BENTUK-BENTUK LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING DI SD
DI
SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. Ulfa : 1901414049
2. Syntia : 1901414047
3. Seprianti : 1901414213
4. Walianti : 1901414082
5. Putu Muriani : 1901414241
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang
telahmemberikan rahmat serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Konseling di SD”
yang di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga
ALLAH SWT senantiasa meridhai segala usaha kita amin
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pengertian Layanan bimbingan konseling.................................................
B. Bentuk – bentuk layanan bimbingan konseling.........................................
C. Kegiatan pendukung layanan bimbingan konseling..................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
bimbingan. Untuk melaksanakan tugas tersebut sekaligus, guru memerlukan
pemahaman yang mendalam tentang anak serta bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Layanan Bimbingan Konseling?
2. Bagaimana bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Konseling?
3. Bagaimana kegiatan pendukung Layanan Bimbingan Konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Layanan Bimbingan Konseling
2. Untuk Mengetahui bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Konseling
3. Mengetahui kegiatan pendukung Layanan Bimbingan Konseling
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
layanan yang dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh
sasaran (klien) yang mendapatkan layanan tersebut.
Berbagai jenis layanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan,
yaitu peserta didik (klien). Disini kami akan membahas sejumlah layanan dalam
bimbingan dan konseling yang ada disekolah.
7
Peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada peserta didik
sebagai seorang pribadi dan memahami apa yang terjadi pada dirinya. (2)
bersikap konsisten. Konsisten bukan dalam arti memberikan hukuman atau
ganjaran yang seragam terhadap perbuatan sama yang dilakukan peserta
didik. Hal penting dari sikap konsisten ini ialah bagaimana membantu
peserta didik untuk merasakan konsekuensi tindakannya, dan bukan
karena kesamaan perlakuan yang diberikan guru. (3) mengembangkan
lingkungan yang stabil. Guru harus berupaya mengembangkan struktur
program dan tatanan yang dapat menumbuhkan perasaan peserta didik
bahwa dirinya hidup dalam dunia yang memiliki keteraturan, stabilitas,
dan tujuan. Lingkungan seperti ini akan membantu peserta didik
sedangkan lingkungan yang tidak menentu akan menumbuhkan frustrasi
dan perilaku yang tidak sesuai. (4) bersikap permisif. Sikap permisif ialah
memberikan keleluasaan dan menumbuhkan keberanian peserta didik
untuk menyatakan diri dan menguji kemampuannya, serta bersikap toleran
terhadap kekeliruan dan keragaman perilaku peserta didik.
3. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial diarahkan kepada upaya membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan berinteraksi di
dalam kelompok. Di dalam kehidupan anak sekolah dasar, kecakapan
tersebut adalah kecakapan interaksi dengan kelompok teman sebaya atau
orang dewasa.
Peran penting yang perlu dimainkan guru dalam kaitannya dengan
layanan bimbingan sosial ialah mengembangkan atmosfir kelas. Atmosfir
kelas yang kondusif bagi perkembangan sosial ialah yang dapat
menumbuhkan: rasa turut memiliki kelompok, partisipasi kelompok,
penerimaan terhadap keragaman individual dan kelompok. Untuk
menumbuhkan atmosfir kelas seperti itu, salah satu upaya yang dapt
dilakukan guru dalam proses pembelajaran ialah mengembangkan
pembelajaran kooperatif (cooopertif learning). Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang bergantung kepada kelompok kerja kecil yang
mengkombinasikan (1) tujuan kelompok atau dukungan tim, (2) tanggung
8
jawab individual, dan (3) kesamaan kesemapatan untuk sukses (James M.
Cooper, 1990).
4. Bimbingan Karir
Bimbingan karir di sekolah dasar diarahkan untuk menumbuhkan
kesadaran dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan
pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua
jenis pekerjaan dan orang lain, dan pengembangan kebiasaan hidup yang
positif. Bimbingan karir di sekolah dasar juga terkait erat dengan upaya
membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tak disukai,
kecakapa diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri.
Bailey dan Nihlen (1989) menyarankan program pengembangan
kesadaran karir di tingkat sekolah dasar, khususnya di kelas-kelas tinggi,
hendaknya dfikembangkan secara terpadu dan mencakup hal-hal berikut
ini:
a. Informasi yang difokuskan kepada tanggung jawab dan struktur
pekerjaan.
b. Penyediaan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk berbagi
pengetahuan tentang dunia kerja dan pengalaman yang diperolehnya
dari orang-orang sekitar tentang berbagai pekerjaan.
c. Kesempatan peserta didik untuk berinteraksi dengan orang-orang yang
bekerja disekitarnya. Interaksi ini akan mejembatani anak dengan dunia
kerja.
d. Kesempatan bagi peserta didik untuk mengetahui bagaimana orang
melaksanakan pekerjaan atau profesi yang dipilihnya.
e. Kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali peran faktor jenis
(gender) dalam pekerjaan.
5. Bimbingan Anak Berbakat
Di lihat dari segi kemampuan yang dimiliknya, murid berbakat
tidaklah merupakan murid yang bermasalah. Yang menjadi masalah adalah
kemungkinan: (1) pengaruh yang timbul sebagai akibat dari kemampuan
yang dimilikinya, dan (2) keadaan perlakuan yang diterimanya dari guru
tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Hal ini misalnya, diungkapkan oleh
9
Gertrude Hildreth (dalam Raden Cahay Prabu, 1982) yang menyatakan
bahwa anak-anak berbakat yang taraf intelegensinya lebih dari 180
mempunyai kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Bimbingan anak berbakat dapat digolongkan ke dalam bentuk
sebagai berikut:
a. Pengajaran pengayaan, yaitu pembinaan murid denga jalan
penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang
bersifat pendalaman dan perluasan setelah murid menyelesaikan
semua tugas yang diprogramkan untuk murid umunya termasuk
murid yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan dalam
bentuk ,belajar mandiri (independent study) antara lain
mengadakan percobaan-percobaan di laboratorium, menjawab
soal-soal-soal, dan belajar di perpustakaan.
b. Percepatan, yaitu cara pembinaan murid berbakat dengan
memperbolehkannya naik kelas cara melompat atau menyelesaikan
program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat.
c. Pengelompokan khusus, yaitu sejumlah anak berbakat
dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus
memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini dapat dilakukan secara penuh dan padat
juga secara sebagian.
6. Bimbingan Bagi Anak Berkesulitan Belajar
Definisi yang dikemukakan para ahli menunjukkan bahwa learning
disability tidak digolongkan kedalam salah satu keluarbiasaan. Kesulitan
belajar lebih didefenisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual,
memori, maupun ekspresi di dalam proses belajar. Kendati pun gangguan
ini terjadi di dalam berbagai tingkatan kecerdasan, namun :kesulitan
belajar” lebih terkait dengan tingkat kecerdasan normal atau bahkan diatas
normal. Anak-anak yang berkesulitan belajar memiliki ketidak teraturan
dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa menghambat alur belajar
yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perspetual-
motorik tertentu atau kemampuan berbahasa. Umumnya masalah ini
10
tampak ketika anak mulai mempelajari mata-mata pelajaran dasar seperti
menulis, membaca, berhitung, dan mengeja.
Penyebab kondisi kesulitan belajar ini yaitu: kerusakan otak,
gangguan emosional, dan pengalaman. Kerusakan otak berarti terjadinya
kerisakan syaraf seperti dalam kasus-kasus encephalitis, meningitis, dan
toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang
diperlukan untuk proses belajar pada anak dan remaja. Demikian pula
anak-anak yang mengalami minimal brain dysfuction pada saat lahir akan
menjadi masalah besar pada saat anak mengalami proses belajar.
Faktor gangguan emosional yang menimbulkan kesulitan belajar
terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan yang
mengganggu hubungan fungsional sistem urat syaraf. Dalam kondisi
seperti ini perilaku-perilaku yang terjadi seringkali seperti pada kasus
kerusakan otak.
7. Bimbingan Bagi Anak dengan Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah adalah persoalan yang harus menjadi
kepedulian guru, bukan semata-mata karena perilaku itu desktruktif atau
mengganggu proses pembelajaran, melainkan semua bentuk perilaku baik
agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan peserta didik
dalam belajar. Persolanan peserta didik mulai dari kesulitan mengatur
jadwal belajar sampai kepada kesulitan dalam bekerja sama dengan teman
merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta
didik dan hal itu merupakan perilaku bermasalah. Bentuk umum perilaku
mekanisme pertahanan diri ini ialah: (1) rasonalisasi, (2) sikap
bermusuhan yang tampak dalam perilaku agresif, menyerang,
mengganggu, bersaing, dan menmgecam lingkungan, (3) menghukum diri
sendiri tampak dalam wujud mencela diri sebagai penyebab utama
kesalahan atau kegagalan, (4) represi, (5) konformitas, dan (6) sinis.
Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan
menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan
khusus dari guru. Bagi guru sekolah dasar yang berperan sebagai guru
sekaligus sebagai pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku
11
bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran
yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh
lingkungan belajar yang sehat:
a. Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahan bimbingan
kelompok. Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan konselor
sekolah.
b. Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam
melakukan bimbingan. Dalam mewujudkan fungis bimbingan di
dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan metode yang
bervariasi yang memungkinkan peserta didik mengembangkan
keterampilan kehidupan kelompok. Metode yang dimaksud seperti
sosiometri, diskusi, dan bermain peran.
c. Mengadakan konfrensi kausu dengan melibatkan para guru dan
orang tua peserta didik untuk menemukan alternatif pemecahan
kasus.
d. Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi.
e. Memasukkan aspek-aspek hubungan insaniah ke dalam kurikulum
sebagai bagian terpadu dari bahan ajaran yang harus disajikan
guru.
f. Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang
perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi
pembelajaran.
12
a. Orientasi kepada siswa, khususnya siswa baru tentang tujuan
sekolah, isi kurikulum pembelajaran, struktur organisasi sekolah,
cara-cara belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak
pendidikan di sekolah.
b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat
selama mengikuti pembelajaran di sekolah maupun di rumah baik
secara individual maupun kelompok.
c. Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai,
memilih kegiatan-kegiatan non-akademik yang menunjang usaha
belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat
pendidikan yang lebih tinggi. Bantuan ini juga mencakup layanan
informasi tentang program studi yang tersedia pada jenjang
pendidikan tertentu.
d. Layanan pengumpulan data yang berkenaan dengan kemampuan
intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup terhadap
program studi atau jurusan tertentu, dan sebagainya.
e. Bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar seperti kurang
mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang
siap dalam menghadapi ujian, kurang dapat berkonsentrasi, kurang
dapat menguasai cara belajar yang tepat diberbagai mata pelajaran,
menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit cara belajar
secara rutin, dan lain sebagainya.
f. Bantuan dalam hal membentuk kelompok-kelompok belajar dan
mengatur kegiatan-kegiatan belajar kelompok supaya berjalan
secara efektif dan efisian.
13
Menurut Winkel (1981: 43) bentuk layanan bimbingan belajar
dapat dilakukan dengan program bimbingan belajar yang terencana dan
terorganisir dengan baik, meliputi:
14
b. Memberikan informasi tentang cara belajar yang tepat bagi siswa
selama mengikuti pelajaran di sekolah maupun secara mandiri di
rumah, baik berkelompok maupun individu.
c. Memberikan informasi tentang jurusan maupun program studi
yang sesuai bagi siswa untuk melanjutkan pendidikannya pada
tingkat yang lebih tinggi.
d. Melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan siswa
agar bimbingan belajar dapat terlaksana dengan baik. Seperti bakat,
minat, cita-cita, hasil belajar masing-masing siswa dan lain
sebagainya.
e. Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar, membentuk
kelompok belajar, dan mengatur kegiatan kelompok dengan cara
melakukan wawancara dengan siswa untuk membicarakan
kesulitan belajarnya agar dapat ditemukan penyebab dan
bagaimana cara mengatasinya.
15
d. Kunjungan rumah yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan
dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui
pertemuan dengan orang tua dan keluarganya.
e. Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan
pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan
pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar dan karier/jabatan.
f. Alih tangan kasus yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan
masalah peserta didik kepihak lain sesuai keahlian dan
kewenangannya.
Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling ini, kesemuanya
saling terkait dan saling menunjang baik langsung maupun tidak langsung. Saling
keterkaitan dan tunjang menunjang antara layanan dan pendukung itu menyangkut
pula fungsi-fungi yang diemban oleh masing-masing layanan/kegiatan pendukung
.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, bentuk layanan bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa adalah segala
informasi yang menunjang kegiatannya dalam hal belajar mulai dari pengenalan
tentang sekolah, pengenalan bakat dan kemampuan diri dalam hal belajar sampai
kepada kesulitan belajar yang akan dihadapinya nanti.
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.psdyohologymania.com/2013/01/bentuk-bentuk-layanan-bimbingan-
belajar.html?m=1
18