Anda di halaman 1dari 16

PERAN GURU DALAM LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DISEKOLAH

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Dan Penyuluhan

Dosen Pengampu : Drs. Chafidz Affandi, M.Pd.I

Disusun oleh

Ahmad Muzakki Ihsan 201955010104920

KELAS 5D

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Dan kami mengucapkan terima kasih kepada Drs. Chafidz Affandi, M.Pd.I selaku
dosen pembimbing mata kuliah Bimbingan dan Penyuluhan yang sudah memberikan
pengarahan serta bimbingan kepada kami sehingga ter-selesaikanya makalah ini, Serta tak lupa
kepada semua teman-teman kami yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Peran
Guru Dalam Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah dan kami menyadari masih banyak
kesalahan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan
untuk perbaikan agar lebih baik ke depanya, akhir kata semoga Allah SWT selalu senantiasa
meridhoi segala apa yang kita lakukan, Aamiin.

Bojonegoro, 1 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Program Bimbingan Konseling di Sekolah ................................................................ 3
B. Peran Guru dalam Pelaksanaan BK ........................................................................... 5
C. Kerjasama Guru dan Konselor dalam Layanan BK ................................................. 9
D. Tugas dan Problem Guru dalam layanan Bimbingan Konseling di sekolah ........ 10
BAB III.................................................................................................................................... 12
PENUTUP............................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 paasal 3


menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

Proses pembelajaran atau belajar mengajar ini mencakup beberapa aspek atau
unsur utama, yakni guru dan murid (peserta didik). Guru atau pengajar merupakan
individu-individu yang memiliki tugas dan peranan penting dalam memberikan dan
mentransfer pengetahuan kepada para peserta didiknya, sedangkan murid atau peserta
didik adalah individu-individu yang berusaha mempelajari segenap pengetahuan yang
diajarkan, diberikan dan dijelaskan oleh para pengajar.

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang
ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun
dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan pengertian
konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi oleh klien.

1
Banyaknya terjadi kasus-kasus menyimpang dari aturan sekolah yang berlaku,
yang disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar. Artinya, baik masalah
yang datang atau timbul dari sekolah itu sendiri maupun lingkungannya itu sendiri. Jadi,
kepala sekolah, guru pembimbing, serta staf-staf yang ada di sekolah tidak mampu
mengatasi itu semua. Jadi disini dibutuhkan seorang guru yang bisa mengatasi itu
semua. Dimana guru tersebut telah memenuhi kriteria, dan keahlian dalam bidang
tersebut yaitu mengatasi masalah siswanya dalam memberikan layanan bimbingan
konseling.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja program yang ada dalam Bimbingan Konseling di sekolah?


2. Apa saja peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling?
3. Bagaimana kerjasama guru dan konselor dalam layanan Bimbingan Konseling?
4. Apa saja tugas dan problem guru dalam layanan Bimbingan Konseling di sekolah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui program apa saja dalam Bimbingan Konseling di sekolah


2. Untuk mengetahui peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling
3. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama antara guru dan konselor dalam layanan
Bimbingan Konseling
4. Untuk mengetahui apa saja tugas dan problem guru dalam layanan Bimbingan
Konseling di sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Program Bimbingan Konseling di Sekolah

Pelayanan bimbingan di lembaga pendidikan formal terlaksana dengan


mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Seluruh kegiatan itu terselenggarakan dalam
rangka suatu program bimbingan (guidance program), yaitu suatu rangkaian kegiatan
bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu,
misalnya satu tahun ajaran. Suatu program bimbingan dapat disusun berdasarkan suatu
kerangka berpikir tertentu, dan pola dasar pelaksanaan bimbingan tertentu. Kegiatan
bimbingan mencakup tiga jenis bimbingan, yaitu bentuk bimbingan, sifat bimbingan dan
ragam bimbingan, yang masing-masing memberikan corak tertentu pada kegiatan yang
tertampung pada suatu program bimbingan.
Di dalam program bimbingan, terdapat beberapa komponen, yang meliputi
susunan saluran formal untuk melayani para siswa, tenaga-tenaga pendidik yang lain, serta
orangtua siswa. Mengingat adanya beberapa jenjang pendidikan di sekolah, yang masing-
masing menampung siswa dari golongan umur dan tahap perkembangan tertentu, program
bimbingan di semua jenjang pendidikan itu akan menunjukkan perbedaan mendasar dalam
aspek-aspek yang disebutkan diatas; yaitu dalam kerangka berpikir dan pola dasar
pelaksanaan; dalam tekanan yang diberikan pada bentuk, sifat atau ragam bimbingan
tertentu; dan mungkin pula dalam mengutamakan atau tidak mengutamakan satu-dua
komponen tertentu dalam perencanaan serta penyelenggara program bimbingan. 1
Setiap program kerja, seyogyanya memiliki tujuan yang jelas dan diikuti oleh
indikator atau kriteria keberhasilan yang spesifik, serta target yang jelas dan spesifik.
Tanpa adanya hal-hal tersebut, suatu program kerja tidak akan memiliki arah yang jelas.
Shertzer & Stone (1971) juga mengemukakan lima kategori umum indikator atau kriteria
keberhasilan program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu sebagai berikut:
1. Reduction in scholastic failure, yaitu penurunan kegagalan dan masalah pembelajaran
di sekolah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

