Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERAN GURU BK DALAM MENGATASI MASALAH BELAJAR SISWA


(Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah)
Dosen Pengampu : Anita Lisdiana, M. Pd

Disusun oleh :
Kelompok 8

1. Akma Ghani Mahendra (2101072001)


2. Rani Oktafia Anjani (2101070011)
3. Ratna Rahayu (2101073001)

PROGRAM STUDI TADRIS IPS


FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Metro, 27 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Peran Guru BK ................................................................................ 3


B. Masalah Belajar ............................................................................... 5
C. Peran Guru BK dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa .............. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................ 13

Daftar Pustaka .................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah merupakan ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang,
dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak
mengenakkan atau sesuatu yang dapat menghambat seseorang dalam
mencapai tujuannya.1
Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan perannya di masa depan.
Dalam pelaksanaan pendidikan tersebut dilakukan upaya dengan melibatkan
semua komponen yang secara hirarki telah diberikan beban dan tanggung
jawabnya masing-masing. Salah satu komponen tersebut adalah guru sebagai
tenaga pendidik. Dalam proses belajar mengajar guru memiliki kedudukan
yang sangat menentukan.2
Pendidikan pada dasarnya hanya semata-mata tanggung jawab guru
mata pelajaran, tetapi guru bimbingan dan konseling (BK) juga mempunyai
tanggung jawab yang sama dalam kesuksesan proses belajar mengajar siswa.
Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 dijelasakan bahwa konselor merupakan
salah satu jenis tenaga pendidik sebaimana juga guru, dosen dan tenaga
pendidik lainnya, yaitu bertugas mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran.
Suatu realita yang ada di lapangan, berdasarkan pengamatan yang
peneliti lakukan di beberapa Sekolah Menegah dalam pelaksanaan proses
pembelajarannya siswa mengalami berbagai masalah belajar. Masalah belajar
yang dialami oleh siswa tersebut secara umum bisa dilihat dari hasil belajar
yang kurang baik (di bawah KKM).

1
Hasan Bastomi, “Pengertian Masalah,” KONSELING EDUKASI “Journal of
Guidance and Counseling” 4, no. 1 (2020): 36, https://doi.org/10.21043/konseling.v4i1.7418.
2
Ahmad Muntaha, Cipto Handoko, and Sunaryo, “Implementasi Bimbingan
Konseling Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik,” Unisan Journal 02, no. 01 (2023): 979.

1
Seyogyanya guru bimibingan dan konseling serta guru mata
pelajaran lebih terarah dan melaksanakan peranannya masing-masing yang
saling terkait untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah belajarnya.
Proses konseling oleh konselor sama seperti penyelenggaraan pembelajaran
oleh guru mata pelajaran yaitu menggunakan POAC+. P (Planinning), O
(Organizing), A (Actuating), C (Controlling) dan + (Tindak Lanjut).3
Dalam mengatasi masalah belajar yang dialami siswa dalam kegiatan
proses belajar mengajar juga diperlukan suatu kerjasama timbal balik antara
guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran. Alasan perlunya
kerjasama antara guru pembimbing dengan guru mata pelajaran. Guru
pembimbing dengan guru mata pelajaran. Ada beberapa peranan yang
dilakukan oleh seorang guru mata pelajaran ketika diminta mengambil bagian
dalam penyelenggaraan program bimbingan konseling di sekolah, diantaranya
adalah;4
1. Guru sebagai informatory,
2. Guru sebagai fasilitator,
3. Guru sebagai mediator, dan
4. Guru sebagai kolaborator.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan


dan konseling atau guru mata pelajaran baik dengan perannya masing-masing
maupun dengan saling melakukan kerjasama dalam mengatasi masalah
belajar siswa adalah dengan melakukan; identifikasi masalah, diagnosis,
prognosis, pemberian bantuan, evaluasi dan tindak lanjut.

3
Muntaha, Handoko, and Sunaryo.
4
Sudirman, Daharnis, and Marjohan, “KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling,”
Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Serta Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas (Sma) Negeri 2, no. September (2021):
121.

2
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagaimana peran guru Bimbingan dan Konseling (BK)?
2. Apa yang dimaksud dengan masalah belajar?
3. Bagaimana peran guru BK dalam mengatasi masalah belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru BK.
2. Untuk mengetahui pengertian masalah belajar.
3. Untuk mengetahui peran guru BK dalam mengatasi masalah belajar
siswa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Guru BK
Menurut Tohirin menyatakan bahwa saat ini keberadaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah tampak lebih baik dibanding era
sebelumnya. Pengakuan kearah layanan bimbingan dan konseling sebagai
suatu profesi sudah semakin mengkristal terutama dari pemerintah dan
kalangan profesi lainnya.5
Penyelenggaraan bimbingan konseling sangat memiliki peran yang
penting dalam tercapainya tujuan pendidikan. Dengan layanan bimbingan dan
konseling, diharapkan sebuah lembaga pendidikan dapat membentuk karakter
siswa yang baik dan mewujudkan nilai-nilai edukatif yang membangun.
Selain itu bimbingan dan konseling juga tempat mencurahkan segala keluh
kesah yang mungkin begitu rumit dialami suatu individu.
Bimbingan dan konseling mengembangkan beberapa peran utamanya
sebagai sebuah layanan. Bimbingan dan konseling juga memiliki potensi
yang mengarah ke pembentukan karakter kebangsaan yang sesuai dengan
cita-cita bangsa. Begitu pentingnya layanan bimbingan dan konseling yang
mampu ikut mewujudkan generasi penerus yang berkarakter.
1. Bimbingan konseling mendampingi siswa dalam perkembangan belajar di
sekolah.
2. Bimbingan konseling membantu mereka mengenali diri mereka.
3. Menentukan cita-cita dan tujuan hidupnya serta menyusun kerangka
tujuan-tujuan tersebut.
4. Membantu menyelesaikan masalah yang mengganggu proses belajar di
sekolah.
Guru Bk di sekolah bertugas memberikan layanan bimbingan dan
konseling untuk kepentingan siswa. Berkaitan dengan hal tersebut Ericson

5
Dodi Pasila Putra, STRATEGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MENANAMKAN KARAKTER DISIPLIN DAN KEJUJURAN,
File:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJA_PRINT.Docx,
vol. 21, 2020.

4
mengatakan bahwa kegiatan pelayanan bimbingan konseling meliputi:
Individual Inventory, the counseling, the information service, the placement
service, and the follow up service. Dapat dipertegas bahwa tugas guru
pembimbing adalah : pertama, memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan
konseling. Kedua, merencanakan program bimbingan dan konseling terutama
program satuan layanan dan satuan pendukung. Ketiga, melaksanakan
segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling. Keempat,
melaksanakan program layanan pendukung. Kelima, menilai proses dan hasil
pelaksanaan suatu layanan dan satuan pendukung bimbingan dan konseling.
Keenam, menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling. Ketujuh, melaksanakan tindak lanjut berdasarkan
hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
Kedelapan, mengadministrasikan kegiatan suatu layanan dan satuan
pendukung bimbingan dan konseling yang dilaksanakan. Kesembilan,
mempertanggung jawabkan bimbingan dan konseling pelaksanaan tugas dan
kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh
kepada koordinator bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.
Guru pembimbing di sekolah harus mampu melaksanakan kesepuluh
layanan bimbingan dan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang
dihadapi siswa apat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak mengganggu
jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat mencapai
prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan
pembelajaran yang cukup berarti.6

B. Masalah Belajar
Masalah adalah ketidak sesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang,
dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak
mengenakan. Prayitno mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu

6
Sukadari Sukadari, “Guru Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dasar Sangat
Dibutuhkan,” Elementary School: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-SD-An 8, no. 1
(2021): 67–74, https://doi.org/10.31316/esjurnal.v8i1.1204.

5
yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau
orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian
secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.7
Pengertian belajar dapat didefinisikan "Belajar ialah sesuatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya". "Belajar adalah proses
perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya".8 Menurut Garry dan Kingsley, belajar adalah proses tingkah
laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan".
Sedangkan menurut Gagne bahwa "belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman".
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat
diartikan atau didefinisikan sebagai berikut : "Masalah belajar adalah suatu
kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan". Kondisi tertentu itu dapat berkenaan
dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang
lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa muridmurid yang
pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci
utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses
belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.

7
Nurti Datulengken, “Masalah Belajar Siswa,” Pendidikan Bimbingan Konseling
19, no. 1 (2021): 1.
8
Asep Nanang Yuhana and Fadlilah Aisah Aminy, “Optimalisasi Peran Guru
Pendidikan Agama Islam Sebagai Konselor Dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa,”
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 1 (2019): 79,
https://doi.org/10.36667/jppi.v7i1.357.

