Anda di halaman 1dari 15

POLA, TEKNIK DAN PENDEKATAN BK

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas dari Mata Kuliah


Layanan Konseling SMP dan SMA
Dosen Pengampu : Dina Oktariana, M.Pd

Disusun Oleh :
Frisca Saputri (2115011)
Dewi Kurniasari (2115012)

PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, penyusunan makalah “Pola, Teknik dan Pendekatan BK Sekolah Menengah
Pertama” ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Makalah ini dibuat dengan tujuan guna
memenuhi tugas mata kuliah Layanan Konseling BK dan SMA. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang “Pola, Teknik dan
Pendekatan Bk Sekolah Menengah Pertama”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dina Oktariana, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah ini. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
penulis berkaitan dengan materi yang diberikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga
makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang “ Pola, Teknik dan Pendekatan BK
Sekolah Menengah Pertama”.

Petaling. 15 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pola BK Sekolah Menengah Pertama................................................................3
B. Pendekatan dan Teknik-teknik BK Sekolah Menengah Pertama ....................4
BAB III PENUTUP .........................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pendidikan di sekolah hingga kini masih merupakan sektor yang sangat penting bagi
peningkatan kualitas, pengembangan diri, memaksimalkan potensi diri dan perubahan perilaku
masyarakat di sebuah bangsa, Ia merupakan sebuah proses untuk menciptakan generasi yang
pada awalnya tidak berdaya menjadi berdaya, yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang
sebelumnya tidak mengerti apa-apa menjadi mengerti terhadap sesuatu. Melalui aktivitas
pendidikan itu pula setiap peserta didik diharapkan mampu mendapatkan sejumlah
pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya sesuai dengan
potensi, minat dan bakat yang dimilikinya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa, melalui proses pendidikan, peserta didik diharapkan
memiliki kompetensi terkait dengan kemampuannya beraktualisasi untuk pengembangan
dirinya maupun berbuat untuk kepentingan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Kompetensi
yang mereka peroleh dari hasil belajar di lembaga pendidikan dari mulai SD, SMP, SMA
hingga Perguruan Tinggi tersebut diharapkan menjadi maslaah kehidupan sekaligus
beraktualisasi demi kepentingan keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian internal dari pendidikan adalah upaya
memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam rangka tercapainya perkembangan yang
utuh dan optimal. Layanan bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis,
dan berkelanjutan serta program yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan
konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai
kemandirian, mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab
sehingga mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya.
Setiap individu memiliki berbagai masalah dalam hidup baik yang terlihat secara
langsung maupun tidak. Bimbingan dan konseling memberikan sebuah upaya untuk mereka
agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi, melalui cara pengembangan potensi ataupun
cara lainnya. Dalam bimbingan dan konseling memiliki pola, beberapa ragam pendekatan, dan
teknik antara konselor dengan klien. Pola, teknik dan pendekatan inilah yang dapat terlihat
lebih membantu bimbingan dan konseling tersebut dalam upaya memecahkan masalah-
masalah kliennya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pola bimbingan dan konseling sekolah menengah pertama?
2. Apa saja pendekatan dan teknik bimbingan dan konseling sekolah menengah
pertama?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa saja pola bimbingan dan konseling sekolah menengah
pertama.
2. Untuk mengetahui apa saja pendekatan dan teknik bimbingan dan konseling sekolah
menengah pertama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama


Menurut hasil analisis Edward C. Glanz, dalam sejarah perkembangan pelayanan
bimbingan di institusi-institusi pendidikan muncul empat pola dasar pelaksanaan
bimbingan, yaitu:
1. Pola Generalis
Pola generalis berasaskan keyakinan, bahwa corak pendidikan dalam
suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha
belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan
kepribadian masing-masing siswa. Segi positif dari pola dasar ini adalah
tekanan yang diberikan pada perhatian terhadap perkembangan optimal masing-
masing siswa dan pada partisipasi semua tenaga kependidikan dalam program
kegiatan bimbingan. Kelemahannya adalah terdapatpersebaran layanan
bimbingan yang luas, dengan melibatkan banyak pelajar. Belum tentu semua
tenaga pengajar mampu melaksanakan bimbingan. Jadi, bimbingan hanya
dianggap perlu pada saat tertentu saja.
2. Pola Spesialis
Pola Spesialis berasaskan keyakinan bahwa pelayanan bimbingan di
institusi pendidikan harus di tangani oleh para ahli bimbingan, yang masing-
masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu
(seperti testing psikologis, bimbingan karier dan konseling). Segi positif pola
dasar ini adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada siswa bermutu
tinggi. Kelemahannya adalah terdapat kecendrungan sentrifugal, yaitu
kecendrungan semua tenaga ahli akan bekerja sendiri-sendiri dan saling
melemparkan tanggung jawab. Pelayanan bimbingan di institusi pendidikan
harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan
khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu.
3. Pola Kurikuler
Pola Kurikuler berasaskan keyakinan bahwa kegiatan bimbingan di
Institusi pendidikan sebaiknya di masukkan dalam kurikulum pengajaran dalam
bentuk pelajaran khusus, dalam rangka suatu kursus bimbingan. Segi positif
pola ini adalah hubungan yang lebih dekat dengan staf pengajar, karena semua
tenaga bimbingan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran.

