Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSELING FORMAT KHUSUS

Prosedur Dasar Pelayanan Konseling

Dosen Pengampu :
Dr. Yulinda S., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelas R4F: Kelompok 1
Dhia Aliyah Aura Amani 201901500543
Lathif Hadi Budianto 201901500568
Hisyam Umar 201901500588
Nuraini Az Zahrah 201901500607
Muhammad Rizky Febryanto 201901500610
Agus Saputro 201901570016

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITS INDRPRASTA PGRI
SEMESTER GENAP 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Prosedur Dasar Pelayanan Konseling” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konseling Format
Khusus. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yulinda S., M.Pd. selaku dosen
Mata Kuliah Konseling Format Khusus dan kepada teman-teman anggota kelompok
kami yang sudah bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dalam hal materi maupun penulisan. Namun demikian, kami telah berusaha dengan
segala kemampuan dan pengetahuan kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun maupun para
pembaca.

Jakarta, 20 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1
BAB II ...................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
A. Arah, Etika dan Prosedur Dasar Pelayanan Konseling .......................................... 3
B. Arah Dasar Kegiatan Pelayanan Konseling ............................................................. 3
C. Prosedur Dasar Pelayanan Konseling ....................................................................... 6
D. Etika Dalam Pelayanan Konseling ............................................................................ 8
BAB III................................................................................................................................... 11
PENUTUP .............................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli kepada individu/kelompok untuk pengembangan kES dan
pengentasan KES-T dengan fokus pribadi mandiri yang mampu mengendalikan
diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
dalam proses pembelajaran.
Kegiatan pelayanan konseling merupakan suatu kegiatan professional
yang dalam pelaksanaannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan
melainkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ada beberapa guru BK yang dalam melaksanakan layanan konseling
tidak sesuai dengan arah, etika dan prosedur dasar pelayanan konseling.
Akhirnya, layanan konseling yang dilakukan tidak tersalurkan kepada peserta
didik secara optimal sehingga peserta didik tidak memahami dan bahkan
banyak yang tida serius dalam mengikut layanan konseling.
Dari latar belakang tersebut, maka penyusun membuat makalah ini
dengan materi arah, etika, dan prosedur dasar pelayanan konseling.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa itu arah dasar kegiatan pelayanan konseling?
2. Bagaimana prosedur dasar pelayanan konseling?
3. Bagaimana etika dalam kegiatan pelayanan konseling?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui arah, etika dan prosedur dasar pelayanan konseling.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang arah, etika dan prosedur
dasar pelayanan konseling.

1
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Format Khusus yang
diampu oleh Ibu Dr. Yulinda, M.Pd.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arah, Etika dan Prosedur Dasar Pelayanan Konseling


Seluruh unsur dan keempat kompetensi dasar konselor sebagai pendidik
professional (kompetensi edagogis, kepribadian, sosial, da professional) itu,
menyatu, bersinergi dan berkimiawi dalam diri konselor, yang kemudian
terimplementasikan dalam kegiatan nyata pelayanan konseling professional
dalam kegiatan nyata pelayanan konseling professional terhadap subjek sasaran
pelayanan dengan OPS (Objek Praktik Spesifik), terarah pada pengembangan
KES dan/atau penanganan KES-T. Penyatuan seperti itu merupakan energy
konselor yang menjamin kesuksesan pelayanan profesi konseling (Prayitno,
2007; Prayitno & Afriva, 2011; Prayitno, 2015; Prayyitno, dkk, 2015).
Praktik layanan profesi konseling sepenuhnya mengadposi upaya
pendidikan dengan wujud terlaksananya suasana belajar dan proses
pembelajaran berlandaskan pada arah, etika, dan prosedur dasar konseling yang
telah dibelajarkan secara intensif pada program Bimbingan dan Konseling.
Untuk setiap kali layanan konseling hal-hal yang bersifat mendasar itu
diimplementasikan.

B. Arah Dasar Kegiatan Pelayanan Konseling


Dikutip dari Permendikbud No. 81.A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum Lampiran IV Bagian VIII, pelayanan Bimbingan dan Konseling
meliputi lima arah, yaitu (1) pelayanan dasar, (2) pelayanan pengembangan,(3)
pelayanan peminatan studi, (4) pelayanan teraputik, dan (5) pelayanan
diperluas.