6
C. Peran Guru BK dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa
Saat ini, hampir seluruh instansi pendidikan formal sudah memiliki
guru BK. Hal ini, dilatar belakangi karena guru BK merupakan salah satu
aspek penting yang harus ada didalam instansi pendidikan tersebut. Guru BK
dapat membantu guruguru lainnya jika guru-guru tersebut berhadapan dengan
siswa yang bermasalah, baik itu bermasalah dalam hal pelajarannya maupun
dalam hal pribadinya.9
Sehubungan dengan hal ini guru BK mengatasi permasalahan
siswanya dengan menggunakan layanan bimbingan dan konseling.
a. Guru melakukan sosialisasi tentang motivasi kepada siswa, motivasi yang
diberikan bisa dalam bentuk ceramah singkat yang diberikan
sebelum memulai proses pembelajaran. Selain itu, guru bersama guru
mata pelajaran secara aktif berdiskusi dalam rangka menciptakan
motivasi sehingga siswa-siswanya tidak mengalami kekurangan
motivasi. Guru Bimbingan Konseling juga memiliki peranan yang cukup
besar dalam hal memotivasi siswa, guru secara berkelanjutan memberikan
penyuluhan dan motivasi kepada siswa baik secara perorangan (individu)
maupun secara kelompok.
b. Perubahan strategi/metode belajar sesuai dengan kondisi real siswa. Saat
ini, metode belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan). Aktif artinya ketika proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif artinya
bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang bisa membuat siswanya
berpikir bahwa learning is fun, sehingga tertanam didalam pikiran
siswanya tidak akan ada lagi perasaan tertekan dengan tenggat
waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya. Kreatif artinya agar
guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana guru

9
Risbon Sianturi et al., “Status Profesi Guru Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah,” Journal of Education Research 3, no. 2 (2022): 42–47,
https://doi.org/10.37985/jer.v3i2.75.

7
mampu menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan
Menyenangkan artinya suasana belajarmengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
c. Penggunaaan media belajar yang inovatif, yang mampu menarik perhatian
dan memotivasi siswa. Penggunaan perangkat tambahan seperti LCD
Projector atau OHP selain merupakan sarana untuk mempermudah
penyampaian guru juga berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan
perhatian belajar siswa. Sebab ada siswa yang mampu belajar cepat secara
audio visual dan nonaudio visual.
d. Orang tua, dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang paling penting
dalam memotivasi anaknya. Sebab sebagian besar waktu yang dihabiskan
anak setelah sekolah yaitu di rumah. Setiap orang tua memiliki cara yang
berebeda-beda dalam hal memotivasi anak-anaknya. Ada orang tua yang
menunjang anaknya dengan sarana pelengkap belajar seperti pengadaan
komputer, buku referensi, maupun peralatan tambahan yang mampu
digunakan untuk mengakses internet. Adapula orang tua yang
memberikan motivasi atau dorongan kepada anak-anaknya melaui
wejangan-wejangan, penggunaann model, dan lain sebagainya.
e. Masyarakat, dalam hal ini peranannya dalam menciptakan lingkungan
yang kondusif, aman, nyaman dan tenteram. Seminimal mungkin tidak
menciptakan suasana buruk yang bisa mempengaruhi bahkan merubah
mental anak dalam hal ini siswa. Melakukan aksi-aksi yang dapat
merubah tatanan paradigma dalam kehidupan bermasayarakat,
sehingga dapat mengubah cara pandangan anak terhadap cara
berperilaku. Lingkungan masyarakat memiliki peranan yang sangat
penting, bagaimana lingkungan memciptakan suasana bahwa siswa tidak
hanya merasakan suasana belajar di dalam lingkungan sekolah, tetapi
juga merasakannya di dalam lingkungan sekitar.

8
Motivation is an essential condition of learning. Sehubungan
dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:10
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian
dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar
dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik
intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar
(siswa) dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis
menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi
ekstrinsik kadangkadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa tidak kurang
sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi
motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin
maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan
perkembangan belajar siswa.

10
Elly Manizar, “Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar,” Jurnal
Pendidikan Agama Islam 1, no. 2 (2019): 171–88,
jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/view/1047.

9
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah.11
1. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar
adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-
baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan
motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, banyak siswa
bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas
saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot
bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka
baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru
bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil
belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu,
langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana
cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang
terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada
para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga
keterampilan dan afeksinya.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak
berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah
yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat
menggambar.
3. Saingan/kompetisi

11
Tri Rumhadi, “Urgensi Motivasi Dalam Proses Pembelajaran,” Jurnal Diklat
Keagamaan 11, no. 1 (2019): 39, bdksurabaya.e-journal.id ? article ? download.

10
Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan
individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak
dimanfaatkan dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga
sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai
salah satu bentuk motivasi yang cukup tinggi. Seseorang akan
berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan
baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk
siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa
jadi karena harga dirinya.
5. Memberi Ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan
terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan
dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka,
maksudnya kalau ada ulangan harus diberitahukan kepada
siswanya.
6. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada
motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan
hasilnya terus meningkat.

11
7. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi
yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana
yang menyenangkan dan mempeartinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh
karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
9. Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala
sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti
pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,
sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat.
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat
sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang
pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai
dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bimbingan dan konseling mengembangkan beberapa peran utamanya
sebagai sebuah layanan. Bimbingan dan konseling juga memiliki potensi
yang mengarah ke pembentukan karakter kebangsaan yang sesuai dengan
cita-cita bangsa. Begitu pentingnya layanan bimbingan dan konseling
yang mampu ikut mewujudkan generasi penerus yang berkarakter.
1) Bimbingan konseling mendampingi siswa dalam perkembangan
belajar di sekolah.
2) Bimbingan konseling membantu mereka mengenali diri mereka.
3) Menentukan cita-cita dan tujuan hidupnya serta menyusun kerangka
tujuan-tujuan tersebut.
4) Membantu menyelesaikan masalah yang mengganggu proses belajar
di sekolah.
2. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh
murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
3. Guru melakukan sosialisasi tentang motivasi kepada siswa, perubahan
strategi/metode belajar sesuai dengan kondisi real siswa misalnya metode
belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan),
penggunaaan media belajar yang inovatif, dan lain-lain.

B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Kami tetap berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat
bagi pembaca. Namun, saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan
tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan dimasa akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bastomi, Hasan. “Pengertian Masalah.” KONSELING EDUKASI “Journal of


Guidance and Counseling” 4, no. 1 (2020): 36.
https://doi.org/10.21043/konseling.v4i1.7418.

Datulengken, Nurti. “Masalah Belajar Siswa.” Pendidikan Bimbingan Konseling


19, no. 1 (2021): 1.

Manizar, Elly. “Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar.” Jurnal


Pendidikan Agama Islam 1, no. 2 (2019): 171–88.
jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/view/1047.

Muntaha, Ahmad, Cipto Handoko, and Sunaryo. “Implementasi Bimbingan


Konseling Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik.” Unisan Journal 02, no.
01 (2023): 979.

Putra, Dodi Pasila. STRATEGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM


MENANAMKAN KARAKTER DISIPLIN DAN KEJUJURAN.
File:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJ
A_PRINT.Docx. Vol. 21, 2020.

Rumhadi, Tri. “Urgensi Motivasi Dalam Proses Pembelajaran.” Jurnal Diklat


Keagamaan 11, no. 1 (2019): 39. bdksurabaya.e-journal.id ? article ?
download.

Sianturi, Risbon, Nuruzahra Luthfillah, Heti Zakiyyah, and Riska Wulandari.


“Status Profesi Guru Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.” Journal of
Education Research 3, no. 2 (2022): 42–47.
https://doi.org/10.37985/jer.v3i2.75.

Sudirman, Daharnis, and Marjohan. “KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling.”


Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Serta Peran Guru Mata Pelajaran
Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas (Sma)

14
Negeri 2, no. September (2021): 121.

Sukadari, Sukadari. “Guru Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dasar Sangat


Dibutuhkan.” Elementary School: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-
SD-An 8, no. 1 (2021): 67–74. https://doi.org/10.31316/esjurnal.v8i1.1204.

Yuhana, Asep Nanang, and Fadlilah Aisah Aminy. “Optimalisasi Peran Guru
Pendidikan Agama Islam Sebagai Konselor Dalam Mengatasi Masalah
Belajar Siswa.” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 1 (2019): 79.
https://doi.org/10.36667/jppi.v7i1.357.

15

Anda mungkin juga menyukai