Oleh:
Endang Prawati (22.26.0479)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta para umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari
golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, bisa menjadi salah satu rujukan
maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini
menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa makalah kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang disampaikan. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari
pendidikan, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah merupakan
salah satu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu
pada umumnya dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya. Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral
dari program pendidikan itu dan karena sebagian besar dari tumpukan
masalah yang dihadapi oleh peserta didik justru bersumber dari
keanekaragaman tuntutan belajar di sekolah. Maka para konselor sekolah
harus mengenal bidang pendidikan sekolah secara konkret. urgensi
bimbingan dan konseling dalam pendidikan yang akan dipaparkan dalam
sub bahasan yaitu fungsi pelayanan bimbingan dalam keseluruhan
pendidikan sekolah, tujuan dari bimbingan dalam sekolah, faktor yang
menjadi latar belakang bimbingan dan konseling dalam pendidikan dan
peran serta kedudukan bimbingan konseling. Bimbingan dan Konseling
(BK) telah menjadi satu kesatuan dalam sistem Pendidikan secara
menyeluruh. Mulai dari Pendidikan formal, Non formal dan bahkan dalam
Pendidikan informal sekali pun. Meskipun dalam sistem Pendidikan yang
disebut terakhir ini di Indonesia secara tersetruktur belum tersentuh
dengan bimbingan dan konseling sebagaimana di dalam sistem
Pendidikan formal pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kedudukan BK dalam pendidikan?
2. Bagaimana wilayah pelayanan guru BK ?
3. Bagaimana wilayah pelayanan guru mata Pelajaran dalam kurikulum
sekolah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui peran atau kedudukan BK dalam pendidikan
2. Untuk mengetahui wilayah pelayanan guru BK
3. Untuk mengetahui wilayah pelayanan guru mata Pelajaran dalam
kurikulum sekolah
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.Bidanga dministrasi dan supervise ini merupakan Kumpulan beberapa
fungsi berkenaan tentang tanggungjawab dan kebijaksanaan
3. Bidang bimbingan dan konseling bidang ini adalah fungsi dan kegiatan
yang mengacu tentang pelayanan kesiswaan.
1
Dewa ketut sukardi. Pengantar pelaksanaan program bimbingan konseling, 2002. hal 60
Jakarta: rineka cipta
2
Hari witono, peran bimbingan dan konseling dalam penyelenggaraan pendidika inklusif, 2020.
6
intelektual dan sistemnilai. Peran bimbingan konseling dalam keempat aspek
inilah yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam peningkatan
mutu Pendidikn.3
Bimbingan konseling dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan
prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa
untuk dating membuka diri tanpa was-was akan privasinya. Di sana menjadi
tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan,
sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. bahkan orang tua siswa dapat
mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat
ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
b. Dalam kegiatan pendidikan disekolah atau Lembaga pendidikan formal
bimbingan konseling yang berkedudukan sebagai integral dari keseluruhan
kegiatan pendidikan di sekolah. Kedudukan bimbingan dan konseling dalam
keseluruhan program Pendidikan sekolah yaitu sebagai salah satu Upaya
pembinaan pribadi peserta didik, kedudukan bimbingan dan konseling dalam
Pendidikan ada tiga ruang lingkup kegiatan Pendidikan yaitu
1. Bidang instruksional dan kurikulum
Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan
bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada
peserta didik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan
dan melakukan dan pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan
pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staf pengajaran
2. Bidang administrasi dan kepemimpinan
Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah
administrasi dan kepemimpinanya itu masalah yang berhubungan dengan cara
melakukan kegiatan secara efisien. Dalam bidang ini terletak tanggung jawab dan
otoritas pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti
perencanaan organisasi pembiayaan pembagian tugas staf. Pada umumnya bidang
ini merupakan tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi lainnya
3. Bidang pembinaan pribadi dalam bidang ini mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan pelayanan agar para peserta didik memperoleh
kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses pendidikan yang sedang
ditempuhnya, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan.4
3
Muawanah elfi dan rifa hidayah. Bimbingan konseling islami, 200 , Jakarta: bumi aksara
4
7
c. Pentingnya bimbingan dan konseling di sekolah.
