Anda di halaman 1dari 14

PENYELENGGARAAN, PENGELOLAAN, DAN

PENGEMBANGAN BK

DISUSUN OLEH :

NAMA : DINDA ROSANTY

NIM : 1183311046

JURUSAN : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

KELAS : EKSTENSI H

MATA KULIAH : DASAR DASAR BK

DOSEN PENGAMPU : NINDYA AYU PRISTANTI, M.Pd

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A. 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “ BK pola 17
plus dan BK kompehensif ”. Dan juga saya berterima kasih pada Ibu Nindya Ayu Pristanti
M.Pd ,selaku dosen mata kuliah Dasar Dasar BK yang telah memberikan tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan.Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .………………………………………………………………...i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN .……………………………………………...................1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….1


1.2 Tujuan ……………………………………………………………………..1
1.3 Manfaat ……………………………………………………………………1

BAB II ISI ……………………..…………………………………………………….2

2.1 Penyelenggaraan Kegiatan Bimbingan Dan Konseling…………………....2


2.2 Pengelolaan Bimbingan dan Konseling di SD …………………………….6
2.3 Pengembangan Bimbingan dan KOnseling di SD ………………………8

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………….10

3.1 Kesimpulan …………………………………...............................................10


3.2 Saran ………………………………………………………………….........10

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..………………11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-
persoalan yang silih berganti. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat
maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak
lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang
lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan.
Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah guru memiliki perananan yang sangat
penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa.
Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di
sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin
tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta
realistik.
1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui penyelenggaraan bimbingan dan konseling
 Untuk mengetahui pengelolaan dalam bimbingan konseling
 Untuk mengetahui pengembangan bimbingan dan konseling
1.3 Manfaat
 Dapat mengetahui penyelenggaraan bimbingan dan konselig
 Dapat mengetahui pengelolaan dalam bimbingan konseling
 Dapat mengetahui pengembangan bimbingan dan konseling

1
BAB II
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

2.1 PENYELENGGARAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Pelaksanaan bidang Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan layanan pendidikan di sekolah. Hal ini dikarenakan secara umum pendidikan di
sekolah mencakup tiga bidang yaitu pengajaran, supervisi, dan administrasi serta layanan khusus
yang mencakup bidang Bimbingan dan konseling.
Tujuan penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di sekolah adalah tercapainya
perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat
menyesuaikan diri kepada lingkungan, tujuan tersebut terutama tertuju pada siswa sebagai
individu yang diberi bantuan. Akan tetapi tujuan bimbingan di sekolah tidak terbatas bagi murid
saja, melainkan juga bagi sekolah secara keseluruhan. Dengan demikian Layanan bimbingan dan
konseling diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan
dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik;
tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik. Layanan
bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu atau yang perlu ‘dipanggil’
saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik.
Penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah terutama dibebanan kepada
Guru Pembimbinga (SLTP, SMU dan SMK) dan kepada Guru Kelas. sebutan untuk guru
pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan
nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1
ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan
yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor,
memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung
keunikan dan perbedaan.
Konselor merupakan personil yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh melaksanakan Bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling
(BK) adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok,

2
agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam aspek pribadi, sosial,belajar dan karir.
Dalam kaitannya dengan hal diatas diperlukan tenaga yang benar-benar berkemampuan, baik
ditinjau dari personalitasnya maupun profesionalitasnya.
Oleh karena itu ada tiga modal yang sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan dan
konseling, yaitu modal personal, modal professional dan modal instrumental.
1. Modal Personal
Modal dasar yang akan menjamin suksesnya penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah adalah berupa karakter personal yang ada dan dimiliki oleh tenaga
penyelenggara bimbingan dan konseling. Modal personal tersebut adalah :
 Berwawasan luas
 Menyayangi anak
 Sabar dan bijaksana
 Lembut dan baik hati
 Tekun dan teliti
 Menjadi contoh
 Tanggap dan mampu mengambil tindakan
 Memahami dan bersikarp positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
2. Modal Profesional
Modal professional mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan konseling. Semuanya itu dapat diperoleh
melalui pendidikan dan atau pelatihan khusus dalam program pendidikan bimbingan dan
konseling. Dengan modal professional itu, seorang tenaga pembimbing (Guru Pembimbing dan
Guru Kelas) akan mampu secara nyata melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling menurut
kaidah-kaidah keilmuannya, teknologinya dan kode etik profesionalnya.
3. Modal Instrumental
Pihak sekolah atau satuan pendidikan perlu menunjang perwujudan kegiatan Guru
Pembimbing dan Guru Kelas itu dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang
merupakan modal instrumental bagi suksesnya bimbingan dan konseling, seperti ruangan yang
memadai, perlengkapan kerja sehari-hari, instrument BK dan sarana pendukung lainnya. Dengan
kelengkapan instrumental seperti itu kegiatan bimbingan dan konseling akan memperlancar
dalam keberhasilannya akan lebih dimungkinkan.

