Anda di halaman 1dari 30

STUDI KASUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

SD Negeri 1 Teluk

Laporan Observasi Bimbingan Konseling

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Bapak Badarudin, S. Pd., M. Pd.

Kelompok 8

Anggota:

1. Annisya Nanda Purnama (2101100054)


2. Michelle Rose Malinda (2101100072)
3. Mitakhul Zanah (2101100082)
4. Muhammad Ilham Maulana (2101100069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan
Laporan Observasi ini dapat selesai dengan tepat waktu. Laporan Observasi ini dibuat
sebagai pemenuhan syarat dalam penyelesaian tugas mata kuliah terekait. Laporan ini
menitik beratkan pada observasi mengenai pelanggaran yang dilakukan siswa yang
membutuhkan bimbingan konseling di Sekolah Dasar, masalah yang diangkat, gambaran
masalah, latar belakang masalah, latar depan masalah, pengumpulan data, usaha
pencegahan, usaha pemecahan masalah, dan pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan
masalah.
Laporan ini jauh dari kata sempurna, ada keterbatasan serta hambatan yang penulis
hadapi dalam penyusunan laporan ini. Dan jika penelitian ini pada akhirnya dapat
diselesaikan dengan baik tentulah karena suatu bantuan serta dukungan dari berbagai pihak
ikut berpartisipasi didalamnya. Untuk itu, penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu.
Tidak ada yang dapat penulis berikan selain doa serta rasa terima kasih yang tulus.
Tidak lupa pula masukan yang berguna seperti saran dan kritik dari para pembaca yang
begitu diharapkan oleh penulis. Penulis berharap laporan observasi bimbingan konseling ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Purwokerto, 29 November 2022

Penulis

ii
DATAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................... 5
C. Tujuan.............................................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................. 6
BAB III PEMBAHASAN................................................................................ 10
A. Kasus Murid Kelas II........................................................................ 10
B. Kasus Murid Kelas III....................................................................... 14
C. Kasus Murid Kelas IV....................................................................... 18
D. Kasus Murid Kelas V........................................................................ 25
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia sekolah dasar, yakni dalam rentang usia 7 hingga 12 tahun sangat
membutuhkan adanya pendampingan dan pengawasan dari orang dewasa di
sekitarnya, terumata bimbingan dari orang tua saat di rumah, dan guru saat anak
berada di sekolah. Banyak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh anak SD yang
membutuhkan adanya bimbingan dan juga pengawasan. Oleh karena itu, amat
penting dilaksanakannya Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, guna
membimbing dan mengarahkan mereka menjadi lebih baik lagi.
Menurut Montessori dalam Suryabrata (2012: 188) periode II yang terjadi
pada anak usia 7 hingga 12 tahun ialah periode rencana Abstrak, dimana pada
periode ini, anak mulai memperhatikan hal-hal kesusilaan, menilai perbuatan
manusia atas dasar baik dan buruk dan karenanya muncullah kata hatinya. Sehingga
adanya pendidikan kesusilaan sangat dibutuhkan, dan adanya pengertian bahwa
setiap orang berhak mendapatkan kebutuhannya. Kebutuhan pada anak dalam
perkembangannya bermacam-macam, baik kebutuhan fisik, intelektual, sosial,
maupun afektif. Kebutuhan fisik berkaitan dengan kebugaran dan kesehatan,
ditambah pemenuhan kebutuhan pangan yakni berupa makanan dan minuman,
sandang atau pakaian, papan atau tempat tinggal. Kebutuhan intelektual berkaitan
dengan pengembangan segi-segi intelektual yang membutuhkan dukungan proses
belajar, lingkungan, dan fasilitas sosial yang kondusif. Untuk kebutuhan sosial,
berkenaan dengan terciptanya hubungan yang sehat dengan orang lain, baik dengan
teman di sekolah, luar sekolah, guru-guru, orang tua, dan juga warga masyarakat
lainnya.
Permasalahan yang ditemukan di SD Negeri 1 Teluk diantaranya
dilatarbelakangi oleh kurangnya dukungan dari orang tua siswa, sehingga
perkmebangan sang anak kurang diperhatikan, yang pada akhirnya menyebabkan
berbagai pelanggaran yang terjadi. Setiap anak memiliki perbedaan masalah yang
mereka hadapi, sehingga pelanggaran-pelanggaran yang terjadi juga sangat
beragam. Penanganan setiap masalah yang ada berbeda-beda, disesuikan dengan
usia dan juga karakter dari tiap anak dan idak dapat disamaratakan antara satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu, amat penting dilakukannya Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

iv
1. Bagaimana perkembangan belajar siswa di Sekolah Dasar?
2. Bagaimana keseharian siswa dalam bersosialisai dengan teman sekelasnya?
3. Apa saja yang dapat mempengaruhi masalah yang terjadi pada siswa di
Sekolah Dasar?
4. Bagaimana penanganan dan pencegahan yang dilakukan wali kelas dalam
mengatasi permasalahan pada siswa?

C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan belajar siswa di Sekolah dasar
2. Mengetahui keseharian siswa dalam bersosialisai dengan teman sekelasnya
3. Mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi masalah yang terjadi pada
siswa di Sekolah Dasar
4. Mengetahui penanganan dan pencegahan yang dilakukan wali kelas dalam
mengatasi permasalahan pada siswa