1
W. S. Winkel & M. M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media
Abadi), Cet. 9, 2013, hlm. 91

3
2. Reduction in discipline problems, yaitu penurunan masalah-masalah disiplin, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
3. Greater utilization of the counseling service, yaitu peningkatan pemanfaatan layanan
konseling secara sukarela.
4. Reduction in program chages, yaitu penurunan perubahan dalam program bimbingan
di tengah jalan.
5. Choice of “suitable” vocational goals, yaitu pilihan pekerjaan dan karier menjadi
semakin tepat (cocok dengan potensi dan karakteristik pribadinya)
Program layanan bimbingan diselenggarakan dengan maksud bahwa program
itu mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Telah disebutkan bahwa introduksi
program ini di sekolah adalah untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan diselenggarakannya layanan bantuan khusus ini diharapkan peluang tercapainya
tujuan pendidikan itu lebih besar. Untuk itu, bimbingan diberikan sifat dan fungsi sebagai
penunjang kurikulum sekolah dan ia dinyatakan sebagai bagian terpadu dari keseluruhan
sistem pendidikan di sekolah. Ibarat roda mobil penumpang, bimbingan adalah salah satu
dari keempat roda mobil, ukuran roda kelima alias roda serep.
Secara umum, penilaian (evaluasi) bermaksud mengetahui apakah sesuatu yang
dikerjakan mencapai hasil. Lebih khusus, penilaian bertujuan menentukan apakah tujuan
yang telah ditetapan tercapai dan seberapa jauh jika benar-benar tercapai. Usaha
pendidikan dan bimbingan dilakukan dengan pikiran bahwa usaha itu bermanfaat atau
berguna. Penilaian bermaksud menentukan manfaat atau nilai guna itu. Tersirat disini
adanya pertimbangan nilai (value judgment).
Secara garis besar, penilaian konseling berlangsung mengikuti tahap-tahap
perumusan tujuan, penetapan kriteria, pengumpullan data (bukti evidensi), dan
pertimbangan kecocokan evidensi itu dengan kriteria. Perumusan tujuan tahap penting dan
menentukan, terutama untuk penetapan kriteria. Penetapan kriteria merupakan masalah
dalam penilaian bimbingan. Program bimbingan yang kuantitatif lebih bersifat mudah
menilai, kriteria jelas, dan kuantitatif. Meskipun penilaian bimbingan itu sulit, tidak berarti
tidak mungkin untuk dijalankan. Dengan kriteria apapun, sukar bagi petugas bimbingan
mengklaim bahwa kalau berhasil, keberhasilan itu berkat daya upayanya sendiri. 2

2
Farid Mashudi, Pedoman Lengkap Evaluasi & Supervisi Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: DIVA Press),
Cet. 1, 2015, hlm. 91-94

4
B. Peran Guru dalam Pelaksanaan BK

Dalam kedudukan sebagai personel pelaksana proses pembelajaran di sekolah


guru memiliki posisi strategis. Dibanding dengan guru pembimbing atau konselor,
misalnya guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Apabila dirinci ada
beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru, ketika ia diminta mengambil
bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.
1. Guru sebagai informatory. Guru dalam kinerja dapat berperan sebagai infomator,
berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam
memasyrakatan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya.
2. Guru sebagai fasilitator. Guru berperan sebagai fasilitator terutama ketika
dilangsungkan layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif.
Dibandingkan guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar
yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarkan.
3. Guru sebagai mediator. Guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan
guru pembimbing. Misalnya saat diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa
yang memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.
4. Guru sebagai kolaborator. Sebagai mitra seprofesi, yakni sama-sama sebagai tenaga
pendidik sekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator. Konselor di sekolah,
misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi.
Secara operasional pelaksana utama layanan bimbingan dan konselor sekolah
dibawah koordinasi seorang koordinator bimbingan dan konseling. Penyelenggara
melibatkan personel sekolah lainnya agar lebih berperan sesuai batas-batas kewenangan
dan tanggung jawab. Personel mencakup: kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
koordinator bimbingan dan konseling, guru pembimbing, guru wali kelas, dan staf
administrasi. 3
Adapun peran guru dalam bimbingan konseling, meliputi
1. Peran guru kelas/mata pelajaran
Disekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran kepada peserta didik. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali
lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan konseling. Peran dan kontribusi guru mata

3
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Ed. 1, Cet. 1, 2010, hlm. 20-22

5
pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan
bimbingan konseling disekolah. Adapun tugas dan tanggung jawab guruguru mata
pelajaran dalam bimbingan konseling adalah:
• Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik
• Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi peserta didik yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data peserta
didik tersebut
• Mengalih tangankan peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada konselor
• Membantu mengembangkan suasana kelas
• Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penelitian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjut
• Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada Sembilan peran guru dalam
kegiatan bimbingan dan konseling, yaitu: 4
• Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informative,
labolatorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
• Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
• Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan kepada
peserta didik
• Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
• Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
• Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
• Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
• Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar.

4
Daryanto dan Mohammad Farid, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Gava Media), 2015, hlm. 29-30

6
• Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin
dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam
proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup:
• Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan
dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
• Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber
(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti
demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during
teaching problems).
• Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas
tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Abin
Syamsuddin menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher
counsel), di mana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang
diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau
masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial
teaching).
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan
sebagai:
• Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan
kepada masyarakat;
• Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus
menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
• Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta
didik di sekolah;

7
• Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh
oleh mpara peserta didik; dan
• Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan
merasa aman berada dalam didikan gurunya.
2. Peran wali kelas
Sebagai pengelola kelas tentunya dalam pelayanan bimbingan dan konseling,
wali kelas berperan:
• Membantu konselor melakukan tugas-tugasnya, khususnya dikelas yang
menjadi tanggung jawabnya.
• Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya.
• Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
• Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti
konferensi kasus.
• Mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan
konseling kepada konselor.
• Kerjasama guru dan konselor dalam layanan bimbingan konseling.
3. Peran guru pembimbing/konselor
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang harus dimiliki oleh seorang guru
penyuluh/ konselor.
a. Kualifikasi dan pendidikan guru penyuluh
Untuk menghadapi kebutuhan dewasa ini seorang guru penyuluh sekurang-
kurangnya harus sarjana muda. Ia harus memiliki kualifikasi yang
memungkinkannya untuk dapat melaksanakan tugas penyuluhan dengan berhasil
baik. Diantaranya: kecakapan scholastic, minat terhadap pekerjaannya, dan
kepribadian yang baik. 5

5
Daryanto dan Mohammad Farid, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Gava Media) ,2015, hlm. 34-36

8
b. Kewajiban dan tanggung jawab guru penyuluh
Pada umumnya guru penyuluh bertanggung jawab dalam melaksanakan
Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance) dan Bimbingan dalam masalah-
masalah pribadi (Personal Guidance). Lapun harus menetapkan kasus-kasus yang
perlu mendapatkan perhatiannya dengan segera dengan jalan meneliti catatan-
catatan sekolah, mengadakan pertemuan-pertemuan dengan anggota-anggota staff
sekolah lainnya, melaksanakan observasi yang dilakukannya sendiri dan
menggunakan teknik sosiometrik.

C. Kerjasama Guru dan Konselor dalam Layanan BK

Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan berjalan dengan baik bila mana
tidak ada kerjasama dari berbagai pihak atau orang-orang yang berkecimpung di dalam
dunia sekolah atau pendidikan.
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah, memerlukan intervensi
dan peran serta dari segenap pelaku pendidikan. Guru bimbingan dan konseling sebagai
pengemban misi bimbingan dan konseling tidak akan dapat berbuat banyak tanpa bantuan
dan kerjasama dengan personal terkait lainnya yang juga berperan dan bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.
Guru mata pelajaran merupakan pihak yang paling banyak berhubungan dengan
siswa, sehingga jalinan kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan guru mata
pelajaran akan membantu terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara
menyeluruh dan terpadu. Menurut muhaimin (2011:32) adalah:
“kerjasama dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling ini penting
sekali agar lebih mudah mencapai keberhasilan. Bimbingan konseling yang dilakukan
dengan mengesampingkan kerjasama antar berbagai pihak yang terlibat, baik secara
langsung maupun tidak, akan sulit mencapai keberhasilan. Bimbingan dan konseling tidak
dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan dari guru-guru lain atau bahkan orang tua di
rumah”.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah tidak dapat berdiri sendiri namun memerlukan koordinasi dengan berbagai pihak.
Kerjasama yang dikembangkan itu, tujuannya adalah untuk membantu siswa dalam
mengatasi masalah dan kesulitan yang dihadapi serta mewujudkan pertumbuhan dan
perkembangan guna mencapai kedewasaan siswa.

9
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses belajar pembelajaran tidak dapat
dipisahkan dari proses bimbingan. Ada beberapa pendapat mengenai hal ini yaitu : 6
1. Proses belajar menjadi sangat efektif apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung
dengan tujuan pribadi siswa.
2. Guru memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya lebih peka terhadapa
hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas.
3. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah/kesulitan secara lebih nyata.
Guru pembimbing mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan:

1. Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa dalam hal ini karena tenaga
pembimbing masih sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang
cukup banyak tidak bisa dilakukan secara intensif.
2. Keterlibatan guru pembimbing sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua
bentuk pelayanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi
tertentu.
Di lain pihak, guru juga mempunyai beberapa ketentuan menurut Koestoer
Pratowisastro (1982). Keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain:
1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah siswa yang bermacammacam, karena
guru tidak terlatih untuk melakukan semua tugas.
2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah
tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah.
D. Tugas dan Problem Guru dalam layanan Bimbingan Konseling di sekolah

Guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar


mengajar. Seorang guru dapat melakukan bimbingan didalam kelas dengan hal-hal
berikut:7
1. Guru sebagai pembangkit motivasi belajar. Pembangkitan motivasi belajar oleh guru
kelas dapat dilakukan secara khusus menggunakan jam pelajaran atau diselipkan sambil
mengajar atau memberikan latihan-latihan.

6
Daryanto dan Mohammad Farid, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Gava Media), 2015, hlm.40
7
Daryanto dan Mohammad Farid, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Gava Media), 2015, hlm.73-75

10
2. Guru sebagai tokoh kunci bimbingan. Guru memiliki hubungan yang erat dengan
murid. Karena guru banyak memiliki waktu dan kesempatan untuk mempelajari murid,
mengawasi tingkah laku dan kegiatannya.
3. Mengetahui peserta didik sebagai individu. Tugas pertama guru dalam bimbingan
adalah mengetahui atau lebih mengenal peserta didiknya. Kegiatan bimbingan tidak
akan berhasil dengan baik manakala guru kurang memahami peserta didik. Oleh karena
itu, diperlukan pemahaman atau pengetahuan terhadap peserta didik tentang
kebiasaannya dalam belajar, dalam bermain, kesehatannya, asal usulnya, teman-teman
karibnya, bahkan latar belakang social ekonominya.
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor professional
memang masih relative terbatas, maka peran guru sebagai pembimbing tampaknya menjadi
hal yang penting. Ada atau tidak ada konselor professional di sekolah, tentu upaya
pembimbingan terhadap peserta didik mutlak diperlukan.

Beberapa keterbatasan guru antara lain:

1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah peserta didik yang bermacam-
macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu.
2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah
tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah peserta didik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian bimbingan memiliki sifat dan fungsi sebagai penunjang


kurikulum sekolah dan ia dinyatakan sebagai bagian terpadu dari keseluruhan sistem
pendidikan di sekolah dan pendidikan di Indonesia sangat membutuhkan penerapan
program layanan bimbingan konseling agar peserta didik lebih terlihat perkembangannya.
Dan juga guru memiliki peranan penting dalam melakukan pelayanan bimbingan konseling
terhadap peserta didik namun dengan keterbatasannya guru tidak mungkin untuk
memecahkan berbagai macam masalah peserta didik.

B. Saran

Pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan baik dari segi pengajar ataupun


peserta didik, dengan menjalankan program program layanan bimbingan konseling maka
potensi dari peserta didik akn lebih termonitoring. Agar guru dapat mengoptimalkan
perannya sebagai pembimbing, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.
2. Guru dapat memperlakukan peserta didik sebagai indvidu yang unik dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan keunikan yang
dimilikinya
3. Guru seharusnya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling
percaya, termasuk didalmnya berusaha menjaga kerahasiaan data peserta didik yang
dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto dan Mohammad Farid. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Gava Media, 2015.

Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.

Mashudi, Farid. Pedoman Lengkap Evaluasi & Supervisi Bimbingan Konseling. Yogyakarta:
DIVA Press, 2015.

S. W. Winkel & M. M. Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.


Yogyakarta: Media Abadi, 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai