Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH URGENSI, KEDUDUKAN BIMBINGAN KONSELING,

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, KETERTARIKAN TUGAS


GURU DAN KONSELOR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Umum Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons.

Oleh kelompok 3 :

Riyana Zahra Febri M. (2101421140)

Dewi Khofifah (2101421143)

Wahid Ilham Fikroh M. (2101421145)

Cinta Putri Ayu (2101421146)

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Berkat limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang bertajuk “Makalah Urgensi, Kedudukan Bimbingan Konseling,
Penyelenggaraan Pendidikan, Keterikatan Tugas Guru dan Konselor” dengan lancar dan
tepat waktu. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas kelompok Mata
Kuliah Umum Bimbingan Konseling yang diampu oleh Bapak Kusnarto Kurniawan,
S.Pd., M.Pd., Kons.

Tulisan dalam makalah ini merupakan hasil kutipan dari buku referensi, video
dalam elana, dan beberapa situs di internet. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan untuk kita semua. Bersama ini kami juga menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons. yang telah meluangkan
waktu untuk membaca makalah kelompok kami dan semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan baik.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Semarang, 4 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………
C. Tujuan dan Manfaat……………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….

A. Urgensi…………………………………………………………………….
B. Kedudukan BK di Sekolah………………………………………………...
C. Tiga wilayah proses penyelenggaraan Pendidikan………………………...
D. Keunikan Serta Keterikatan Guru & Konselor……………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..

A. Kesimpulan………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap sekolah pasti akan ada bimbingan, baik dari segi pengetahuan, sikap,
bahkan arahan untuk kedepannya. Peran guru sangatlah banyak seperti membimbing
megajar materi, membimbing mereka untuk kedepannya. Disekolah bimbingan
konseling sebagai pengatur untuk sosial siswa. Disinilah peran bimbingan konseling
disekolah. Bimbingan konseling merupakan bagian yang sangat penting dari
pendidikan di Indonesia dalam upaya membantu siswa agar mencapai perkembangan
yang optimal sesuai dengan potensinya (Deni, F. 2011).

Bimbingan dan konseling adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam
pendidikan. Peran bimbingan dan konseling mempunyai andil yang besar dalam dunia
pendidikan khususnya dalam mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Peserta
didik adalah sasaran utama guru bimbingan dan konseling. Hal ini menjadi fokus
utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah, layanan yang diberikan kepada
konseli sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang terbaru adalah
kurikulum 2013. Kurikulum yang dimuat memudahkan peserta didik untuk memilih
jurusan atau kompetensi keahlian sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki peserta
didik. Peminatan tersebut didasarkan atas bakat dan serta potensi dalam diri
(Attahiyyah, F. 2021).

Pelaksanaan layanan BK di sekolah dilaksanakan oleh guru bimbingan dan


konseling (konselor). Konselor sebagaimana diatur dalam undang-undang dinyatakan
sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen,
pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No.20 Tahun 2003
Pasal 1 Ayat 6). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor bahwa sosok utuh
kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai
keutuhan, kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari pelaksanaan
pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi Profesional
menyatakan bahwa menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah konseli (Permendiknas No.27 Tahun 2008).

Pengertian bimbingan konseling ini berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan
konseling. Bimbingan dalam pengertian bimbingan konseling ini memiliki banyak
makna, yaitu salah satunya menurut Abu Ahmadi (1991) yang berpendapat bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar
dengan potensi yang dimilikinya mampu mengembangkan diri secara optimal dengan
jalan memahami diri, memahami lingkungan, dan mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Selain itu, menurut Djumhur dan
Muh. Surya (1995: 30) dalam (Deni, F. 2011) Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu untuk mencapai pemahaman diri dan arah diri terutama
untuk membuat penyesuaian maksimal terhadap sekolah, rumah tangga dan
masyarakat umum.
Bimbingan di sini berarti bahwa bimbingan itu merupakan bantuan khusus
yang diberikan siswa yang bermasalah, agar mereka dapat memahami, mengerti
kesulitannya, dan mampu mengatasinya, sehingga dapat tercapai tujuan pendidikann
yang sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, sekolah dan keluarga dan
masyarakat. Berdasar uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
adalah suatu bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki
kemampuan, kepada setiap individu untuk mengembangkan dirinya, dalam mencapai
kebahagiaan.
Sedangkan pengertian konseling secara etimologis, istilah konseling berasal
dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai
dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah
konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”.
Wagito, (dalam Attahiyyah, F. 2021) mengemukakan bahwa konseling adalah
bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya
dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang
dihadapi untuk mencapai kesejateraan hidupnya.
Secara umum, Bimbingan Konseling (BK) yaitu serangkaian kegiatan berupa
bantuan yang dilakukan seorang ahli pada konseling dengan cara tatap muka, baik
secara individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan.
Pengetahuan tambahan tersebut kemudian diharapkan jadi jalan keluar untuk
mengatasi permasalahan yang dialami oleh konseli, dengan cara terus-menerus dan
sistematis. Bimbingan konseling ini juga sudah diatur dalam Surat Keputusan
Mendikbud No. 025/1995 tentang Petunjuk Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Disebutkan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
berkembang secara optimal. Selain itu, bimbingan yang diberikan juga meliputi
bimbingan sosial, belajar, karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdasarkan norma – norma yang berlaku.
Dari penjelasan di atas mengenai pengertian bimbingan dan konseling dapat
disimpulkan bahwa bimbingan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh
konselor kepada individual maupun berkelompok untuk mengembangkan
pengetahuan untuk mencapai kebahagiaan, kesejahteraan hidup, penyesuaian
terhadap masyarakat umum, social, maupun sekolah yang dilakukan secara tatap
muka. Pada makalah ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang mendasari
kedudukan BK (Bimbingan Konseling) di sekolah, yaitu (1) urgensi; (2) kedudukan
BK di sekolah; (3) tiga wilayah proses penyelenggaraan pendidikan; dan (4) keunikan
serta ketertarikan tugas guru dan konselor.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah yang berjudul “Makalah Urgensi, Kedudukan Bimbingan Konseling,
Penyelenggaraan Pendidikan, Keterikatan Tugas Guru dan Konselor”
1) Apa yang dimaksud dengan urgensi?
2) Bagaimana kedudukan BK di sekolah?
3) Di mana sajakah tiga wilayah proses penyelenggaraan pendidikan?
4) Apa saja keunikan serta ketertarikan tugas guru dan konselor?
C. Tujuan dan Manfaat
Setelah memahami dari seluruh pembahasan dalam makalah ini, maka
terdapat beberapa tujuan dan manfaatnya, yaitu sebagai berikut.
1) Dapat memahami apa yang dimaksud dengan urgensi
2) Dapat memahami tentang kedudukan BK di sekolah.
3) Dapat memahami tiga wilayah proses penyelenggaraan pendidikan.
4) Dapat memahami keunikan serta ketertarikan tugas guru dan konselor.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Urgensi
Di Indonesia, pendidikan menjadi pondasi utama kehidupan berbangsa
dan bernegara. Bahkan, sistem pendidikan di Indonesia telah diatur Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yakni: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab”.
Berdasarkan pasal tersebut, diselenggarakannya pendidikan secara
nasional diharapkan dapat meningkatkan kualitas diri individu karena dapat
mengembangkan kemampuan dalam berpikir, membentuk budi pekerti serta dapat
membangun peradaban yang mampu mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia.
Penyelenggaraan pendidikan secara nasional ini membuktikan bahwa tingkat
kesadaran akan pentingnya pendidikan semakin tinggi sehingga perlu adanya
perancanaan serta pemikiran yang matang. Hal ini akan mengakibatkan
munculnya perbaikan dalam sistem pendidikan.
Dalam rangka peningkatan kualitas system pendidikan, bidang-bidang
pendukung perlu diperhatikan supaya fungsi dan tujuan pendidikan nasional
tercapai. Peran serta usaha orang tua siswa/peserta didik dalam pendidikan sangat
berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Slameto (2010) menjelaskan
peran merupakan perilaku, sifat atau kegiatan yang dilakukan individu pada posisi
