PKO) merupakan layanan bantuan kepada individu ( sendiri-sendiri
ataupun dalam kelompok) ntuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan
belajar. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu merupakan satu unit konten yang
didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi,
sikap dan tindakan yang terkait di dalamnya. Dengan penguasaan konten, individu diharapkan
mampu memiliki sesuatu yang berguna untuk memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-
masalah yang dialaminya.

Tujuan

Seperti yang dibahas sebelumnya, tujuan umum layanan PKO adalah dikuasainya suatu konten
tertentu. Penguasaan konten ini perlu bagi individu atau klien untuk menambah wawasan dan
pemahaman, mengarahkan penilain dan sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk
memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah masalahnya. Dengan penguasaan konten yang
dimaksud itu individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif.

Asas

Layanan PKO pada umumnya bersifat terbuka. Asas yang paling di utamakan adalah asas kegiatan,
dalam arti peserta layanan diharapkan benar-benar aktif mengikuti dan menjalani semua kegiatan
yang ada dalam proses layanan. Asas kegiatan ini dilandasi oleh asas kesukarelaan dan keterbukaan
dari peserta layanan. Dengan ketiga asas tersebut proses layanan akan berjalan lancar dengan
keterlibatan penuh peserta layanan.

5. Layanan Konseling Perorangan

Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran
pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai
petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi.
Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami
masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri.

Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar siswa memahami kondisi dirinya sendiri
lingkungannya, permasalahan yang di alami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga siswa mampu
mengatasinya. Dengan kata lain konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang
di alami siswa. 6. Layanan Bimbingan Kelompok Layanan Bimbingan Kelompok merupakan layanan
yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh
bahan dan membahas topik tertentu. Layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan
(topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk
pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar
peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk
menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan
keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok
berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan.

Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari
kehidupan pribadinya.

Tujuan

Tujuan umum layanan konseling perorangan adalah pengentasan masalah klien, dan dengan
demikian, fungsi pengentasan sangat dominan dalam layanan ini.

Asas

Asas-asas konseling memperlancar proses dan memperkuat bangunan yang ada didalam layanan
konseling perorangan. didalam layanan ini terdapat asas kerahasiaan, kesukarelaan, asas
keterbukaan, asas kekinian, asas kegiatan , asas kenormatifan dan asas keahlian.

6. Layanan Bimbingan Kelompok Dan Konseling Kelompok

1. Ciri-ciri kelompok
Meskipun suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang, tetapi kelompok bukan sekadar
kumpulan sejumlah orang. sejumlah orang yang berkumpulitu baru merupakan “lahan” bagi
terbentuknya kelompok. beberapa unsur perlu ditambahkan apabila kumpulan sejumlah orang itu
hendak menjadi sebuah kelompok. unsur-unsur tersebut yang paling pokok menyangkut tujuan,
keanggotaan dan kepemimpinan serta aturan yang diikuti.

Kebersamaaan dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimpin kelompok yang
bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok, untuk melakukan kegiatan bersama, untuk
mencapai tujuan yang satu bersama. adanya pemimpin kelompok sangat diperlukan; apabila
pemimpin itu tidak ada atau jika pemimpin itu tidak menjalankan tugasnya dengan baik, maka
kelompok berantakan. para anggota akan cerai-berai dan tujuan bersama tidak akan mencapai.

Selanjutnya, kelompok yang akan memiliki tujuan, anggota dan pemimpin itu tidaklah lengkap
apabila belum memiliki aturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. tanpa aturan itu
pemimpin kelompok tidak dapat menjalankan fungsi dengan baik, kegiatan anggota tidak terarah,
atau akan terjadi kesimpangsiuran, atau bahkan benturan dan kekacauan, yang semuannya akan
mengakibatkan tujuan bersama tidak tercapai. dengan demikian, jelaslah bahwa suatu kelompok
membutuhkan aturan, nilai-nilai, atau pedoman yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan
mengarahkan diri bagi pencapaian tujuan-tujuan yang mereka hendaki.

2. Bimbingan kelompok

Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok
siswa untuk memecahkan secara bersama-sama masalah-masalah yang menghambat perkembangan
siswa.

Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana
kelompok. Gazda (1978) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok disekolah merupakann
kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan
keputusan yang tepat. Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk
emmberikan informasi yang bersifat personal, vokasional dan sosial. telah lama dikenal bahwa
berbagai informasi berkenaan dengan orientasi siswa baru, pindah program dan peta sosiometri
siswa serta bagaimana mengembangkan hubungan antarsiswa dapat disampaikan dan dibahas
dalam bimbingan kelompok. dengan demikian jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok
ialah pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok.

3. Konseling kelompok

Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling


kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan
dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat
pula bersifat penyembuhan.

Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (konseli) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasana
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Masalah yang dibahas merupakan
masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

Mengenai masalah yang dibahas dalam konseling kelompok, selain masalah yang bervariasi
seperti tersebut, konselor dapat menetapkan (melalui persetujuan para anggota kelompok) masalah
tertentu yang akan dibahas dalam kelompok. pengajuan masalah atau topic tunggal seperti itu
dilakukan apabila tujuan utama konseling kelompok ialah pengembangan keterampilan komunikasi
dan interaksi sosial para anggota. dengan pembahasan satu topic itu konselor membawa dan
mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat langsung dalam dinamika interaksi sosial
kelompok. dengan tujuan seperti itu topic atau masalah yang diajukan haruslah topic yang hangat,
merangsang dan menantang serta sesuai dengan tingkat kemampuan anggota, sehingga oleh
karenanya seluruh anggota merasa terpanggil untuk ikut membicarakannya.

Tujuan

Tujuan umum layanan BKp dan KKp adalah berkembangnya kemmapuan sosialisasi siswa, khususnya
kemmapuan komunikasi peserta layanan.

Asas

Kerahasiaan, kesukarelaan dan keputusan diambil oleh klien sendiri merupakan tiga etika dasar
konseling. didalam kegiatan layanan BKp dan KKp ketiga etika tersebut diterapkan.

7. Layanan Konsultasi

Layanan konsultasi adalah layanan konseling ynag dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang
pelanggan di sebut konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan
cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi dan/atau permasalahan pihak
ketiga. konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara
konsultan dan konsulti.

Konsultasi dapat dilaksanakan diberbagai tempat dan berbagai kesempatan, seperti disekolah atau
dikantor tmpat konsultan bekerja, dilingkungan keluarga yang mengundang konselor, ditempat
konselor praktik mandiri (privat) atau tempat-tempat lain yang dikehendaki konsulti dan disetujui
konselor. dimanapun konsultasi diadakan, suasana yang tercipta haruslah relaks dan kondusif serta
memungkinkan terlaksananya asas-asas konseling dan teknik-teknik konsultasi.

Tujuan

Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi
dan /alat permasalahan yang dialami pihak ketiga.

Asas

Tiga etika dasar konseling, yaitu, kerahasiaan, kesukarelaan dan keputusan diambil oleh klien sendiri.
sepenuhnya berlaku pada proses konsultasi.

8. Layanan Mediasi

Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan konselor (guru) terhadap
dua orang atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan.

Ketidakcocokan itu menjadikan mereka saling berhadapan dan saling bertentangan,serta saling
bermusuhan. dengan layanan mediasi konselor berusaha mengantarkan atau membangun
hubungan diantara mereka, sehingga mereka menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih
lanjut yang merugikan semua pihak.

Tujuan

Layanan mediasi pada umumnya bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif
diantara klien, yaitu pihak-pihak yang berselisih.
Asas

Pada dasarnya semua asas konseling perlu mendapat perhatian dan diterapkan dalam layanan
mediasi. asas- asasnya antara lain yaitu asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas
kesukarelaan ,asas kemandirian dan asas-asas lainnya.

9. Layanan Advokasi

Layanan Advokasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang membantu konseli untuk
memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang
menyalahi hak-haknya.

Salah satu fungsi umum konseling adalah fungsi advokasi yang artinya membela hak seseorang yang
tercederai. sebagaimana diketahui bahwa setiap orang memiliki berbagai hak yangs ecraa umum
dirumuskan didalam dokumen HAM. Fungsi advokasi dalam konseling berupaya memberikan
bantuan agar hak-hak keberadaan, kehidupan dan perkembangan orang atau individu atau klien
yang bersangkutan kembali memperoleh hak-haknya yang selama ini dirampas, dihalangi, dihambat,
dibatasi atau dijegal.

Tujuan

Layanan advokasi dalam konseling bermaksud mengentaskan klien dari suasana yang menghimpit
dirinya karena hak-hak yang hendak dilaksanakan terhambat dan terkekang sehingga keberadaan,
kehidupan dan perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan menjadi tidak lancar,
terganggu atau bahkan terhenti atau terputus.

