Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH PENGORGANISASIAN BIMBINGAN DAN

KONSELING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu :
Yucki Putri Erdiyanti, M.Pd.

Di Susun Oleh :
Diding Suhendi
NPM:18.24.1.0002

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Prodi Pendidikan Biologi 2019
Universitas Majalengka
Jl. K.H. Abdul Halim No. 103, Majalengka Kulon, Kecamatn Majalengka,
Kabupaten Majalengka,provinsi Jawa Barat 45418
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt., karena berkat
rahmat dan kekuasaan-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling.Makalah ini akan mengupas bagaimana pengorganisasian
bimbingan dan konseling di sekolah. Selain itu, kami akan membahas
mengenai peran guru dan staf dalam kegiatan bimbingan dan konseling
di sekolah. Melihat pentingnya peranan bimbingan bagi seorang pendidik
dalam menjadikan peserta didik sebagai manusia seutuhnya, maka kami
merasa perlu untuk berbagi pengetahuan mengenai pengorganisasian
bimbingan dan konseling agar memiliki skill sebagai pendidik yang
professional.Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian
makalah ini. Semoga Allah swt.memberikan balasan yang berlipat ganda.

Makalah ini bukanlah makalah yang sempurna karena masih


terdapat kekurangan baik dari segi materi atau sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran beserta kritik
yang membangun bagi perkembangan kami kedepannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Aamiin.

Majalengka, 06 November 2019

Penulis

DAFTAR ISI

2
MAKALAH SIKAP DAN KEPRIBADIAN KEWIRAUSAHAAN........... i
KATA PENGANTAR....................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................
ii
BAB I PENDAAHULUAN........................................................................
1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3 Tujuan penulisan...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................
2
2.1 Pengertian kewirausahaan...................................................... 2

2.2 Hadist yang berkaitan dengan Berwirausaha....................... 3


2.3 Membangun Sikap dan Keperibadian Wirausaha............... 4
BAB III PENUTUP.........................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
10

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003


pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bimbingan bagi peserta didik merupakan aspek penting dalam


menjadikan peserta didik sebagai manusia yang seutuhnya. Kemampuan
membimbing ke arah yang lebih baik harus dimiliki oleh setiap guru. Selain
guru sebagai figur utama dalam kegiatan membimbing ini, peranan warga
sekolah pun tidak kalah penting.

4
Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang
terintegrasi dalam keseluruhan proses pembelajaran. Kegiatan bimbingan
dan konseling padadasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
guru pembimbing bersamasiswanya untuk mencapai kemandirian dalam
keseluruhan proses kehidupan, baiksebagai individu, anggota kelompok,
keluarga atau masyarakat pada umumnya.Banyak terjadi kasus-kasus
menyimpang dari aturan sekolah yang berlaku, yang disebabkan oleh
faktor-faktor dari dalam maupun dari luar. Artinya baik masalah yang
datang atau timbul dari sekolah maupun dari luar sekolah, seperti
keluarga, masyarakat, maupun lingkungan itu sendiri. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya peran dari keseluruhan aspek warga
sekolah itu sendiri dalam mewujudkan segala tujuan yang akan
dicapai.Berkenaan dengan hal tersebut, perlu disusun makalah mengenai
peran guru

dan staf sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu,
kami menulis sebuah makalah yang bertajuk “Pengorganisasian
Bimbingan dan Konseling”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami merumuskan rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana pengorganisasian bimbingan dan konseling di sekolah?

2. Bagaimana peranan guru beserta staf sekolah dalam kegiatan


bimbingan dan konseling?

1.3 Tujuan Makalah

5
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan

untuk mengetahui:

1. Pengorganisasian bimbingan dan konseling di sekolah;

2. Peranan guru beserta staff sekolah dalam kegiatan bimbingan dan

konseling.

1.4 Manfaat Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat dalam

mengetahui bagaimana pengorganisasian bimbingan dan konseling di


sekolah dan

bagaimana peranan guru beserta staff sekolah dalam kegiatan


bimbingan dan

konseling.

1.5 Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode penulisan


Analisis

Deskriptif.

6
3

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Sekolah adalah suatu organisasi formal. Di dalamnya terdapat usaha-usaha

administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran


Nasional.

Bimbingan dan Konseling adalah sub organisasi dari organisasi di sekolah


yang

melingkupinya.

Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan bagian terpadu dari


sekolah

tersebut, sehingga dalam pelaksanaannya tergantung bagaimana


pengorganisasian

yang dijalankan sekolah tersebut, sehingga tidak ada tolak ukur


bagaimana

organisasi bimbingan dan konseling disekolah yang terbaik.

Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab

7
Kepala Sekolah dan seluruh staf. Koordinator bimbingan dan konseling

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan bimbingan dan konseling


secara

operasional. Personel lain yang mencakup Wakil Kepala Sekolah, Guru

Pembimbing (konselor), guru bidang studi, dan wali kelas memiliki peran
dan tugas

masing-masing dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.


Secara

rinci deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing personil.

Bimbingan dan Konseling tidak akan dapat dilaksanakan tanpa organisasi

yang baik dan sempurna. Tanpa organisasi tersebut berarti tidak adanya
koordinasi

dan perencanaan, sasaran yang cukup jelas, kontrol dan kepemimpinan


yang

berwibawa, tegas dan bijaksana. Dengan arti lain, suatu organisasi


yang baik

ditandai oleh adanya dasar dan tujuan organisasi, personalia dan


perencanaan yang

matang.

8
2.2 Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam pelayanan bimbingan konseling di sekolah, ditunjang dengan adanya

organisasi, para pelaksana, program pelayanan, dan operasional


pelaksanaan

bimbingan dan konseling. Organisasi pelayanan bimbingan dan


konseling di

sekolah dapat digambarkan sebagai berikut:

Organisasi Pelayanan BK di Sekolah

Keterangan :

1. KADISDIK adalah personil yang bertugas melakukan pengawasan


dan

pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling

di sekolah;

2. Komite Sekolah adalah organisasi independen yang berperan


membantu

penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan;

9
3. Kepala Sekolah adalah penangung jawab pendidikan di satuan
pendidikan

secara keseluruhan, termasuk pelaksanaan pelayanan bimbingan dan

konseling;

4. Wakil Kepala Sekolah adalah orang yang membantu kinerja kerja


Kepala

Sekolah;

KADISDIK

KEPALA SEKOLAH

WAKIL KEPALA SEKOLAH

KOMITE TATA USAHA

GURU PELAJARAN/

PRAKTIK

WALI KELAS

KOORDINATOR

GURU PEMBIMBING

10
SISWA

5. Kooordinator Bimbingan dan Konseling adalah pelaksana utama

pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah;

6. Guru Mata Pelajaran/Guru Praktik adalah pelaksanaan pengajaran


atau

latihan di sekolah;

7. Wali kelas adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengelola satu

kelas tertentu;

8. Tata usaha adalah orang yang bertugas membantu kepala sekolah


dalam

penyelenggaraan administrasi ketatausahaan sekolah;

9. Siswa adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran latihan,

dan bimbingan dan konseling di sekolah.

2.3 Peran Guru dan Staf Sekolah dalam Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah,


guru

11
memegang peranan yang paling utama. Perilaku guru dalam proses
pendidikan akan

memberikan pengaruh dan warna yang kuat bagi pembinaan dan


kepribadian siswa.

Oleh karena itu, perilaku guru hendaknya dapat dikembangkan sedemikian


rupa

sehingga dapat memberikan pengaruh yang berkesan dan baik.

Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah juga

tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain guru pembimbing
atau

konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan bimbingan dan


konseling di

sekolah juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali
kelas.

Tugas masing-masing personil tersebut khususnya dalam kaitannya


dengan

pelayanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut:

1. Kepala sekolah

Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak

12
hanya ditentukan oleh keahlian dan keterampilan para petugas bimbingan
dan

konseling itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan

keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala sekolah sebagai

administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah

bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program


sekolah,

khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang

dipimpinnya. Karena posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang


yang

paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan

bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah

bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program penilaian,

penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan


konseling.

Ia membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi

13
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.