v
BAB II
KAJIAN TEORI

Sekolah merupakan lembaga yang memiliki peran pengambangan dan


pendampingan terhadap perkembangan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Di sekolah, pengembangan kognitif yaitu berupa
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan psikomotorik
menjadi tanggung jawab guru bidang studi. Sementara aspek afektif dan
psikomotorik secara lebih luas menjadi tanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler
serta bimbingan dan konseling dalam bentuk pengembangan diri.
Menurut PP No. 29/1990 tentang bimbingan dijelaskan bahwa bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam upaya membantu peserta didik
menemukan dirinya, mengenal lingkungannya dan merencanakan masa depannya.
Artinya bahwa perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik akan terjadi ika ada
kerja sama dan saling dukung antar guru mata pelajaran dan guru bimbingan
konseling. Bahkan yang terjadi di sekolah dasar yang tidak memiliki guru bimbingan
konseling secara khusus, sangat mungkin proses bimbingan dan konseling dilakukan
secara terpadu dan terintegrasi oleh guru kelas.
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling pada dasarnya merupakan satu kesatuan kata.
Bimbingan dan konseling di sekolah secara umum dimaknai sebagai proses
pendampingan terhadap peserta didik jangan sampai mengalami permasalahan
dalam belajar dan proses membantu peserta didik yang mengalami
permasalahan belajar. Bimbingan konseling terdiri dari dua kata yang memiliki
arti yang berbeda, yaitu bimbingan diartikan sebagai pendampingan serta
konseling yang berarti pemecahan masalah.
1) Bimbingan diartikan sebagai mengarahkan laupun memberikan nasihat dan
pendampingan. Bimbingan dalam arti luas berada dalam bentuk pendidikan
yang berupa asah, asih dan asuh oleh orang tua kepada anak-anak, kakak
kepada adiknya (Mapiare, A, 1984: 124), demikian juga guru terhadap
muridnya baik dalam situasi instruksional mupun situasi yang lain. Donald G
Mortensen dan Alan M. Schmuller memahami bimbingan sebagai bagian dari
komponen pendidikan yang menyediakandan memberikan layanan khusus
bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan potensinya.
Seddangkan menurut Moh. Surya, bimbingan merupakan bantuan secara
sistimatis agar peserta didik mencapai kemandirian, penerimaan diri,

vi
pengarahan diri dan perwujudan diri sebagai wujud pencapaian
perkembangan yang optimal.
2) Konseling merupakan proses menanamkan, menumbuhkan dan membangun
konsep diri serta kepercayaan diri peserta didik dalam memperbaiki
perilakunya di masa yang akan datang. Konsep diri dan kepercayaan diri
merupakan landasan aktivitas pesertal didik. Tanpa keddua hal tersebut
peserta didik akan mengalami hambatan dalam melewati fase-fase
perkembangannya. Menurut gibson, konseling merupakan proses menolong
individu dalam menyelesaikan masalahnya. Sedangkan Sukardi menyatakan
bahwa konseling merupakan proses interaksi dua orang (antara guru dan
siswa) untuk membantu mengatasi permasalahannya yang didasari
kompetensi profesional dan terintegrasi dengan proses pendidikan.
2. Makna, prinsip, fungsi, tujuan serta asas-asas bimbingan dan konseling
Ada beberapa landasan kerja bimbingan konseling:
1) Makna bimbingan dan konseling
Mengacu pada definisi dari bimbingan konseling yaitu proses yang dilakukan
secara kontinyu, terprogram dan sistematis yang dilakukan untuk memberi
bantuan dan bimbingan pada peserta didik.
2) Prinsip bimbingan dan konseling
Prinsip merupakan pedoman dalam melaksanakan suatu aktivitas. Prinsip-
prinsip pelaksanaan layanan bimbingan konseling mencakup sasaran
layanan, permasalahan yang dihadapi, program layanan dan pelaksanaan
layanan.
3) Fungsi bimbingan dan konseling
Fungsi bimbingan dan konseling pada dasarnya sangat banyak tetapi yang
utama adalah dapat dilihat dari konteksnya yaitu sebagai fungsi pemahaman,
fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan fungsi
pengembangan.
4) Tujuan bimbingan dan konseling
Myers menyatakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah
tercapainya pengembangan peserta didik secara optimal yang mengarah
pada perubahan positif. Sehingga tujuan bimbingan dan konseling adalah
membentuk peserta didik yang utuh dan seimbang secara aspek kepribadian,
sosial kemasyarakatan, keberagamaan dan susila untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan perkembangannya.
5) Asas-asas bimbingan dan konseling

vii
Kaidah-kaidah dalam bimbingan konseling dikenal sebagai asas-asas
bimbingan konseling sebagai berikut:
a) Kerahasiaan
b) Sukarela
c) Keterbukaan
d) Kekinian
e) Kemandirian
f) Kegiatan
g) Kedinamisan
h) Keterpaduan
i) Kenormatifan
j) Reffereal

B. Model dan pendekatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar


1. Model layanan bimbingan dan konseling di sekolah
a) Model bimbingan periode awal (Frank Person) ialah individu tersebut akan
menikmati pekerjaannya, perusahaan dan masyarakat juga diuntungkan
karena menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.
b) Model bimbingan periode pertengahan (MS. Vitels dan Williamson) berfungsi
sebagai penyembuhan terhadap permasalahan bukan sebagai bentuk/usaha
prevetif pada peserta didik,selain itu selama proses bimbingan konseling
perlu memperhatikan keseluruhan aspek-aspeknya dengan kata lain proses
bimbingan dan konselingdilakukan dengan memadukan barbagai model yang
ada.
c) Model bimbingan kontemporer meliputi model perkembangan, model
keterampilan hidup dan model religius selama tahap perkembangannya :
1) Kebutuhan individu untuk memahami diri
2) Kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
3) Kebutuhan memiliki wawasan dan orientasi saat ini dan di masa datang
4) Kebutuhan untuk mengembangkan potensi pribadi
2. Pendekatan preventif adalah bagaimana pembimbing mengajarkan pengetahuan
dan ketrampilan untuk mencegah munculnya permasalahan.
3. Pendekatan perkembangan pola bimbingan konseling perkembangan memiliki
kegiatannya yang lebih kompleks dan menyeluruh dengan visi educatif,
pengembangan dan menyeluruh. Kelebihan pendekatan ini :
1) Orientasi bimbingan konseling pada perkembangan fisik, ekologi, dan
psikologi

viii
2) Pelaksanaannya melibatkan orang tua, guru, dan semua pihak sekolah
3) Mengintegrasikan berbagai pendekatan dan lintas budaya

ix
BAB III
PEMBAHASAN

SD Negeri 1 Teluk merupakan salah satu satuan pendidikan dengan jenjang sekolah
dasar di kecamatan Purwokerto Selatan. SD Negeri 1 Teluk berada di pemerintah
kabupaten Banyumas dinas pendidikan dan kebudayaan. SD Negeri 1 Teluk yang
berakreditas B, NPSN 20302798 dan NSS 101030224009 yang terletak di jalan Hos
Notosuwiryo No 52, Teluk, Kec. Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas, Jawa Tengah,
Kode Pos 53145.
1. Profil Sekolah
a. Data Sekolah : SD NEGERI 1 TELUK
b. NPSN : 20302798
c. NSS : 101030224009
d. Status Sekolah : Negeri
e. Status Kepemilikan : Pemerintah
f. Alamat : Jl. Hos Notosuwiryo No. 52
g. Kelurahan : Teluk
h. Kecamatan : Purwokerto Selatan
i. Kabupaten : Banyumas
j. Provinsi : Jawa Tengah
k. SK Pendirian Sekolah : 421.22/026/65/85
l. Tanggal SK Pendirian : 11 Desember 1946
m. SK Izin Operasional : 421.2/026/I/65/85
n. Tanggal SK Izin Operasional : 01 April 1985
o. Akreditasi :B
p. Sumber Listrik : PLN
q. Daya Listrik : 2,200
r. Luas Tanah : 3,060 M
s. Akses Internet : Belum Ada