Asas

Didalam layanan ini terdapat asas kerahasiaan, kesukrelaan ,keterbukaan dan asas kegiatan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari isi pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat Sembilan jenis layanan bimbingan
dan konseling yaitu, layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran,
layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi dan layanan advokasi. Dan tujuan umum
dari layanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya,
dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara positif dan
dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.

B. Saran

Diharapakan mahasiswa dapat memahami mengenai jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling
dan dapat menerapkannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. H. Prayitno, Erma Amti.2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta:PT RINEKA CIPTA.

2. Prof.Dr. H. Sofyan S. Willis,M.Pd.2014. Konseling Individual, Teori dan


Praktek.Bandung:ALFABETA.

3. H. Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang.

proses bimbingan konsling

PROSES KONSLING, TEKNIK-TEKNIK KONSELING,

LANGKAH-LANGKAH KONSELING

Nama: Abdul rosyid

NPM : 116210117

A. Proses Konseling

Cormier & Hackey (dalam Gibson & Mitchell, 1995:143) mengidentifikasi empat tahapan proses
konseling yakni membangun hubungan, identifikasi masalah dan eksplorasi,perencanaan pemecahan
masalah, aplikasi solusi dan pengakhiran. Sedangkan Prayitno (1998:24) menyebutkan bahwa ada
lima tahap proses konseling yakni pengantaran,penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian.
Soli Abimanyu dan M. Thayeb Manrihu(1996) mengklasifikasikan konseling perorangan kepada lima
tahap yang diawali daripengembangan tata formasi dan iklim hubungan konseling awal, eksplorasi
masalah,mempersonalisasi, mengembangkan inisiatif, mengakhiri dan menilai
konseling.Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, terdapat kesamaan pentahapan dalam
konselingperorangan. Dapat disimpulkan bahwa proses konseling perorangan dilakukan dalam
limatahap yakni:

1.Tahap pengantaran
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien Kunci keberhasilan membangunhubungan
terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asaskerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.Memperjelas dan mendefinisikan masalah.. Jika hubungan
konseling sudah terjalin denganbaik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat
membantu memperjelasmasalah klien.

2. Penjajagan dan penafsiran

Membuat penafsiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksirkemungkinan


masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, Menegosiasikankontrak.

3.Pembinaan

Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.Hal ini bisa terjadi jika : Klien merasasenang
terlibat dalam pembicaraan atau wawancara konseling, serta menampakKankebutuhan untuk
mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.Konselor berupaya kreatif
mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan dapatmenunjukkan pribadi yang jujur,
ikhlas dan benar-benar peduli terhadap klien.

4.Penilaian

a. Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling;

b. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telahterbangun
dari proses konseling sebelumnya;

c. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).4. Membuat perjanjian untuk
pertemuan berikutnya;

B. Teknik-teknik Konseling

Subjek sasaran bimbingan dan konseling adalah individu sebagai pribadi dengan karakteristiknya
yang unik. Artinya tidak ada dua orang individu yang memiliki karekteristik yang sama. Atas dasar
karakteristik pribadinya, guru pembimbing memberikan bantuan agar individu dapat berkembang
optimal melalui proses pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan aktualisasi diri.. Untuk
itu seyogyanya Guru Pembimbing memahami pribadi setiap individu yang dibimbing sehingga dapat
melakukan tugasnya membantu siswa ke arah perkembangan yang optimal. Untuk hal ini, maka
menurut Moh Surya( 1998: 4.1), Guru Pembimbing dituntut paling tidak memiliki dua kemampuan
dan keterampilan yaitu : (1) Kemampuan dan keterampilan memahami individu yang dibimbing dan
(2) Kemampuan dan keterampilan berupa teknik membantu individu. Dengan demikian teknik-teknik
bimbingan dan konseling, mencakup teknik memahami individu dan teknik-teknik membantu
individu.

1. Pemahaman Individu.

Pemahaman individu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya
pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan bantuan
karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi. Adapun hal-
hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling,
adalah sebagai berikut :

a) Identitas diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan pribadi;
b) Kondisi jasmaniah dan kesehatan;

c) Kapasitas ( umum/Intligensi dan khususatau bakau) dan kecakapan;

d) Sikap dan minat;

e) Watak dan tempramen;

f) Cita-cita sekolah dan pekerjaan.Aktivitas sosial;

g) Hobi dan pengisian waktu luang;

h) Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki;

i) Latar belakang keluarga siswa.