3
Disamping itu, suasana profesional pengembangan peserta didik secara menyeluruh perlu
dikembangkan oleh seluruh personil sekolah. Suasana profesional ini, selain mempersyaratkan
teraktualisasinya ketiga jenis modal tersebut, terlebih-lebih lagi adalah terwujudnya saling
pengertian, kerjasama dan saling membesarkan diantara seluruh personil sekolah.
A. Peran Kepala Sekolah Dalam Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling
Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan
oleh keahlian dan ketrampilan para petugas bimbingan dan konseling itu sendiri, namun juga
sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala
sekolah sebagai administrator dan supervisor.
Sebagai administrator, kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan
seluruh program sekolah, khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang
dipimpinnya. Karena posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling
berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan
program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan
konseling. Ia membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di sekolahnya.
Secara lebih terperinci, Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan
peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah, sebagai berikut:
 Memberikan support administrative
 Menentukan staf yang memadai
 Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya
 Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau konselor dalam hal
pengembangan program bimbingan dan konseling
 Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang tua murid,
dan masyarakat
 Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu
antara para konselor, guru dan pihak lain yang berkepentingan dengan layanan bk.
 Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling
 Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan.

4
 Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang program bimbingan dan konseling dan
penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh staf sekolah
 Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan waktu
belajar.
 Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan memberdayakan para konselor
dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.

Dalam menginterpretasikan program bimbingan dan konseling mungkin perlu bantuan dari
staf bimbingan dan konseling, tetapi tanggung jawab terletak pada kepala sekolah sebagai
administrator. (R.N. Hatch dan B. Stefflre, dalam Kusmintardjo, 1992)
B. Peranan Guru BK Dalam Penyelenggaraan Kegiatan Bimbingan Dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan
dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
 Pengembangan kehidupan pribadi
 Pengembangan kehidupan sosial
 Pengembangan kemampuan belajar
 Pengembangan karir
C. Peran Guru Kelas Dalam Kegiatan Bimbingan Konseling Di Sekolah
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran
guru dalam kegiatan BK, yaitu:
 Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum
 Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan
lainnya.

5
 Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas).
 Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
 Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
 Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
 Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
 Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
 Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya.
2.2 PENGELOLAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD
A. Personel Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Personel pelaksanaan pelayanan bimbingan adalah segenap unsur yang terkait didalam
organigram pelayanan bimbingan,dengan koordinator dan guru pembimbing dan konselor
sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas masing – masing personel tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di
sekolah yang bersangutan. Secara singkat tugas kepala sekolah, yaitu mengkoordinir,
menyediakan sarana dan prasana, tenaga, mengawasi dan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pelayanan BK di sekolahnya.
2. Wakil Kepala Sekolah sebagai pembantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas – tugas
kepala sekolah termasuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.
3. Koordinator Bimbingan pembimbing bertugas mengoordinasi para guru
4. Guru Pembimbing/Konselor sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli,
5. Guru Mata Pelajaran sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program
latihan tertentu, dan sebagai personel yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa.
6. Guru kelas sebagai pengelola kelas tertentu sekaligus merangkap sebagai “Guru
Pembimbing” yang melaksanakan program BK.