A. Kasus Murid Kelas II


Biodata Siswa
Nama : Dzakira Talita Zahra
Tempat dan Tanggal Lahir : Banyumas, 20 Oktober 2014
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 8 Tahun
Ayah : Kusworo

x
Biodata Guru
Nama : Novi Setiyaningsih, S. Pd
Nip : 1983 1108 201902 2001
Tempat dan tanggal Lahir : Banyumas 08 November 1983

1. Masalah yang Diangkat


Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu membaca, menulis,
menyimak, dan berbicara. Keterampilan membaca yang dapat diajarkan pada
tingkat dasar di SD ialah membaca permulaan. Membaca permulaan bertujuan
untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan memahami serta meyuarakan
tulisan dengan intonasi benar sebagai dasar memelajari membaca lanjut. Dalam
pembelajaran membaca permulaan diharapkan siswa dapat mengenali jenis
huruf, suku kata, kata, dan kalimat.
Henry Guntur Tarigan (2008) menyatakan bahwa mata pelajaran bahasa
Indonesia dalam kurikulum CBSA, keberhasilan belajar ditentukan dari
kreativitas siswa. Membaca merupakan kunci utama keberhasilan belajar. Jika
siswa terlambat dalam belajar membaca maka prestasi yang diperoleh juga akan
terhambat. Berdasarkan pernyataan tersebut kemampuan membaca
memengaruhi kegiatan belajar mengajar dan prestasi siswa.
Menurut Solchan T.W. (2009:66) membaca permulaan merupakan
kemampuan membaca yang diprioritaskan pada kemampuan membaca tingkat
dasar, yaitu kemampuan melek huruf. Maksud dari melek huruf yaitu siswa
dapat mengubah dan melafalkan lambang bunyi tulis menjadi bunyi bermakna.
Kemampuan selanjutnya ialah meningkatkan kemampuan membaca pada tahap
melek wacana.
Menurut St.Y. Slamet (2008:58), kemampuan membaca permulaan akan
berpengaruh pada keterampilan membaca selanjutnya dikarenakan dikarenakan
membaca permulaan merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh
anak.
Menurut Iskandarwassid (2008) tujuan membaca permulaan yaitu, (1)
mengemali lambang atau simbol bahasa, (2) mengenali kata dan kalimat, (3)
menemukan ide pokok dan kata kundi, (4) menceritakan kembali isi bacaan
pendek.
2. Gambaran Masalah
Talita adalah seorang siswa yang duduk di Sekolah Dasar Negeri 1
Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Saat ini dia

xi
duduk di bangku kelas II. Selama satu semester ini ibu Novi menemuka siswa
yang membacanya masih kurang lancar. Terkadang anaknya menjadi minder
sama temannya yang lain, tetapi anaknya selalu aktif dalam pertemanan.
Setelah mengikuti pembelajaran dalam satu semeter ini. Ibu novi selalu
mencoba untuk mengajak siswanya yang masih belum lancar dengan
menambah jam membaca yang dilakukan setelah jam pembelajaran selesai.
Dalam pembelajaran dan saat ada pertanyaan dia dapat menjawabnya. Untuk
pembelajaran yang di ajarkan oleh bu Novi dengan metode di dekte agar anak
dapat lebih fokus. Terkadang ibu Novi lebih fokus kepada Talita.
Orang tua Talita tau jika anaknya belum lancar membaca. Namun orang
tua Talita dan ibu Novi selalu berkomunikasi untuk perkembangan Talita dalam
membaca. Orang tua Talita juga mengeleskan ke bimbingan belajar di luar
sekolahan. Dari perkembangan Talita sudah mulai ada peningkatan dalam
membacnya.
3. Latar Belakang dan Latar Depan
a) Latar Belakang
Setelah ibu Novi menganalisis permasalahan Talita terkait dengan kurang
lancar dalam membacanya, ibu Novi berkesimpulan bahwa kurangnya
motivasi dan minat belajar dan orang tua nya sibuk dengan pekerjaannya.
b) Latar Depan
Dengan memperhatikan masalah yang di alami Talita. Ibu Novi mencatat
beberapa kemungkinan dapat timbul dari masalah ketiga anak tersebut,
kemungkinan ditindaklanjuti yaitu :
1) Talita akan ketinggalan mata pelajaran di sekolah
2) Beberapa mata pelajaran yang tidak dapat dipahami dan hal itu akan
berpengaruh terhadap penguasaan materi
4. Pengumpulan Data
Untuk mengetahui permasalahan yang dialami Talita dengan baik, Ibu Novi
melakukan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan data yang lengkap
berkenaan dengan Talita yaitu dengan :
a) Mewawancarai Talita berkenaan belum lancar membacanya
b) Mengecek kelancaran Talita dalam membaca sehingga tahu langkah apa
yang dapat di ambil ibu Novi dalam mengatasi permasalahan ini
5. Usaha pencegahan
Masalah dalam membaca memang sangat sulit untuk kelas kelas rendah.
Namun sebenarnya kita dapat menambahkan jam membaca diluar jam
pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru wali kelas, orang tua, dan

xii
pihak pihak yang terkait. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
keterlambatan dalam membaca antara lain :
a) Menciptkan suasana belajar dengan baik
b) Memberikan motivasi pentingnya dalam belajar
6. Usaha Pemecah Masalah
Ibu Novi telah melakukan beberapa usaha untuk dapat menangani
permasalahan yang terjadi pada Talita. Untuk usaha yang di lakukan Ibu Novi
antara lain :
a) menambahkan jam membaca diluar jam pembelajara
b) Saat pembelajaran ibu Novi fokus ketiga anak tersebut, untuk memahamkan
dan membacakan nya tentang materi
c) Temannya yang sudah pandai membaca membantu
7. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penanganan Masalah
Ibu Novi tidak dapat bekerja sendirian untuk menangani permasalahan yang
di alami oleh Talita. Beliau perlu bekerja sama dengan pihak-pihak lain agar
permasalahan tersebut dapat teratasi dengan baik. Beberapa orang yang perlu
dilibatkan dalam penanganan permasalahan tersebut antara lain dengan orang
tua, kepala sekolah, teman-teman Talita, dan bimbingan belajar di luar sekolah.
Hal ini yang di maksudkan agar masing-masing dapat :
a) Wali kelas sebagai pihak utama yang dapat menangani permasalahan Talita
b) Orang tua atau wali murid Talita dapat membimbing, tidak hanya di sekolah
namun juga saat dirumah
c) Teman-teman Talita juga dapat membantu dalam membacanya
d) Bimbingan belajar dapat membantu Talita untuk memperlancar membacanya
8. Lampiran

xiii
B. Kasus Murid Kelas III
Biodata Siswa
Nama : Velishiano Tomy Wijaya
NIS : 4301
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 03 Agustus 2013
Alamat : Jl. Menvo Dalam 3 No. 77 Jakbar
Agama : Budha
Jumlah saudara :4
Nama ayah : Toni
Umur : 43
Pendidikan terakhir : SLTP
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Nama ibu : Martini Alika Putri
Umur : 36
Pendidikan terakhir : SLTP
Pekerjaan : mengurus rumah tangga

Biodata Guru
Nama : Ratna Dwihastuti
NIP :-
Kelas Pengampu : III A
Riwayat pendidikan : S1 (Hukum)
S1 (PGSD)

xiv
1. Masalah yang Diangkat
Menurut Hodgson (Henry Guntur Tarigan, 2008: 7) membaca adalah
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/ bahasa tulis. Dalam proses tersebut, kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas
sehingga makna kata-kata akan dapat diketahui. Jadi menurut Hodgson
membaca merupakan proses memahami bahasa tulis untuk memperoleh
pesan yang disampaikan oleh penulis.
I.G.A.K. Wardani (1995: 56) mengemukakan bahwa membaca
permulaan diberikan kepada anak kelas I dan II SD. Tekanan utama adalah
menyuarakan tulisan atau simbol, meskipun makna dari yang dibaca tidak
dapat diabaikan. Hal ini perlu ditekankan karena pemahaman makna
mempermudah pengenalan huruf. Jadi menurut I.G.A.K. Wardani, membaca
permulaan yang diberikan di kelas I dan II menekankan pada menyuarakan
tulisan dengan tidak mengabaikan makna dari yang dibaca. Berdasarkan
uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa membaca permulaan merupakan
tahap awal membaca yang diajarkan di kelas rendah (kelas awal) sekolah
dasar. Fokus utama pada membaca permulaan ini yaitu menyuarakan hasil
dari interpretasi tulisan atau simbol yang dilihat.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1996: 4-5), kesulitan belajar
merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris learning disability. Terjemahan
tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan
disability artinya ketidakmampuan, sehingga terjemahan yang benar
seharusnya adalah ketidakmampuan belajar. Istilah kesulitan belajar
digunakan untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih
mampu untuk belajar.
2. Gambaran Masalah
Tomy adalah seorang murid Sekolah Dasar di kecamatan Purwokerto
Selatan kabupaten Banyumas. Saat ini Tomy duduk di bangku kelas III.
Selama satu semester ini ibu Ratna selaku wali kelas Tomy menemukan
bahwa Tomy masih mengalami kesulitan membaca. Tomy juga dikenal
sebagai siswa yang cenderung aktif (hyperactive).
Peristiwa di mulai saat awal tahun ajaran baru. Ketika ibu Ratna
mencoba untuk mengajak murid-muridnya untuk membaca bersama, di
dapati bahwa Tomy tampak tidak lancar membaca atau kesulitan dalam

xv
melafalkan beberapa kata. Ketika proses pembelajaran Tomy juga terkadang
tidak dapat tenang di bangkunya untuk fokus pada pelajaran. Tomy lebih
memilih untuk bermain-main atau mendatangi temannya di bangku lain.
Sering kali Ibu Ratna merasa kewalahan dengan sikap Tomy.
Orang tua Tomy tahu bila Tomy belum lancar membaca dan memiliki
sikap yang cenderung susah diatur. Namun pada dasarnya orang tua Tomy
sibuk bekerja dan mengurus hal-hal lain. Orang tua Tomy juga seperti lebih
menyerahkan sepenuhnya perkembangan pembelajaran Tomy pada gurunya
di sekolah. Orang tua Tomy bersikap seolah tidak peduli dengan apa dan
bagaimana perkembangan belajar Tomy.
3. Latar belakang dan latar depan masalah
a. Latar Belakang
Setelah Ibu Ratna menganalisis permasalahan Tomy terkait belum
lancar membaca dan sikap yang kurang baik, Ibu Ratna memanggil
Andi sewaktu jam pulang sekolah dan berkesimpulan bahwa :
1) Tomy tidak menyadari pentingnya belajar
2) Tomy tidak memiliki motivasi untuk menjadi lebih baik
3) Orang tua Tomy yang kurang peduli dalam membimbing dan
memotivasi
b. Latar Depan
Dengan memperhatikan permasalahan yang dialami Tomy, Ibu Ratna
menyimpulkan beberapa kemungkinan yang dapat di timbulkan dari
permasalahan Tomy. Permasalahan Tomy jika di kaji kemungkinan
yang dapat terjadi selanjutnya yaitu :
1) Tomy akan ketinggalan pelajaran sehingga akan mempengaruhi
Tomy dalam penguasaan materi pembelajaran
2) Sikap Tomy dapat menggaggu proses pembelajaran bagi diri
Tomy sendiri
3) Sikap Tomy yang tidak segera diatasi pada akhirnya dapat
mendorong Tomy menjadi siswa yang malas
4. Pengumpulan Data
Untuk mengetahui permasalahan yang dialami Tomy dengan baik, Ibu Ratna
melakukan serangkaian kegiatan untuk mngumpulkan data yang lengkap
terkait dengan Tomy yaitu dengan :
a. Mewawancarai Tomy terkait belum lancar membaca dan mengapa
bersikap kurang baik

xvi
b. Mengecek kelancaran Tomy dalam membaca sehingga tahu
bagaimana cara agar Tomy dapat lancar membaca
c. Mewawancarai teman-teman sekelas Tomy terkait sikap dan tingkah
laku Tomy sehari-harinya di sekolah
d. Mewawancarai orang tua Tomy terkait terkait sikap dan tingkah laku
Tomy sehari-harinya di rumah
5. Usaha Pencegahan
Permasalahan Tomy seharusnya tidak terjadi mengingat Tomy berada di
kelas III namun belum lancar membaca. Kegiatan pencegahan dapat
dilakukan dengan adanya kerjasama antara wali kelas, orang tua dan diri
sendiri.
a. Menumbuhkan motivasi belajar yang kuat pada murid
b. Menjelaskan kerugian yang akan dialami
c. Menciptakan lingkungan belajar yang menarik sehingga murid dapat
fokus
6. Usaha Pemecahan Masalah
Ibu Ratna telah melakukan beberapa usaha untuk dapat menangani
permasalahan yang terjadi pada Tomy. Usaha yang di lakukan Ibu Ratna
antara lain yaitu :
a. Memanggil Tomy untuk membahas sikapnya dan menjelaskan
kerugian yang dapat ditimbulkan
b. Memberikan motivasi dan dukungan kepada Tomy untuk selalu
semangat dan berusaha
c. Memberikan bimbingan khusus berupa jam tambahan untuk latihan
membaca
d. Memanggil orang tua Tomy untuk mendiskusikan permasalahan yang
di alami Tomy
7. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penanganan Masalah
Ibu Ratna selaku wali kelas tidak dapat bekerja sendirian dalam menangani
permasalahan Tomy. Beliau membutuhkan kerja sama dengan pihak-pihak
lain agar permasalahan Tomy dapat selesai dengan tuntas. Pihak-pihak yang
perlu dilibatkan dalam penanganan masalah Tomy yaitu :
a. Wali kelas sebagai pihak utama yang menangani permasalahan Tomy
b. Orang tua Tomy agar Tomy dapat di bimbing tidak hanya di sekolah
namun juga saat dirumah
c. Teman-teman Tomy agar dapat membantu Tomy dalam proses belajar
membaca dan mengejar ketertinggalannya

xvii
8. Lampiran

foto bersama Ibu Ratna selaku wali kelas dan Tomy siswa kelas 3

C. Kasus Murid Kelas IV


Biodata Siswa
Nama : AndiraZullnaill Pratama
NIS : 4173
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal, lahir : Banyumas, 15 Februari 2013
Alamat : Karang Nanas, RT 4/RW 6, Kecamatan Purwokerto Selatan
Nama Ayah : Arif
Alamat : Karang Nanas RT 4/RW 6
Pendidikan terakhir : SMA/Sederajat
Pekerjaan : Supir
Agama : Islam
Usia : 34 tahun
Nama Ibu : Akarani Iskandar
Umur : 32 tahun
Pendidikan Terakhir : SMK/sederajat
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Alamat Ibu : Karang Nanas RT 4/RW 6

Biodata Wali Kelas


Nama : Sumirah, S. Pd. SD
NIP : 198106252014062004
Kelas yang dibimbing : IV A

xviii
Pendidikan terakhir : S1 PGSD Universitas Terbuka 2012

1. Masalah Yang Diangkat


Keterlambatan merupakan masalah yang sangat lazim dijumpai pada
seusia anak sekolah. Akan tetapi tentu pelanggaran tersebut tidak dapat
dinormalisasikan dan dianggap remeh. Terlambat masuk ke kelas berarti
akan mengurangi keefektifan dalam pelaksanaan pembelajaran. Bukan tidak
mungkin hal tersebut membuat anak didik tersebut mengalami ketertinggalan
dalam mengikuti pembelajaran. Tidak hanya anak tersebut, dampak
keterlambatan yang terjadi juga dapat mempengaruhi siswa lain. Dengan
adanya siswa terlambat, tentu guru akan menangani siswa bermasalah, yang
berarti tertundanya pembelajaran di dalam kelas.
Kedisiplinan perlu ditanamkan dalam diri setiap siswa. Dengan
adanya kedisiplinan dan kesadaran akan pentingnya menaati aturan, dapat
menciptakan lingkungan yang kondusif. Terciptanya lingkungan yang
kondusif akan menciptakan suasana belajar yang efektif dan juga nyaman,
sehingga ilmu yang diberikan dapat terserap dengan baik oleh para anak
didik.
Sebagai seorang wali kelas yang baik, hendaknya ditelusuri lebih
dalam penyebab dari masalah yang terjadi tersebut. Timbulnya berbagai
permasalahan yang ada pada anak didik dapat dilatarbelakangi oleh banyak
hal. Faktor paling berpengaruh adalah faktor keluarga. Sesuai dengan
pendapat dari Robert E. Baron (2005) hubungan sosial pertama ada di
keluarga, dan anak-anak belajar apa yang diharapkan dari orang lain dan
bagaimana berinteraksi dengan mereka sebagaimana mereka berinteraksi
dengan orang tua, kakak atau adik, kakek atau nenek, dan anggota keluarga
yang lain.
Faktor penyebab terjadinya berbagai penyimpangan yang terjadi
salah satunya adalah karena keluarga yang tidak utuh. Sebuah keluarga
yang utuh terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Namun, banyak ditemukan
keluarga yang tidak utuh, terjadinya ketidak utuhan tersebut dapat
disebabkan oleh kematian pasangan, perceraian, kehamilan di luar nikah,
dan keinginan untuk tidak menikah yang kemudian memutuskan untuk
mengadopsi anak. Hal yang demikianlah disebut sebagai broken home.
Menurut Sofyan S. Willis (2010: 105) “broken home terjadi apabila struktur
keluarga itu tidak utuh lagi, misalnya karena kematian salah satu orang tua
atau perceraian, kehidupan keluarga tidak harmonis lagi”. Syamsu Yusuf