2. Sumber Data Untuk Pemahaman Individu

Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa sumber yaitu :

a) Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara, observasi
ataupun teknik pengukuran.

b) Sumber kedua, yaitu orang tua siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah
mengajar dan bergaul lama dengan siswa, temannya, dokter pribadi dsb.

3. Teknik-Teknik Pemahaman individu.

Adapun teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokkan menjadi teknik tes dan non tes.
Teknik tes bisa membuat sendiri dan bisa pula mohon bantuan dari ahli lain yang kompeten untuk
itu. Teknik tes dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat dikelompokkan menjadi :

1) tes intligensi,

2) tes bakat,

3) tes bakat,

4) tes/Inventory minat,

5)tes bakat dan

6) tes prestasi belajar

sedangkan teknik non tes terdiri dari :

1) observasi

2) Catatan anekdot

3) Daftar Cek( Check List).

4) Skala Penilaian( rating Scale)

5) Wawancara.

6) Angket

7) Biografi atau auto biografi


8) Sosiometri

9) Studi dokumentasi

10) Studi kasus( case study)

4. Teknik-Teknik Memberi Bantuan

Teknik memberi bantuan dibedakan menjadi dua yaitu teknik-teknik bimbingan dan teknik-teknik
konseling.

1. Teknik Bimbingan;Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu dalam rangka
mencegah dan menghindari terjadi masalah dalam kehidupannya dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu :

a) Pendekatan individual, yaitu memberikan bimbingan secara individu sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristiknya.

b) Kelompok, yaitu melayani sejumlah peserta didik yang memiliki kebutuhan yang sama.

c) Klasikal, yaitu melayani peserta didik secara klas tanpa adanya pemisahan.

e) Dengan cara “alih tangan”, yaitu meminta bantuan pihak lain yang dipandang lebih competen.

Alih tangan dapat berlangsung secara internal dan eksternal. Secara internal apabila alih
tangan dilakukan pada lingkup area satu sekolah. Sedangkan eksternal apabila dialihkan pada pihak-
pihak lain di luar sekolah, seperti psikoloog, dokter.

Dalam pelaksanaan bimbingan dapat menggunakan beberapa teknik, seperti : wawancara, dialog,
diskusi kelompok, bimbingan kelompok, simulasi, bermain peran, demonstrasi, ceramah, karya
wisata, mendatangkan nara sumber, studi pustaka dan sebagainya.

2. Teknik-Teknik Konseling.

1. Konseling Perorangan; Konseling Perorangan adalah merupakan suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang bermasalah guna mengentaskan masalahnya, demi tercapainya tujuan dan
kebahagian hidupnya. Konseling perorangan dilakukan dengan wawancara interpersonal antara
Guru Pembimbing dengan siswa yang dibantu. Tahap-tahapan dalam konseling perorangan

1.1 Tahap Awal; Pada tahap ini dilakukan pembinaan hubungan baik dengan siswa yang dibantu.
Kontak awal antara pembimbing dengan siterbimbing akan sangat mempengaruhi wawancara
konseling. Pada tahap awal ini yang perlu dilakukan adalah :

a. Penataan ruangan/fisik/mencari tempat yang kondusif

b. Sambutan dan perhatian terhadap kehadiran klien

c. Penjelasan maksud dan tujuan konseling

d. Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing

1.2 Tahap Kegiatan; Pada tahap ini si pembimbing dengan beragam ketrampilan wawancara
konselingnya berupaya untuk mendorong siswa ke arah pemahaman diri dan lingkungannya dalam
kaitannya denga masalah yang sedang dihadapinya.
1.3 Tahap Akhir; Tujuan tahap ini adalah agar siterbantu mampu menciptakan tindakan dan
merencanakan, melakukan sesuatu tindakan sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman selama
proses wawancara konseling berlangsung. Pada tahap ini perlu pula digali kesan siswa/klien selama
proses wawancara berlangsung.

