Anda di halaman 1dari 26

PERAN GURU MAPEL, GURU BK DALAM PROSES

PENANGANAN SISWA
Disusun guna memenuhi tugas Bimbingan dan Konseling
Pengampu Bapak Imam Ariffudin, M.Pd

Oleh :
Kelompok 2 PGSD B 2018
1. Irene Tritwouzen Toba (180401140041)
2. Merrisa Nur Asmarani (180401140045)
3. Nanda Elimaslin (180401140062)
4. Saskia Agustin (180401140066)
5. Septia Dini K (180401140068)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG
2021
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
“Peran Guru Mapel, Guru BK Dalam Proses Penanganan Siswa” ini dengan
sebaik-baiknya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bimbingan dan
Konseling” yang dibimbing oleh Bapak Imam Ariffudin, M.Pd. Ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak, yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun, yang nantinya dapat jadikan
masukan dan pedoman dalam menyempurnakan makalah ini di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan
ilmu yang dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan yang berguna dalam
kehidupan.

Malang, 03 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Konsultasi .................................................................... 3

2,2 Proses Konsultasi ........................................................................... 6

2.3 Tipe-tipe Konsultasi ....................................................................... 8

2.4 Kolaborasi dan konsultasi............................................................... 9

2.5 Konsultasi dengan Orang Tua ........................................................ 13

2.6 Implementasi Konsultasi ................................................................ 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 21

3.2 Saran.............................................................................................. 22

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Pendidikan dasar merupakan suatu pondasi untuk pendidikan
selanjutnya dan pendidikan nasional, sesuai dengan UU Sistem Pendidikan
Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa “Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cukup, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas yang tidak hanya berasal dari prestasi akademis siswa tetapi
juga dari segi psikologi siswa yang sehat. Oleh karena itu peserta didik
membutuhkan bimbingan penuh dari orang-orang yang memiliki keahlian
dalam memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang timbul dalam hidupnya.
Dalam kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 sistem
pengajaran menggunakan sistem guru kelas. Pada sistem ini seorang wali
kelas akan mengajarkan hampir seluruh mata pelajaran di kelas. Di
samping itu guru kelaspada tingkat pendidikan sekolah dasar juga
berkewajiban dalam memberikan layanan bimbingan konseling, karena
berbeda dengan jenjang SMP dan SMA yang kegiatan bimbingan
konseling diberikan secara khusus pleh guru pembimbing secara khusus.
Guru sekolah dasar memiliki peran penting dalam memberikan bimbingan
konseling kepada siswa dengan tujuan supaya permasalahan yang dihadapi
siswa dapat diantisispasi sedini mungkin sehingga tidak mengganggu
jalannya proses pembelajaran dan peran ini harus berjalan secara
beriringan dengan tugas guru sebagai guru mata pelajaran. Oleh karena itu
dalam makalah ini akan dibahas secara lebih mendalam bagaimana peran

1
guru mapel, guru BK dalam proses penanganan siswa dengan rumusan
masalah sebagai berikut ini.

1. 2. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pentingnya konsultasi yang dilakukan guru mapel, guru BK
dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar?
1.2.2 Bagaimana proses konsultasi yang dilakukan guru mapel, guru BK dalam
proses penanganan siswa di sekolah dasar?
1.2.3 Apa saja tipe-tipe konsultasi dalam proses penanganan siswa di sekolah
dasar?
1.2.4 Bagaimana kolaborasi dan konsultasi yang dilakukan guru mapel, guru
BK dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar?
1.2.5 Bagaimana peran guru mapel, guru BK terkait konsultasi dengan orang
tua dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar?
1.2.6 Bagaimana contoh implementasi konsultasi yang dilakukan guru mapel,
guru BK dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar?

1. 3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana pentingnya konsultasi yang dilakukan guru
mapel, guru BK dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana proses konsultasi yang dilakukan guru
mapel, guru BK dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe konsultasi dalam proses penanganan
siswa di sekolah dasar
1.3.4 Untuk mengetahui bagimana kolaborasi dan konsultasi yang dilakukan
guru mapel, guru BK dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana peran guru mapel, guru BK terkait
konsultasi dengan orang tua dalam proses penanganan siswa di sekolah
dasar
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana contoh implementasi konsultasi yang
dilakukan guru mapel, guru BK dalam proses penanganan siswa di
sekolah dasar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Pentingnya konsultasi yang dilakukan guru mapel, guru BK dalam


proses penanganan siswa di sekolah dasar

Konsultasi merupakan layanan konseling oleh konselor terhadap


konsultasi untuk memperoleh wawasan dan pemahaman untuk menangani
masalah yang terjadi pada konsulti. Konsultasi adalah kegiatan memberikan
pemahaman antara konselor atau guru bimbingan dan konseling (BK) dengan
guru mata pelajaran, orang tua, dan peserta didik, dalam upaya untuk
memberikan dukungan dan penyelesaian masalah. Dalam layanan konsultasi
ini bertujuan untuk membantu siswa dan pihak lain untuk memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan masalah peserta didik. Konsultasi pada umumnya dilakukan
secara perorangan atau biasa dilakukan dengan dua orang. Berdasarkan isi
jurnal yang ditulis oleh Dedi (2019) mengungkapkan bahwa Menurut Badan
Standar Nasional Pendidikan (2006: 6) dijelaskan bahwa “Layanan konsultasi
yaitu layanan yang membantu peserta didika dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menagnagani kondisi dan atau masalah peserta didik. Layanan konsultasi ini
merupakan bantuan dari konselor kepada konsulti untuk membahas dan
memberikan saran kepada masalah pihak ketiga yaitu konsulti. Konsulti
tersebut misalnya murid atau orang tua, dan anak. Dengan memberikan
bantuan kepada konsulti, maka konsultan akan meringankan masalah dan
memberikan bantuan dalam penyelesaian masalah terhadap pihak ketiga atau
konsulti. Seluruh kegiatan konseling di sekolah ditujukan terhadap peserta
didik yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing atau guru kelas.
Pada dasarnya konsultasi guru BK dalam penanganan siswa dalam
lingkungan pendidikan sangat penting dan sangat dibutuhkan, karena untuk
membantu dan melayani siswa ketika siswa tersebut ada masalah dan masalah
tersebutharus diselesaikan. Dengan adanya layanan konsultasi maka peserta
didik atau siswa dengan kemampuannya sendiri dapat menyelesaikan

3
permasalahan yang dihadapinya atau permasalahan yang dialaminya. Siswa
dengan kemampuannya sendiri dapat menangani dan menyelesaikan
permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut yaitu
orang yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti , sehingga
permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga sebagian menjadi tanggung
jawab konsulti. Konsultasi sangat penting karena membantu siswa untuk
mencapai perubahan positif. Kemudian dengan adanya konsultasi maka :
1. Akan membantu guru untuk menciptakan suasana produktif untuk
belajar.
2. Membantu guru untuk membentuk dan menjaga hubungan baik siswa
dengan orang tua.
3. Dengan adanya konsultasi akan menambah pemahaman guru tentang
peran konselor dalam penggunaan layanan atau melayani siswa.
4. Memperkuat hubungan baik yang profesional sesama guru untuk
mengembangkan interaksi sesama guru.
5. Membantu peserta didik tentang bagaiamana belajar tentang perilaku
yang baik.
Dengan adanya konsultasi guru dapat mengetahui karakter siswa,
kemudian guru juga lebih dekat dengan siswa dan juga lebih dekat dengan
orang tua. Guru juga mengetahui karakter siswa dengan berkomunikasi
dengan orang tua berkenaan dengan tingkah laku siswa dan kemajuan
akademik. Pentingnya konsultasi ini akan membuat perubahan yang bersifat
positif untuk memudahkan pertumbuhan dan perkembangan klien atau siswa
yang dilayani. Layanan konsultasi tidak hanya berkomunikasi atau
melakukan wawancara dengan klien (siswa) saja, tetapi juga mengulas
berbagai fakta dan suasana yang terkait dalam kejadian serta memaanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia untuk menangani permasalahan yang terjadi.
Maka dari itu konselor harus memiliki keterampilan yang menonjol dalam
konseling dan konsultasi. Dalam proses konsultasi yang dilakukan akan
memberikan bantuan atau tindakan konsulti terhadap pihak ketiga yang
bermaksud untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh pihak ketiga.
Menurut Doughherty (dalam Sciarra, 2004: 55) dalam jurnal Dedi (2019)

4
mengungkapkan tujuan konsultasi, yaitu untuk mengatasi masalah dan
konsultasi juga bertujuan untuk meningkatkan kerja konsulti kepada konseli
yang pada akhirnya mencapai kesejahteraan konseling. Adapun fungsi
konseling yaitu sebagai berikut :
1. Fungsi pemahaman, fungsi bimbingan konseling yang memabantu agar
siswa memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensi), sehingga siswa
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
2. Fungsi pencegahan, fungsi bimbingan konseling yang berusahan untuk
mencegah peserta didik agar tidak mengalami kesulitan dan
menemukan permaslaahan yang dapat menganggu serta menghambat
proses perkembangan peserta didik.
3. Fungsi perbaikan, fungsi bimbingan konseling untuk membantu peserta
didik dalam mengubah sesuatu yang kurang baik menjadi baik serta
mengatasi mesalah yang diahadapinya.
4. Fungsi pemeliharaan, fungsi bimbingan konseling yang bertujuan untuk
menjaga perilaku peserta didik yang baik akan lebih baik lahi dan
jangan sampai rusak kembali.
5. Fungsi pengembangan, fungsi bimbingan konseling yang membantu
agar siswa untuk selalu mengembangkan potensi yang dimiliknya.
6. Fungsi penyaluran, fungsi bimbingan konseling yang membantu peserta
didik untuk memilih dan meyakinkan mengenai kemampuan dan
penguasaan bakat, minat, keahlian serta ciri-ciri kepribadian peserta
didik.
7. Fungsi penyesuaian, fungsi bimbingan konseling yang membantu
peserta didik untuk menyesuaiakan dirinya dengan lingkungannya.
8. Fungsi adaptasi, fungsi bimbingan konseling yang membntu staff
sekolah untuk mengadaptasikan program pengajaran dengan minat
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.

5
2. 2. Proses konsultasi yang dilakukan guru mapel, guru BK dalam proses
penanganan siswa di sekolah dasar

Konsultasi dapat dikatakan sebagai sebuah dialog antara dua orang


untuk memperoleh keputusan. Dalam kegiatan konsultasi seorang konselor
memberikan bantuan untuk membantu menyelesaikan sebuah masalah dan
meringankan beban masalah yang sedang dialami oleh konsulti. Dalam proses
konsultasi seorang konselor tidak hanya membantu untuk menyelesaikan
masalah, namun juga mengembangkan potensi, menyelesaikan masalah,dan
membuat keputusan. Dalam konsultasi juga terdapat proses konsultasi. Proses
konsultasi tersebut yaitu :

1. Provision, yaitu konselor memberikan layanan langsung kepada


konsulti yang tidak dapat menyelesaiakan masalahnya sendiri. Sehingga
konsulti meminta bantuan kepada konselor untuk menyelsaikan
masalahnya tersebut. Kemudian konselor memberikan solusi untuk
menyelesaikan masalahnya tersebut.
2. Prescription, yaitu seorang konselor hanya memberikan nasehat kepada
konsulti, namun konselor tidak ikut bertindak dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi oleh konsulti tersebut.
3. Mediation, yaitu konselor berperan sebagai mediator untuk
menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi oleh konsulti. Namun
konselor ini hanya berperan sebagai pihak ketiga yang netral dan tidak
memihak pihak A ataupun pihak B, sehingga peran konselor sebagai
mediator disini adalah bersikap adil untuk menyelesaiakan masalah.
4. Collaboration, yaitu konselor dengan konsulti bekerja sama untuk
menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi oleh konsulti. Sehingga
dalam proses collaboration ini konselor dan konsulti bersama-sama
untuk menyelesaikan masalah , sehingga keputusan yang diambil sama.
Sedangkan Kurpius dalam jurnal Widada (2018) menyebutkan ada sembilan
proses konsultasi, yaitu :
1. Pre Entry (sebelum masuk), konselor memberikan penjelasan
mengenai nilai-nilai ebutuhan, anggapan, dan tujuan tentang individu,

6
kelompok, organisasi serta menilai kemampuan dan keterampilan
konsultan sendiri.
2. Entry (masuk), konselor menayakan pernyataan masalah yang telah
dihadapi, kemudian dihubungkan, dirumuskan, diungkapkan, dan
menetapkan langkah-langkah yang perlu diikuti.
3. Gathering Information (pengumpulan informasi). Dalam proses
Gathering Information konselor mendengarkan masalah yang tengah
dihadapi oleh konsulti dengan cara interview, mengamati, memberikan
pernyataan.
4. Defining Problem (merumuskan masalah). Memberikan penilaian dari
informasi yang telah dijelaskan oleh konsulti, kemudian digunakan
untuk menentukan tujuan dan perubahan.
5. Determining Problem Solution (menentukan solusi masalah).
Informasi yang telah dihadapi oleh konsulti dianalisis untuk
menemukan solusi yang paling efektif yang tengah dihadapi oleh
konsulti.
6. Stating Objectives (menetapkan sasaran). Hasil masalah yang
dianalisis diukur dalam suatu periode tertentu, kondisi tertentu, dan
mendeskripsikan masalah untuk mencapai tujuan yang telh ditetapkan.
7. Implementing The Plan (mengimplementasikan rencana). Pelaksanaan
dengan mengikuti pedoman dan langkah-langkah dengan cara
memberitahukan semua bagian yang harus dilakukan, kapan,
bagaiamana, siapa yang bertanggung jawab, dan hasil yang diharapkan.
8. Evaluation (evaluasi). Aktivitas masalah diamati kemudian hasilnya
dievaluasi,karena penaksiran hasil evaluasi tersebut diperlukan oleh
konselor untuk mengevaluasi aktivitas konsulti.
9. Termination (pemberhentian). Kontak langsung dengan konselor
berhenti, tetapi proses tetap berlanjut. Keputusan yang dibuat bertujuan
untuk menunda perbuatan, perancangan kembali, dan melaksanakan
kembali, serta mengakhirinya dengan sempurna.

7
2. 3. Tipe-tipe konsultasi dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar
a. Layanan Orientasi, layanan yang ditujukan untuk peserta didik baru
guna memberkan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekolah yang baru. Orientasi dapat mencakup pengenalan
terhadap program sekolah, kurikulum, pola pembelajaran dan evaluasi
yang berlaku di sekolah, fasilitas dan cara penggunaannya, serta hal-hal
lain yang diperkirakan perlu dipahami peserta didik baru. Layanan ini
dapat dilakukan secara individu atau kelompok yang sebaiknya
diprogramkan pada setiap awal tahun ajaran baru.
b. Layanan Informasi, layanan yang bertujuan untuk membekali peserta
didik dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai
hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan
mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan
anggota masyarakat. Ada informasi yang diperlukan banyak siswa
sehingga layanannya dilakukan secara kelompok, misalnya tentang
kesehatan, perkembangan remaja serta perguruan tinggi.
c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu serangkaian kegiatan
bimbingan dan konseling yang membatu peserta didik agar dapat
menyalurkan/menempatkan dirinya dalam berbagai program sekolah,
kegiatan belajar, penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan dan
lain-lain.
d. Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan lainnya
yang berguna untuk kehidupannya.
e. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang memungkinkan
peserta didik memperoleh pelayanan secara pribadi melalui tatap muka
dengan konselor atau guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan
pengentasan masalah yang di hadapi peserta didik. Layanan konseling
perorangan merupakan merupakan bentuk pelayanan khusus berupa
hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien.dalam

8
hubungan ini masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya,
sedapat mungkin dengan kekuatan klien sendiri.
f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama
melalui dinamika kelompok yang memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk pemecahan masalah
umum. Misalnya masalah ketertiban, ujian dan sebagainya. Karena
masalah ini bersifat umum, maka bimbingan dilakukan secara
berkelompok.
g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik mempero;eh kesempatan untuk
membicarakan dan menyelesaikan permasalahan yang dialami melaui
dinamika kelompok, terfokus pada masalah pribadi. Layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sekelompok individu.
Keuntungan dari bentuk layanan ini adalah dengan satu kali pemberian
layanan, telah memberikan manfaat atau jasa kepada sekelompok orang
2. 4. Kolaborasi dan konsultasi yang dilakukan guru mapel, guru BK dalam
proses penanganan siswa di sekolah dasar
Kolaborasi dan konsultasi bertujuan untuk menjalin hubungan baik
antar konselor, konseli serta pihak lain sehingga ketika terjadi permasalahan
yang membutuhkan pihak ahli konselor dapat dengan mudah melakukan
penanganan. Konselor mampu membantu siswa menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan baik dan memberikan berbagai informasi yang
dibutuhkan konseli melalui ahli-ahli lain. Berbagai bentuk kolaborasi
disajikan oleh beberapa ahli dalam usaha mencapai tujuan bimbingan dan
konseling di sekolah. Diantaranya yang dikemukakan oleh Stone dan Dahir
melalui CASST a Wider net, Colllaboration Inclusion Models oleh Clark
dan Bremen, serta Collaborative Culturally Competent Schools oleh
Simcox, Nuijens dan Lee (Dollarhide & Saginak, 2012:166-170) termuat
dalam jurnal Widada (2018).

9
1) Model CASST
Model CASTT yang merupakan akronim dari Community, Administrators,
Students, Teachers, and Technology merupakan usaha kerjasama lebih luas
yang dapat dilakukan oleh guru BK/konselor dengan masyarakat,
administrator, siswa, guru dan teknologi untuk membantu siswa mencapai
kesuksesan dan prestasi baik dalam bidang pribadi sosial, akademik maupun
dalam bidang karir. Lebih lanjut, dalam CASTT tersebut, Dahir & Stone
(2012:401) dalam jurnal Widada (2018) mengemukakan bahwa kerjasama
dapat dilakukan dengan pihak di sekolah dan luar sekolah. Di pihak sekolah,
guru BK/konselor dapat bekerjasama dengan: Administrator, kolaborasi
dengan para administrator dapat menguatkan tim kepemimpinan dalam
sekolah. Hubungan antara guru BK/konselor dengan administrator
dibutuhkan untuk mengetahui kebutuhan siswa dengan berbagai aktifitas
seperti penyediaan informasi yang dibutuhkan berkenaan dengan data siswa
yang lebih luas, saling berbagi data yang dibutuhkan untuk membangun
program sekolah dan program BK yang saling melengkapi dan membantu
terciptanya iklim sekolah yang kondusif untuk terciptanya kesuksesan; Guru
lain, kerjasama yang baik dengan guru lain dapat membantu penguatan
manajemen kelas, menciptakan kondisi yang nyaman bagi siswa, konsultasi,
alih tangan kasus, promosi program dan perlakuan bagi siswa yang
memerlukan perhatian khusus seperti remedial; Siswa, kerjasama dengan
siswa dapat dilakukan dalam bentuk layanan teman sebaya seperti peer
helper, peer facilitator, peer mediator, peer tutor dan peer supporters. Di
lingkungan luar sekolah, lebih lanjut Dahir & Stone (2012:397)
mengemukakan terdapat enam pihak yang dapat dimanfaatkan oleh guru
BK/konselor dalam pelaksanaan kerjasama/kolaboratif yaitu dengan :
a. Orangtua, yang tidak hanya bisa menjadi sponsor utama berkenaan
dengan masalah keuangan pelaksanaan program sekolah akan tetapi juga
berperan lebih dalam membantu kesuksesan program bimbingan dan
konseling sekolah, seperti sebagai tutor, mentor, konsultasi, berperan
dalam kelompok bimbingan, berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, serta

10
dapat juga suatu ketika dijadikan objek layanan untuk membantu
ketercapaian tujuan program;
b. Profesi kemanusiaan lainnya, kerja sama dapat dilakukan untuk mencapai
kesuksesan akademik siswa dan juga dapat mempengaruhi orangtua
untuk bisa membantu siswa mencapai kesuksesan akademiknya;
c. Kelompok/rukun tetangga, kelompok ini juga bisa dimanfaatkan oleh
guru BK/konselor untuk mencapai kesuksesan pelaksanaan program yang
biasanya berminat dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan, housing,
rekreasi dan peningkatan/kemajuan masyarakat yang lebih luas. Hal ini
juga mengisyaratkan bahwa lingkungan masyarakat disekitar yang
mendukung perkembangan anak akan menjadi modal penting dalam
usaha pencapaian perkembangan optimal anak;
d. Perusahaan, kerjasama dapat dilakukan dalam usaha pendidikan dan
latihan berkenaan dengan karir. Selain itu perusahaan dapat diminta
pertolongan untuk mendukung secara finansial (sponsor) kegiatan
sekolah;
e. Perguruan tinggi, kerjasama dapat dilakukan dalam hal pendidikan dan
latihan baik bagi siswa maupun bagi peningkatan kompetensi guru
BK/konselor dalam bentuk magang, praktikum dan berbagi pengalaman.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah kerjasama dalam penelitian
untuk mengukur pengaruh program yang diterima siswa;
f. Alumni, kerjasama dapat dilakukan salah satunya dengan mengundang
alumni berbagi pengalaman mereka terhadap berbagai karir dan
pengalaman hidup yang dijalaninya untuk dibagi kepada siswa sehingga
mereka memiliki pemahaman baru berkenaan dengan pekerjaan dan
dapat juga memberi dampak pada motivasi belajar siswa untuk mencapai
kesuksesan akademiknya.
2) Collaborative inclusion model
Clark dan Bremen menciptakan model kolaboratif untuk konselor dan
guru yang merepresentasikan berbagai praktik konsultasi. Model ini
merekomendasikan Enam langkah inklusif dalam proses intervensi dimana
guru dan konselor secara bersama merencanakan, mengimplementasikan

11
dan mengevaluasi semua intervensi dalam ruang kelas dimana semua siswa
bisa memperoleh manfaat. Enam langkah yang direkomendasikan itu adalah
a. Klien dapat diperoleh dari alihtangan guru, administrator, orangtua atau
atas inisiatif sendiri oleh siswa yang bersangkutan untuk mendapatkan
layanan oleh konselor,
b. Indentifikasi masalah dengan memperoleh dan menggali informasi dari
berbagai catatan, berbicara dengan mitra seperti guru, orangtua dan
administrator,
c. Merencanakan intervensi dalam kelas untuk mencari jawaban atas tujuan
yang akan dicapai secara bersama,
d. Melaksanakan intervensi dan memodifikasinya sebagai kebutuhan.
Langkah ini juga termasuk di dalamnya infusi melalui tutor/mentor
sebaya untuk memberikan dukungan kepada siswa yang berkelanjutan,
e. Mengembangkan sebuah rencana untuk membiarkan guru dan siswa
untuk menindaklanjuti kegiatan setelah konselor menyelesaikan
intervensi dalam ruang kelas. Pada tahap ini termasuk di dalamnya
adalah memberikan penguatan, sistem umpan balik dan diikuti dengan
panduan-panduan yang memungkinkan,
f. Evaluasi dan monitor intervensi. Konselor dapat melakukan pengawasan
kepada guru dan siswa secara periodik atau observasi terhadap
pelaksanaan intervensi dalam ruang kelas.
3) Collaborative Culturally Competent Schools
Model ini dikembangkan oleh Simcox, Nuijens dan Lee dengan
mengemukakan sebuah model kolaboratif yang sensitif secara kultural dan
ekologis antara konselor sekolah dan psikolog sekolah untuk meningkatkan
kompetensi budaya di sekolah. Model ini mengedepankan hubungan
kerjasama antara konselor sekolah dan psikolog sekolah dalam
mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi segala tindakan pada
empat tingkatan utama pelayanan terhadap siswa, orangtua dan keluarga,
pendidik dan masyarakat. Berikut disajikan secara ringkas ke empat
tingkatan yang dimaksud yaitu : Intervensi yang berpusat pada siswa,
merupakan bentuk intervensi yang dilakukan terhadap siswa dengan

12
memfasilitasi siswa untuk sukses dalam bidang akademik, pribadi-sosial,
dan karir melalui intervensi individual, kelompok kecil dan
konsultasi; Penguatan keluarga, intervensi pada tingkatan ini fokus pada
penguatan peran keluarga melalui berbagai penyajian topik dan forum
pertemuan termasuk dalamnya topik yang berkenaan dengan kurikulum
sekolah, asesmen dan penempatan, hubungan antara guru dan orangtua dan
pendidikan administrasi; Konsultasi kolegial, tingkatan ini bertujuan untuk
menciptakan kesempatan pengembangan profesional bagi staf pendidik dan
profesional dengan cara mempromosikan sensitivitas budaya, respon dan
kompetensi sekolah. Workshop dan seminar dapat dilakukan untuk
menciptakan kompetesi dalam praktik dan strategi pendidikan; Pemanfaatan
sumber komunitas, sekolah dan masyarakat dapat bekerjasama untuk
mencapai kesuksesan sekolah pada khususnya dan pendidikan pada
umumnya. Kolaborasi pada tingkatan ini dapat berupa peningkatan
kesadaran masyarakat terhadap program sekolah dan pendidikan serta dapat
juga secara bersama mengembangkan program pendidikan berbasis
kemasyarakatan.
2. 5. Peran guru mapel, guru BK terkait konsultasi dengan orang tua dalam
proses penanganan siswa di sekolah dasar
Pelayanan bimbingan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh
sebab itu praktinya harus mempunyai bidang pemasalahan tertentu. Menurut
jurnal Widodo (2009) Adapun bidang bimbingan konseling terdiri dari
bebarapa bidang sebagai berikut:
a. Bidang Pribadi Bidang pribadi adalah jenis bimbingan yang
membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-
masalah pribadi. Adapun bidang pengembangan pribadi konseli yakni
mengembangkan aspek-aspek Ketuhanan dan dirinya sendiri.
Bimbingan pribadi juga dapat dimaknai sebagai suatu bantuan dari
pembimbing kepada terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan
dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang
mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya
secara baik.

13
b. Guru Bimbingan Konseling
Guru bimbingan konseling adalah seseorang yang telah mendapatkan
pendidikan khusus dan memiliki lisensi atau sertifikat untuk
melakukan layanan unik dan dibutuhkan oleh konseli (klien) sebagai
penyedia profesional satu-satunya untuk layanan unik dan dibutuhkan
oleh mereka tawarkan. Adapun guru Bimbingan Konseling yang
peneliti maksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang
menjalankan kegiatan Bimbingan Konseling yang menjabat sebagai
fungsional secara resmi yang bersifat prefesional atau keahlian dengan
dasar keilmuan yang dimiliki.
Kerjasama merupakan suatu interaksi sosial, dalam istilah admistrasi
kerjasama diartikan suatu usaha untuk mencapai tujuan bersama melalui
pembagian kerja, bukan pengkotakan kerja, akan tetapi sebagai suatu satu
kesatuan yang semuanya terarah pada satu tujuan. Menurut Abdulsyini
kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat
aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama saling bantu
membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Oleh karena itu
kerjasama selalu berhubungan dengan pembagian tugas, dimana setiap orang
mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab masing-masing untuk
mencapai tujuan besama. Begitu juga adanya kerjasama antara instansi
sekolah dengan orang tua.
Profesi guru bimbingan konseling atau disebut juga Konselor di sekolah
memiliki peranan untuk mendorong perkembangan individu, memecahkan
dan mendorong tercapainya kesejahteraan individu secara fisik, psikologis,
intelektual, emosional, ataupun spiritual. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa guru bimbingan konseling dapat diartikan pekerjaan
layanan kemanusian yang telah mendapatkan beberapa pelatihan formal atau
berlatar belakang pendidikan serta satuan ilmu mengenai bimbingan
konseling secara sitematis. Sesuai dengan Permendiknas 27 tahun 2008,
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, rumusan
standar kompetensi guru bimbingan konseling atau konselor telah

14
dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pekerjaan yang
menegaskan konteks tugas dan ekspektisi kinerja guru bimbingan konseling.
Konselor mesti mengkomunikasikan dan bekerja sama dengan orang
tua karena orang tua merupakan orang yang memiliki banyak kesempatan
untuk mengasuh dan membentuk gaya hidup yang sehat bagi emosi dan
pengenbangan hubungan antar-pribadi anak-anak mereka sejak bayi. Anak-
anak diajarkan nilai-nilai etik dan tanggung jawab lewat apa yang disebut
oleh para ilmuwan sosial “pemodelan” atau mendemonstrasikan perilaku
yang diterima kepada anak agar diikuti. Selain itu, peran signifikan anak yang
melayani model dan menyediakan bimbingan dan penguatan bagi anak-anak
lain mestinya menjadi aktifitas terencana disetiap program karena banyak
penelitian memverifikasi nilai-nilai tersebut secara konsisten. Orang tua
adalah model yang kebiasaan dan sikapnya berpengaruh penting bagi nilai
dan tindakan anak. Oleh karena itu para konselor di lingkup sekolah dapat
menawarkan kerjasama dengan orang tua dalam pengasuhan yang dapat
membantu orang tua. Pentingnya orang tua sebagai pengaruh utama dalam
pembentukan dan perkembangan anak menuntut konselor bekerjasama
dengan orang tua berbasis mutualis pembelajaran dan perencanaan langkah
pencegahan terbaik demi keuntungan anak. Pendidikan akan berlangsung
dengan baik bilamana ada hubungan baik pula antara sekolah dengan
keluarga salah satunya adalah hubungan kerjasama antara guru bimbingan
konseling atau konselor denga orang tua. Pendidikan di keluarga haruslah
searah dengan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu sekolah pada waktu-
waktu tertentu mengadakan pertemuan dengan para orang tua murid.
Pertemuan-pertemuan itu sebaiknya diisi dengan berbagai diskusi yang pada
dasarnya bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua murid
demi kebaikan anak-anaknya dan perkembangan semua aspek pada diri anak.
Adapun bentuk-bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh guru
bimbingan konseling dan orang tua adalah sebagai berikut:
a. Bentuk Usaha Formal
Usaha formal adalah usaha yang diselenggarakan dengan sengaja,
terencana dan sistematika. Dalam usaha formal ini guru bimbingan

15
konseling dan orang tua menjalankan tugasnya masing-masing yang
dapat menunjang tercapainya tujuan bersama yaitu mengoptimalkan
perkembangan anak baik secara fisik dan psikisnya.
b. Bentuk Usaha Informal
Bentuk usaha informal adalah usaha yang diselenggarakan dengan
sengaja namun tidak terencana dan tidak sistematis, namun usaha
informal dilakukan untuk menunjang tercapainya usaha formal. Seperti
penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan pembelajaran.
2. 6. Contoh implementasi konsultasi yang dilakukan guru mapel, guru BK
dalam proses penanganan siswa di sekolah dasar
Layanan konsultasi merupakan layanan konseling oleh konselor
terhadap pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konsulti memperoleh
wawasan, pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani
masalah pihak ketiga. Jadi, layanan konsultasi adalah bantuan dari konselor
ke pada klien dimana konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti,
yang membahas tentang masalah pihak ketiga, yaitu orang yang merasa
dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orangtuanya.
Terdapat Aspek-aspek Layanan Konsultasi dalam Bimbingan dan
Konseling menurut para ahli yang termuat dalam jurnal Dedi (2019)
diantaranya sebagai berikut: Menurut Sciarra pelayanan konsultasi dalam
bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh adanya kerjasama yang solid
antara konsultan dan konsulti, karena kerjasama tersebut selain meningkatkan
keberhasilan proses, juga dapat meringankan beban konsultan. Menurut
Dougherty kerjasama sebagai bagian dari proses konsultasi dapat dilakukan
jika melibatkan tiga pihak, yaitu konselor, konsulti, dan pihak konseli sebagai
pihak ketiga . Ketiga pihak tersebut merupakan aspek-aspek yang menjadi
syarat terlaksananya layanan konsultasi. Oleh sebab itu penting untuk
memperhatikan aspek-aspek dari layanan konsultasi tersebut. Marsudi juga
menyatakan bahwa layanan konsultasi mengandung empat aspek, yaitu
konsultan, konsulti, klien atau konseli, dan proses konsultasi itu sendiri.

16
a. Konsultan adalah individu yang secara profesional memiliki
kewenangan untuk memberikan bantuan kepada konsulti dalam upaya
mengatasi masalah klien atau konseli.
b. Konsulti adalah individu atau seorang profesional yang secara langsung
memberikan bantuan pemecahan masalah terhadap konseli atau klien.
c. Klien atau konseli adalah pribadi atau organisasi tertentu yang
mempunyai masalah atau dengan kata lain pihak ketiga yang
dikonsultasikan.
d. Konsultasi adalah proses dari pemberian bantuan dalam upaya
mengatasi masalah klien atau konseli secara tidak langsung.
Implementasi layanan konsultasi dalam membantu peserta didik
meningkatkan prestasi belajarnya, dapat diusahakan melalui tahapan-tahapan
pelaksanaan layanan konsultasi. Tahapan tersebut menurut Prayitno meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi dan tindak lanjut.
1. Perencanaan layanan konsultasi
Langkah awal sebelum pelaksanaan layanan, terlebih dahulu konselor
sekolah atau guru pembimbing dapat melakukan perencanaan.
Perencanaan dimaksudkan untuk mempermudah proses pelaksanaan.
Perencanaan layanan konsultasi dapat meliputi:
 Sosialisasi layanan konsultasi kepada berbagai pihak yang terkait
dengan peserta didik, seperti orang tua, guru, wali kelas, dan teman
atau saudara dari peserta didik. Sosialisasi ini terkait dengan
keberadaan layanan konsultasi yang memungkinkan orang-orang yang
bertanggungjawab terhadap peserta didik dapat memanfaatkan media
ini untuk menangani berbagai permasalahan yang dihadapi peserta
didik.
 Mengidentifikasi konsulti, pada pelayanan bimbingan dan konseling
khususnya di sekolah, pihak yang disebut sebagai konsulti adalah
sesama konselor, guru bidang studi atau wali kelas, pejabat struktural,
orang tua atau saudara dari siswa, dan petugas administrator.
Identifikasi konsulti dapat berupa tindakan konselor sekolah atau guru
pembimbing dalam mengenal konsulti dengan maksud memperoleh

17
data yang dibutuhkan konselor. Identifikasi dapat dilakukan dengan
membangun hubungan yang harmonis dengan konsultasi .
 Mengatur pertemuan atau melakukan kontrak dengan konsulti.
Penyelenggaraan layanan konsultasi sangat tergantung pada
kesepakatan antara konselor dan konsulti. Kesepakatan tersebut
dimaksudkan untuk kenyamanan dan jaminan kerahasiaan proses
konsultasi.
 Menetapkan fasilitas layanan. Fasilitas dalam layanan konsultasi
adalah segala sesuatu yang menunjang pelaksanaan layanan
konsultasi. Fasilitas yang ditetapkan tersebut misalnya tempat
konsultasi, buku konsultasi, alat perekam dan lain sebagainya.
 Menyiapkan kelengkapan administrasi. Pengadministrasian
dimaksudkan agar terdapat bukti adanya pelaksanaan layanan
konsultasi. Misalnya konselor sekolah atau guru pembimbing
menyiapkan buku catatan hasil wawancara dengan konsulti, terdapat
jurnal harian pelaksanaan layanan.
2. Pelaksanaan layanan konsultasi
Tahap pelaksanaan merupakan bagian inti dari layanan konsultasi. Pada
tahap ini, pernyataan masalah diungkapkan, hubungan konsultan dan
peranannya dirumuskan dan peraturan pokok dikembangkan. Pada
layanan konsultasi, proses layanan dilakukan dua tahap. Yaitu pertama
proses konsultasi antara konselor dan konsulti, dan yang kedua proses
penanganan oleh konsulti terhadap pihak ketiga yang memiliki masalah.
Secara jelas tahap ini meliputi:
 Menerima konsulti, di sini konselor sekolah menerima konsulti
dengan penerimaan yang baik, sehingga membuat kenyamanan
konsulti dan pada akhirnya membantu kelancaran layanan konsultasi.
 Menyelenggarakan penstrukturan konsultasi, penstrukturan layanan
konsultasi diperlukan untuk membawa konsulti mulai memasuki
layanan konsultasi. Biasanya dengan wawancara permulaan.
Wawancara permulaan ini ditujukan untuk penstrukturan atau
pembatasan terhadap waktu pertemuan, pembatasan masalah yang

18
dibahas, dan pembatasan pada peran masing-masing konselor atau
konsulti. Penstrukturan ini diperlukan dengan tujuan agar terjadi
kejelasan arah konsultasi sehingga akan membantu melancarkan
kesuksesan layanan konsultasi.
 Membahas masalah, masalah yang dibahas oleh konsulti adalah
masalah yang dialami oleh peserta didik sebagai pihak ketiga, baik itu
permasalahan pribadi, sosial, belajar atau karir.
 Mendorong dan melatih konsulti untuk mampu menangani masalah
yang dialami pihak ketiga, dengan membekali konsulti dengan
(wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap) agar dapat
bertindak membantu penyelesaian masalah pihak ketiga. Kemudian
melatih konsulti agar mampu memanfaatkan sumber-sumber yang
ada. Sumber-sumber bantuan dapat diperoleh melalui pengumpulan
informasi-informasi mengenai pihak ketiga, yang dapat diperoleh dari
pihak ketiga itu sendiri ataupun lingkungan dekat pihak ketiga,
misalnya keluarga, teman bermain, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, bahkan diperoleh dari media cetak atau elektronik.
 Membina komitmen konsulti untuk menangani masalah pihak ketiga
dengan bahasa dan cara-cara konseling. Langkah penyelesaian
masalah pihak ketiga dilakukan oleh konsulti dengan menggunakan
bahasa dan cara-cara konseling yang telah diperoleh konsulti dari
pengembangan (wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap). Konsulti dapat menggunakan bahasa dan cara-cara konseling,
misalnya menggunakan pertanyaan terbuka kepada pihak ketiga,
konsulti melakukan penerimaan pihak ketiga dengan bahasa verbal
dan non verbal, dalam hal mengambil keputusan, dan lain-lain.
Penanganan pihak ketiga oleh konsulti tidak terlepas dari pantauan
dari konselor. Pada tahap ini bisa terjadi kemungkinan alternatif
pemecahan masalah pihak ketiga jika gagal dilakukan oleh konsulti,
sehingga perlu dilakukan kembali atau dengan intervensi yang
berbeda.

19
3. Analisis Hasil Evaluasi Analisis
Hasil evaluasi yaitu menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya dengan
diri pihak ketiga dan konsulti sendiri. Tujuannya adalah untuk
mempertimbangkan upaya tindak lanjut yang akan dilakukan sesuai
dengan penanganan masalah pihak ketiga. Analisis terkait dengan
pengambilan keputusan, apakah menunda aktivitas, mendesain kembali
tindakan dan melaksanakan ulang atau berhenti secara penuh .
4. Tindak lanjut hasil analisis
Hasil analisis terhadap evaluasi yang telah dilakukan digunakan sebagai
pertimbangan tindak lanjut yang dapat dilakukan dengan konsultasi
lanjutan, penghentian atau alih tangan (refferal). Konsultasi lanjutan
dilakukan berdasarkan kesepakatan kembali antara konsulti dan
konsultan. Konsultasi ini diperlukan jika tahap penanganan dikatakan
belum berhasil, dengan indikasi tingkah laku pihak ketiga yang
diharapkan oleh konsulti belum tercapai dan konsulti merasa perlu
untuk mengulang kembali penanganan kepada pihak ketiga yang
bermasalah. Penghentian layanan konsultasi tidak berbeda dengan
layanan konseling perorangan. Bisa dilakukan untuk sementara, dan
selama itu konsulti masih bisa berhubungan kembali kalau dibutuhkan
atau dihentikan sama sekali karena tujuan konsultasi sudah tercapai.
Jika diperlukan, alih tangan atau refferal juga merupakan bentuk tindak
lanjut yang dapat dilakukan.

20
BAB III

PENUTUP

3. 1. Kesimpulan
1. Konsultasi guru BK dalam penanganan siswa dalam lingkungan pendidikan
sangat penting dan sangat dibutuhkan, karena untuk membantu dan
melayani siswa ketika siswa tersebut ada masalah dan masalah tersebut
harus diselesaikan. Dengan adanya layanan konsultasi maka peserta didik
atau siswa dengan kemampuannya sendiri dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya atau permasalahan yang dialaminya.
2. Menurut Kurpius terdapat 9 langkah dalam proses konsultasi mengangani
permasalahan siswa yaitu Pre Entry, Entry, Gathering Information, Defining
Problem, Determining Problem Solution, Stating Objectives, Implementing
the Plan, evaluation, dan Terimination
3. Tipe-tipe konsulytasi dalam penanganana permasalahan siswa sekolah dasar
terbagi menjadi berbagai jenis yaitu layanan orientasi, layanan informasi,
layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajran, layanan
konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling
kelompok
4. Menurut Stone dan Dahir melalui CASST a Wider net bentuk kolaborasi
dan konsultasi yang dapat dilakukan dalam penanganan siswa yaitu Model
CASST, Collaborative inclusion model, dan Collaborative Culturally
Competent Schools.
5. Bentuk-bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan
konseling dan orang tua adalah bentuk usaha formal dan bentuk usaha
informal. Bentuk usaha formal yang dapat dilakukan adalah
mengoptimalkan perkembangan anak baik secara fisik dan psikisnya,
sedangkan usaha informal yang dapat dilakukan adalah Seperti penyediaan
fasilitas yang menunjang kegiatan pembelajaran
6. Dalam implementasi konsultasi dalam penanganan permasalahan siswa
terdapat berberapa tahapan yaitu perencanaan layanan konsultasi,

21
pelaksanaan layanan konsultasi , evaluasi layanan konsultasi, analisis hasil
evaluasi dan tindak lanjut hasil konsultasi.
3. 2. Saran
Seperti yang telah diulas dalam pembahasan makalah di atas, peran guru
sebagai guru kelas yang merangkap juga sebagai guru BK sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajan siswa. Oleh karena itu
sebagai calon guru SD harus lebih memahami konsep serta implementasi
pentingnya konsultasi dalam penanganan siswa di sekolah dasar serta
kolaborasi dengan pihak-pihak yang terkait seperti orang tua dalam proses
penanganan siswa di sekolah dasar.

22
DAFTAR RUJUKAN
Dedi, Adrianus&Ahmad. 2019. Implementasi layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dasar untuk mengembangkan kemandirian siswa. Premiere
Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran. Vol 9. No. 1.
ISSN: 2528-5173 (Online) (http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE).
Diakses 15 Maret 2021.

Widada. 2018. Peranan Guru Sekolah Dasar (Guru Sd) dalam Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling. Jurnal Wahana Sekolah Dasar. Vol. 26, No.1.
ISSN 2622-5883 (online)
( http://dx.doi.org/10.17977/um035v26i12018p029 ) diakses 14 Maret 2021

Widodo, Bernardus. 2009. LAYANAN KONSULTASI ORANG TUA SALAH


SATU BIDANG LAYANAN BIMBINGAN KONSELING UNTUK
MEMBANTU MENGATASI MASALAH ANAK (Sebuah Refleksi
Analitis). Jurnal Ilmiyah Widya Warta. Vol.33, No.1. Online
(https://jurnalindustri.petra.ac.id/index.php/jiw/article/view/17052) diakses
16 Maret 2021.

23

Anda mungkin juga menyukai