1. Pelayanan Dasar

3
Pelayanan dasar yaitu pelayanan mengarah kepada terpenuhinya
kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan
minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-
emosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant
persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada
umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para
significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan
paling elementer siswa.
2. Pelayanan Pengembangan
Pelayanan pengembangan yaitu pelayanan untuk
mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan
tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang
cukup baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan
dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh
penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal,
serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada
umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi
peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga
kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan
pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang
dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan
mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.
3. Pelayanan Peminatan Studi
Pelayanan peminatan studi yaitu pelayanan yang secara khusus
tertuju kepada peminatan/ lintas minat/pendalaman minat peserta didik
sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah
peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang
bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan

4
segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada
dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman
minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan
pengembangan tersebut di atas.
4. Pelayanan Terapeutik
Pelayanan terapeutik yaitu pelayanan untuk menangani
pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar
dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan.
Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam
upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor
memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK atau
Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan
pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.
5. Pelayanan Diperluas
Pelayanan diperluas yaitu pelayanan dengan sasaran di luar diri
siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang
tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan
kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan
suskesnya tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran,
optimalisasi pengem-bangan potensi peserta didik. Pelayanan diperluas
ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan
kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan
teraputik tersebut di atas.
Arah dasar kegiatan pelayanan profesi konseling dapat disimpulkan
sebagai berikut.
a. Upaya konseling bertujuan mengembangkan KES (Kehidupan
efektif sehari-hari) dan menangani KES-T (kehidupan efektif

5
sehari-hari terganggu), denga fokus kemandirian pribadi dan
pengendalian diri.
b. Upaya konseling terarah pada pembelajaran klien agar klien belajar
dalam dimensi dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak bisa menjadi
bisa, dari tidak mau menjadi mau, dari tidak biasa menjadi biasa,
dan dari tidak bersyukur menjadi bersyukur serta tidak ikhlas
menjadi bersyukur dan ikhlas.
c. Konselor tidak pernah memihak, kecuali pada kebenaran.
d. Konselor tida bekerja dengan acuan sanksi ataupun hukuman.
e. Konselor memegang teguh rahasia klien.

C. Prosedur Dasar Pelayanan Konseling


Sebagai sebuah layanan professional, koseling tidak dapat dilakukan
secara sembarangan, melainkan harus dilakukan dengan cara tertib dan teratur
berdasarkan prosedur tertentu. Prosedur dasar praktik pelayanan konseling
dapat disimpulkan sebagai lima-an/in, yaitu pengantaran (introduction),
penjajakan (intervention), penafsiran (interpretation), pembinaan
(intervention), dan penilaian (inspection).
a. Pengantaran (introduction)
Kegiatan awal untuk membangun suasana raport sehingga
klien memasuki proses konseling dengan rasa nyaman, aman,
dinamis, positif, dan sukarela dalam membahas permasalahan atau
topic yang dikemukakan melalui penjelasan tentang tujuan, prinsip,
dan asas konseling. Dala pengantaran ini konselor memastikan
sehingga klien/konseli menjadi yakin bahwa dirinya memiliki
potensi yang perlu dan bisa dikembangkan. Tugas konselor adalah
membantu pengembangan potensi tersebut. Di samping itu konselor

6
juga memberikan contoh konkrit bahwa pada klien/konseli ada
sesuatu yang positif.
b. Penjajakan (intervention)
Kegiatan untuk mengungkapkan kondisi diri klien
(perasaannya, pikirannya, keinginannya, dalam suasan kekinian,
baik secara umum maupun dalam kaitannya dengan suatu
permasalahan atau topic yang dibahas.
c. Penafsiran (interpretation)
Kegiatan untuk memahami dan mendalami lebih jauh atas
berbagai hal yang ditampilkan dalam penyajian melalui proses klien
ber-BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak,
bertanggungjawab) secara positif. Kegiatan ini dapat terarah pada
(hasil) analisis diagnosis dan prognosis terhadap kondisi yang perlu
diperbaiki.
d. Pembinaan (intervention)
Kegiatan yang menunjang terbangunnya KES dan/atau
terisinya KES-T, berdasarkan hasil analisis diagnosis dan prognosis
terarah pada dipahaminya/dikuasainya oleh klien tindakan nyata
dengan acuan yang tepat, kompetensi yang memadai, usaha yang
efektif, perasaan yang positif dan tekad yang sungguh-sungguh
(AKURS) untuk melaksanakan pasca konseling.
e. Penilaian (inspection)
Kegiatan untuk mengetahui hasil yang dicapai klien melalui
dilaksanakannya penilaian segera (laiseg) di saat-saat akhir proses
konseling, penilaian jangka pendek (laijapen) untuk mengetahui
hasil pelaksanaan awal setelah proses konseling (pasca konseling)
yang diikuti oleh tindak lanut, dan penilaian jangka panjang
(laijapang) untuk masa yang lebih panjang sesudah pelaksaan lebih
lanjut pelayanan.

7
D. Etika Dalam Pelayanan Konseling
Konseling merupakan upaya pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli/professional. Sebagai layanan yang professional, konseling tidak
bisa dilaksanakan secara asal-asalan, harus ada keterampilan khusus yang
dimiliki oleh konselor. Sebagai seorang konselor yang professional,
keterampilan yang diperlukan bukan hanya sekedar kompetensi professional
yang dalam artian konselor hanya mampu memahami teoritis layanan konseling
dan menerapkanya, namun konselor juga harus diiringi etika-etika khusus
dalam melakukan konseling. Etika dalam proses konseling disusun dalam
bentuk kode etik profesi sehingga mudah dipahami, dihayati, dan dilaksanakan
oleh konselor.
Kode etik itu sendiri merupakan seperangkat aturan atau kaidah-kaidah,
nilai-nilai yang mengatur segala perilaku (tindakan dan perbuatan serta
perkataan) suatu profesi atau organisasi bagi para anggotanya. Sedangkan kode
etik profesi merupakan salah satu aspek strandarisasi profesi BK sebagai
kesepakatan profesional mengenai rujukan etika perilaku.
Dalam konseling, etika berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh
seorang konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang
konselor. Ada empat etika penting yang perlu dipahami, antara lain:
1. Profesional Responsibility
Selama proses konseling berlangsung, seorang konselr harus
bertanggungjawab terhadap kliennya dan dirinya sendiri. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Responding fully, artinya konselor harus bertanggungjawab untuk
memberi perhatian penuh terhadap klien selama proses konseling.

8
b. Terminating appropriately. Kita harus bisa melakukan terminasi
(menghentikan proses konseling) secara tepat.
c. Evaluating the relationship. Relasi antara konselor dan klien haruslah
relasi yang terapeutik namun tidak menghilangka yang personal.
d. Counselors responsibility to themselves. Konselor harus dapat
membangun kehidupannya sendiri secara sehat sehingga ia sehat secara
spiritual, emosional dan fisik.
2. Confidentiality
Konselor harus menjaga kerahasiaan klien. Ada beberapa hal yang perlu
penjelasan dalam etika ini, yaitu yang dinamakan privileged
communication. Artinya konselor secara hukum tidak dapat dipaksa untuk
membuka percakapannya dengan klien, namun untuk kasus-kasus yang
dibawa ke pengadilan, hal seperti ini bisa bertentangan aturan dari etika itu
sendiri. Dengan demikian tida ada kerahasiaan yang absolute.
3. Conveying Relevant Information to The Person In Counseling
Maksudnya klien berhak mendapatkan informasi mengenai konseling
yang akan mereka jalani. Informasi tersebut adalah:
a. Counselor qualifications: konselor haus memberikan informasi tentang
kualifikasi atau keahlian yang ia miliki.
b. Counseling consequences: konselor harus memberikan informasi
tentang hasil yang dicapai dalam konseling dan efek samping dari
konseling.
c. Time involved in counseling: konselor harus memberikan informasi
kepada klien beberapa lama proses konseling yang akan dijalani oleh
klien. Konselor harus bisa memprediksikan setiap kasus membutuhkan
beberapa kali pertemuan. Misalnya konselor dank lien bertemu
seminggu sekali selama 15 kali, kemudian sebulan sekali dan setahun
sekali.

9
d. Alternative to counseling: konselor harus memberikan informasi
kepada klien bahwa onseling bukanlah satu-satunya jalan untuk
sembuh, ada faktor lain yang berperan dalam penyembuhan, misalnya:
motivasi klien, natur dari problem, dll.
4. The Counselor Influence
Konselor mempunyai pengaruh yang besar dalam relasi konseling,
sehingga ada beberapa hal yang perlu konselor waspadai yang akan
memengaruhi proses konseling dan mengurangi efektifitas konseling. Hal-
hal tersebut adalah:
a. The counselor needs: kebutuhan-kebutuhan pribadi seorang konselor
perlu dikenali dan diwaspadai supaya tidak mengganggu efektifitas
konseling.
b. Authority: pengalaman konselor dengan figure otoritas juga perlu
diwaspadai karena akan memengaruhi proses konseling jika kliennya
juga fitur otoritas.
c. Sexuality: konselor yang mempunya masalah seksualitas yang belum
terselesaikan akan memengaruhi pemilihan klien, terjadinya bias dalam
konseling dan resistance atau negative transference.
d. The counselor’s moral and religious values: nilai moral dan religious
yang dimiliki konselor aka memengaruhi persepsi konselor terhadap
klien yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ia pegang.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam praktik layanan konseling mengadopsi upaya pendidikan dengan
terwujudnya suasana belajar dan pembelajaran yang berdasarkan arah, etika
dan prosedur dasar konseling.
Adapun arah kegiatan pelayanan konseling sendiri yang dikutip dari
Permendikbud No. 81.A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
Lampiran IV Bagian VIII meliputi lima arah, yaitu (1) pelayanan dasar, (2)
pelayanan pengembangan,(3) pelayanan peminatan studi, (4) pelayanan
teraputik, dan (5) pelayanan diperluas. Lalu arah dasar kegiatan pelayanan
konseling dapat disimpulkan sebagai:

1. Upaya konseling bertujuan mengembangkan KES dan menangani


KES-T.
2. Upaya konseling terarah pada pembelajaran klien agar klien belajar
dalam lima dimensi belajar.
3. Konselor tidak pernah memihak, kecuali pada kebenaran.
4. Konselor tidak bekerja dengan acuan sanksi ataupun hukuman.
5. Konselor memegang teguh rahasia klien.

Saat melakukan kegiatan pelayanan konseling, dalam pelaksanaannya


tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan melainkan harus dengan prosedur
tertentu agar pelayanan konseling dapat dilaksanakan secara teratur. Prosedur
dasar praktik pelayanan konseling dapat disimpulkan menjadi lima-an/in, yaitu
pengantaran (introduction), penjajakan (intervention), penafsiran
(interpretation), pembinaan (intervention), dan penilaian (inspection).
Sebagai seorang konselor yang professional, keterampilan yang
diperlukan bukan hanya sekedar kompetensi professional yang dalam artian

11
konselor hanya mampu memahami teoritis layanan konseling dan
menerapkanya, namun konselor juga harus diiringi etika-etika khusus dalam
melakukan konseling. Etika dalam proses konseling disusun dalam bentuk kode
etik profesi sehingga mudah dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh
konselor. Ada empat etika yang perlu diperhatikan oleh seorang konselor, yaitu:
(1) Profesional Responsibility, (2) Confidentiality, (3) Conveying Relevant
Information to The Person In Counseling, dan (4) The Counselor Influence.

B. Saran
Sebagai mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling, sudah
sepatutnya mempelajari dan memahami arah, etika, dan prosedur dasar
pelayanan konseling agar saat melaknasakan kegiatan pelayanan konseling
tidak sembarangan melainkan sesuai dengan ketentuan dan etika yang berlaku.

12
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 81.A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum Lampiran IV Bagian VIII. Jakarta: Depdiknas

Siregar, Julianda dan Evi Fitriyanti. 2020. Konseling Format Khusus. Malang:
Ahlimedia Press.

13

Anda mungkin juga menyukai