2. Teknik-Teknik Konseling Perorangan.

Secara umum dalam wawancara konseling dikenal tiga teknik atau pendekatan khusus, yaitu :

a) Direktif Konseling; Teknik ini dicetuskan oleh Edmond G. Williamson. Dengan teknik ini, proses
konseling kebanyakan berada ditangan konselor. Dengan kata lain konselor lebih banyak mengambil
inisiatif sedangkan klien tingla menerima apa yang dikemukakan oleh konselor

Ciri-Ciri Direktif Konseling :

a. Sebagian besar tanggung jawab dan pengambilan keputusan ada di tangan konselor.

b. Konselor menyimpulkan berbagai data, informasi, fakta mengenai masalah klien.

c. Konselor bersama klien mempelajari berbagai macam data dan informasi dalam rangka
pengambilan keputusan.

d. Klien menerima keputusan langsung dari konselor

e. Klien melaksanakan keputusan dan menyempurbnakan keputusannya.

Williamson juga menyarankan langkah-langkah dalam konseling secara berturut-turut, yaitu :


analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment, follow-up.

b) Non Direktif Konseling.Teknik ini sering juga disebut “Client Centered counseling” yang
memberikan gambaran bahwa yang menjadi pusat dalam konseling adalah klien. Dengan teknik ini
aktivitas konseling sebagian besar ada ditangan klien. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Carl
Rogers. Ciri-ciri non directive counseling:

1.Menekankan pada aktivitas dan tanggung jawab klien.

2.Menuntut konselor untuk mengadakan hubungan secara efektif dengan klien.

3.Masalah-masalah yang dipecahkan adalah masalah-masalah actual.

4.Penekanan konseling pada sikap menerima dan memahami.

5.Klien memecahkan masalahnya sendiri melalui perasaannya sendiri.

c) Eclectic Counseling; Teknik ini dipelopori oleh F.P Robinson. Teknik ini pada prinsipnya
menggunakan penggabungan antara direktif dan non direktif konseling. Konselor menggunakan
kedua pendekatan secara melengkapi sesuai dengan situasi dan kondisi klien serta sifat masalah
klien.. Kondisi ini menuntut bahwa seorang konselor harus fleksibel dengan keahlian yang memadai
dan pengalaman yang cukup Langkah-langkah konseling ini tidak dapat dirumuskan secara jelas
karena dapat saja konselor menggunakan kedua pendekatan seperti di atas secara bergantian atau
secara bersama-sama sekaligus sesuai dengan sifat masalah dan kondisi klien.

3. Ragam Keterampilan Konseling :

a. Memperhatikan (Atending), dapat diartikan sebagai ketrampilan konselor untuk menjadikan siswa
terlibat dan terbuka dalam wawancara konseling. Ketrampilan ini mencakup : kontak mata, bahasa
badan dan bahasa verbal. Ciri-ciri memperhatikan yang baik adalah : mengangguk bila setuju, wajah
tenang, ceria, senyum, posisi tubuh condong ke depan kearah siswa yang dibantu, akrab penuh
humor dan variasi, gerakan tangan sifatnya spontan dan tidak kaku, mendengarkan dengan aktif dan
penuh perhatian, sabar menunggu ucapan siswa yang dibantu hingga selesai, menunggu bereaksi
pada saat yang tepat, perhatian terarah pada siswa yang dibantu.

b. Merasakan (Empati), adalah kemampuan pembimbing untuk merasakan apa yang dirasakan siswa
yang dibantu, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan berpikir dan merasa tentang klien.

c. Memantulkan kembali (Refleksi), adalah memantilkan perasaan, pikiran dan pengalaman siswa
sebagai hasil pengamatan pembimbing terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.

d. Menggali (Eksplorasi), adalah tekhnik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman siswa
yang dibantu. Hal ini dilakukan karena pada umumnya klien menyimpan rahasia bathin, menutup diri
atau tidak mampu mengungkapkan perasaan, pikiran dan pengalaman kehidupannya secara
terbuka.

e. Menangkap Pesan Utama, adalah sipembimbing agar mampu menangkap inti atau pokok
permasalahan dari pernyataan-pernytaan siswa yang cukup panjang.

f. Bertanya, dalam hal ini pembimbing dalam proses wawancara konseling sebaiknya bertanya
dengan kata-kata yang mampu membuka diri siswa seperti : apakah…? bagaimanakah…,
adakah…,dapatkah…, dsbnya. Hindarkan penggunaan kata Tanya yang sifatnya menyelidiki, seperti :
mengapa, untuk apa…

g. Dorongan Minimal, adalah suatu ketrampilan pengulangan langsung dengan singkat tentang apa
yang dikatakan siswa dan selanjutnya untuk diberikan komentar singkat, seperti: oh…
ya….,terus…,lalu…,dan…selanjutnya…

B. Langkah-langkah Konseling

1. Mengidentifikasi Kebutuhan, Tantangan, dan Masalah

Menurut Dewa Ketut dan Desak Made, langkah-langkah Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan
masalah peserta didik di sekolah terlebih dahulu diadakan Langkah Analisis, Langkah Sintesis dan
selanjutnya diadakan Langkah Diagnosis, dan Prognosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made
Sumiati,: 30). Sedangkan menurut Syahril dan Riska, menyatakan terlebih dahulu diadakan;
Identifikasi Kasus, dan Diagnosis.

