Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH
PENGEMBANGAN DIRI SISWA MELALUI PELAYANAN BK

Dosen Pengampu :

Bukhari Ahmad M,Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1

 Gina Sonia ( 2310207014 )


 Regi Malsya ( 2310207047 )
 Zaidatul adawiyah ( 2310207022 )

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia Nya sehingga makalah ini dengan lancar dapat terselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih terhadap pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan beberapa ide serta referensi. Agar makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Penulis sangat berharap agar makalah ini bisa dipraktekkan oleh dalam
kehidupan sehari-hari ataupun sebagai media pembelajaran. Penulis merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman dari penulis sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi

Kerinci ,September 2023

Penulis
3

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. Kedudukan BK dalam pendidikan................................................................................6
B. Ruang lingkup, sasaran dan pelaksaan BK di sekolah..................................................8
C. Orientasi pelaksanaan BK...........................................................................................10
D. Kualitas pribadi guru BK\Konselor.............................................................................12
BAB III......................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................14
A. KESIMPULAN...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan dalam kehidupan manusia,lebih-lebih dalam zaman modern ini


diakui sebagai satu kesatuan yang menentukan prestasi dan produktifitas seseorang.
Tidak ada satu fungsi jabatan dalam masyarakat tanpa melalui proses pendidikan.
Oleh karena itu masalah-masalah tersebut menarik perhatian masyarakat luas,
mengingat pendidikan menyangkut kehidupan masyarakat dan bangsa secara
keseluruhan. Pemberdayaan peran dan fungsi guru BK sekolah harus di
tingkatkan untuk mensukseskan kelancaran pembelajaran di sekolah.
Di sekolah, upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya
yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua
pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan
ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Tetapi yang harus
diingat, bahwa sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada
siswa yang mengalami penyimpangan perilaku sosial. Sebagai lembaga pendidikan,
justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala
penyimpangan perilaku sosial yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, model pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu
pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Pendekatan ini, berbeda dengan
pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek
jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih
mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan
dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan
Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih
mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya
di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa
tersebut dapat menyadari kesalahannya.
5

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kedudukan BK dalam pendidikan
2. Bagaimana ruang lingkup, sasaran dan pelaksanaan BK di sekolah
3. Apa orientasi pelaksanaan BK
4. Apa kualitas pribadi guru BK\Konselor

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui kedudukan BK dalam pendidikan
2. Mengetahui ruang lingkup, sasaran dan pelaksanaan BK di sekolah
3. Mengetahui orientasi pelaksanaan BK
4. Mengetahui kualitas pribadi guru BK
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan BK dalam pendidikan


Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan dalam
memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya, dan konseling diartikan sebagai
suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan lingkungan dengan penuh
berarti, dan menghasilakan pembentukan atau penjelasan tujuan-tujuan dan nilai
perilaku di masa mendatang.
Bertumpu pada pengertian tersebut, bimbingan dan konseling akan sangat
membantu lancaranya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, apalagi
pada masa sekarang ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali mengalami
problematika-problematika kehidupan.
Keadaan seperti ini sangat sekali membutuhkan suatu wadah (bimbingan dan k
onseling terutama di sekolah) untuk mampu membantu para kaum muda agar ia
bisa mengatasi problematika yang ada sehingga ia bisa terus mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
Bila diperhatikan faktor-faktor yang melatar belakangi perlunya pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah atau lembaga pendidikan, maka pelayanan
bimbingan dan konseling tidak hanya merupakan keharusan, tetapi juga menurut
suatu lembaga dan tenaga profesional dalam pengelolaannya.
Pembahasan berikut ini akan mengemukakan uraian tentang kedudukan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan dan bagaimana pula peranannya dalam
mencapai tujuan pendidikan serta beberapa alternatif pengelolaannya.
Dalam dunia pendidikan terdapat tiga wilayah pelayanan bimbingan dan
konseling yang tidak dapat dipisahkan, yaitu wilayah manajemen dan kepemimpinan,
wilayah pembelajaran yang mendidik, wilayah bimbingan dan konseling yang
memandirikan.

1. Wilayah manajemen dan kepemiminan

Wilayah ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab


dan pengambilan kebijaksanaan serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan
7

manajemen sekolah seperti perencanaan, pengadaan, dan pengembangan staff,


prasarana dan sarana fisik dan pengawasan. Pada umumnya bidang ini merupakan
tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi lainnya.

2. Wilayah pembelajaran yang mendidik

Wilayah ini meliputi semua bentuk pengembangan dan kurikulum dan


pelaksanaan pengajaran yaitu penyempaian dan pengembangan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kemampuan berkominunikasi peserta didik. Para guru
merupakan petugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan bidang ini. Pada
umumnya wilayah ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan
tanggung jawab utama staff pengajaran (staff edukatif).
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang
berarti terhadap pengajaran. Misalnya, siswa dapat mencapai prestasi belajar yang
optimal apabila terbebas dari masalah-masalah yang dapat mengganggu proses
belajarnya.

3. Wilayah bimbingan dan konseling yang memendirikan

Wilayah ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada
kegiatan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan tahap-tahap perkembangannya.
Alasan mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam
dunia pendidikan terutama dalam lingkup sekolah adalah karena beberapa hal, yaitu
karena perkembangan IPTEK, makna dan fungsi pendidikan, tugas dan tanggung
jawab guru, dan faktor psikologis peserta didik.
Peran BK dalam aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem
nilailah yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam peningkatan
mutu pendidikan. Lembaga bimbingan dan konseling dapat menjadi tempat setiap
persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap
kebanggaan diri diteguhkan.1
1
(Mustafa, 1392, hlm. 718)
8

B. Ruang lingkup, sasaran dan pelaksaan BK di sekolah

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mempunyai


ruang lingkup yang luas dan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu fungsi, sasaran,
layanan, dan masalah.
Pertama, segi fungsi. Dilihat dari segi fungsi, ruang lingkup pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mencakup fungsi-fungsi yaitu,
pencegahan, pemahaman, pengentasan, pemeliharaan, penyaluran, penyesuaian,
pengembangan, perbaikan.
Kedua, segi sasaran. Dilihat dari segi sasaran, ruang lingkup pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah diperuntukan bagi semua siswa
dengan tujuan agar siswa secara perorangan mencapai perkembangan yan optimal
melalui kemampuan: pengungkapan-pengenalan-penerimaan diri, pengenalan
lingkungan, pengambilan keputusan, pengarahan diri dan perwujudan diri.
Ketiga, segi layanan. Dilihat dari segi layanan yang diberikan, ruang
lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah meliputi
layanan yaitu, pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan, konseling, alih
tangan kasus (referal), dan penilaian dan tindak lanjut.
Keempat, segi masalah. Dilihat dari segi masalah, ruang lingkup pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah meliputi bimbingan pendidikan,
bimbingan karier, bimbingan pribadi-sosial.

Sasaran bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah adalah tiap-


tiap pribadi siswa secara perorangan; dalam arti mengembangkan apa yang ada pada
diri tiap-tiap individu (siswa) secara optimal agar masing-masing individu dapat
sebesar-besarnya berguna bagi dirinya sendiri, lingkungannya, dan masyarakat pada
umumnya.
Sasaran pengembangan pribadi tiap-tiap siswa melalui pelayanan
bimbingan dan konseling melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersbut adalah
pertama, pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri. Berkenaan dengan
pengungkapan, pertanyaan yang bisa diajukan adalah mengapa harus diungkap? Apa
yang mesti diungkap? Siapa yang diungkap? dan bagaimana cara mengungkapnya?
9

Tiap individu (siswa) diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dibekali dengan
potensi-potensi tertentu, namun tidak semua individu mampu mengungkap potensi
dirinya.
Dalam kondisi demikian, individu harus dibantu untuk mengungkap
potensi-potensinya. Demikian juga setiap individu (siswa) pasti memiliki masalah,
tetapi kompleksitasnya berbeda dengan yang lain. Tidak semua individu mengenal
atau mengetahui masalah dirinya. Oleh sebab itu, individu tersebut harus dibantu
untuk mengenali masalahnya. Selanjutnya, yang mesti diungkap dari individu adalah
potensi-potensi diri dan masalah yang dihadapinya, sedangkan yang diungkap adalah
semua siswa yang menjadi sasaran pelayanan bimbingan dan konseling.
Yang menjadi sasaran pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dijabarkan dari tugas-tugas perkembangan peserta didik pada jenjang persekolahan
tertentu dengan memperhatikan bidang-bidang bimbingan untuk jenjang
persekolahan tersebut.
Lingkup layanan bimbingan dan konseling di selokah dan madrasah
dewasa ini merujuk kepada pelayanan bimbingan dan konseling pola 17 yang
mencakup: pertama, Bimbingan dan konseling sebagai bentuk pemberian bantuan.
Kedua, bidang bimbingan dan konseling yang mencakup bimbingan: (1) pribadi, (2)
social, (3) belajar, dan (4) karier. Ketiga, bidang layanan bimbingan dan konseling
yang mencakup: (1) orientasi, (2) informasi, (3) penempatan atau penyaluran, (4)
pembelajaran, (5) konseling perorangan, (6) konseling kelompok, dan (7) bimbingan
kelompok. Keempat, kegiayan pendukung bimbingan dan konseling yang mencakup:
(1) instrumentasi, (2) himpunan data, (3) konferensi kasus, (4) kunjungan rumah, dan
(5) alih tangan kasus.
10

C. Orientasi pelaksanaan BK

Layanan bimbingan dan konseling perlu memiliki orientasi tertentu.


Menurut Humphreys dan Traxler (1954) sikap dasar pekerjaan bimbingan itu ialah
bahwa individual merupakan suatu hal yang sangat penting. Layanan bimbingan
hendaknya berfokus atau berorientasi pada perkembangan individu.
Dari segi lain, Prayitno (1982) menyatakan bahwa layanan bimbingan dan
konseling harus berorientasi pada masalah-masalah yang dihadapi oleh klien pada
saat ia berkonsultasi. Dengan istilah lain disebutkan asas kekinian. Ini berarti bahwa
bimbingan dan konseling harus berpusat atau berorientasi pada masalah yang
dihadapi oleh klien2.
1. Orientasi individual, Pada hakikatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan
satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang
pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki, dan sebagainya.
Menurut Willerman (1979) anak kembar satu telur pun juga mempunyai perbedaan,
apalagi kalau dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda. Ini membuktikan bahwa
kondisi lingkungan dapat memberikan andil terjadinya perbedaan individu. Tylor
(1956) juga menyatakan bahwa kelas social keluarga dapat menimbulkan terjadinya
perbedaan individu. Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat
mempengaruhinya dalam cara berpikir, cara berperasaan, dan cara menganalisis
masalah. Dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian
besar.

2. Orientasi perkembangan, Masing-masing individu berada pada usia


perkembangannya. Dalam setiap tahap usia perkembangan, individu yang
bersangkutan hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu. Setiap
tahap atau perkembangan mempunyai tugas-tugas perkembangan sendiri-sendiri
yang sudah harus dicapai pada akhir tahap masa perkembangannya itu. Pencapaian
tugas perkembangan di suatu tahap perkembangan akan mempengaruhi
perkembangan berikutnya (Ratna Asmara Pane, 1988). Pencapaian tugas
2
Soetjipto, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka CIpta, 2009) hal 80
11

perkembangan masa kanak-kanak/anak merupakan masalah yang sangat penting bagi


mereka agar berhasil pada tahap perkembangan selanjutnya (masa remaja), begitu
pula pencapaian tugas perkembangan masa remaja akan mewarnai keberhasilan
dalam melaksanakan tugas perkembangan masa dewasa dan seterusnya.

4. Orientasi masalah Layanan bimbingan dan konseling harus bertolah dari masalah yang
sedang dihadapi oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-
masalah lain yang tidak diperlukan oleh klien.Hal ini disebut dengan asas kekinian.
Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi)
dirasakan oleh klien. Kadang-kadang konselor terperangkap dalam hal-hal lain yang
sebenarnya tidak dirasakan sebagai masalah oleh klien yang bersangkutan. Akibatnya,
masalah yang sebenarnya justru tidak teratasi atau bahkan timbul masalah baru.
Konselor dapat saja membahas hal-hal lain asal masih ada kaitannya dengan
masalah yang dihadapi klien. Bilamana klien menyampaikan informasi atau berbicara
tentang masalah yang tidak ada kaitannya dengan kesulitan yang sedang dikonsultasikan,
maka konselor harus membawanya kembali kepada masalah yang sedang dihadapi.
Jangan sampai konselor hanyut dalam pembicaraan klien yang menyimpang dari tujuan
pemecahan masalah. Oleh karena itu, konselor harus arif dan bijaksana menanggapi
pembicaraan klien. Konselor harus selalu sadar akan arah sasaran yang akan dituju untuk
memecahkan masalah klien.
12

D. Kualitas pribadi guru BK\Konselor

Dalam perspektif dakwah dan komunikasi, konselor memainkan peran


sebagai dai atau komunikator yang menyampaikan pesan kepada konseli sebagai
komunikan agar dapat memiliki sikap dan perilaku tertentu. Apabila hal ini tercapai,
maka komunikasi yang dilakukan oleh konselor dipandang efektif.
Komunikator yang berhasil adalah mereka yang memiliki dua ciri, yaitu
trustworthy dan expertise. Trustworthy adalah sifat jujur dan percaya. Kedua sifat ini
sangat menentukan komunikan akan mengikuti ajakan (bimbingan) konselor ataukah
tidak. Indikator trustworthy adalah kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan apa
yang diperbuat. Expertise adalah keahlian; pengetahuan dan penguasaan seseorang
dalam bidang tertentu. Dua ciri inilah yang akan membentuk dan membangun
kredibilitas konselor di mata klien.
Dari dua perspektif di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
(efektivitas) bimbingan dan konseling terletak pada sejauh mana seorang konselor
dapat menanamkan nilai (sikap dan perilaku) pada klien.
Persoalannya adalah bagaimana hal itu bisa dilakukan? Prinsipnya adalah
keteladanan. “Keteladanan lebih baik daripada seribu nasihat,”ini adalah pepatah
yang penulis dapatkan di dinding sekolah tempat anak penulis belajar. Kira-kira
inilah yang pertama kali dan utama sekali untuk disadari dan tertanamkan pada diri
konselor dan pendidik pada umumnya. Sebelum konselor belajar kiat-kiat konseling
yang efektif, maka inilah kiat yang paling ampuh yang perlu digunakan.3
Beberapa penelitian pakar konseling menemukan bahwa keefektifan
konselor banyak ditentukan oleh kualitas pribadinya.

Secara umum, berangkat dari hasil penelitian tersebut, khususnya untuk


konteks Indonesia, beberapa karakteristik kepribadian yang perlu dimiliki seorang
konselor adalah sebagai berikut:beriman dan bertakwa; menyenangi manusia;
komunikator yang terampil; pendengar yang baik; memiliki ilmu yang luas, terutama
tentang wawasan tentang manusia dan sosial-budaya; menjadi narasumber yang
kompeten; fleksibel, tenang, dan sabar; menguasai keterampilan atau teknik;
3
Ibid., hal. 10.
13

memiliki intuisi; memahami etika profesi; respek, jujur, asli, menghargai, dan tidak
menilai; empati, memahami, menerima, hangat, dan bersahabat; fasilitator dan
motivator; emosi stabil; pikiran jernih, cepat, dan mampu; Objektif, rasioanl, logis,
dan konkrit; dan konsisten dan tanggung jawab.

Sementara itu, ABKIN (Asosiasi Profesi Bimbingan dan Konseling


Indonesia) merumuskan bahwa salah satu komponen standar kompetensi yang harus
dijiwai dan dimiliki oleh konselor adalah mengembangkan pribadi dan
profesionalitas secara berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi:
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat;
3. memiliki kesadaran diri dan komitmen terhadap etika profesional;
4. mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat tugas dan secara eksternal
antarprofesi ;
5. berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.

Apa yang diungkap oleh Willis maupun yang dirumuskan oleh ABKIN di
atas, mengisyaratkan bahwa porsi kecerdasan atau kematangan emosi dan spiritual
konselor harus lebih ditekankan daripada sisi intelektual dan keterampilan teknis.
Persoalannya adalah mampukah lembaga pendidikan menjadi konselor
yang dapat memenuhi kriteria tersebut atau pertanyaan besar bagi para ahli
bimbingan dan konseling adalah mampukah kita mendidik atau menghasilkan
konselor dengan segenap kompetensi di atas?
14

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kedudukan BK dalam dunia pendidikan meliputi wilayah manajemen dan
kepemimpinan, wilayah pembelajaran yang mendidik, dan wilayah bimbingan dan
konseling yang memandirikian.
Sasaran bimbingan dan konseling di sekolah adalah tiap tiap probadi siswa secara
perorangan, dalam arti mengembangkan apa yang ada pada diri tiap tiap individu
secara optimal agar masing masing individu dapt berguna bagi dirinya sendiri dan
orang lain.
Orientasi pelaksaan BK meliputi Orientasi individual, orientasi perkembangan
dan orientasi masalah.
Kualitas pribadi guru BK adalah :
1. Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa
2. MEnunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian kuat
3. Memiliki kesadaran diri dan komitmen terhadap etika professional
4. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat tugas dan secara
professional
5. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan
konseling
15

DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman.,1991.Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

https://syamsulariefin.wordpress.com/2012/03/15/bimbingan-dan-konseling/

ABKIN. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Al-Ghazali. 2008. Mutiara Ihya’ Ulumaddin.Terj. Oleh Irwan Kurniawan. Bandung: Mizan.

Ancok, Djamaludin & Fuat, NS. 1994. Psikologi Islami Solusi atas Problem-problem Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya.

Ginanjar A., Ary. 2004. ESQRahasia SuksesMembangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual.
Jakarta: Arga.

Bastaman, H.D.. 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam, Menuju Psikologi Islami. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai