Dosen Pengampuh :
DISUSUN
3F
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bimbingan dan Konseling di SD
dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini saya susun sebagai bentuk untuk memenuhi Tugas Individu pada mata
kuliah Bimbingan dan Konseling di SD. Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan terima
kasih kepada Ibu. Dra. Lucia M. Pati, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan
Konseling di SD yang telah membimbing serta membantu saya untuk menyelesaikan
makalah ini. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD........................................................3
2.2 Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD......................................................3
2.3 Kriteria Masalah dalam Bimbingan dan Konseling........................................3
2.4 Jenis-Jenis Masalah yang Sering Terjadi dalam BK di SD............................5
2.5 Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD.................................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................................8
3.1 Kesimpulan......................................................................................................8
3.2 Saran................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, misalnya bahaya minuman
keras, penyalahgunaan narkotika danobat-obatan (narkoba), pergaulan bebas (free sex),
dan lain-lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, masalah tersebut berasal dari suatu masalah yang cukup serius, cukup
mengguncangkan pribadi konseli, masalah tersebut senantiasa mencekam sehingga
pikiran dan perasaan konseli tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan
berpengaruh terhadap perubahan fisiologik tubuh. Disisi lain, masalah tersebut sudah
berada diluar jangkauan konseli untuk mereda, menghalau ataupun untuk
menyelesaikannya sendiri. Sementara itu, bila masalah tersebut tidak diatasi maka akan
merugikan diri sendiri maupun pihak lain, terjadinya hambatan perkembangan,
penyimpangan sikap dan perilaku, salah perilaku dan inadekuat lain.
Selanjutnya, secara sadar konseli butuh bantuan dari orang lain untuk
menghadapi, mengatasi, dan memecahkan masalahnya yang berada di luar
kemampuannya. Jadi, masalah tersebut perlu digarap dengan cara-cara khusus, cara-
cara yang memadai. Dengan kata lain, masalah tersebut diatasi dengan bantuan orang
lain yang memiliki kompetensi atau keahlian sesuai dengan karakteristik dan kadar
permasalahanya perlu penanganan secara profesional.
Meski masalah tersebut cukup serius dan sifatnya spesifik, menimbulkan
ketegangan, kecemasan, ketakutan, frustasi ataupun konflik namun masalah tersebut
masih dalam jangkauan profesi bimbingan dan konseling, masih dalam kategori
“normal”, belum termasuk “abnormal”. Bila masalah konseli mencapai kadar yang
sangat berat, neuosus, diluar jangkauan konselor, maka perlu di “referal” kepada
psikologis klinis. Terlebih-lebih bila diagnosa masalah mengidentifikasi adanya
simtoma abnormalitas atau psikosis, maka merupakan kewenangan psikiater untuk
menanganinya.
Berikut ini adalah kriteria masalah dalam konseling secara prinsip, antara lain:
Masalah sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang tergolong serius,
sifatnya khas dan cukup mengguncangkan kehidupan secara sosial maupum pribadi
dari konseli. Masalah yang dihadapi oleh konseli itu mempengaruhi kehidupan
pribadi maupun sosial dari konselinya.
Masalah yang cukup serius itu, selalu mengganggu pikiran dan perasaan, serta
masalah tersebut diluar jangkauan subjek untuk mangatasi atau menyelesaikan
sendiri. Masalah tersebut adalah suatu masalah dimana konseli sudah merasa tidak
mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan dirinya sendiri. Maka, disini
konseli membutuhkan bantuan dari konselor untuk membantu salam upaya
pemecahan masalahnya tersebut.
Bila masalah tersebut tak terpecahkan ataupun tak terselesaikan, maka akan
mengakibatkan kerugian bagi subjek maupun pihak lain yang boleh jadi berdampak
memunculkan masalah baru.
4
Jika suatu masalah yang dihadapi oleh konseli tidak segera terpecahkan atau
terselesaikan, maka masalah tersebut dapat memunculkan suatu masalah yang
baru dan akan mengganggu kehidupan dari konseli. Oleh sebab itu, suatu
masalah yang dihadapi oleh konseli harus secepatnya dapat terselesaikan
dengan baik.
Pada gilirannya, konseli butuh bantuan pertolongan untuk memecahkan
masalahnya secara memadai, sehingga dapat mengembangkan pribadi
yang “balance”, produktif dan sehat. Konseli akan selalu membutuhkan
pertolongan bantuan dari seorang konselor dalam upaya pemecahan masalah
yang sedang dihadapi. Setelah memperoleh bantuan dari konselor, maka
diharapkan konseli mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal, serta dapat hidup dengan seimbang, produktif, dan sehat.
Dengan kata lain, masalah tersebut perlu ditangani secara profesional oleh figur
yang kompeten dan berwenang. Dalam menangani suatu permasalahan yang
dihadapi oleh konseli memang sudah seharusnya ditangani oleh orang yang
profesional dan sudah ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Jika dalam
menangani suatu masalah itu tidak ditangani oleh orang yang sudah profesional,
maka akan menjadi ketakutan, apabila pemecahannya tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh konseli atau tidak sesuai dengan tugas perkembangan dari
konseli yang bersangkutan.
Akhirnya, masalah yang dimaksud berada dalam ruang lingkup kewenangan
konselor yaitu masalah-masalah melanda pada orang-orang normal. Seorang
konselor hanya akan membantu memecahkan masalah dari konseli yang masih
dalam keadaan normal, atau tidak sedang mengalami gangguan jiwa (abnormal).
Jika konseli sudah berada dalam suatu keadaan yang abnormal, maka hal itu
sudah tidak menjadi kewenangan dari seorang konselor. Dengan kata lain,
masalah itu bisa dialih tangankan kasus ke orang yang lebih ahli, misalnya
seorang psikiater.
5
Hal ini dapat dilihat dari gejala yang nampak pada mereka, misalnya mudah marah.
Keadaan seperti ini sering kali menimbulkan berbagai permasalahan khususnya dalam
kaitannya dengan penyesuaian diri di lingkungannya.
2. Masalah Penyesuaian Diri
Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan
dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis baik
dengan sesama remaja maupun dengan orang-orang dewasa di luar lingkungan
keluarga dan sekolah. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah bersama
dengan teman-temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dipahami jika pengaruh
teman sebaya dalam segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih
besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat bergantung pada pola-
pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah dalam bergaul.
3. Masalah Perilaku Seksual
Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubungan dengan
kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan
lawan jenis dan belajar memerankan peran seks yang diakuinya. Pada masa ini,
remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti
oleh keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan
jenis. Sebagai akibatnya, remaja memiliki minat yang tinggi terhadap seks.
4. Masalah Perilaku Sosial
Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari adanya
diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau sosial ekonomi
yang berbeda. Dengan perilaku-perilaku sosial seperti ini, maka akan dapat
melahirkan geng-geng atau kelompok-kelompok remaja, yang pembentukannya
berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama, suku, dan sosial ekonomi.
Pembentukan kelompok atau geng pada remaja tersebut dapat memicu terjadinya
permusuhan antar kelompok atau geng.
5. Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh adanya ketidakmampuan
remaja dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, ataupun
dalam kelompok remaja. Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dengan
mana yang salah dapat membawa masalah bagi kehidupan remaja pada khususnya
dan pada semua orang pada umumnya.
6
Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah yang demikian, maka sekolah
sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan dan
meningkatkan budi pekerti. Contoh dari masalah moral ini adalah mencontek saat
ujian.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
MKU/MKDK-LP3 UNNES.
Manunggal Semarang.
9