1.1 Langkah Analisis

Menurut Dewa Ketut dan Desak Made. Langkah Analisis “adalah langkah memahami kehidupan
individu siswa, yaitu dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber. Dengan arti lain analisis
merupakan kegiatan pengumpulan data tentang siswa yang berkenaan dengan bakat, minat, motif,
kesehatan fisik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian diri siswa. Alat-alat untuk
keperluan analisis ini antara lain berupa; Tes prestasi belajar, Kartu pribadi siswa, Pedomana
wawancara, Riwayat hidup, Catatan anekdot, Tes psikologis/Inventori, Daftar cek masalah, Angket,
Sosiometri, dan Daftar cek.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, : 30).

1.2 Langkah Sintesis

Menurut Dewa Ketut dan Desak Made “Sintesis adalah langkah menghubungkan dan merangkum
data. Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis peyuluhan mengorganisasian dan merangkum data
sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan-keluhan siswa. Rangkuman data ini
haruslah dibuat berdasarkan data yang diperoleh dalam langkah analisis.” (Dewa Ketut Sukardi dan
Desak Made Sumiati, : 31).

1.3 Identifikasi Kasus

Tingkah laku seorang peserta didik yang harus dipahami oleh guru. Jikalau tingkah laku murid itu
tidak seperti biasanya di dalam kelas. Maka guru harus mencari tahu apa permasalahan yang di
hadapi peserta didik. Dengan kata lain juga disebut dengan istilah identifikasi kasus. Menurut Syahril
dan Riska, 1987 “identifikasi kasus yaitu usaha menemukan/menentukan siswa yang perlu mendapat
bimbingan. Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil
belajar, analisis karya tulis, pengisian DPM, observasi, sosiometri, dan sebagainya. (Syahril dan Riska,
1987:86).

Artinya pada langkah ini, guru mengenali gejala-gejala awal suatu masalah yang dihadapi siswa.
Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati
dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, itulah yang disebut identifikasi kasus, kemudian
dianalisis dan selanjutnya dievaluasi.

Di dalam situs massofa.wordpress, 2008 menceritakan seorang siswa; “Benin seorang siswa yang
mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata pelajaran ia memperoleh nilai diatas
rata-rata kelas. Dia juga disenangi teman-teman maupun guru karena pandai bergaul, tidak
sombong, dan baik hati. Sudah dua bulan ini Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi
belajarnyapun mulai menurun. Sebagai guru Bimbingan Konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan
dengan guru untuk mengamati Benin. Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh
beberapa orang guru, ibu Heni kemudian melakukan evaluasi berdasarkan masalah Benin dengan
gejala yang nampak. Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi Benin
tersebut. Karena dalam pengamatan terlihat prestasi belajar Benin menurun, maka dapat
diperkirakan Benin sedang mengalami masalah ‘kurang menguasai materi pelajaran’. Perkiraan
tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah selanjutnya yaitu diagnosis.” (wordpress.com, 2008).

1.4 Diagnosis

Setelah mengadakan identifikasi kasus atau dengan arti kata memperkirakan apa yang terjadi pada
peserta didik, maka diadakan analisis masalah yang dihadapi peserta didik atau dengan kata lain
menetapkan “masalah” yang berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya
masalah, atau disebut dengan “diagnosis.”

Di dalam situs wikipedia, “diagnosis adalah identifikasi mengenai sesuatu. Diagnosis digunakan
dalam medis, ilmu pengetahuan, teknik, bisnis, dll.” (wikipedia.com). Sedangkan menurut Dewa
Ketut dan Desak Made, Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengindentifikasi
masalah. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 31). Selanjutnya Dewa Ketut dan Desak
Made menjelaskan “langkah ini mencakup proses interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-
gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran data dalam hubungannya
dengan penyebab masalah, peyuluhan haruslah menentukan penyebab masalah yang paling
mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab akibat yang paling logis dan rasional.” (Dewa
Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:31).