3
Kelemahannya terletak pada kenyataan yaitu kemajuan dalam pemahaman diri
dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui hasil tes hasil belajar.
4. Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental
Pola ini berasaskan keyakinan bahwa orang akan hidup lebih bahagia
bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan
orang lain. Segi positif dari pola ini adalah peningkatan kerja sama antara
anggota-anggota staf pendidik di institusi pendidikan dan integrasi sosial di
antara peserta didik dengan staf pendidik.1

B. Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama


Teknik-teknik atau pendekatan bimbingan dan konseling adalah cara atau
metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau
sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta
mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara
berinteraksi atau bertatap muka.2
Pada umumnya teknik-teknik atau pendekatan yang dipergunakan dalam
bimbingan mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group
guidance) dan pendekatan secara individual (Individual Guidance Counseling).
1. Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
Teknik ini dipergunakan dalam membantu siswa atau sekelompok siswa
memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang
dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh
individu sebagai anggota kelompok. Teknik ini membawa keuntungan pada diri
siswa diantaranya:
a) Menghemat waktu dan tenaga.
b) Menciptakan kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan
konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan
perencaan masa depan atau masalah pribadi-social.
c) Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-
temannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha menghadapi
kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.
1
Farhatus Solihah “Konsep Bimbingan Konseling (BK) Sekolah Menengah Atas (SMA) Dalam
Memberikan Keterampilan Manajemen Diri dan Pencegahan Korupsi” KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol.4 No.2, 2013, hlm. 245.
2
Suriati, Mulkiyan “ Teori & Teknik Bimbingan Dan Konseling”, (Sulawesi Selatan : CV. Latinulu, 2020).
4
Ada beberapa teknik dalam bimbingan kelompok, antara lain seperti:

1) Home room programe, yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan agar guru dapat mengenal peserta didiknya lebih baik, sehingga dapat
membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam
bentuk pertemuan antara guru dengan siswa diluar jam-jam pelajaran untuk
membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home
room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan
menyenangkan,sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya
seperti dirumah.
2) Karyawisata/ field trip, kegiatan rekreasi yang dikemas denga metode
mengajar untuk bimbingan kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh
penyesuaian dalam kelompok untuk dapat kerjasama dan penuh
tanggungjawab.
3) Kegiatan kelompok, yaitu teknik yang baik dalam bimbingan, karena
kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpatisipasi
dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika
dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat dan menyalurkan
dorongan-dorongan. Juga dapat menembangkan tanggungjawab. Tehnik
sosiometri dapat banyak menolong dalam pembentukan kelompok.
4) Organisasi Siswa, keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun
di lingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual
maupun kelompok dapa diselesaikan. Dalam organisasi murid mendapat
kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehidupan sosial.
Mengaktifkan murid dalam mengembangkan bakat kepemimpinan
disamping memupuk rasa tanggungjawab dan harga diri.
5) Sosiodrama, dipergunakan sebagai suatu teknik didalam memecahkan
masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam
sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu
masalah sosial.
6) Psikodrama, merupakan teknik untuk memecahkan masalah-masalah psikis
yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu,
konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau

5
dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang
didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psychis yang dialami individu.
7) Remedial teaching, bentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali,
latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu. Hal ini tergantung dari jenis
dan tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.
2. Bimbingan Konseling Individu (Individual Guidance Counseling)
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang
memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang
dideritannya. 3
Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan
empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang
sedang dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha menempatkan diri
dalam situasi diri klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya.
Dengan sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada
konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan konseling. (Arintoko, 2011:6)
Selain tekhnik-teknik yang dilakukan sebagai pendekatan terhadap
permasalahan-permasalahan sosial siswa di sekolah, harus dilakukan juga
tekhnik-tekhnik sebagai upaya memaksimalkan potensi siswa antara lain dapat
dilakukan dengan cara:
a) Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami
kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau
benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu
individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif
lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan
bimbingan konselor.
b) Desensitisasi Sistematis

3
Jaja Suteja, Pendekatan Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah dan Memaksimalkan Potensi
Siswa di Sekolah, hlm. 11

6
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral
yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan
yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik
ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan
dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi
sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk
menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan
kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan
perilaku yang akan dihilangkan.
c) Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan
buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien
agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan
kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang
disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya
perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki
dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
d) Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru
pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal
ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat
menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang
teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku
yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran
dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
e) Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu
kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak. Kecenderungan
bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh. Kecenderungan