dan situasi tertentu. Peran akan menentukan hak serta kewajiban yang diemban
seseorang sesuai dengan kedudukannya di masyarakat. Menurut Nur (2015),
peranan orang tua dalam pendidikan anak dapat berupa menjadi pendidik,
pendorong, fasilitator maupun pembimbing.
Agar dapat belajar dengan baik, anak selaku peserta didik harus memiliki
motivasi belajar yang tinggi. Pola asuh orang tua adalah salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dalam pendidikan, motivasi dan
belajar merupakan satu kesatuan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, belajar
yang dimaksud adalah upaya yang dilakukan siswa untuk meraih prestasi belajar
yang memuaskan dalam segi akademik. maka motivasi belajar merupakan
dorongan untuk berproses pada setiap individu demi memperoleh perubahan
perilaku atas hasil pemahaman dari pengalamannya sendiri. Urgensi adalah istilah
yang memiliki makna sama dengan istilah dalam bahasa Inggris tersebut.
Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), urgensi adalah suatu
kewajiban yang mendesak atau hal sangat penting.
Urgensi jika dilihat dari bahasa Latin “urgere” yaitu (kata kerja) yang
berarti mendorong. Jika dilihat dari bahasa Inggris bernama “urgent” (kata sifat)
dan dalam bahasa Indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah urgensi merujuk pada
sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan. Dengan
demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindaklanjuti.
Urgensi yaitu kata dasar dari “urgen” mendapat akhiran “i” yang berarti sesuatu
yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama atau unsur yang
penting. Keurgenan bimbingan konseling dapat diperediksikan akan lebih efektif
dibandingkan dengan pendekatan yang sekular- hedonistik. Menghadapi
era globalisasi dalam lingkup internasional yang membawa dampak pembaharuan
dan kebudayaan antar bangsa serta menghadapi kemajuan zaman, jelas akan
membawa perubahan nilai-nilai dan norma-norma yang bisa membingungkan,
meresahkan dan menimbulkan proplem kehidupan yang pelik (Daulay, M. 2018).
Bimbingan Konseling (BK) adalah salah satu sarana lembaga pendidikan
yang berperan untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan nasihat-
nasihat terhadap peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah atau dalam
menemukan potensi dirinya. Dari definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat
kita ketahui bahwa Bimbingan Konseling memiliki beberapa peran, yaitu:
a) Bagi Sekolah
Bimbingan Konseling (BK) sebagai salah satu wujud kelengkapan sekolah
itu sendiri sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya. BK sebagai sarana
yang membantu sekolah dalam mengklasifikasi data siswa dari segi moral, minat
dan bakat.
b) Bagi siswa
BK membantu peserta didik dalam menemukan potensi dirinya (bakat dan
minat). Memberikan arahan-arahan kepada peserta didik, yang nantinya tertuju
pada perbaikan moral. Memberikan ruang terhadap peserta didik untuk
mengkonsultasikan segala sesuatu yang menjadi problematika, di bidang
akademik maupun non-akademik. Menerima segala keluh kesah peserta didik,
dengan kata lain BK sebagai orang tua peserta didik ketika di sekolah
Dari beberapa peran di atas mengindikasikan bahwa Bimbingan
Konseling merupakan komponen yang harus ada dalam lembaga pendidikan.
Karena melihat peserta didik yang di suatu waktu mengharuskan adanya arahan,
bimbingan, dan di waktu lain mengharuskan adanya teguran, sanksi, dan lain
sebagainya.
B. Kedudukan BK (Bimbingan Konseling) Di Sekolah
Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah sudah
sejak lama diatur pemerintah dalam dunia pendidikan hal ini selaras dengan tujuan
pendidikan nasional termaktup dalam UU Pendidikan Nasional UU. No. 20
Tahuan 2003. Eksistensi BK (Bimbingan dan Konseling) di Sekolah sangatlah
berguna Bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian dari keseluruhan
program di sekolah, mempunyai tujuan tertentu sejalan dengan tujuan pendidikan
di sekolah yang bersangkutan. Secara umum bimbingan bertujuan untuk
membantu individu dalam mencapai tujuan, tujuan tersebut yaitu:
1) Kebahagiaan hidup pribadi,
2) Kebahagiaan yang efektif,
3) Kebahagiaan kesanggupan hidup bersama dengan orang lain,
4) Keserasian antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Perlunya Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
bertujuan memudahkan proses pembelajaran yang efektif. Menurut Winkel yang
dikutip oleh Rifa Hidayah ada beberapa tujuan Eksistensi dan Kedudukan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah sebagai berikut :
1) Fungsi penyaluran, yaitu membantu siswa mendapatkan yang terbaik, dan
siswa dibantu untuk memilih antar alternatif yang tersedia (decision
making), misalnya memilih kegiatan ekstrakulikuler sesuai dan memilih
program studi yang sesuai.
2) Fungsi penyesuaian, yaitu membantu siswa menemukan cara
menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang
dihadapi (adjustment).
3) Fungsi pengadaptasian, yaitu mengarahkan rangkaian kegiatan pendidikan
dan pengajaran supaya sesuai dengan kebutuhan siswa.
Uraian di atas dapat diketahui bahwa Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan
dan Konseling di Sekolah berguna untuk mengembangkan potensi pada diri
