Dosen Pengampu:
Panggih Wahyu Nugroho, M.Pd.
Disusun Oleh:
Agustina Muasaroh 208210004
Ajeng Ristanti 208210007
Aji Khamdan Novarianto 208210008
Alya Marisa 208210012
Avrian Eko Ferdianto 208210016
Dyah Amarul Khasanah 208210025
Eko Agus Julasminto 208210026
Farid Susanto 208210030
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa sekolah jenjang atau tingkat menengah pertama merupakan fase
dimana peserta didik ingin menunjukkan keberadaan dirinya dalam lingkungan.
Mereka cenderung untuk menampilkan dirinya namun tidak pada tempatnya.
Alhasil rasa ingin menunjukkan dirinya tersebut lebih condong mengarah pada
hal-hal negatif. Maka perlu adanya pembatasan dan pengawasan dalam hal
memantau bagaimana perkembangan dan apa yang dilakukan peserta didik
tersebut. Peran lingkungan sangat berpengaruh, artinya baik lingkungan
pertemanan, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga maupun lingkungan
lainnya, sangat berperan dalm membentuk pola perilaku peserta didik tersebut.
Masa inilah yang kemudian para guru melakukan kerja sama guna mengetahui
perkembangan peserta didik.
Bimbingan dan konseling pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama
sangat dibutuhkan dan berperan dalam memantau apa yang terjadi pada peserta
didik dan kesulitan apa yang membuat peserta didik sulit untuk memahami
proses pembelajaran. Dengan hal itu konselor dapat melihat dan kemudian
menganalisa sejauh mana permasalahan yang dialami peserta didik, dan mulai
dari mana dalam memberikan bantuan dalam hal mengatasinya. Berbagai
layanan yang ada pada bimbingan dan konseling memberikan kesempatan bagi
peserta didik atau klien untuk menceritakan permasalahan yang dialami. Karena
semakin masalah hanya dipendam, membuat semakin sulit untuk diatasi.
Permasalahan sendiri berdampak bukan hanya pada pikiran saja akan tetapi jika
sudah terlalu jauh, kondisi tubuhnya pun akan sulit untuk dikendalikan.
Pendidik dapat menggunakan atau menerapkan metode jemput bola,
dengan menganalisa terlebih dahulu menggunakan cara kuisioner. Pendidik atau
konselor juga tidak dapat memaksakan diri terhadap kapasitas yang dimilikinya,
untuk terus melanjutkan layanan kepada peserta didik. Terdapat pola alih tangan,
yang mana hal tersebut dimaksudkan gara peserta didik mendapat layanan oleh
orang yang benar-benar mumpuni dalam bidangnya. Sehingga layanan yang
diberikan baik dari awal hingga proses dan nantinya tahap penyelesaian sesuai
dengan prosedur yang tepat. Oleh karena itu dalam makalah ini akan
membahasnya lebih lanjut mengenai layanan responsif pada jenjang sekolah
menengah pertama.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari layanan responsif SMP ?
2. Bagaimana kelebihan dari layanan responsif SMP ?
3. Bagaimana Kelemahan dari layanan responsif SMP ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian layanan responsif SMP.
2. Untuk mengetahui kelebihan layanan responsif SMP.
3. Untuk mengetahui kekurangan layanan responsif SMP.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Moh. Asror, “Studi Analisis Program Bimbingan Konseling Komprehensif Berbasis Islam
Untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa”, Jurnal Pamomong 1, No. 1 (2020): 1-13.
3
membantu pengawas atau mendorong kelancaran pengembangan pengawas.
Pendukung sistem ini mencakup tiga aspek yaitu : pengembangan jaringan,
kegiatan administrasi, dan kegiatan penelitian dan pengembangan.
2
A. Putri E. Evaluasi program bimbingan dan konseling: sebuah studi pustaka. Jurnal
bimbingan konseling indonesia, 4(2), (2019) 39-42.
3
H. Hermawan Komalasari, G., & Hanim, W. Strategi layanan bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan harga diri siswa: Sebuah studi pustaka. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling
Indonesia), 4(2) 2019, 65.
4
Sehingga kelebihan layanan responsif dapat dirasakan oleh peserta didik
dengan signifikan. Adapun kelebihan yang dapat dirasakan peserta didik yaitu:
1. Peserta didik mendapatkan tempat untuk konseling Ketika mendapatkan
hambatan Ketika mengalami proses di sekolah
2. Dapat memecahkan masalah Ketika peserta didik menemui sebuah
permasalahan
3. Peserta didik dipantau terus perkembangannya supaya tidak terjadi Tindakan
yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
5
Ancaman keamanan seperti serangan malware, serangan denial-of-service
(DoS), atau celah keamanan pada protokol jaringan dapat mengganggu
layanan dan mengurangi responsifitasnya. 4
4
Abdullah Latuapo. "IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 14
AMBON Jumail1." Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan 4.02 (2020). Hal 24-25.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat kami tarik kesimpulan layanan responsif SMP merupakan suatu
pendekatan yang berfokus pada individu dan memprioritaskan kebutuhan serta
perkembangan siswa. Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif, memotivasi, dan mendukung perkembangan
holistik setiap siswa secara optimal. Adapun kelebihan yang dapat dirasakan
dimana peserta didik harus mendapatkan tempat untuk konseling Ketika
mendapatkan hambatan Ketika mengalami proses di sekolah, lalu Dapat
memecahkan masalah Ketika peserta didik menemui sebuah permasalahan, dan
Peserta didik dipantau terus perkembangannya supaya tidak terjadi Tindakan
yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Ada pun beberapa
kelemahan dalam layanan responsif yaitu seperti Keterlambatan Respons,
Kehilangan Paket Data, Keandalan Jaringan yang Rendah, lalu Kapasitas
Terbatas, dan juga Masalah Keamanan.
7
DAFTAR PUSTAKA