Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PRINSIP DAN ASAS PELAYANAN BK

DISUSUN OLEH :

NAMA : DINDA ROSANTY

NIM : 1183311046

JURUSAN : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

KELAS : EKSTENSI H

MATA KULIAH : DASAR DASAR BK

DOSEN PENGAMPU : NINDYA AYU PRISTANTI, M.Pd

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A. 2018

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “ Prinsip
Dan Asas Pelayanan BK ”. Dan juga saya berterima kasih pada Ibu Nindya Ayu Pristanti
M.Pd ,selaku dosen mata kuliah Dasar Dasar BK yang telah memberikan tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan.Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .…………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN .……………………………………………...1

1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………….1


1.2 TUJUAN ………………………………………………………..1
1.3 MANFAAT ……………………………………………………..1

BAB II ISI ………………………………………………………………..2

2.1 PRINSIP PELAYANAN BK …………………………………..2


2.2 ASAS PELAYANAN BK .………………………....................6

BAB III PENUTUP ………………………………………………………11

3.1 KESIMPULAN ………………………………….......................11


3.2SARAN …………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional
itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan
efektivitas proses dan hasil-hasilnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu
ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila
asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan
mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila asas-asas itu
diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan
dengan tujuan bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang
terlibat di dalam pelayanan, serta profesi bimbingan dan konseling itu sendiri.

1.2 TUJUAN
 Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dari pelayanan BK.
 Untuk mengetahui apa saja asas-asas dari pelayanan BK.

1.3 MANFAAT
Kita dapat mengetahui apa saja prinsip-prinsip dan asas-asas dari pelayanan BK dan kita
dapat menerapkannya dalam pelayanan BK sesuai asas dan prinsipnya.
BAB II

ISI

2.1 PRINSIP PELAYANAN BK

Prinsip adalah panduan dari hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan
konseling prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil
penelitian, dan pengalaman tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia
dalam sosial budayanya. Prinsip- prinsip ini berkaitan langsung dengan tujuan, sasaran
layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasionalisasi
pelayanan bimbingan konseling. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara


perorangan muupun kelompok. Individu sangat bervariasi, misalnya dalam hal jenis kelamin,
umur, status sosial, ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat, jabatan, minat, bakat, dan
sebagainya. Variasi dan keunikan individual, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap
dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya
prinsip-prinsip bimbingan konseling sebagai berikut:

 Bimbingan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis


kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi individu yang akan
diberikan layanan.
 Bimbingan dan konseling berkaitan dengan sikap dan tingkah laku individu yang
terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks.
 Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan
individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan
berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh individu
bersangkutan.
 Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan
penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman harus mempertimbangkan
berbagai aspek perkembangan individu.
 Perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya
memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu- individu tertentu, baik individu
itu anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa.

2. Prinsip-Prinsip Berkenaan Dengan Permasalahan Individu.

Dalam keseharian tidak semua pengaruh kehidupan bersifat positif. Faktor yang bersifat
negatif akan menghambat perkembangan dan akan menimbulkan permasalahan kepada
individu. Bimbingan dan konseling berfungsi membantu individu untuk keluar dari
permasalahannya, namun bimbingan dan konseling memiliki keterbatasan dalam:

 Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh


kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta
dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
 Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah
pada individu yang semuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan
konseling.
3. Prinsip-Prinsip Yang Berkenaan Dengan Tujuan Dan Pelaksanaan Pelayanan

 Bimbingan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya


mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan nya.
 Dalam proses bimbingan dan konseling, keputusan yang diambil dan akan dilakukan
oleh individu harusnya atas kemauan individu sendiri, bukan karena desakan atau
kemauan orang lain.
 Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dan bidang yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi.
 Kerja sama antara pembimbing dengan guru lain dan orang tua menentukan hasil
pelayanan pembimbingan.
 Pengembangan program layanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu
yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu
sendiri.

4. Prinsip-Prinsip Berkenaan Dengan Program Layanan


Prinsip-prinsip program layanan bimbingan dan konseling adalah:
 Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan
perkembangan. Oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan
dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan perkembangan secara utuh.
 Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi
lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.
 Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara
berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa.
5. Prinsip-prinsip Umum

Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua
kegiatan bimbingan dan konseling. Antara lain:

 Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlu
diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek
kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu, dalam pemberian layanan perlu dikaji
kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah
tersebut.
 Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang dibimbing.
 Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang
bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi
kesulitan-kesulitannya.
 Program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian
dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta
dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah.
 Pelaksanaan program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah
bersangkutan.
 Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara teratur
untuk mengetahui sampai di mana hasil dan rencana yang dirumuskan terdahulu.
6. Prinsip yang Berhubungan dengan Individu yang Dibimbing
 Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa.
 Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.
 Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus
didasarkan atas kebutuhan siswa. Oleh sebab itu, sebelum penyusunan program
bimbingan perlu di lakukan analisis kebutuhan siswa.
 Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang
bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.
 Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing.
Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing tidak boleh memaksakan kehendaknya
kepada individu yang dibimbing.
 Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing
dirinya sendiri. Tujuan akhir dari kegiatan ini ialah memandirikan individu yang
dibimbing (klien) dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
7. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Individu yang Memberikan
Bimbingan
 Koselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman,
dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan merupakan pekerjaan yang
memerlukan keahlian dan ketrampilan ketrampilan tertentu, maka pekerjaan
bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang.
 Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta
keahliannya melalui berbagai latihan penataran. Karena ilmu tentang bimbingan terus
berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnya.
 Konselor hendaknya selalun mempergunakan informasi yang tersedia mengenai
individu yang dibimbing beserta lingkungannya, sebagai bahan untuk membantu
individu yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih baik.
 Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu
yang dibimbingnya.
 Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan tehnik yang tepat
dalam melakukan tugasnya.
 Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam
bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan
perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
8. Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi
Bimbingan
 Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
 Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative record) bagi
setiap individu (siswa).
 Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan
 Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
 Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam situasi kelompok,
sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah
itu.
 Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang
menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan penyuluhan
pada umumnya.
 Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan bombing.

2.2 ASAS PELAYANAN BK

1. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien (peserta didik) kepada konselor (guru
pembimbing) tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan
yang tidak boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan
asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan,
maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak,
terutama penerima bimbingan klien, sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa
bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat
memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, sehingga
akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien dan para calon klien. Mereka
takut meminta bantuan sebab khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan
gunjingan. Apabila hal terakhir itu terjadi, maka tamatlah pelayanan bimbingan dan
konseling ditangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.
2. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari
pihak si terbimbing atau klien maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara sukarela
dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya
serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu
kepada konselor. Konselor hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau
dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
3. Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan,
baik keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan ini bukan hanya
sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, tetapi juga diharapkan masing-masing pihak
yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu
yang membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus
terang tentang dirinya sendiri, sehingga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian
berbagai kekuatan dan kelemahan klien dapat dilaksanakan.
4. Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan
bukan masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami
dimasa yang akan datang. Apabila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masalah lampau
dan/atau masalah yang akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang
diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalah merupakan latar belakang dan/atau latar
depan dari masalah yang dihadapi sekarang, sehingga masalah yang sedang dialami dapat
terselesaikan. Dalam usaha yang bersifat pencegahan, pada dasarnya pertanyaan yang perlu
dijawab adalah “apa yang perlu dilakukan sekarang”, sehingga kemungkinan yang kurang
baik di masa datang dapat dihindari.
5. Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri,
tidak bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing
setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b. Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil
konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling dan hal itu disadari baik oleh
konselor maupun klien.
6. Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien
melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha
bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien, sehingga
klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah
yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
Asas ini merujuk pada pola konseling “multidimensional” yang tidak hanya
mengandalkan transaksi verbal antara klien dengan konselor. Dalam konseling yang
berdimensi verbal pun asas kegiatan masih harus terselenggara, yaitu klien mengalami proses
konseling dan aktif pula melaksanakan atau menerapkan hasil-hasil konseling.
7. Asas Kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada
diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah
sekedar mengulang hal yang lama, yang bersifat menonton, melainkan perubahan yang selalu
menuju ke suatu pembaharuan, suatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah
perkembangan klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang
hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang,
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
8. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian
klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau
keadaannya tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.
Disamping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses
layanan yang diberikan. Hendaknya aspek layanan yang satu jangan sampai tidak serasi
dengan aspek layanan yang lain.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang
luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber
yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam
keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya layanan bimbingan dan konseling.
9. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu,
maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi dan layanan harus sesuai dengan
norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak
menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Bukanlah layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan jika isi dan pelaksanaannya
tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
Ditilik dari permasalahan klien barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan
konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah
melanggar norma tertentu), tetapi justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah
tingkah laku yang melanggar norma itu diarahkan kepada lebih bersesuaian dengan norma.
Lebih jauh, layanan meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati, dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan
sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik, dan alat (instrumentasi bimbingan dan
konseling) yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya,
sehingga dengan itu dapat dicapai keberhasilan pemberian layanan. Pelayanan bimbingan dan
konseling adalah pelayanan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang
khusus dididik untuk pekerjaan itu.
Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan
sarjana bidang bimbingan dan konseling), juga kepada pengalaman. Teori dan praktek
bimbingan dan konseling perlu dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus
benar-benar menguasai teori dan praktek konseling secara baik. Keprofesionalan konselor
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling
maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alihtangan jika konselor
sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, tetapi individu yang
bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim individu kepada petugas atau badan yang lebih ahli. Konselor dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/ praktik dan lain-
lain.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. Demikian
juga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan
hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan
dorongan seperti itu.
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini
makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo,
ing madya mangun karso”.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan
pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap pada konselor saja, tetapi diluar
hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya manfaat
pelayanan.
BAB III

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang


teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yag diperoleh, serta mengetahui
kesesuaian antara program yang direncanakan dan pelaksanaannya, Prinsip-prinsip yang
dimaksud ialah landasan teoritis yang mendasari pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan berlangsung dengan baik. Dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah dikenal dengan asas-asas
bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam
penyelenggaraan pelayanan. Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik,
sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan.
Sebaliknya, apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan
yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling, bahkan akan
dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta profesi bimbingan dan
konseling itu sendiri.

4.2 SARAN

Bagi para konselor dalam melaksanakan kegiatan bimbingan perlu sekali memperhatikan
prinsip-prinsip dan asas-asas dalam pelayanan bimbingan konseling. Agar pelayanan
bimbingan dan konseling dapat terlaksana atau berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://belajarpsikologi.com/asa-bimbingan-konseling/#

https://othersidemiku.wordpress.com/2013/01/24/prinsip-prinsip-bimbingan-konseling/

https://esmaekothecyber.wordpress.com/2015/05/07/prinsip-prinsip-layanan-bimbingan-dan-
konseling/

Anda mungkin juga menyukai