Para pakar dan praktisi pendidikan pada umumnya sependapat bahwa
tujuan akhir semua kegiatan pendidikan adalah perkembangan yang utuh dan
optimal para peserta didik. Yang dimaksud dengan perkembangan yang utuh
adalah perkembangan seluruh aspek kemanusiaan, yaitu aspek jasmani dan rohani,
aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap, aspek biologis, psikologis, sosial
dan spiritual.
8
2008 tentang standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi konselor.
Menurut pasal 9 UndangUndang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Guru BK sekurang-kurangnya lulusan pendidikan tinggi program sarjana
atau program diploma empat. Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang tersebut, Guru
BK wajib memiliki kualifikasi akademik, menguasai standar kompetensi,
memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan
tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan pada pasal 3 Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
9
f. wajib mengevaluasi proses dan hasil pelayanan bimbingan dan
konseling,
g. wajib menganalisis hasil pelayanan bimbingan dan konseling,
h. wajib melaksanakan pelayanan tindak lanjut bimbingan dan konseling
berdasarkan hasil evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling,
i. berhak menjadi pengawas asesmen proses dan hasil belajar tingkat
satuan pendidikan dan tingkat nasional,
j. berhak membimbing program induksi kepada guru pemula/yunior,
kecuali bagi guru dengan jabatan fungsional guru pertama,
k. berhak membimbing siswa dalam kegiatan eskta kurikuler,
l. wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri dalam bentuk
peningkatan profesionalitas secara berkelanjutan,
m. wajib melaksanakan publikasi karya ilmiah dan/atau karya inovatif,
kecuali bagi guru dengan jabatan fungsional guru pertama golongan IIIa
10
dalam pengembangan kurikulum yaitu sebagai implementers, adapters,
developers, dan researchers.
Pertama, guru sebagai implementers. Pada peran ini, guru hanya bertugas
untuk melaksanakan kurikulum yang sudah ada. Sebagai implementers guru
hanya menerima berbagai kebijakan pengembang kurikulum. Guru tidak memiliki
ruang untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum.
Peran guru hanya terbatas pada menjalankan kurikulum yang telah disusun.
Semua isi kurikulum baik tujuan, materi, strategi, media, sumber belajar, serta
evaluasi, waktu, dan semua komponennya telah ditentukan oleh pengembang
kurikulum. Guru hanya berperan sebagai tenaga teknis saja yang berusaha
menjalankan apa yang tertuang dalam dokumen kurikulum.
Kedua, guru sebagai adapters. Pada peran ini, guru selain sebagai tenaga
teknis dari kurikulum yang telah disusun, juga melakukan fungsi lain yaitu
penyelaras kurikulum dengan karakteristik kebutuhan siswa dan kebutuhan
daerah. Guru sebagai adapters memiliki kewenangan lebih untuk menyesuaikan
kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah, peserta didik, materi,
maupun kebutuhan lokal. Pengembang kurikulum telah menentukan standar
minimal yang harus dicapai, kemudian pengembangan selanjutnya serta
implementasinya diserahkan kepada guru masingmasing.
Ketiga, peran guru sebagai developers. Guru sebagai developers memiliki
kewenangan yang lebih luas dalam menyusun kurikulum. Guru sebagai
developers bukan hanya memiliki peran dalam menentukan tujuan dan isi
pelajaran yang akan disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi yang
akan dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya melalui
pemilihan alat evaluasi untuk pencapaian hasil belajarnya
Keempat, peran guru sebagai researchers atau peneliti. Peran ini
dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung
jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan
perannya sebagai peneliti, guru memliki tanggung jawab untuk menguji berbagai
komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji
efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran, dan semua hal
yang berkaitan dengan pembelajaran. Guru juga melakukan pengumpulan data
keberhasilan siswa. Peran guru sebagai peneliti nampak pada kebijakan guru yang
harus melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).7
7
Faridah Alawiyah, peran guru dalam dalam kurikulum 2013.2013 hal 68
11
Pada tingkat sekolah, guru memiliki tugas untuk mengembangkan
kurikulum. Sukmadinata mengatakan bahwa “implementasi kurikulum hampir
seluruhnya tergantung kepada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan
ketekunan guru”.8 Oleh karena itu, guru diharapkan mempunyai kemampuan yang
memadai dalam mengembangkan kurikulum di sekolah, khususnya di dalam
kelas. Guru sebagai pengembang kurikulum bagi kelasnya, berarti guru akan
menterjemahkan, menjabarkan, dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum kepada anak didik. Sanusi menegaskan bahwa tugas guru tidak
sekedar pada transfer pengetahuan akan tetapi lebih dari itu yaitu membelajarkan
anak supaya dapat berpikir integral dan komprehensif, berpikir mencapai
pengertian secara tuntas, dan berpikir hingga mencapai makna tertinggi. 9
Kegiatan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum Setelah membuat rencana
pengajaran, kegiatan guru berikutya adalah mewujudkan terhadap apa-apa yang
telah direncanakan. Kegiatan ini disebut juga dengan melaksanakan proses belajar
mengajar. Perbuatan guru dalam mengajar ini akan mewarnai setiap langkah yang
membentuk proses belajar mengajar. Sudjana mengartikan langkah mengajar
sebagai langkah guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan
bagaimana guru dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa sehubungan
dengan bahan yang harus dipelajari.10
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru alam melaksanakan
proses belajar mengajar, yaitu: tahap pemula, tahap pengajaran, tahap penilaian
dan tindak lanjut.11 Tahap pemula adalah tahap yang bertujuan menyiapkan anak
dan kondisi belajar yang dapat memudahkannya menerima pelajaran. Tahap
pengajaran merupakan tahapan yang membahas materi yang telah disiapkan guru.
Sedangkan tahapan penilaian dan tindak lanjut bertujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pengajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
Sukmadinata, Nana Syaodih, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: P2LPTK
Ditjen Dikti. Depdikbud, 1988, hal. 218.
9
Sanusi, Achmad, Memberi Bobot Pada Mutu LPTK dan Lulusannya, Makalah, Bandung: PPS IKIP
Bandung, 1993, hal. 5.
10
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses, hal. 86.
11
Azhar m. nur, tugas guru sebagai pengembang kurikulum. Didaktika, hal 64
12
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan system pendidikan khususnya di sekolah, guru sebagai salah satu
pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai
pendukung pelaksanaan layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk
memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan
konseling di sekolah. bimbingan konseling berada dalam posisi kunci dalam
sebuah Lembaga Pendidikan yaitu institusi sekolah sebagai pendukung maju atau
mundurnya mutu pendidikan. Peran bimbingan dan konseling dalam
meningkatkan mutu Pendidikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak
hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial pribadi
intelektual dan pemberian nilai.Dengan bantuan bimbingan dan konseling maka
pendidikan yang tercipta tidak hanya akan menciptakan manusia-manusia yang
berorientasi akademik tinggi, namun dalam kepribadian dan hubungan sosialnya
rendah serta tidak mempunyai system nilai yang mengontrol dirinya sehingga
yang dihasilkan Pendidikan hanyalah robot-robot intelektual, dan bukannya
manusia seutuhnya.Dengan adanya bimbingan dan konseling maka integrasi dari
sebuah potensi ini dapat dimunculkan sehingga keseluruhan aspek yang muncul
bukan hanya kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya
baik itu kepribadian hubungan sosial serta memiliki nilai-nilai yang dapat
dijadikan pegangan. Guru BK adalah pendidik profesional yang memiliki keahlian
dalam bidang bimbingan dan konseling yang diwujudkan dalam penguasaannya
terhadap standar kompetensi konselor berdasarkan amanat Permendiknas Nomor
27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi
konselor. Menurut pasal 9 UndangUndang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, Guru BK sekurang-kurangnya lulusan pendidikan tinggi program
sarjana atau program diploma empat. Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang
tersebut, Guru BK wajib memiliki kualifikasi akademik, menguasai standar
kompetensi, memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mampu
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan pada pasal 3 Undang-
Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
13
Dewa ketut sukardi. Pengantar pelaksanaan program bimbingan konseling,
Jakarta: rineka cipta, 2002
Muawanah elfi dan rifa hidayah. Bimbingan konseling islami, Jakarta: bumi
aksara, 2002
Sanusi, Achmad, “Memberi Bobot Pada Mutu LPTK dan Lulusannya”. Makalah,
Bandung: PPS IKIP Bandung, 1993.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum,
Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti. Depdikbud, 1988.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses
Azhar m. nur, tugas guru sebagai pengembang kurikulum. Didaktika
14