7
“anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”. Kecenderungan
otonom lawan kecenderungan tergantung. Kecenderungan kuat atau
tegar lawan kecenderungan lemah. Melalui dialog yang kontradiktif ini,
menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan
dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan
permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik
“kursi kosong”.
f) Latihan Saya Bertanggung Jawab
Teknik ini yang dimaksudkan untuk membantu klien agar
mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada
memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini
konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian
klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya
bertanggung jawab atas hal itu”.Misalnya :“Saya merasa jenuh, dan saya
bertanggung jawab atas kejenuhan itu”“Saya tidak tahu apa yang harus
saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan
itu”.“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu
meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan- perasaan yang mungkin
selama ini diingkarinya.
g) Bermain Proyeksi Proyeksi
Teknik ini yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-
perasaan yang ada dalam dirinya sendiri dan tidak mau melihat atau
menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara
memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan
yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk
mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang
lain.
h) Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik
ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan
dengan perasaan-perasaan yang

8
dikeluhkannya. Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien
untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang
berlebihan.4
i) Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan
perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat
ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan
dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Kebanyakan klien ingin
melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor
tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan
perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin
dihindarinya itu. Untuk membuka dan membuat jalan menuju
perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya
mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin
dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk
bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
j) Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah
untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas
rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ideide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan
tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk
mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-
latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home
work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam
suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan
untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab,
kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri,

4
W.S.Winkel. “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Edisi Revisi. (Jakarta : Gramedia,
2005).

9
pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada
konselor.
k) Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya
dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih
bersifat pendisiplinan diri klien.
l) Bermain peran Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan
yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
m) Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model
perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan
perilakunya sendiri yang negatif. Teknik ini disebut juga dengan teknik
modelling.5

5
Alimuddin M, Kustiah S. “Mengenal Teknik-Teknik Bimbingan dan Konseling” (Makassar : Badan
Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2012).

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Bimbingan dan konseling sebagai bagian internal dari pendidikan adalah upaya
memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam rangka tercapainya perkembangan
yang utuh dan optimal. Layanan bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif,
logis, dan berkelanjutan serta program yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan
dan konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai
kemandirian, mengambil keputusan.
Setiap individu memiliki berbagai masalah dalam hidup baik yang terlihat secara
langsung maupun tidak. Bimbingan dan konseling memberikan sebuah upaya untuk mereka
agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi, melalui cara pengembangan potensi
ataupun cara lainnya. Dalam bimbingan dan konseling memiliki pola, beberapa ragam
pendekatan, dan teknik antara konselor dengan klien. Pola, teknik dan pendekatan inilah
yang dapat terlihat lebih membantu bimbingan dan konseling tersebut dalam upaya
memecahkan masalah-masalah kliennya.
Ada beberapa pola BK sekolah menengah pertama yaitu, (1) pola generalis, yang
dimana dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha
belajar siswa (2) pola spesialis, berasaskan keyakinan bahwa pelayanan bimbingan di
institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan, yang masing-masing
berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan ternetu (3) pola kurikuler,
berasaskan keyakinan bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan sebaiknya di
masukkan dalam kurikulum pengajuan dalam bentuk pelajaran khusus, (4) pola relasi- relasi
manusia dan kesehatan mental, pola ini berasaskan keyakinan bahwa orang hidup lebih
bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang
lain.
Untuk menyelesaikan sebuah masalah diperlukan pendekatan dan teknik BK. Pada
umumnya teknik-teknik atau pendekatan yang dipergunakan dalam Bk mengambil dua
pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance), dan pendekatan secara
individual (individual guidance counseling).
B. SARAN
Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat untuk kita semua dan
menambah ilmu pengetahuan kita. Makalah ini sangat penting dipelajari agar mengetahui
pola, pendekatan dan teknik BK sekolah menengah pertama. Kritik dan saran yang
membangun kami harapkan untuk perhatian penysusunan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA

Soliha Farhatus (2013) “Konsep Bimbingan Konseling (BK) Sekolah Menengah Atas
(SMA) Dalam Memberikan Keterampilan Manajemen Diri dan Pencegahan Korupsi”
KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol.4 No.2, hlm. 245.
Suriati, Mulkiyan (2020) “ Teori & Teknik Bimbingan Dan Konseling”, Sulawesi
Selatan : CV. Latinulu, .
Jaja Suteja, Pendekatan Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah dan
Memaksimalkan Potensi Siswa di Sekolah, hlm. 11
Winkel. W. S (2005) “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Edisi Revisi.
Jakarta : Gramedia.
S, Kustiah , M Alimuddin (2012) “Mengenal Teknik-Teknik Bimbingan dan
Konseling” Makassar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai