Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

HAKIKAT BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Dosen Pengampuh :

Dra. Lucia M. Pati, M.Pd.

DISUSUN

Dwi Nanda Lawe (21105005)

3F

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bimbingan dan Konseling di SD
dengan tepat pada waktunya.

Makalah ini saya susun sebagai bentuk untuk memenuhi Tugas Individu pada mata
kuliah Bimbingan dan Konseling di SD. Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan terima
kasih kepada Ibu. Dra. Lucia M. Pati, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan
Konseling di SD yang telah membimbing serta membantu saya untuk menyelesaikan
makalah ini. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga makalah Bimbingan dan Konseling di SD ini dapat bermanfaat untuk


pembaca, tetapi saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
kesempurnaan tugas selanjutnya.

Tomohon, 02 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD........................................................3
2.2 Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD......................................................3
2.3 Kriteria Masalah dalam Bimbingan dan Konseling........................................3
2.4 Jenis-Jenis Masalah yang Sering Terjadi dalam BK di SD............................5
2.5 Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD.................................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................................8
3.1 Kesimpulan......................................................................................................8
3.2 Saran................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan (helping, aiding, assisting, availing),
maka yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, dan mengambil
keputusan adalah individu terbimbing (konseli) sendiri. Pembimbing (konselor) tidak
memaksakan kehendaknya tetapi berperan sebagai fasilitator bagi perkembangan individu
terbimbing. Pengertian konseling, menurut Surya dan Natawijaja (1986: 25) adalah semua
bentuk hubungan antara dua orang di mana yang seorang sebagai klien (konseli) dibantu
untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya, sedangkan yang seorang lagi bertindak sebagai konselor yang membantu
konseli.
Guru memiliki tanggung jawab besar untuk membantu peserta didik agar dapat
mengembangkan potensinya secara maksimal. Potensi yang dikembangkan tersebut tidak
hanya kecerdasan dan keterampilan belaka, melainkan menyangkut seluruh aspek
kepribadian peserta didik. Oleh karena itu seorang guru tidak cukup hanya memiliki
pemahaman dan kemampuan dalam bidang pembelajaran tetapi juga harus memiliki
pemahaman dan kemampuan dalam bidang bimbingan dan konseling. Guru yang
memahami konsep-konsep bimbingan diharapkan dapat berfungsi sebagai fasilitator
perkembangan siswa, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, moral,
maupun spiritual. Melalui tulisan sederhana ini akan dicoba untuk mengungkap
pengertian, fungsi,azas, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling serta hubungannya
dengan pendidikan.
Fungsi Pemahaman, fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensi-potensinya) dan lingkungannya (fisik,
sosial, budaya, dan agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu
mengembangkanpotensi dirinya secara optimal, dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. Fungsi Preventif, fungsi yang berkaitan
dengan upaya Pembimbing (konselor) untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah
yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya agar tidak dialami oleh
konseli.Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun
teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan pemberian informasi, dan
bimbingankelompok.
1

Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, misalnya bahaya minuman
keras, penyalahgunaan narkotika danobat-obatan (narkoba), pergaulan bebas (free sex),
dan lain-lain.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD.?
2. Apa Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD.?
3. Apa Saja Kriteria Masalah dalam Bimbingan dan Konseling di SD.?
4. Apa Jenis-Jenis Masalah yang Sering Terjadi dalam BK di SD.?
5. Bagaimana Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD.?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Penulisan berdasarkan Rumusan Masalah di atas, yaitu :
1. Untuk Mengetahui Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD.
2. Untuk Mengetahui Alasan Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD.
3. Untuk Mengetahui Kriteria Masalah dalam Bimbingan dan Konseling di SD.
4. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Masalah yang Sering Terjadi dalam BK di SD.
5. Untuk Mengetahui Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Bimbingan dan Konsling di SD


Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya
dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan
olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan dating.

2.2. Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD


Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang
melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan
aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat
dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan
rohani. Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan
seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses
bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah
dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan
relatif menetap. Ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di
sekolah yakni:
(1)   Masalah perkembangan individu,
(2)   Masalah perbedaan individual,
(3)   Masalah kebutuhan individu,
(4)   Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5)   Masalah belajar

2.3. Kriteria Masalah dalam Bimbingan dan Konseling di SD


Pada dasarnya, masalah ditandai oleh adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Namun, tidak semua masalah perlu ditangani melalui pendekatan
konseling. Suatu masalah perlu ditangani melalui konseling, bila memenuhi kriteria
tertentu.
3

Pada dasarnya, masalah tersebut berasal dari suatu masalah yang cukup serius, cukup
mengguncangkan pribadi konseli, masalah tersebut senantiasa mencekam sehingga
pikiran dan perasaan konseli tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan
berpengaruh terhadap perubahan fisiologik tubuh. Disisi lain, masalah tersebut sudah
berada diluar jangkauan konseli untuk mereda, menghalau ataupun untuk
menyelesaikannya sendiri. Sementara itu, bila masalah tersebut tidak diatasi maka akan
merugikan diri sendiri maupun pihak lain, terjadinya hambatan perkembangan,
penyimpangan sikap dan perilaku, salah perilaku dan inadekuat lain.
Selanjutnya, secara sadar konseli butuh bantuan dari orang lain untuk
menghadapi, mengatasi, dan memecahkan masalahnya yang berada di luar
kemampuannya. Jadi, masalah tersebut perlu digarap dengan cara-cara khusus, cara-
cara yang memadai. Dengan kata lain, masalah tersebut diatasi dengan bantuan orang
lain yang memiliki kompetensi atau keahlian sesuai dengan karakteristik dan kadar
permasalahanya perlu penanganan secara profesional.
Meski masalah tersebut cukup serius dan sifatnya spesifik, menimbulkan
ketegangan, kecemasan, ketakutan, frustasi ataupun konflik namun masalah tersebut
masih dalam jangkauan profesi bimbingan dan konseling, masih dalam kategori
“normal”, belum termasuk “abnormal”. Bila masalah konseli mencapai kadar yang
sangat berat, neuosus, diluar jangkauan konselor, maka perlu di “referal” kepada
psikologis klinis. Terlebih-lebih bila diagnosa masalah mengidentifikasi adanya
simtoma abnormalitas atau psikosis, maka merupakan kewenangan psikiater untuk
menanganinya.
Berikut ini adalah kriteria masalah dalam konseling secara prinsip, antara lain:
 Masalah sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang tergolong serius,
sifatnya khas dan cukup mengguncangkan kehidupan secara sosial maupum pribadi
dari konseli. Masalah yang dihadapi oleh konseli itu mempengaruhi kehidupan
pribadi maupun sosial dari konselinya.
 Masalah yang cukup serius itu, selalu mengganggu pikiran dan perasaan, serta
masalah tersebut diluar jangkauan subjek untuk mangatasi atau menyelesaikan
sendiri. Masalah tersebut adalah suatu masalah dimana konseli sudah merasa tidak
mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan dirinya sendiri. Maka, disini
konseli membutuhkan bantuan dari konselor untuk membantu salam upaya
pemecahan masalahnya tersebut.
 Bila masalah tersebut tak terpecahkan ataupun tak terselesaikan, maka akan
mengakibatkan kerugian bagi subjek maupun pihak lain yang boleh jadi berdampak
memunculkan masalah baru.
4

Jika suatu masalah yang dihadapi oleh konseli tidak segera terpecahkan atau
terselesaikan, maka masalah tersebut dapat memunculkan suatu masalah yang
baru dan akan mengganggu kehidupan dari konseli. Oleh sebab itu, suatu
masalah yang dihadapi oleh konseli harus secepatnya dapat terselesaikan
dengan baik.
 Pada gilirannya, konseli butuh bantuan pertolongan untuk memecahkan
masalahnya secara memadai, sehingga dapat mengembangkan pribadi
yang “balance”, produktif dan sehat. Konseli akan selalu membutuhkan
pertolongan bantuan dari seorang konselor dalam upaya pemecahan masalah
yang sedang dihadapi. Setelah memperoleh  bantuan dari konselor, maka
diharapkan konseli mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal, serta dapat hidup dengan seimbang, produktif, dan sehat.
 Dengan kata lain, masalah tersebut perlu ditangani secara profesional oleh figur
yang kompeten dan berwenang. Dalam menangani suatu permasalahan yang
dihadapi oleh konseli memang sudah seharusnya ditangani oleh orang yang
profesional dan sudah ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Jika dalam
menangani suatu masalah itu tidak ditangani oleh orang yang sudah profesional,
maka akan menjadi ketakutan, apabila pemecahannya tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh konseli atau tidak sesuai dengan tugas perkembangan dari
konseli yang bersangkutan.
 Akhirnya, masalah yang dimaksud berada dalam ruang lingkup kewenangan
konselor yaitu masalah-masalah melanda pada orang-orang normal. Seorang
konselor hanya akan membantu memecahkan masalah dari konseli yang masih
dalam keadaan normal, atau tidak sedang mengalami gangguan jiwa (abnormal).
Jika konseli sudah berada dalam suatu keadaan yang abnormal, maka hal itu
sudah tidak menjadi kewenangan dari seorang konselor. Dengan kata lain,
masalah itu bisa dialih tangankan kasus ke orang yang lebih ahli, misalnya
seorang psikiater.

2.4. Jenis-Jenis Masalah Yang Sering Terjadi dalam BK di SD


Berikut ini ada beberapa masalah yang dialami oleh para remaja di sekolah menengah,
antara lain:
1. Masalah Emosi
Secara tradisional, masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang kurang
tampak irasional.

5
Hal ini dapat dilihat dari gejala yang nampak pada mereka, misalnya mudah marah.
Keadaan seperti ini sering kali menimbulkan berbagai permasalahan khususnya dalam
kaitannya dengan penyesuaian diri di lingkungannya.
2. Masalah Penyesuaian Diri
Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan
dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis baik
dengan sesama remaja maupun dengan orang-orang dewasa di luar lingkungan
keluarga dan sekolah. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah bersama
dengan teman-temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dipahami jika pengaruh
teman sebaya dalam segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih
besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat bergantung pada pola-
pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah dalam bergaul.
3. Masalah Perilaku Seksual
Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubungan dengan
kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan
lawan jenis dan belajar memerankan peran seks yang diakuinya. Pada masa ini,
remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti
oleh keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan
jenis. Sebagai akibatnya, remaja memiliki minat yang tinggi terhadap seks.
4. Masalah Perilaku Sosial
Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari adanya
diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau sosial ekonomi
yang berbeda. Dengan perilaku-perilaku sosial seperti ini, maka akan dapat
melahirkan geng-geng atau kelompok-kelompok remaja, yang pembentukannya
berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama, suku, dan sosial ekonomi.
Pembentukan kelompok atau geng pada remaja tersebut dapat memicu terjadinya
permusuhan antar kelompok atau geng.
5. Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh adanya ketidakmampuan
remaja dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, ataupun
dalam kelompok remaja. Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dengan
mana yang salah dapat membawa masalah bagi kehidupan remaja pada khususnya
dan pada semua orang pada umumnya.
6
Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah yang demikian, maka sekolah
sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan dan
meningkatkan budi pekerti. Contoh dari masalah moral ini adalah mencontek saat
ujian.

2.5. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD


Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu
peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman
(2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
 Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
 Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran
dan lain-lain.
 Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam
proses belajar-mengajar
 Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
 Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
 Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
 Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.
 Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
 Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
7

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling yang melibatkan lembaga konseling, konselor dan


konselee ini, tentu tidak lepas dari pengaruh dinamisasi ruang dan waktu kehidupan
yang senantiasa menawarkan perubahan. Oleh karenanya, agar bimbingan dan
konseling ini senantiasa efektif dan berkembang lebih baik, maka ke tiga unsur yang
ada dalam konseling tersebut harus senantiasa ditinjau ulang, baik secara teori
maupun praktik. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahpahaman
pemaknaan yang tentu saja akan berdampak pada praktiknya.

Banyaknya problem yang terjadi dalam konseling, problematika konselor dan


konselee kebanyakan lahir dari ketidakpahaman yang mendalam tentang konseling.
Oleh karena itu, image ketiga unsure konseling harus benar-benar dibangun kembali
menjadi lembaga yang benar-benar nyaman untuk sharing yang solutif berbagai
macam masalah yang dihadapi peserta didik. Ketiga unsur di atas bukanlah hal yang
berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terkait antara satu dan yang lain. Maka,
semuanya harus dipahami secara utuh agar pelaksanaanya bisa optimal.

3.2. Saran

Pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi,


penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok.

Guru Sekolah Dasar harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling


tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini
mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian
siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
8

DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Pusat Pengembangan

MKU/MKDK-LP3 UNNES.

Supriyo dkk. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Perc. Swadaya

Manunggal Semarang.
9

Anda mungkin juga menyukai