xix
(2009: 44) mengemukakan “broken home adalah keluarga yang tidak stabil
atau berantakan yang ditandai dengan perceraian orangtua, atau mereka
yang mempunyai orang tua yang single (single parent)”.
Adanya broken home tersebut memunculkan berbagai dampak
negatif, terutama pada anak mereka, yang sangat mempengaruhi kepribadian
dan tingkah lakunya. Keadaan ini akan memicu stress, tekanan psikologis,
serta adanya perubahan fisik dan mental yang pada akhirnya sangat
berdampak pada pendidikan si anak. Perlu pendampingan dan bimbingan
khusus dari sekolah untuk membimbing dan menangani anak dengan kondisi
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya bimbingan dan konseling,
yang nantinya akan memberikan bantuan pada para peserta didik agar dapat
berkembang secara optimal dan mengenali potensi diri lebih baik lagi.
2. Gambaran Masalah
Andira Zullnail Pratama atau sering dipanggil Nail, merupakan
seorang siswa yang duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar. Kelas Nail ada
di kelas IV A, SD Negeri 1 Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan. Usia Nail
saat ini 9 tahun, ia dikenal sebagai siswa yang sangat aktif dalam
kesehariannya di sekolah. Sejak awal naik ke kelas IV, tingkat
kedisiplinannya sangat kurang. Setiap hari Nail selalu terlambat berangkat
sekolah. Hal ini tentunya patut diberikan perhatian agar pelanggaran tersebut
tidak terus berulang, apalagi terjadi di tahun ajaran baru.
Ibu Sumirah selaku wali kelas Nail kemudian menindaklanjuti perilaku
Nail tersebut. Hal paling awal yang ibu Sumirah lakukan adalah menasihati
Nail dan memberikan motivasi padanya. Karena dirasa nasihat dan juga
motivasi yang ibu Sumirah berikan tidak berdampak besar terhadap Nail,
dilakukanlah pemanggilan orang tua Nail ke sekolah untuk menemui Kepala
Sekolah dan juga Wali Kelas Nail. Pemanggilan tersebut bertujuan mencari
tahu penyebab terjadinya pelanggaran yang kerap dilakukan Nail, dan
memberikan himbauan untuk lebih memperhatikan Nail dan kegiatan yang
biasa dilakukannya.
Setelah dilaksanakan pemanggilan tersebut, Nail menjadi jauh lebih
baik. Intensitas keterlambatan Nail berkurang jauh. Yang semula setiap hari
terlambat, saat ini Nail hanya terlambat 1 kali dengan jangka waktu 2 hingga
3 bulan sekali, bahkan sudah tidak pernah terlambat. Nail sudah lebih disiplin
jika dibandingkan dengan sebelumnya. Tentunya hal tersebut patut diapreasi
atas kerja sama pihak sekolah dengan orang tua siswa. Oleh karena itu,

xx
penting adanya komunikasi antara sekolah dengan orang tua murid, demi
tercapainya pendidikan yang lebih baik lagi.
Hasil belajar Nail kurang baik, bahkan jauh di bawah jika
dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang lain. Nilai Nail kurang
memuaskan dan di bawah rata-rata kelas. Nail selalu naik kelas, hal ini
mengindikasikan bahwa kemampuan akademik Nail baik, hanya saja karena
kurangnya dukungan dari lingkungannya menjadikan Nail kurang termotivasi
dalam belajar, sehingga nilai yang didapatkan kurang memuaskan dan lebih
rendah dari rata-rata nilai murid di kelas.
Nail anak yang cenderung jail, iseng pada temannya. Sehingga
beberapa temannya ada yang merasa terganggu, kebanyakan teman sekelas
perempuan paling sering dibuat menangis saat bermain bersama-sama. Akan
tetapi, Nail tidak sampai dikucilkan, hal ini karena Ibu Sumirah selalu
mengajarkan rukun sesama teman sekelas.
Adanya kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua Nail ikut
andil dalam melatarbelakangi hal-hal yang terjadi. Ayah dan ibu Nail bercerai,
saat ini ia hidup bersama dengan ibunya yang telah menikah lagi. Kedua
orang tua Nail saat ini sangat sibuk. Mereka bekerja seharian penuh, hal ini
dapat menunjukkan sebab dari terjadinya kurang kasih sayan yang diterima.
Tidak ada waktu yang dihabiska bersama dengan keluarga, tentu semakin
menjadikan hubungan antara anak dengan orang tua semakin merenggang.
Ibu Nail juga sangat kurang memperhatikan keadaan Nail. Ditambah saat ini
ia sudah memiliki anak lagi, yang menjadikan kasih sayang dari orang tuanya
lebih difokuskan pada adik Nail yang masih kecil.
Ibu Sumirah melakukan pencegahan agar hal-hal yang terjadi pada
Nail tidak terus terulang dengan cara memberikan nasehat pada Nail hampir
setiap hari, tergantung seberapa banyak kesalahan yang Nail buat pada hari
itu. Masukan tersebut bermacam-macam tergantung dalam satu hari ia
melakukan kesalahan dan kejahilan, misalnya saat istirahat pertama ada
yang menangis, dan pada istirahat kedua terjadi hal yang sama dan ada yang
mengadu. Jika Nail tidak membuat kejahilan, biasanya ibu Sumirah hanya
menasehati Nail sekali atau dua kali saja. Saat Nail melakukan pelanggaran,
ia akan diberikan hukuman. Hukuman tersebut misalnya saat Nail tidak
mengerjakan piket kelas, maka ia harus menggantikan temannya piket di hari
lain. Jadi, ia tetap melaksanakan piket di lain hari, sebagai akibat dia tidak
mengerjakan piket pada hari terjadwal. Adanya sanksi atau hukuman bagi
anak yang kerap kali melakukan pelanggaran dapat dilakukan. Hanya saja,

xxi
jenis sanksi tersebut harus yang sesuai dengan keadaan dari sang anak,
yang nantinya sanksi tersebut dapat semakin membangun kedisiplinan pada
anak, dan memberikan efek jera, namun tetap dalam batas yang normal, dan
tidak berlebihan.
Yang sangat utama adalah faktor dari keluarga. Perceraian ayah dan
ibunya sangat mempengaruhi kondisi psikologis Nail. Ia kurang diperhatikan
jika dibandingkan saat keluarganya masih utuh dulu. Selain itu, orang tua Nail
saat ini juga lebih berfokus pada adik Nail, dan terkesan kurang perduli
padanya. Faktor lainnya yakni ibunya yang sangat sibuk dengan pekerjaan
yang turut melatarbelakangi berbagai kejadian terjadi pada Nail. Orang tua
Nail kurang menyadari pentingnya sekolah bagi anaknya, sehingga hanya
terkesan yang terpenting adalah anaknya berangkat ke sekolah, dan tidak
memperhatikan berbagai aspek lain yang juga sangat penting bagi
perkembangan anaknya.
Nail sangat kurang diperhatikan oleh orang tuanya. Kejadian lainnya
yang terjadi yakni saat kegiatan rutin makan bersama setiap hari Kamis, Nail
sering tidak membawa bekal, dan saat ditanyai pun ia juga belum sarapan.
Setelah ditegur beberapa kali melalui pesan elektronik, beberapa kali Nail
sudah kerap membawa bekal ke sekolah, meskipun lebih sering tidak
membawa. Sulit untuk mengunjungi rumah Nail untuk adanya bimbingan dan
pengawasan dari pihak sekolah, dikarenakan kesibukan dari orang tua Nail
yang bekerja seharian penuh. Hal ini tentu akan semakin menyulitkan dalam
upaya memperbaiki pelanggaran yang Nail lakukan, karena faktor terbesar
terjadinya pelanggaran tersebut adalah faktor dari lingkungan keluarga Nail
yang kurang mendukung.
3. Latar Belakang dan Latar Depan Masalah
a. Latar Belakang
Jika didasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan, latar belakang
terjadinya terlambat masuk sekolah yang terjadi pada Nail yakni:
1) Nail kurang menyadari pentingnya kedisiplinan waktu.
2) Kurang adanya dukungan dari orang tua Nail.
3) Kesadaran akan pentingnya perhatian dan kasih sayang orang tua
Nail yang kurang mempengaruhi pendidikan dan kepribadian Nail.
4) Kurangnya orang tua membantu persiapan Nail sebelum berangkat
sekolah. Hal ini menyebabkan Nail kurang tepat waktu saat
bersiap-siap berangkat sekolah.
b. Latar Depan

xxii
Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada Nail jika masalah yang
terjadi padanya terus berlanjut dan kurang tepat dalam penanganannya,
yakni:
1) Pembelajaran menjadi kurang efektif karena waktu yang terpakai
untuk menangani keterlambatan yang terjadi pada Nail.
2) Jika kebiasaan Nail terlambat tetap berlangsung, ada kemungkinan
Nail berkeinginan untuk kembali pulang ke rumah dan membolos.
3) Nail menjadi semakin malas belajar karena terlalu sering dinasihati
oleh guru.
4. Pengumpulan Data
Agar ibu Sumirah dapat mengetahui hal yang sebenarnya terjadi,
dilakukanlah serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan berbagai informasi
terkait kegiatan yang Nail lakukan, yakni sebagai berikut:
a. Menanyai Nail alasan mengapa hampir setiap hari terlambat masuk
sekolah;
b. Memeriksa kelengkapan data Nail terkait dengan alamat tempat tinggal,
dan juga data kehadiran di sekolah;
c. Memanggil orang tua Nail terkait bagaimana Nail saat di rumah dan
bagaimana kesehariannya bersama keluarganya;
5. Usaha Pencegahan
Keterlamabatan saat masuk sekolah sebenarnya banyak terjadi pada
para siswa SD. Untuk mengurangi tingkat keterlambatan pada siswa,
diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Kegiatan pencegahan ini dapat
dilakukan Guru, orang tua/wali murid, dan pihak lain yang terkait. Beberapa
usaha yang dapat dilakukan antara lain:
a. Memberikan edukasi pentingnya datang tepat waktu kepada seluruh
siswa.
b. Mengecek riwayat data keterlambatan siswa.
c. Menjelaskan bahaya sering datang terlambat ke sekolah.
d. Menghimbau agar para siswa dapat bersiap menuju sekolah lebih awal,
misalnya dengan bangun lebih pagi, dan menyiapkan perlengkapan
sekolah saat malam hari.
e. Memberikan edukasi pada orang tua untuk ikut serta mendukung anak
dalam berbagai kegiatannya di sekolah, dan lebih memperhatikan
keadaan anak.
6. Usaha Pemecahan Masalah

xxiii
Permasalahan keterlambatan Nail yang terus terjadi berturut-turut,
perlu adanya usaha untuk menangani masalah tersebut. Beberapa usaha
yang telah dilakukan oleh ibu Sumirah diantaranya:
a. Memberikan teguran kepada Nail terkait keterlambatannya dalam masuk
sekolah.
b. Memotivasi Nail agar tidak terlambat lagi di kemudian hari.
c. Memberitahukan kepada orang tua Nail atas keterlambatan Nail, dan
membicarakan lebih lanjut untuk mengetahui adanya sebab lain dari
keterlambatan yang dialami Nail.
d. Lebih memperhatikan ketepatan waktu dalam kehadiran para siswa setiap
harinya, terutama siswa yang memiliki catatan terkait keterlambatan.
e. Bekerja sama dengan sekolah untuk memberdayakan kedisiplinan dan
kerapihan para siswa.
7. Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Penanganan Masalah
Untuk mengatasi masalah yang ada, tidak dapat hanya dilakukan
oleh satu pihak saja, akan tetapi dibutuhkan kerja sama dan keterlibatan
antar berbagai pihak untuk tercapainya kemajuan dan kedisiplinan. Pihak-
pihak yang dapat dilibatkan dalam teratasinya masalah yang dialami Nail
anatara lain: Kepala Sekolah, Wali Kelas, dan Orang tua. Hal ini bertujuan
agar:
a. Memahami masalah yang dialami Nail dan bersama melakukan usaha
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
b. Memberikan dukungan baik secara moril dan materil pada Nail
sebagai upaya meningkatkan motivasi pada diri Nail untuk lebih baik
lagi ke depannya.
c. Lebih memperhatikan Nail, baik dalam keseharian saat di rumah
maupun di sekolah.
8. Lampiran-lampiran

xxiv
D. Kasus Murid Kelas V
Biodata Siswa
Nama : MOHAMAD REHAN
NIS : 1674
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Kuala Lumpur, 12-1-2011
Alamat : Tegalrandu. Sukorejo
Agama : Islam
Jumlah saudara :1
Nama ayah : Muhammed Dzulfiqar
Pendidikan terakhir :-
Nama ibu : Rovita
Pendidikan terakhir :-

Biodata Guru
Nama : Retno Prabaningsih
Nip :196412161985082003

1. Gambaran Masalah
Rehan adalah seorang murid Sekolah Dasar di kecamatan
Purwokerto Selatan kabupaten Banyumas. Saat ini rehan duduk di bangku
kelas V. Selama pelajaran tatap muka berlangsung wali kelas menemukan
permasalahan pada rehan bahwa Rehan mengalami perubahan emosional
dan mudah tersinggung.

xxv
Setelah melewati beberapa tahapan pada pembelajrana di dapati
bahwa rehan tampak tdak bisa mengontrol emosinya, Ketika proses
pembelajaran Rehan juga terkadang mudah tersinggung ketika ada
temannya yang berbicara, sehingga menyebabkan rehan males-malesan
dalam belajar karna kurang stabilnya emosi atau mental rehan. meskiun pada
kenyataannya rehan merupakan siswa yang pintar.
Semua terjadi karna Orang tua rehan tidak ikut penuh berperan dalam
perkembangan anaknya, kurangnya kasih sayang dari orang tuanya sehingga
rehan hanya bisa meluapkan kekesalannya dengan cara berontak marah-
marah dan susah mengatur emosinya, kurangnya pemberian penghargaan
atau hadiah dari orang tua untuk rehan yang padahal rehan merupakan siswa
yang mudah mencerna setiap pelajaran yang diberikan karna orang tua rehan
berada jauh dari rehan beliau berada di luar negri sehingga susah buat orang
tua rehn dapat membantu untuk mengatasi permasalahan rehan.
2. Latar belakang dan latar depan masalah
a. Latar Belakang
Setelah Ibu wali kelas menganalisis permasalahan Rehan terkait
sikap yang mdah emosi, walikelas memanggil Rehan sewaktu jam
pulang sekolah dan berkesimpulan bahwa :
1) Kurangnya Peran dari lingkungan
2) Kurangnya kasih sayang dari orang tua
3) Orang tua rehan yang kurang ikut serta dalam membimbing dan
memotivasi
b. Latar Depan
Dengan memperhatikan permasalahan yang dialami rehan, wali kelas
menyimpulkan beberapa kemungkinan yang dapat di timbulkan dari
permasalahan Rehan. Permasalahan Rehan jika di kaji kemungkinan
yang dapat terjadi selanjutnya yaitu :
1) Sikap Rehan yang tidak segera diatasi pada akhirnya dapat
mendorong Rehan memiliki banyak masalah dengan temannya.
2) Sikap rehan akan memperburuk mentalnya sendiri
3. Pengumpulan Data
Untuk mengetahui permasalahan yang dialami rehan dengan baik, wali
kelasnya pun melakukan serangkaian kegiatan untuk mngumpulkan data
yang lengkap terkait dengan Rehan yaitu dengan :
a. Mewawancarai Rehan terkait mengapa bersikap sering emosional

xxvi
b. Mengecek kesetabilan emosi Rehan dalam kegiatan pembelajaran
sehingga tahu bagaimana cara agar Rehan dapat mengontrol
emosinya engan baik
c. Mewawancarai teman-teman sekelas Rehan terkait sikap dan tingkah
laku Rehan sehari-harinya di sekolah
4. Usaha Pencegahan
Permasalahan yang terjadi pada rehan perlahan masih bisa di tangani
dengan mencegah hal tersebut agar tidak terulang kembali, pencegahan
dapat dilakukan dengan adanya kerjasama antara wali kelas, orang tua dan
diri sendiri.
a. Menjelaskan kerugian yang akan dialami
b. Memberikan waktu terhadap rehan agar bisa tenang dan meredakan
emosinya
c. Memberikan perhatian lebih supaya rehan dapat merasakan kasih
sayang dari peran orang yang lebih tua
d. Memberikan penghargaan atau hadiah supaya rehan merasa
dianggap dan dihargai guna mengurangi beban fikiran rehan yang
mungkin itu menjadi salah satu factor utama rehan menjadi pemarah
atau emosional.
5. Usaha Pemecahan Masalah
Perbedaan permasalahan yang terjadi tentunya butuh untuk mencari solusi
supaya masalah tersebut mampu terselesaikan, yang dilakukan oleh Ibu wali
kelas sebagai upaya tanggung jawabnya dalam menangani setiap
permasalahan siswanya yang bernama rehan yaitu:
a. Pendekatan personal
b. Memberi waktu kepada rehan supaya dapat menenangkan emosinya,
setelah itu kembali mengajaknya bermain.
c. Memanggil Rehan untuk membahas sikapnya dan menjelaskan
kerugian yang dapat ditimbulkan
d. Memberikan arahan kepada rehan bahwa jika terus bersikap seperti
itu dampaknya seperti apa
e. Memberikan motivasi dan dukungan kepada Rehan untuk selalu
tenang dalam menghadapi kehidupannya sehari-hari.
f. Memanggil orang tua/ wali Rehan untuk mendiskusikan permasalahan
yang di alami Rehan.
6. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penanganan Masalah

xxvii
Wali kelas tentunya tidak bisa menangani permasalahan rehan hanya sendiri
Beliau membutuhkan bantuan dari pihak-pihak lain agar permasalahan
Rehan dapat selesai dengan tuntas. Pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam
penanganan masalah Rehan yaitu :
a. Wali kelas sebagai pihak utama yang menangani permasalahan
Rehan
b. Orang tua atau wali rehan agar Rehan dapat di bimbing tidak hanya di
sekolah namun juga saat dirumah
c. Teman-teman rehan agar dapat membantu rehan dalam proses
belajar supaya dapat perlahan mengontrol emosinya.
d. Lingkungan masyarakat
7. Lampiran

xxviii
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai permasalahan-
permasalahan anak di sekolah, ada beberapa permasalahan di sekolah diantaranya
masih ada beberapa siswa yang belum lancer dalam membaca, emosinal. Dan ada
juga siswa yan cenderung aktif (hyperactive) Berdasarkan hasil pembahasan
penelitian dalam laporan ini, Dalam upaya meningkatkan ketertarikan siswa untuk
membaca guru senantiasa mengajak siswa untuk membaca bersama, dan
memanggil orang tuanya untuk hadir ke sekolah guna membahas permasalahan
siswa yang memiiki permasalahan tersebut. Hal telah berhasil meningkatkan
keterampilan membaca siswa. Penelitian ini berhasil sedikit memperbaiki
permasalahanpermasalahan siswa yang ada di sekolah, terlihat ketika siswa dengan
teman sekelompok dapat berinteraksi, dapat saling menghargai pendapat teman,
dan dapat mengontrol emosinya ketika berkumpul bersama teman, dapat
bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan dapat saling
membantu teman sekelompok yang mengalami kesulitan. Dapat disimpulkan bahwa
peran orang tua sangat berpengaruh terhadap keberlangungan anak dalam belajar
dan mental anak.

xxix
DAFTAR PUSTAKA

Alamri, N. (2015). Layanan bimbingan kelompok dengan teknik self management untuk
mengurangi perilaku terlambat masuk sekolah (studi pada siswa kelas X SMA 1
Gebog tahu

Budiarti Melik, SOS, S. 2017 Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. CV. AE Media Grafika

Henry Guntur Tarigan. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

I.G.A.K. Wardani. 1995. Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.n 2014/2015). Jurnal Konseling GUSJIGANG, 1(1).

Mulyono Abdurrahman. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Depdikbud Dirjen Dikti.

Sari, N. K., & Puspita, L. D. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah


Dasar. Jurnal Dikdas Bantara, 2(1).

xxx

Anda mungkin juga menyukai