6
B. Program Pelayanan
1. Perencanaan Program
Istilah perencanaan program bimbingan diartikan sebagai upaya para personil terkait kepala
sekolah, guru pembimbing, dan guru dalam mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk
kepentingan pelaksanaan program bimbingan di SD secara efektif dan efisien.
Beberapa alasan yang mendasari perlunya program bimbingan dipersiapkan secara
terencana, yaitu sebagai berikut.
a. Program bimbingan harus selaras dengan program sekolah secara keseluruhan.
b. Perencanaan dapat memfasilitasi pelaksanaan program bimbingan di sekolah.
c. Perencanaan akan mempermudah pembagian tugas di antara personil bimbingan.
d. Perencanaan memungkinkan terlaksananya semua kegiatan secara menyeluruh.
e. Keuntugan-keuntungan di atas akhirnya memungkinkan program bimbingan dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien.
Materi yang dimuat dalam setiap program satuan pelayanan disesuaikan dengan tingkatkan
kelas, kondisi, kebutuhan, dan permasalahan siswa yang bersangkutan. Ada empat pola
penyelenggaraan kegiatan bimbingan konseling oleh guru kelas, yaitu pola infusi ke dalam mata
pelajaran, pola pelayanan khusus, pola alih tangan kasus, dan pola ekstrakulikuler.
Pada awal tahun ajaran guru-guru kelas diharapkan menyusun program tahunan bimbingan
dan konseling, kemudian diperinci menjadi program-program semester, program bulanan, dan
satuan-satuan kegiatan.
C. Operasionalisasi Program Bimbingan dan Konseling
1. Tenaga
Tenaga utama dalam pelayanan BK di SD adalah guru kelas. Guru kelas hendaknya dibekali
dengan wawasan dan berbagai keterampilan dasar dalam bidang bimbingan dan konseling.
2. Prasarana
Guru kelas dapat menggunakan ruangan kelas sendiri beserta segenap perabotannya untuk
kegiatan bimbingan dan konseling, sekaligus sebagai ruangan perlengkapan bimbingan.
3. Sarana
Sarana yang diperlukan guru kelas untuk menunjang layanan bimbingan adalah: Alat
penyimpan data khususnya dalam bentuk himpunan data.Perlengkapan administrasi seperti:
blanko surat, agenda surat, alat-alat tulis, dan sebagainya.

7
4. Waktu
Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan pada jam-jam
pelajaran di sekolah maupun di luar jam sekolah. Guru pembimbing ahli dapat ditugasi
menyelenggarakan layanan dan kegiatan pendukung BK di luar jam pelajaran di sekolah
5. Kerjasama
Layanan bimbingan yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya
kerjasama guru kelas dengan pihak-pihak yang terkait baik di dalam maupun di luar sekolah.
6. Dana
Dana diperlukan bagi penyediaan prasarana dan sarana yang memadai, juga keperluan lain
seperti pelengkapan administrasi, dan kunjungan rumah.
7. Pengawasan
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan secara tepat diperlukan kegiatan
pengawasan bimbingan baik secara teknik maupun secara administrasi yang dilakukan oleh
pengawas khusus yang profesional (sesuai SK Menpan No. 26/1989). Fungsi kepengawasan
layanan bimbingan antara lain memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di sekolah.
2.3 PENGEMBANGAN PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SD
Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah diklasifikasikan ke
dalam empat jenis layanan, yaitu:
1. Layanan dasar bimbingan bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan
perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas
perkembangan siswa SD.
2. Layanan responsif bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat
penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif.
Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi.
Isi layanan responsif adalah bidang pendidikan, belajar, sosial, pribadi, karier, tata tertib SD,
narkotika dan perjudian, perilaku sosial, serta bidang kehidupan lainnya.
3. Layanan perencanaan individual membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan
rencana-rencana pendidikan, karier, dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari
layanan ini adalah untuk membantu siswa, memantau pertumbuhan, dan memahami
perkembangan sendiri.

8
4. Dukungan sistem -- kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan
melalui pengembangan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan
guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian, dan
pengembangan (Thomas Ellis, 1990).

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan pelayanan bimbingan didukung oleh adanya organisasi, personel pelaksana,
sarana dan prasarana, dan pengawasan pelaksanaan pelayanan bimbingan. Personel pelaksanaan
pelayanan bimbingan adalah segenap unsur yang terkait didalam organigram pelayanan
bimbingan,dengan koordinator dan guru pembimbing dan konselor sebagai pelaksana utamanya.
Program pelayanan meliputi perancanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut program. Pelayanan
bimbingan dan konseling di SD dapat dikembangkan dengan mengembangkan para
pelaksananya (guru kelas), program-programnya, prasarana dan sarana, kerjasama dan dukungan
moril dan materil dari kepala sekolah.
B. SARAN
Seorang guru bimbingan konseling tidak akan dapat mengelola dan mengembangkan
pelayanan bimbingan dan konseling itu sendirian tanpa ada bantuan dari pihak-pihak terkait
seperti guru kelas, kepala sekolah bahkan orang tua murid yang sangat mengatahui kondisi dan
karakter dari anak asuh mereka. Agar pelayanan ini dapat berjalan dengan baik maka seorang
guru BK hendaknya saling berhubungan baik dengan staf terkait.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://lembahpendidikan.blogspot.com/2017/01/makalah-pengelolaan-dan-pengembangan.html

https://himitsuqalbu.wordpress.com/2011/11/20/penyelenggaraan-bimbingan-dan-konseling/

11

Anda mungkin juga menyukai