Secara lebih terperinci, Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo,

1992) menguraikan peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai berikut:

1. Memberikan support administratif, memberikan dorongan dan


pimpinan

untuk seluruh program bimbingan dan konseling;

2. Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya

menurut keperluannya;

3. Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-


anggota

stafnya;

4. Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau

konselor dalam hal pengembangan program bimbingan dan konseling;

5. Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-


murid,

orang tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat

14
orang tua murid atau dalam buletin-buletin bimbingan dan konseling;

6. Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif


dan

saling membantu antara para konselor, guru dan pihak lain yang

berkepentingan dengan layanan bimbingan dan konseling;

7. Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan

bimbingan dan konseling;

8. Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat

meningkatkan hubungan antar manusia untuk menggalang proses

bimbingan dan konseling yang efektif (dalam hal ini berarti kepala sekolah

hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan konseling terjadi dalam

lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan suasana


dalam

kelas);

9. Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang program bimbingan


dan

15
konseling dan penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh staf

sekolah;

10. Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan

penggunaan waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan

konseling, baik klasikal, kelompok maupun individual; dan

11. Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan

memberdayakan para konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa

namun bukan sebagai penegak disiplin.

Sementara itu, Allen dan Christensen (dalam Kusmintardjo, 1992),

mengemukakan peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:

1. Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan


dan

konseling;

2. Memilih dan menentukan para konselor;

16
3. Mengembangkan sikap-sikap yang favorable di antara para guru,
murid, dan

orang tua murid/masyarakat terhadap program bimbingan dan konseling;

4. Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan


konseling,

misalnya para petugas untuk membina perpustakaan bimbingan, para

petugas penyelenggara testing, dan sebagainya;

5. Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan


infomasi

tentang pekerjaan/jabatan;

6. Merencanakan waktu (jadwal) untuk kegiatan-kegiatan bimbingan


dan

konseling;

7. Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak

mengganggu jalannya jadwal pelajaran sehari-sehari.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah

dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah


ádalah

17
sebagai berikut:

1. Staff selection. Memilih staf yang mempunyai kepribadian dan

pendidikan yang cocok untuk melaksanakan tugasnya. Termasuk disini

mengadakan analisa untuk mengetahui apakah diantara staf yang ada

terdapat orang yang sanggup melakukan tugas yang lebih spesialis.

2. Description of staff roles. Menentukan tugas dan peranan dari anggota


staf,

dan membagi tanggung jawab. Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala

sekolah dapat meminta bantuan kepada anggota staf yang lain.

3. Time and facilities. Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu dan

fasilitas untuk kepentingan program bimbingan dan konseling di

sekolahnya.

4. Interpretation of program. Menginterpretasikan program bimbingan


dan

konseling kepada murid-murid yang diberi pelayanan, kepada masyarakat

18
yang membantu program bimbingan dan konseling. Dalam

menginterpretasikan program bimbingan dan konseling mungkin perlu

bantuan dari staf bimbingan dan konseling, tetapi tanggung jawab terletak

pada kepala sekolah sebagai administrator. (R.N. Hatch dan B. Stefflre,

dalam Kusmintardjo, 1992)

2. Wakil kepala sekolah

Wakil kepala sekolah sebagi pembantu kepala sekolah, membantu kepala

sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah.

3. Koordinator bimbingan dan konseling

Koordinator bimbingan dan konseling memiliki tugas sebagai berikut:

a. Mengkoordinir bimbingan dan konseling dalam:

1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap

warga sekolah, orang tua dan masyarakat;

2. Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling;

3. Melaksanakan program bimbingan dan konseling;

19
4. Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling;

5. Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan konseling;

6. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling; dan

7. Memberikan tindak lanjut terhadap analisis penilaian bimbingan dan

konseling.

b. Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi


terpenuhinya

tenaga, prasarana dan sarana alat dan perlengkapan pelayanan bimbingan

dan konseling.

4. Guru Pembimbing

Guru pembimbing sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru

pembimbing bertugas:

a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling;

b. Merancanakan program bimbingan dan konseling;

20
c. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan
konseling;

d. Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung


bimbingan

konseling;

e. Menilai program dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan

pendukung bimbingan konseling;

f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan

kegiatan pendukung bimbingan dan konseling;

g. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan


pendukung

bimbingan yang dilaksanakannya; dan

h. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan

bimbingan konseling secara menyeluruh kepada koordinator BK serta

Kepala Sekolah.

5. Guru mata pelajaran dan guru praktik

21
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah
melaksanakan

kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama


sekali

lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan

konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna


kepentingan

efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.


Bahkan

dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor


bagi

siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang


dijalankan

10

oleh guru yaitu sebagai pembimbing, dan untuk menjadi pembimbing


guru

harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.

Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan


dan

22
konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru
mata

pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus


manusiawireligius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan

menghargai tanpa syarat.

Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai

pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga

mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan


kalau

masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya


(remedial

teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau

masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh

konselor profesional.

Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang

mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk


kategori

23
ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang
tertentu,

berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras


tahap

awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Dalam konteks organisasi


layanan

Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru


sangat

diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan


dan

Konseling di sekolah.

Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru

mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:

a. Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan

layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang


siswasiswa tersebut.

b. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling


kepada

siswa.

24
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan
dan

konseling kepada konselor.

11

d. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang


menuntut

konselor memerlukan pelayanan khusus, seperti pengajaran/latihan

perbaikan, dan program pengayaan.

e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru siswa dan

hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan

pembimbingan dan konseling.

f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang


memerlukan

layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani

layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.

g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa,


seperti

25
konferensi kasus.

h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka


penilaian

pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

6. Wali kelas

Wali kelas sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan

konseling mempuyai peranan:

a. Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya


di

kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam


pelayanan

bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung

jawabnya.

c. Membantu memberikan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di


kelas

yang menjadi tangung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani kegiatan

26
bimbingan dan konseling.

d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling


seperti

konferensi kasus.

e. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan

konseling kepada guru pembimbing.

12

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap

satuan pendidikan tidak mesti sama. Masing-masing disesuaikan dengan


kondisi

satuan pendidikan yang bersangkutan. Meskipun demikian, struktur


organisasi pada

setiap satuan pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai


berikut :

27
a. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam
sebuah

satuan pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan


konseling.

b. Sederhana, maksudnya dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan


jarak

antara pengambil kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau


panjang.

Keputusan dapat dengan cepat diambil tetapi dengan pertimbangan yang


cermat,

dan pelaksanaan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling terhindar


dari

urusan birokrasi yang tidak perlu.

c. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya

pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas organisasi,


yang

semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik.

d. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat


saling

menunjang dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi

28
kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk

kepentingan peserta didik.

e. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak


lanjut,

sehingga perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan


dan

konseling yang berkualitas dapat terus dilakukan. Pengawasan dan


penilaian

hendaknya dapat berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari
bawah

ke atas), dan secara horizontal (penilaian sejawat).

Secara umum, organisasi pelayanan bimbingan dan konseling di


sekolah

diantaranya adalah KADISDIK, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah,


Tata

Usaha, Komite, Koordinator Guru Pembimbing, Guru Pelajaran/Praktik,


Wali

Kelas, dan Siswa.

13

29
3.2 Peran Guru dan Staf Sekolah dalam Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Di bawah ini dijelaskan tugas personel sekolah yang berkaitan dengan

kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu diantaranya:

1. Kepala Sekolah

Sebagai penanggung jawab pendidikan di sekolah, tugas kepala sekolah


ialah:

a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi


kegiatan

pengajaran, pelatihan, dan bimbingan di sekolah;

b. Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan


dalam

kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;

c. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan

konseling di sekolah;

d. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling


di

sekolah;

30
e. Menetapkan koordinator guru pembimbing yang bertanggung jawab
atas

koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah bedasarkan

kesepakatan bersama guru pembimbing;

f. Membuat surat guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling

pada setiap awal caturwulan;

g. Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan


konseling

sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan

ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas;

h. Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam

pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling; dan

i. Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 40 siswa


bagi

kepala sekolah yang berlatar belakang bimbingan dan konseling.

2. Wakil Kepala Sekolah

Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam hal:

31
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
kepada

semua personil sekolah;

14

b. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam


pelaksanaan

pelayanan bimbingan dan konseling; dan

c. Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa


bagi

wakil kepala sekolah yang berlatar belakang bimbingan dan konseling.

3. Koordinator Guru Pembimbing (Konselor)

Tugas-tugas koordinator guru pembimbing dapat dirinci sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam:

- memasyarakatkan pelayanan bimbingan,

- menyusun program,

- melaksanakan program,

- mengadministrasikan kegiatan bimbingan,

32
- menilai program,

- mengadakan tindak lanjut;

b. Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya

tenaga, sarana dan prasarana; dan

c. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan kepada


kepala

sekolah.

4. Guru Pembimbing (Konselor)

Adapun tugas guru pembimbing ialah:

a. Memasyarakatkan kegiatan bimbingan;

b. Merencanakan program bimbingan;

c. Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan;

d. Melaksanakan layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang


menjadi

tanggung jawabnya, minimal sebanyak 150 siswa. Apabila diperlukan,

karena jumlah guru pembimbing kurang mencukupi disbanding dengan

33
jumlah siswa yang ada, seorang guru pembimbing dapat menangani lebih

dari 150 orang siswa. Dengan menangani 150 orang secara intensif dan

menyeluruh, berarti guru pembimbing telah menjalankan tugas wajib

seorang guru, yaitu setara dengan 18 jam pelajaran seminggu;

e. Melaksanakan kegiatan penunjang bimbingan;

f. Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan;

g. Menganalisis hasil penilaian;

15

h. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan analisis penilaian;

i. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling; dan

j. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator


guru

pembimbing.

5. Staf Administrasi

Seperti personil bimbingan lain, staf administrasi pun adalah personil yang

memiliki tugas bimbingan khusus yaitu:

34
a. Membentuk guru pembimbing dan koordinator dalam
mengadministrasikan

seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;

b. Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling;


dan

c. Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan


bimbingan

dan konseling.

6. Guru Mata Pelajaran

Guru mata pelajaran adalah personel yang sangat penting dalam


aktifitas

bimbingan. Tugas-tugasnya adalah:

a. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan kepada siswa;

b. Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam


mengidentifikasi

siswa yang memerlukan bimbingan;

c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru

pembimbing;

35
d. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program
perbaikan

dan program pengayaan);

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan

bimbingan dari guru pembimbing;

f. Membantu mengumpulkan informais yang diperlukan dalam rangka

penilaian layanan bimbingan; serta

g. Ikut seta dalam program layanan bimbingan

7. Wali Kelas

Wali kelas sebagai mitra kerja konselor juga memiliki tugas-tugas


bimbingan,

yaitu:

a. Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi

tanggung jawabnya;

16

b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,


khususnya

36
di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan

bimbingan;

c. Memberikan informasi tentang siswa di kelasnya untuk memperoleh

layanan bimbingan dari guru pembimbing;

d. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang


perlu

diperhatikan khusus; serta

e. Ikut serta dalam konferensi kasus.

17

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas, dapat kami simpulkan bahwa

pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di sekolah berbeda antara satu


sekolah

dengan sekolah yang lainnya. Meskipun begitu, pengorganisasian ini sangat


perlu

37
dilakukan agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai dengan tepat.

Secara umum, organisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah

diantaranya adalah KADISDIK, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah,


Tata

Usaha, Komite, Koordinator Guru Pembimbing, Guru Pelajaran/Praktik,


Wali

Kelas, dan Siswa.

Selain itu, peran guru dan staf sekolah dalam kegiatan bimbingan dan

konseling di sekolah tidak kalah penting. Masing-masing memiliki andil


dalam

terwujudnya segala tujuan yang akan dicapai, terutama dalam membimbing


peserta

didik untuk menjadi manusia seutuhnya.

4.2 Saran

Dari makalah ini kami selaku mahasiswa menghimbau kepada seluruh

pembaca agar dapat lebih memahami peran penting dari kegiatan


bimbingan dan

38
konseling itu sendiri. Selain itu, melihat tidak meratanya kualitas
layanan

bimbingan dan konseling di setiap sekolah diharapkan dapat menjadi


perhatian

yang lebih bagi masing-masing individu. Hal ini untuk mendukung


tercapainya

peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Defila, F, dkk. (2012) Peranan Guru Dalam Bimbingan Konseling


Sekolah.

[Online]. Tersedia:
https://febroeldefila.files.wordpress.com/2012/04/perananguru-dalam-
bimbingan-konseling-sekolah.pdf

Nurihsan, Achmad. (2005) Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling,

Bandung: PT. Refika Aditama

Roziqin, M. (2013) Organisasi dan Personalia BK di Sekolah. [Online].

Tersedia: http://organisasi-personalia-bk-di-sekolah.blogspot.com/

39

Anda mungkin juga menyukai