Dijelaskan oleh Syahril dan Riska Langkah diagnosis atau langkah yang kedua ini (dalam bukunya)
adalah “untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan serta latar belakang masalah yang dihadapi
seseorang. Berdasarkan langkah kedua inilah kita dapat menetapkan apa kira-kira masalah
seseorang serta apa penyebab dari masalah tersebut.” (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Selanjut
Syahril dan Riska menjelaskan “Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan
jalan analisis hasil belajar, analisis karya tulis, sosiometri, DPM, PSKB, angket, wawancara, observasi,
pertemuan kasus, dan sebagainya.

Artinya dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang
menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Dalam situs
massofa.wordpress, 2008 masih menceritakan kasus Benin tadi. “Pada kasus Benin, dilakukan
pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin
sendiri. Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan
dengan menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi
yang didapat, Benin terlihat menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun. Dari informasi
keluarga di dapat keterangan bahwa kedua orang tua Benin telah bercerai. Berdasarkan analisis dan
sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena
orang tuanya telah bercerai menyebabkan Benin menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun,
maka Benin sedang mengalami masalah pribadi.”(wordpress.com, 2008).

2. Menganalisis Kebutuhan, Tantangan, Dan Masalah Peserta Didik

Setelah melakukan semua yang berdasarkan di atas, maka seorang konselor melakukan Prognosis,
Pemecahan masalah, penilaian (evaluasi), dan tindak lanjut (follow-up).

2.1 Prognosis

Menurut Sayhril dan Riska. “Prognosis merupakan usaha untuk menelaah/mengkaji masalah yang
dialami seseorang, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul jika masalah itu dibantu,
serta memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan diberikan kepada orang yang mengalami
masalah tersebut.” (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Atau dengan kata lain menurut Dewa ketut
dan Desak Made Prognosis adalah “suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat atau
mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditemukan
dalam langkah diagnosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:32).

2.2 Pemecahan masalah/Terapi /Treatment

Menurut Syahril dan Riska, “langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun
bimbingan kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan
pada langkah yang ketiga (Prognosis). Usaha pemecahan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
bantuan, antara lain layanan individual, layanan kelompok, pengajaran perbaikan, pemberian
pengajaran dan sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86-87).

2.3 Penilaian (evaluasi)

Menurut Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau kembali hasil bantuan yang
telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa yang
bersangkutan, observasi tingkah laku sehari-hari dan sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad,
1987:87).

2. 4 Tindak Lanjut (Folow-Up)

Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk mengambil tindakan seperlunya yang akan
dilaksanakan sehubungan dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. (Syahril dan Riska Ahmad,
1987:87).

3. Mengetahui Pemberian Layanan Bimbingan.

a. Bimbingan perorangan

b. Bimbingan klompok.

4.Simpulan

Manfaat bimbingan dan konseling sepertinya masih belum dirasakan oleh masyarakat, karena
penyelenggaraannya dan pengelolaannya tidak jelas. Kesan lama, Guru Pembimbing sebagai “polisi
sekolah“ atau “Polisi Susila” hingga kini masih melekat kuat pada sebagaian masyarakat, khususnya
di kalangan siswa dan guru bahkan dikalangan kepala sekolah.

Guru Pembimbing dituntut paling tidak memiliki dua kemampuan dan keterampilan yaitu :

1) Kemampuan dan keterampilan memahami individu yang dibimbing dan

2) Kemampuan dan keterampilan berupa teknik membantu individu.

Teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokkan menjadi teknik tes dan non tes, sedangkan
teknik memberi bantuan dibedakan menjadi dua yaitu teknik-teknik bimbingan dan teknik-teknik
konseling. Teknik bimbingan secara umum dapat dilakukan dengan pendekatan individual,
kelompok, klasikal dan “alih tangan” Dalam pelaksanaan bimbingan dapat menggunakan beberapa
teknik, seperti : wawancara, dialog, diskusi kelompok, bimbingan kelompok, simulasi, bermain
peran, demonstrasi, ceramah, karya wisata, mendatangkan nara sumber, studi pustaka dan
sebagainya. Secara umum dalam wawancara konseling dikenal tiga teknik atau pendekatan khusus,
yaitu :

a) Direktif Konseling,

b) Non Direktif Konseling,


c) Eklektik Konseling.

Anda mungkin juga menyukai