individu sesuai dengan kemampuannya agar bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan, baik lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Hal inilah yang merupakan tujuan utama pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah, terutama bagi siswa-siswi sebagai individu yang diberi
bantuan. Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah berarti
menentukan pula keberhasilan dari tujuan pendidikan. Sedangkan berhasil
tidaknya tujuan tersebut bergantung pada pelaksanaan program pelayanan
bimbingan dan konseling itu sendiri. Kerjasama yang baik dari semua pihak
seperti kepala sekolah, para guru pengajar sekaligus guru pembimbing, orang tua
juga masyarakat akan sangat menentukan.
C. Tiga Wilayah Proses Penyelenggaraan Pendidikan
Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi
yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan
tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat
tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Hubungan
guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani
tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik batang atau
daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah
serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah
menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama penyakit
yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan
sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat
pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat
memaksa agar siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan
berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh
dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna peran
sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah
terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan
siswa yang dibimbingnya
Guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa
yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa,
dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya
(remedial teaching).
Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah,
peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
D. Keunikan Serta Keterikatan Guru & Konselor
1) Keunikan guru dan konselor
Setting pendidikan khususnya pada jalur pendidikan formal memfasilitasi
layanan bimbingan dan konseling, layanan ini akan diampu oleh konselor sebagai
pendidik yang tidak menggunakan materi pembelajaran untuk konteks layanan.
Layanan ini juga mewadahi layanan guru sebagai pendidik yang menggunakan
materi pembelajaran untuk konteks layanan nya. Hal ini berarti bahwa konselor
dan guru sama-sama mempunyai keunikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa keunikan konselor terdapat pada konteks layanan
yang tidak menggunakan materi pembelajaran, sedangkan guru menggunakan
nya.
2) Keterikatan guru dan konselor
(Penataan Pendidikan Profesi Konselor dan Layanan Bimbingan dan
Konseling Pendidikan Formal (2008:190) mengatakan bahwa tugas-tugas
pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal
sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru,
konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja. Guru dan konselor
bekerja pada lembaga yang sama yaitu lembaga formal, dan yang menjadi objek
sasaran pun sama yakni peserta didik.
Maka dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa ada keterikatan antara tugas guru
dengan Konselor. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat guru dan konselor
sama-sama bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
perkembangan yang optimal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bimbingan
Konseling merupakan komponen yang harus ada dalam lembaga Pendidikan.
Bimbingan Konseling (BK) sebagai salah satu wujud kelengkapan sekolah itu
sendiri sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya. Bimbingan Konseling
sebagai sarana yang membantu sekolah dalam mengklasifikasi data siswa dari
segi moral, minat dan bakat. Bimbingan dan konseling secara umum yaitu suatu
kegiatan pemberian layanan bimbingan atau bantuan kepada individu maupun
kelompok agar dapat mengenali dan memahami dirinya. Bimbingan Konsling ini
telah diperjelas dengan keluarnya peraturan perundang-undangannya diantara ada
UU No. 20 Tahun 2003 maupun permendikbud no 111 tahun 2014. Peraturan itu
memperkuat status dan memperjelas posisi BK di sekolah. Tetapi sayangnya
masih banyak sekolah yang belum menerapkan peraturan tersebut secara
maksimal masih banyak sekolah jika dinilai dari dua peraturan hukum tersebut
tidak memenuhi standar yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

//https://penerbitbukudeepublish.com/materi/bimbingan-konseling/
Attahiyyah, F. (2021). BIMBINGAN DAN KONSELING.
Deni, F. (2011). Bimbingan konseling. Yogyakarta: Teras.
Daulay, M. (2018). Urgensi Bimbingan Konseling Islam Dalam Membentuk
Mental Yang Sehat. Hikmah, 12(1), 146-159.
https://www.kompasiana.com/jalil_ihsan/58a30d519593734f146fefdf/urgensi-
bimbingan-konseling-bk-di-instansi-pendidikan
Nur Saiti, 2020. Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan Konseling di Sekolah.
Universitas Negeri Padang.
Mediansa, Frendi Arga. et al. 2016. Keunikan serta Keterkaitan tugas guru dan
konselor. Makalah tugas, Universitas Kanjuruhan Malang.

Anda mungkin juga menyukai