Disusun Oleh:
Rizki Novitasari (201641033)
Lensi Susanti (20641023)
Kelas: BKPI-4B
Bismillahirrahmanirrahim...
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yang di Ridhoi
oleh Allah SWT yaitu dengan agama Islam. Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal
mungkin, demi terselesainya makalah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis
jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan
saran yang sifatnya membangun semangat penulis yang sangat penulis harapkan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alaamiin
Team Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................
C. Tujuan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..........................................................................
B. Saran...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1) LATAR BELAKANG
Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan pendidikan, yang berupaya memfasilitasi dan memandirikan peserta
didik/konseli agar dan konseling merupakan komponen integral sistem pendidikan pada
setiap satuan serta terprogram yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau
konselor untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli dalam mencapai
kemandirian. Bimbingan mencapai perkembangan yang utuh dan optimal.
2) RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menjadi dasar dari pelaksanaan kegiatan pendukung konseling di
SMA/MA?
2. Apa saja jenis kegiatan pendukung di SMA/MA?
3. Bagaimana pendekatan dan teknik kegiatan pendukung di SMA/MA?
4. Bagiamana operasionalisasi kegiatan pendukung di SMA/MA?
3) TUJUAN
1. Agar dapat memahami dasar dari pelaksanaan kegiatan pendukung konseling di
SMA/MA.
2. Agar dapat mengetahui jenis kegiatan pendukung di SMA/MA.
3. Agar dapat mengetahui serta memahami mengenai pendekatan dan teknik kegiatan
pendukung di SMA/MA.
4. Agar dapat mengetahui bagiamana operasionalisasi kegiatan pendukung di SMA/MA.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada jenjang ini, guru bimbingan dan konseling atau konselor menjalankan semua
fungsi bimbingan dan konseling yaitu fungsi pemahaman, fasilitasi, penyesuaian, penyaluran,
adaptasi, pencegahan, perbaikan, advokasi, pengembangan, dan pemeliharaan. Meskipun
guru bimbingan dan konseling atau konselor memegang peranan kunci dalam sistem
bimbingan dan konseling di sekolah, dukungan dari kepala sekolah sangat dibutuhkan.
Sebagai penanggung jawab pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas
terselenggaranya layanan bimbingan dan konseling. Selain itu, guru bimbingan dan konseling
atau konselor sekolah harus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain seperti guru
bidang studi, wali kelas, komite sekolah, orang tua peserta didik, dan pihak-pihak lain yang
relevan.
Adapun tujuan layanan, pendekatan, teknik dan strategi layanan yang ditetapkan guru
bimbingan dan konseling atau konselor harus mempertimbangkan karakteristik peserta
didik/konseli. Ketepatan rumusan tujuan, ketepatan pendekatan, teknik dan strategi layanan
yang dipilih sesuai dengan karakteristik peserta didik/konseli akan sangat mempengaruhi
keberhasilan proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling. Adapun karakteristik yang
perlu diperhatikan oleh konselor meliputi beberapa aspek-aspek dan juga tugas
perkembangannya sebagai berikut:2
a. Aspek Fisik
Peserta didik/konseli SMA berada pada masa remaja madya yang telah mencapai
kematangan fisik diantaranya: perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi, berat badan, dan
proporsi muka serta badan yang tidak lagi menggambarkan anak-anak. Hal ini
1
POP BK. 2016:8
2
Ibid., 2016:10-12
ditunjukkan dengan terbentuknya fisik khas laki-laki dan perempuan. Perkembangan fisik
yang telah sempurna diiringi dengan perkembangan psikoseksual dengan kematangan
organ-organ seksualnya. Mereka menjadi lebih memberikan perhatian terhadap
penampilan fisiknya serta mulai tertarik pada lawan jenisnya.
b. Aspek Kognitif
c. Aspek Sosial
d. Aspek Emosi
e. Aspek Moral
Aspek Moral peserta didik/konseli SMA sudah lebih matang jika dibandingkan
dengan usia anak atau remaja awal. Melalui pengalaman berinteraksi sosial dengan orang
tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya. Peserta didik berperilaku bukan
hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga aspek psikis, seperti rasa senang
dengan adanya penerimaan, pengakuan, atau penilaian positif dari teman sebaya atau
orang lain tentang perbuatannya.
f. Aspek Religius
Pada tahap usia ini, peserta didik sudah lebih matang dalam meyakini dan
melakukan ibadah sesuai aturan agamanya. Dalam kehidupan beragama, peserta didik
sudah melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Kegiatan ibadah yang
dilakukan bukan lagi berdasar dogma semata, melainkan berdasar kesadaran diri untuk
menjalankan perintah agama. Dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa itu, maka peserta didik seharusnya mengamalkan nilai-nilai
akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam kehidupannya sehari-hari.
1) Layanan langsung
a. konseling individual,
b. konseling kelompok,
c. bimbingan kelompok,
d. bimbingan klasikal,
e. bimbingan kelas besar atau lintas kelas,
f. konsultasi,
g. kolaborasi,
h. alih tangan kasus,
i. konferensi kasus,
j. layanan advokasi,
k. dan layanan peminatan.
2) Layanan bimbingan dan konseling melalui media
3
Ibid., 2016:14
4
Ibid., 2016:48-94.
a. papan bimbingan,
b. kotak masalah,
c. leaflet,
d. dan pengembangan media bimbingan dan konseling.
3) Kegiatan pendukung layanan (dukungan sistem)
a) Kegiatan administrasi, meliputi:
1) Pelaksanaan dan Tindak Lanjut Asesmen Kebutuhan
a. Batasan
b. Tujuan
Melaksanakan administrasi tes dan non tes baik oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor maupun oleh ahli lain,
Merumuskan tujuan bimbingan dan konseling berdasar kebutuhan peserta
didik/konseli,
Menyusun profil potensi peserta didik/konseli secara individual dan
kelompok,
Merumuskan prioritas kebutuhan peserta didik/konseli dan sekolah,
Menganalisis data yang teridentifikasi dari hasil tes dan non tes.
2) Penyusunan dan Pelaporan Program Bimbingan dan Konseling.
5
Ibid., 2016: 90-92.
Pelaksanaan Manajemen Bimbingan dan Konseling
6
Ibid., 2016:93-94.
pengembangan kemampuan profesional guru bimbingan dan konseling atau
konselor secara berkelanjutan untuk peningkatan kapasitas dan kompetensi meliputi
keikutsertaan pada kegiatan pendidikan dan latihan, seminar atau lokakarya, aktif
pada organisasi diskusi pannel, penelitian dalam bimbingan dan konseling, karya
ilmiah, karya inovatif dan kegiatan lainnya yang relevan.
a. Teknik Tes
Hasil tes yang lazim digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling
antara lain hasil tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, tes
kreativitas, tes sikap dan tes prestasi belajar. Guru bimbingan dan konseling atau
konselor hendaknya dapat memanfaatkan hasil tes untuk keperluan layanan
bimbingan dan konseling, sehingga layanan yang diberikan tepat sesuai kebutuhan
dan kondisi peserta didik/konseli, khususnya pemberian layanan yang mampu
membantu peserta didik mempersiapkan diri dalam kelanjutan studi.
Pendekatan
1. Pendekatan Krisis
Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi mengusulkan
untuk strategi yang digunakan dalam pendekatan krisis. Strategi yang digunakan
dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi
krisis itu. Contoh: Seorang peserta didik datang mengadu kepada guru sambil
menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang
menggunakan pendekatan krisis akan meminta peserta didik tersebut untuk
membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke
lantai. Bahkan mungkin guru tersebut memanggil teman peserta didik tersebut
untuk datang ke ruang guru untuk membicarakan penyelesaian masalah tersebut
sampai tuntas.
2. Pendekatan Remedial (tindak lanjut)
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan
kepada individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan
ini adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami
individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing memfokuskan tujuannya pada
kelemahan–kelemahan individu dan selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Dalam kegiatan pendukung ini, guru pembimbing harus membangun kerjasama
dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk bersama-sama
mengentaskan masalah yang dialami peserta didik/konseli.
3. Pendekatan preventif
Suryana dan Suryadi, mengatakan bahwa dalam pendekatan ini, guru
mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya
masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi,
8
Suryana, Asep., Suryadi. 2012.
kenakalan, merokok, membolos, menyontek, mengutil, bermain game on
line/internet dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada
peserta didik secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran bahwa
jika guru dapat mendidik peserta didik untuk menyadari bahaya dari berbagai
kegiatan dan menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka
guru akan dapat mencegah peserta didik dari perbuatan-perbuatan yang
membahayakan tersebut. Layanan yang diberikan tersebut berasal dari analisis
pada hasil penghimpunan data sebelumnya.
4. Pendekatan Pengembangan
Suryana dan Suryadi, mengusulkan bahwa strategi yang dapat digunakan dalam
pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan
konseling. Dalam contoh tersebut, jika guru menggunakan pendekatan perkembangan,
guru tersebut sebaiknya menangani peserta didik tadi sejak tahun-tahun pertama masuk
sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar bagi murid itu yang dapat
mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi yang diperlukan untuk melakukan
interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam pendekatan
perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan peserta
didik akan dirumuskan ke dalam suatu kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai
layanan dasar umum.
D. Operasionalisasi Kegiatan Pendukung di SMA/MA
Kemudian pada tahap akhir program konseling di SMA/MA, terdapat tiga (3)
tahapan yang meliputi;10
Evaluasi
Evaluasi proses adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan melalui analisis hasil
penilaian proses selama kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
berlangsung.
Evaluasi hasil adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang keefektifan layanan bimbingan dan konseling dilihat dari hasilnya.
10
Ibid., 2016: 95-104.
Prosedur evaluasi program bimbingan dan konseling dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
Tahapan analisis ini sangat tergantung pada jenis data dan informasi yang
telah diperoleh selama proses pengumpulan data. Data dan informasi yang diperoleh
dari hasil angket biasanya dianalisis secara kuantitatif dan disajikan dalam bentuk
frekuensi, persentase, dan grafik. Sedangkan data dan informasi yang didapat dari
observasi dan wawancara biasanya dianalisis secara kualitatif. Data dan informasi
yang telah disajikan kemudian diinterpretasi dan disimpulkan, sehingga deskripsi
akurat tentang pencapaian keberhasilan program bimbingan dan konseling dapat
dipahami dengan baik oleh seluruh pihak yang berkepentingan.
Hasil analisis data yang telah di buat kemudian dibandingkan dengan kriteria
dan standar keberhasilan dalam rangka mengambil keputusan mengenai
keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan program bimbingan dan konseling. Keputusan
yang diambil dapat berbentuk kategori; berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.
Setelah keputusan dibuat langkah selanjutnya membuat rekomendasi terhadap
kelanjutan program.
Pelaporan
Terdapat tiga aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam penyusunan laporan,
yaitu; a) sistematika laporan hendaknya logis dan dapat dipahami, b) deskripsi laporan
yang disusun hendaknya memperhatikan kaidah penulisan dan kebahasaan yang telah
dibakukan, dan c) laporan pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus
dilaporkan secara akurat dan tepat waktu. Akurasi laporan yang dibuat
menggambarkan detail diserahkan kepada pihak terlibat dan berkepentingan sesuai
dengan waktu yang telah keseluruhan layanan yang telah dilakukan. Bersifat tepat
waktu berarti laporan harus disepakati bersama. Langkah-langkah penyusunan
laporan pelaksanaan program bimbingan dan konseling dibagi dalam tiga tahap, yaitu;
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini guru bimbingan dan konseling atau konselor
menetapkan: 1) Informasi yang akan dilaporkan, 2) Alasan penyusunan laporan, 3)
Waktu pelaporan.
Penyajian data
Data yang sajikan adalah data dan informasi mengenai keterlaksanaan dan
ketercapaian tujuan program bimbingan dan konseling. Data yang disajikan adalah
data yang diperoleh dari hasil evaluasi.
Penulisan Laporan
Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini,
yaitu:
1. menentukan aspek-aspek perbaikan atau peningkatan yang akan dilakukan.
Perbaikan dan peningkatan sangat tergantung pada hasil evaluasi.
2. menyusun ulang desain program secara umum atau layanan bimbingan dan
konseling tertentu dalam rangka perbaikan atau pengembangan.
3. melaksanakan kegiatan tindak lanjut sesuai dengan aspek-aspek yang akan
diperbaiki atau dikembangkan dan alokasi waktu yang telah ditentukan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
SMA sebagai salah satu satuan pendidikan yang cukup sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Guru bimbingan dan konseling atau konselor sebagai tenaga profesional
yang diberi kewenangan menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
berkewajiban memberikan bantuan bagi peserta didik/konseli dalam rangka memfasilitasi
pencapaian kemandirian dan perkembangan yang optimal dalam aspek pribadi, sosial,
belajar, dan karir. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau
konselor pada akhirnya diharapkan dapat dilaksanakan oleh tenaga profesional dalam
jumlah utuh.
B. SARAN
Suryana, Asep., Suryadi. 2012. Modul Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Subdit
Kelembagaan. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam.